Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN

(NURSING STAF BY LAWS)

RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

KOMITE KEPERAWATAN

2017-2022
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

NO. TAHUN 2017

PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN (NURSING STAF BY LAWS)

RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

Menimbang:

a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan profesi staf keperawatan dan mekanisme tata kerja
keperawatan perlu dibuat peraturan internal staf keperawatan (nursing staf bylaws)
b. Bahwa agar peraturan internal staf keperawatan dapat terlaksanan dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Pindad Turen sebagai landasan bagi
penyelenggaraan peraturan internal staf keperawatan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbanagn sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b, perlu
ditetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Pindad.

Mengingat

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Peraturan Pemerintah no. 32 tentang Tenanga Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar Profesi Bidan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktek Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 17 tahun 2014
5. Peraturan Menteri Kesehatan No.1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang registrasi Tenag
Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 49 tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN TENTANG PERATURAN
INTERNAL STAF KEPERAWATAN (NURSING STAF BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM
PINDAD TUREN

BAB I
NAMA, KETENTUAN UMUM, RUANG LINGKUP, TUJUAN

Pasal 1
NAMA

Nama dokumen ini adalah PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM
PINDAD TUREN.
Pasal 2
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Internal Staf Keperawatan, yang dimaksud dengan :

1) RUMAH SAKIT adalah RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN, Yang terletak di Jalan Semeru No.1
Turen, yang dalam hal ini diwakili oleh ……………….

2) TIM PENGARAH (Governing Body)/BADAN PENGAWAS Rumah Sakit Umum Pindad Turen adalah
badan yang mewakili PP ................ untuk melakukan pengawasan terhadap kebijakan yang
diambil direksi Rumah Sakit Umum Pindad Turen dalam penyelengaraan rumah sakit yang
selanjutnya disebut BADAN PENGAWAS.

3) Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan Asuhan Keperawatan/Kebidanan yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan
Rumah Sakit Umum Pindad Turen.

4) KOMITE KEPERAWATAN adalah Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum Pindad Turen, yang
merupakan perwakilan kelompok profesi Perawat dan Bidan, yang anggotanya adalah
perwakilan dari seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit Umum pindad Turen, yang bertugas
membantu Direksi dalam melakukan kredensial, menentukan Standar Keperawatan/Kebidanan,
membina Asuhan Keperawatan/Kebidanan dan melaksanakan pembinaan disiplin profesi
keperawatan.

5) Staf PERAWAT dan BIDAN adalah setiap orang yang mempunyai kewenangan profesi (clinical
privilege) untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit Umum Pindad
Turen, berdasarkan jenis keahlian yang sesuai dengan disiplin ilmu keperawatan.
6) Kewenangan klinis adalh uraian intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan sesuai dengan area prakteknya.
7) Penugasan Klinis adalah penugasan yang diberikan oleh Direktur RS umum Pindad Turen
terhadap staf keperawatan untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan kepada pasien
yang diberikan oleh Direksi Rumah Sakit setelah dilakukan proses kredensial oleh komite
keperawatan.
8) Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis.
9) Panitia ad Hoc adalah panitia yang dibentuk oleh Komite Keperawatan untuk membantu
melaksanakan tugas Komite Keperawatan.
10) Mitra Bestari adalah kelompok profesional akademisi yang bekerja sama dengan Rumah Sakit
Umum Pindad Turen.
11) Rapat Kerja adalah rapat yang dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun untuk membahas
rencana kerja
12) Rapat pleno adalah rapat koodinasi untuk mengeluarkan rekomendasi keperawatan
13) Sidang tahunan adalah sidang yang dilakuakan oleh Keperawatan untuk melakukan evaluasi
terhadap program kerja yang telah dilaksanakan.

Pasal 3
RUANG LINGKUP

(1) Peraturan staf keperawatan ini berlaku bagi seluruh Perawat dan Bidan yang melakukan Asuhan
Keperawatan/Kebidanan di dalam maupun di luar Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas
Direksi.

(2) Perawat dan Bidan yang bekerja di Rumah Sakit, tergabung dalam suatu Komunitas Profesi
Keperawatan Rumah Sakit Umum Pindad Turen, yang disebut dengan Komite Keperawatan, yang
disahkan oleh Direksi Rumah Sakit Umum Pindad Turen.

Pasal 4
TUJUAN

Tujuan Peraturan Staf Keperawatan ini adalah:


(1) Memberi wahana bagi Perawat dan Bidan Rumah Sakit untuk ikut berpartisipasi meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi, profesionalisme serta perilaku Perawat dan Bidan Rumah
Sakit.
(2) Sarana bagi Komite Keperawatan dan Direksi untuk menyelesaikan pelbagai masalah yang terkait
dengan Asuhan Keperawatan/Kebidanan, baik yang menyangkut Perawat dan Bidan maupun
pasien atau pengguna jasa.
BAB II
KOMITE KEPERAWATAN

Pasal 5
ORGANISASI KOMITE KEPERAWATAN

(1) Di lingkungan Rumah Sakit, dibentuk suatu wadah non struktural, yang disebut sebagai Komite
Keperawatan Rumah Sakit Umum Pindad Turen, sebagai wahana bagi Perawat dan Bidan untuk
berpartisipasi dalam memberikan masukan perihal masalah profesi dan teknis keperawatan.
(2) Komite Keperawatan adalah satu-satunya wadah formal yang menghimpun, memformulasikan
dan mengkomunikasikan pendapat, kehendak Perawat dan Bidan, dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit .
(3) Komite Keperawatan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit.
(4) Ketua Komite Keperawatan diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit.
(5) Hubungan kerja Komite Keperawatan dengan kepala bidang keperawatan adalah hubungan
kerjasama dan bukan komando.

Pasal 6
TUGAS KOMITE KEPERAWATAN

Komite Keperawatan bertugas:


1) Menyusun Standar Asuhan Keperawatan/Kebidanan (SAK) sesuai dengan Visi dan Misi Bidang
Keperawatan Rumah Sakit serta memantau pelaksanaannya.
2) Menyusun sistem pelayanan keperawatan yang profesional seiring dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Direksi Rumah Sakit.
3) Bekerja sama dengan bidang Perawatan memantau dan membina perilaku etik dan
profesionalisme Perawat dan Bidan.
4) Memantau dan meningkatkan profesionalisme Perawat dan Bidan, yang meliputi kompetensi,
yaitu pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang relevan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan.
5) Bekerjasama dengan Bidang Keperawatan merencanakan suatu program untuk mengatur
kewenangan profesi (clinical privilege) Perawat dan Bidan dalam melakukan Asuhan
Keperawatan/Kebidanan.
6) Memberikan rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi clinical
privilege bagi Perawat dan Bidan yang akan melakukan tindakan Asuhan
Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit.
7) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan Perawat dan Bidan, dan menyampaikan laporan
kegiatan Komite Keperawatan secara berkala kepada seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit ,
serta memberikan tembusan kepada Direktur.
Pasal 7
KEPENGURUSAN KOMITE KEPERAWATAN

1) Komite Keperawatan merupakan kelompok Perawat dan Bidan, yang terpilih dari seluruh
Perawat dan Bidan di Rumah Sakit untuk menjadi anggota Komite Keperawatan.
2) Keanggotaan dalam Komite Keperawatan adalah Perawat dan Bidan, tidak harus kepala
ruangan atau Perawat dan Bidan dalam struktural manajemen Rumah Sakit, dengan susunan
keanggotaan sebagai berikut :
i. Ketua merangkap anggota.
ii. Wakil Ketua merangkap anggota.
iii. Sekretaris merangkap anggota.
iv. Anggota : tergantung banyaknya seksi, masing-masing seksi terdiri dari 6 (enam) sampai
dengan 8 (delapan) anggota.

3) Ketua Komite Keperawatan dipilih melalui surat suara dari Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
4) Anggota pengurus komite keperawatan selanjutnya dipilih oleh ketua terpilih.

Pasal 8
KETUA KOMITE KEPERAWATAN

1) Ketua dipilih dari 3 (tiga) calon pada pemilihan secara periodik, yang diselenggarakan setiap tiga
tahun sesuai dengan ketentuan dalam Statuta ini, yang selanjutnya diajukan dan disetujui oleh
Direktur.
2) Ketua Komite Keperawatan adalah seorang Perawat atau Bidan Rumah Sakit.
3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Komite Keperawatan, sebelum masa jabatannya
berakhir, maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh Wakil Ketua.
4) Tugas Ketua Komite Keperawatan adalah:
i. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat, kebijakan, laporan,
kebutuhan dan keluhan Perawat dan Bidan serta bertanggungjawab kepada Direktur.
ii. Menyelenggarakan dan memimpin rapat serta bertanggungjawab atas semua risalah rapat
yang diselenggarakan Komite Keperawatan.
iii. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Direksi serta kepanitiaan profesi lainnya.
iv. Menunjuk dan menetapkan Pengurus Komite Keperawatan, untuk kemudian diajukan dan
disetujui oleh Direktur.
v. Menentukan agenda rapat Komite Keperawatan.
vi. Menunjuk Wakil Ketua Komite Keperawatan dalam setiap kepanitiaan di Rumah Sakit, yang
memerlukan perwakilan dari Perawat dan atau Bidan.
Pasal 9
WAKIL KETUA KOMITE KEPERAWATAN

1) Wakil Ketua ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.


2) Wakil Ketua adalah seorang Perawat atau Bidan.
3) Tugas Wakil Ketua Komite Keperawatan adalah:
i. Membantu pelaksanaan tugas Ketua Komite Keperawatan.
ii. Mewakili Ketua Komite Keperawatan apabila Ketua berhalangan.

Pasal 10
SEKRETARIS KOMITE KEPERAWATAN

1) Sekretaris Komite Keperawatan ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.


2) Sekretaris Komite Keperawatan adalah seorang Perawat atau Bidan.
3) Sekretaris Komite Keperawatan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan tugas-tugas
kesekretariatan Komite Keperawatan.

4) Tugas Sekretaris Komite Keperawatan adalah:


i. Melakukan pemberitahuan (undangan) kepada semua anggota yang berhak untuk
menghadiri rapat-rapat Komite Keperawatan.
ii. Mempersiapkan risalah rapat yang lengkap untuk dibacakan pada rapat yang akan datang.
iii. Menyusun dan menyimpan risalah rapat dan surat menyurat.
iv. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Keperawatan.

Pasal 11
RAPAT KOMITE KEPERAWATAN

1) Rapat Komite Keperawatan terdiri atas Rapat Rutin, Rapat Khusus dan Rapat Pleno.
2) Setiap rapat Komite Keperawatan dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan secara
pantas, kecuali seluruh anggota Komite Keperawatan yang berhak memberikan suara menolak
undangan tersebut.

Pasal 12
RAPAT RUTIN KOMITE KEPERAWATAN

1) Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat rutin 1 (satu) bulan sekali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
2) Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada para anggota yang berhak hadir, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.
3) Rapat rutin dihadiri oleh Pengurus Komite Keperawatan.
4) Ketua dapat mengundang pihak lain jika dianggap perlu.
Pasal 13
RAPAT KHUSUS KOMITE KEPERAWATAN

1) Rapat Khusus Komite Keperawatan diselenggarakan dalam hal:


i. Diperintahkan oleh Ketua; atau
ii. Permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit 3 (tiga) pengurus Komite
Keperawatan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam sebelumnya; atau
iii. Permintaan Ketua Komite Keperawatan untuk hal-hal yang memerlukan penetapan
kebijakan Komite Keperawatan dengan segera

2) Sekretaris Kom.ite Keperawatan menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu 48 (empat puluh
delapan) jam setelah diterimanya permintaan tertulis rapat, yang ditanda-tangani oleh
seperempat dari jumlah anggota Komite Keperawatan yang berhak untuk hadir dan memberikan
suara dalam rapat tersebut.
3) Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda
rapat kepada para pengurus yang berhak hadir, paling lambat 24 (dua puluh empat) jam sebelum
rapat tersebut dilaksanakan.
4) Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan
dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang tercantum dalam
pemberitahuan tersebut.

Pasal 14
RAPAT PLENO KOMITE KEPERAWATAN

1) Rapat Pleno Komite Keperawatan diselenggarakan 2 (dua) kali setahun.


2) Rapat Pleno dihadiri oleh seluruh Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
3) Sekretaris Komite Keperawatan menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis
beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.

Pasal 15
KUORUM

1) Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit ½ (setengah) dari jumlah Pengurus Komite
Keperawatan ditambah satu, dari yang berhak hadir dan memberikan suara.
2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.

Pasal 16
PENGAMBILAN KEPUTUSAN RAPAT

Kecuali telah diatur dalam Statuta ini, maka:


1) Pengambilan keputusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
2) Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil melalui pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir.
3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama, maka Ketua berwenang membuat
keputusan hasil rapat.

Pasal 17
TATA TERTIB RAPAT

1) Setiap rapat Komite Keperawatan berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite Keperawatan.
2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite
Keperawatan.
3) Sebelum rapat dimulai, agenda rapat dan notulen dibacakan oleh Sekretaris Komite
Keperawatan.
4) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin Pimpinan Rapat.
5) Hal-hal yang menyangkut teknis tata-tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua Komite
Keperawatan sebelum rapat dimulai.

Pasal 18
NOTULEN RAPAT

1) Setiap rapat harus dibuat notulennya.


2) Semua notulen rapat Komite Keperawatan dicatat oleh Sekretaris Komite Keperawatan atau
penggantinya yang ditunjuk.
3) Notulen tidak boleh diubah, kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan notulen
tersebut.
4) Notulen rapat ditanda-tangani oleh Ketua Komite Keperawatan dan Sekretaris Komite
Keperawatan pada rapat berikutnya dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang
sah.
5) Sekretaris Komite Keperawatan memberikan salinan notulen kepada Direktur, paling lambat
satu minggu setelah ditanda-tangani oleh Ketua dan Sekretaris Komite Keperawatan.

Pasal 19

SUB KOMITE DI BAWAH KOMITE KEPERAWATAN

1) Di bawah Komite Keperawatan, dibentuk beberapa Sub Komite yang terdiri dari:
i. Sub-Komite Kredensial
ii. Sub-Komite Peningkatan Mutu dan Pelayanan
iii. Sub-Komite Disiplin dan Etika Profesi
iv. Sub-Komite lain yang akan ditentukan oleh Komite Keperawatan

2) Tugas dan fungsi Sub-Komite Keperawatan ditetapkan oleh Komite Keperawatan dari waktu ke
waktu dan disahkan oleh Direktur.

BAB III
PERAWAT DAN BIDAN

Pasal 20
KATEGORI PERAWAT DAN BIDAN
1) Perawat dan Bidan yang dapat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit adalah Perawat
dan Bidan Rumah Sakit, yang telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite
Keperawatan dan telah memperoleh kewenangan profesi (clinical privilege) untuk melakukan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan di Rumah Sakit.
2) Perawat dan Bidan Tamu atau Perawat dan Bidan Konsultan yang diundang (invited nursing
consultant), yang diijinkan untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan dalam batas-
batas clinical privilege tertentu, dengan persetujuan Direksi Rumah Sakit.
3) Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan, yang dalam batas-batas kewenangan (clinical
privilege) tertentu, diijinkan melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan, dengan persetujuan
Direksi Rumah Sakit.

Pasal 21
SYARAT PENERIMAAN PERAWAT DAN BIDAN

1) Setiap Perawat dan Bidan yang akan melakukan Asuhan Keperawatan /Kebidanan di
Rumah Sakit, harus telah memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan
oleh Komite Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu sistem atau tata cara
yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
2) Hanya Perawat dan Bidan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) pasal ini, yang dapat diusulkan/direkomendasikan untuk diberi kewenangan (clinical
privilege)menangani pasien di Rumah Sakit sesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain, yang
ditentukan oleh Komite Keperawatan.
3) Perawat dan Bidan yang telah memperoleh kewenangan (clinical privilege)sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, setuju untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan/Kebidanan
dalam batas-batas standar profesi yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
4) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, akan dinilai kembali oleh Komite
Keperawatan melalui Sub-Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan oleh Komite
Keperawatan.

Pasal 22
KUALIFIKASI DAN SYARAT UMUM
1) Setiap Perawat dan Bidan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, harus:
i. Lolos uji kompetensi, integritas dan perilaku oleh Komite Keperawatan melalui Sub-Komite
Kredensial.
ii. Menunjukkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan Keperawatan yang berkualitas
dan profesional kepada pasien.
iii. Mematuhi prinsip umum Etika Rumah Sakit.
iv. Bebas dari keadaan yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya dalam melakukan
pelayanan, akibat adanya kendala fisik, mental, maupun perilaku yang dapat berpengaruh
pada ketrampilan, sikap atau kemampuannya dalam pengambilan keputusan.
v. Menunjukkan kemampuan untuk bekerjasama dengan sesama Perawat dan Bidan, tenaga
kesehatan lainnya serta keluarga besar Rumah Sakit umumnya.

2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, didasarkan pada pendidikan
yang pernah dijalani dan pendidikan berkelanjutan, pelatihan, pengalaman, kompetensi klinis
mutakhir, pengambilan keputusan klinis serta pengamatan kinerja, yang ditunjukkan dalam
dokumen yang dimiliki oleh masing-masing tenaga keperawatan.

Pasal 23

KEWENANGAN MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN

1) Perawat dan Bidan hanya dapat melakukan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
kemampuannya, kecuali dalam keadaan darurat, setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical
privilege) dari Direksi, yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan.

i. Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam (ayat 1) pasal ini terdiri dari :
ii. penugasan klinis tetap sebagai Perawat dan Bidan Rumah Sakit.
iii. penugasan klinis sementara sebagai konsultan atau tamu.
iv. Penugasan klinis sementara sebagai mahasiswa yang praktek lapangan atau magang.

2) Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) pasal ini hanya diberikan pada Perawat
dan Bidan yang telah memenuhi kualifikasi dan persyaratan untuk mendapatkan kewenangan
profesi(clinical privilege).
3) Penilaian persyaratan dan jenis Asuhan Keperawatan untuk setiap Perawat dan Bidan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, ditetapkan oleh Komite Keperawatan melalui
Sub-Komite Kredensial.
4) Hasil Penilaian oleh Sub-Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini
diserahkan kepada Komite Keperawatan untuk memperoleh pengesahannya.
5) Komite Keperawatan menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial sebagai rekomendasi
kepada Direksi.
Pasal 24
PEMBERIAN KEWENANGAN PERAWAT DAN BIDAN

Penentuan kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan didasarkan pada pendidikan,


pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pengalaman, unjuk kemampuan termasuk pengambilan
keputusan, sebagaimana tercantum dalam berkas kredensial, dan didasarkan pada pengamatan
kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan kinerja yang bersangkutan.

Pasal 25
BERAKHIRNYA KEWENANGAN MELAKUKAN
ASUHAN KEPERAWATAN/KEBIDANAN

1) Kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan/Kebidanan seorang Perawat dan Bidan di


Rumah Sakit berakhir bila penugasan klinis (clinical privilege) Perawat dan Bidan yang
bersangkutan dicabut oleh Direksi berdasarkan usulan Komite Keperawatan.
2) Dalam hal hubungan hukum ketenagakerjaan antara Perawat dan Bidan dengan Rumah Sakit
berakhir, maka secara otomatis berakhir pula kewenangan yang bersangkutan untuk melakukan
Asuhan Keperawatan/Kebidanan, dan Direksi memberikan Surat Pemberitahuan tentang hal itu
kepada Komite Keperawatan.
3) Dalam hal seorang Perawat dan Bidan dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus
Komite Keperawatan, Ketua Komite Keperawatan memberikan Surat Pemberitahuan tentang hal
itu kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan.

Pasal 26
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

1) Untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan, dilakukan audit keperawatan secara berkala dan
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan dengan tata cara yang lazim, yang ditentukan oleh
Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
2) Topik, jangka waktu dan tata cara audit keperawatan ditetapkan oleh Sub– Komite Peningkatan
Mutu Pelayanan.
3) Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan melaporkan hasil audit keperawatan dan analisisnya
secara berkala kepada Komite Keperawatan untuk ditindak-lanjuti.
4) Komite Keperawatan wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindak-
lanjuti hasil audit keperawatan sebagaimana diatur dalam ayat (3) pasal ini.
5) Setiap Perawat dan Bidan wajib menjalani pendidikan keperawatan berkelanjutan yang substansi
dan tata caranya diatur oleh Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan.
6) Sub-Komite Peningkatan Mutu Pelayanan memberikan laporan kepada Komite Keperawatan
mengenai efektivitas dan kewajaran pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seluruh Perawat
dan Bidan yang bekerja di Rumah Sakit.
BAB V
TINDAKAN DISIPLIN KEPERAWATAN
DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PELANGGARAN
DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 27
DASAR TINDAKAN DISIPLIN KEPERAWATAN

1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin
profesi keperawatan oleh Perawat dan Bidan adalah hal-hal yang menyangkut:
i. Kompetensi Klinis
ii. Asuhan Keperawatan/Kebidanan atas seorang pasien di Rumah Sakit
iii. Dugaan penyimpangan etika profesi
iv. Pelanggaran Prosedur Tetap
v. Penggunaan obat dan alat kesehatan atas delegasi Dokter sesuai dengan standar profesi,
berdasarkan ketetapan Komite Keperawatan
vi. Hal-hal lain yang oleh Komite Keperawatan sepatutnya dianggap menyangkut disiplin profesi
keperawatan

2) Setiap Perawat dan Bidan wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini kepada Ketua Komite Keperawatan secara tertulis dalam
suatu formulir yang disediakan untuk itu, dan menyampaikan formulir pemberitahuan
tersebut kepada atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua
Komite Keperawatan melalui Direksi.
3) Ketua Komite Keperawatan wajib meneliti, menindak-lanjuti dan memberikan kesimpulan
serta keputusan atas setiap laporan yang disampaikan oleh Perawat dan Bidan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) pasal ini.
4) Ketua Komite Keperawatan dapat menugaskan Sub-Komite terkait di bawah Komite
Keperawatan untuk meneliti dan menindak-lanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) pasal ini.
5) Ketua Komite Keperawatan memberikan kesimpulan dan keputusan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3), berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi Sub Komite terkait yang dapat
berbentuk:
i. Saran kepada Perawat dan Bidan terkait serta manajemen Rumah Sakit.
ii. Keputusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya pelanggaran
disiplin profesi dan kode etik.

6) Semua keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini didokumentasikan
secara lengkap oleh Staf Sekretariat Komite Keperawatan dan diperlakukan secara
konfidensial.
7) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini kepada pihak
manapun, hanya dapat ditentukan oleh Direksi setelah memperoleh persetujuan dari Ketua
Komite Keperawatan.

Pasal 28
PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN
DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

1) Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi keperawatan dan etika keperawatan dimulai
berdasarkan keputusan Ketua Komite Keperawatan untuk melakukan penelitian lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (5.b) Statuta ini dan dilaksanakan oleh Sub-
Komite terkait.
2) Sub Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan
dalam Statuta ini.
3) Ketua Sub-Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasinya kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk ditetapkan sebagai keputusan Komite Keperawatan yang memuat:
i. Ringkasan kasus atau kejadian
ii. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
iii. Rekomendasi tindakan korektif
4) Ketua Komite Keperawatan wajib menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dengan memperhatikan masukan dari Sub-Komite lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari kerja setelah diterimanya keputusan Sub-Komite Disiplin.
5) Keputusan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini disampaikan
kepada Direksi dengan tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga)
hari kerja setelah ditetapkannya keputusan tersebut untuk segera ditindak-lanjuti oleh Direksi.

Pasal 29
TIM AD-HOC PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN
DISIPLIN DAN ETIKA PROFESI KEPERAWATAN

1) Dalam hal Ketua Komite Keperawatan menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (5.b) Statuta ini, maka Ketua Sub-Komite
Disiplin atau yang mewakilinya mengusulkan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
menetapkan Tim Ad-Hoc dengan suatu Surat Keputusan.
2) Penetapan Tim Ad-Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah dilakukan
penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Komite
Keperawatan Sub-Komite Disiplin.
3) Tim Ad-Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.
4) Ketua Komite Keperawatan atau Staf lain yang ditunjuk, didampingi Ketua Sub-Komite Disiplin
atau Staf lain yang ditunjuk, memimpin sidang pertama Tim Ad-Hoc untuk menentukan Ketua
dan Wakil Ketua Tim Ad-Hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota Tim Ad-
Hoc.
5) Kepada Tim Ad-Hoc diperbantukan Sekretaris yang ditunjuk oleh Komite Keperawatan untuk
melancarkan persidangan.
6) Tim Ad-Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan
melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam Satuta ini.
7) Dalam rangka melakukan pengkajian, Tim Ad-Hoc berwenang meminta informasi kepada
“yang teradu” dan semua pihak di Rumah sakit, termasuk meneliti rekam keperawatan dan
bila diperlukan, meminta bantuan pihak lain di luar Rumah Sakit dengan peretujuan Komite
Keperawatan.
8) Tim Ad-Hoc wajib melaksanakan rapat-rapat/persidangan untuk menyimpulkan/memutuskan
suatu kasus yang diserahkan kepadanya dalam suatu Surat Kesimpulan yang ditandatangani
oleh Ketua bersama segenap anggota Tim Ad-Hoc untuk diserahkan kepada Ketua Sub-Komite
Disiplin melalui suatu keputusan yang memuat:
i. Ringkasan kasus atau kejadian
ii. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
iii. Rekomendasi tindakan korektif
9) Ketua Sub-Komite Disiplin menerbitkan Surat Keputusan pembubaran Tim Ad-Hoc
sebagaimana dimaksud setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan semua berkas
persidangan secara lengkap dalam ayat (8) pasal ini.
10) Ketua Sub-Komite Disiplin menyerahkan hasil rapat Tim Ad-Hoc kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk ditindaklanjuti.
11) Komite Keperawatan menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut
sebagaimaan dimaksud dalam ayat (10) pasal ini.
12) Keputusan Komite Keperawatan disampaikan kepada Direksi sebagai usulan.

Pasal 30
TATA CARA PERSIDANGAN
TIM AD-HOC - SUB KOMITE DISIPLIN

1) Ketua Tim Ad-Hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah setelah
kuorum tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar hadir.
2) Kuorum sebagaimaan dimaksud dalam ayat (1) tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit
setengah ditambah satu dari jumlah Tim Ad-Hoc dan seluruh anggota yang berasal dari luar
Rumah Sakit yang hadir.
3) Tim Ad-Hoc melaksanakan persidangan dengan melakukan pemeriksaan atas kasus tersebut,
meminta keterangan dari berbagai pihak yang dianggap perlu.
4) Persidangan dilakukan secara tertutup.
5) Perekaman semua informasi dalam persidangan hanya dilakukan oleh tenaga yang ditunjuk
oleh Komite Keperawatan.
6) Tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini adalah seorang Staf Keperawatan.
7) Pada setiap akhir persidangan, tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini,
membacakan hasil rekaman sidang kepada seluruh anggota yang hadir, untuk selanjutnya
dibuatkan risalah rapatnya.
8) Semua informasi, catatan dan dokumen dalam bentuk apapun, diperlakukan secara
konfidensial, dan catatan pemusnahan dokumen tersebut akan ditentukan oleh Komite
Keperawatan dari waktu ke waktu.
9) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) pasal ini kepada pihak
manapun hanya dapat dilakukan oleh Direksi.

BAB VI
PEMAPARAN STATUTA, PERUBAHAN STATUTA
DAN KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
PEMAPARAN STATUTA

Pengurus Komite Keperawatan dapat memperlihatkan Statuta ini kepada pihak tertentu yang
dinilai berkepentingan.

Pasal 32
PERUBAHAN STATUTA
1) Komite Keperawatan berhak mengubah Statuta ini dengan persetujuan Direksi, melalui rapat
khusus yang diselenggarakan untuk itu.
2) Usulan untuk mengubah Statuta ini hanya dapat dilaksanakan melalui Rapat Pleno Khusus, yang
diselenggarakan untuk keperrluan tersebut.
3) Untuk setiap perubahan yang dibuat, seperti yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini, harus
mendapat persetujuan Direksi.

Pasal 33
KETENTUAN PENUTUP

1) Statuta ini berlaku sejak tanggal .............. 2017


2) Semua peraturan Rumah Sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya Statuta ini dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Statuta ini.
Ditetapkan di Turen
Pada tanggal .......... 2017

KOMITE KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

Ketua Komite Keperawatan Ketua Komite Keperawatan

DIREKSI

RUMAH SAKIT UMUM PINDAD TUREN

Anda mungkin juga menyukai