PENDAHULUAN
PROLAKTIN
Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino dengan
berat molekul 23 kD.1 Rantai polipeptida prolaktin dihubungkan oleh dua jembatan
disulfida. Pembentukan prolaktin dikode oleh gen yang terletak pada kromosom 6
p22.2, p21.3. Pit-1 merupakan faktor transkripsi yang berikatan dengan gen prolaktin
sehingga memicu produksi prolaktin di hipofisis anterior.2 Struktur prolaktin
menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta laktogen.3
1
Gambar 1. Struktur prolaktin
Sekresi prolaktin bersifat pulsatil, dalam 24 jam terjadi 40 kali pengeluaran. 2,6
Prolaktin akan meningkat pada saat tidur, stress, kehamilan, dan saat dilakukan
stimulasi pada dinding dada. Nilai prolaktin puasa normal umumnya adalah kurang
dari 30 ng/mL.1 Hormon prolaktin dikatakan berhubungan dengan hormon
pertumbuhan karena susunan asam aminonya mirip dengan hormon pertumbuhan dan
2
laktogen plasenta. Hormon-hormon ini mempunyai persamaan genom, struktur dan
ciri biologi protein.3,4,8
Prolaktin merupakan hormon hipofisis yang unik, hal ini karena regulasi oleh
hipotalamus adalah melalui kontrol inhibitorik oleh dopamin hipotalamus. Tidak
seperti hormon hipofisis anterior lainnya, pengaruh hipotalamus dominan adalah
berupa inhibitori tonik. Hipotalamus mensekresi prolactin-release-inhibiting factor
(PIF) dan prolactin-releasing factor (PRF) yang mengatur keseimbangan prolaktin
dalam darah. Jika keseimbangan ini terganggu, maka terjadilah hiperprolaktinemia
yang seringkali ditemukan sebagai bagian dari permasalahan endokrinologi, obstetri
dan ginekologi.2-5
HIPERPROLAKTINEMIA
ETIOLOGI
3
sintesis atau pelepasan dopamin. Di samping itu, ada terdapat obat (seperti
alfa-metildopa dan reserpin) yang menekan cadangan dopamin sentral.2
Gangguan mekanisme transportasi
Gangguan pada tangkai hipofisis yang mengakibatkan gangguan transpor
dopamin dari hipotalamus ke sel laktotrof. Ini dikenal juga sebagai stalk
effect.6 Suplai pendarahan abnormal pada tumor hipofisis atau tangkainya,
dapat mengganggu sirkulasi hipotalamus ke tangkai hipofisis dan ke sel
laktotrof.2
Insensitifitas sel laktotrof terhadap dopamin
Reseptor dopamin ditemukan pada sel laktotrof hipofisis. Sensitifitas
reseptor terhadap dopamin dapat menurun, sehingga respon terhadap
stimulasi dopamin endogen berkurang; namun hal ini dapat diatasi dengan
pemakaian agonis dopamin. Obat yang termasuk dalam agen dopamine-
receptor-blocking adalah fenotiazin, butirofenon, dan benzamida.2
Stimulasi sel laktotrof
Hipotiroidisme dapat terkait dengan hiperprolaktinemia. Hipotiroidisme
menyebabkan peningkatan produksi TRH (thyrotropin-releasing hormone),
jadi TRH (yang dapat bekerja sebagai PRF) akan menstimulasi sekresi
prolaktin. Di samping itu, eliminasi prolaktin dari sirkulasi sistemik
menurun pada hipotiroid. Ini meningkatkan lagi konsentrasi prolaktin
dalam darah.2,6 Pengaruh estrogen adalah secara langsung pada hipofisis,
yakni stimulasi dari sel laktotrof dan hal ini meningkatkan sekresi
prolaktin. Estrogen juga meningkatkan aktivitas mitotik sel laktotrof.
Cedera pada dinding dada juga dapat berakibat pada hiperprolaktinemia;
hal ini adalah akibat refleks abnormal dari stimulasi cedera tersebut
sehingga terjadi peningkatan prolaktin.2
Sekresi dan pelepasan prolaktin dimediasi oleh dopamin, dan semua proses
yang mengganggu sekresi dopamin atau mengganggu transpor dopamin ke pembuluh
darah portal dapat menyebabkan hiperprolaktinemia. Terdapat 10 kali lipat
peningkatan prolaktin selama kehamilan, setelah senam, makan, dan pada stimulasi
4
dinding dada.1,7 Stress fisik dan psikologik juga dapat meningkatkan kadar prolaktin.
Metoklopramid, fenotiazin, dan antagonis butirofenon dapat menyebabkan
peningkatan prolaktin sampai melebihi 100 µg/L.4,7 Begitu juga dengan risperidon,
inhibitor oksidase monoamine dan antidepresan trisiklik dapat meningkatkan kadar
prolaktin melalui efeknya terhadap transpor dopamin ke pembuluh portal. Obat-
obatan lainnya yang dapat meningkatkan kadar prolaktin adalah verapamil, estrogen,
serotonin-reuptake inhibitor, reserpin dan metildopa, walaupun peningkatannya tidak
signifikan (antara 25-100 µg/L).7
PATOFISIOLOGI
Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara untuk
berproliferasi dan merangsang produksi air susu.1,4 Estrogen menstimulasi proliferasi
sel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas sel ini pada wanita usia
premenopause, terutama saat kehamilan. Namun, laktasi dihambat oleh kadar
estrogen dan progesteron yang tinggi saat kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan
progesteron yang cepat pada periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya
laktasi. Saat laktasi dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin
oleh prolaktin.1
5
Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin diregulasi
oleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis. Pada
umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik, yang menghalangi
pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neurotransmitter dopamin, yang bekerja
pada reseptor tipe-D2 yang terdapat pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik
dimediasi oleh hormon hipotalamus, yaitu TRH (thyrotropin-releasing hormone) dan
VIP (vasoactive intestinal peptide).1,6 Keseimbangan antara kedua sinyal tersebut
menentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis anterior. Jumlah
yang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan konsentrasi prolaktin di dalam
darah.6 Maka pada hipotiroidisme (keadaan di mana kadar TRHnya tinggi) dapat
terjadi hiperprolaktinemia. VIP meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari
menyusui dengan meningkatkan kadar adenosine 3,5-cyclic phosphate (cAMP).1
6
Gambar 2. Bagan penyebab hiperprolaktinemia.
MANIFESTASI KLINIS
7
gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait disfungsi sekresi
hormon hipofisis anterior.2 Pasien biasanya datang dengan keluhan gangguan
menstruasi amenorea atau oligomenorea atau siklus regular tetapi dengan
infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh menoragia atau galaktorea. Galaktorea
jarang terjadi pada wanita postmenopause akibat kurangnya estrogen.1,2 Pada fase
lanjut dapat timbul gejala akibat perluasan tumor (mis. nyeri kepala, gangguan visus,
dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala akibat kegagalan kelenjar adrenal atau
gangguan tiroid sekunder.2
8
Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder yaitu
penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah nilai prolaktin
kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat kembali tetapi tidak
mencapai nilai normal.1,3,5,7
DIAGNOSIS
9
penderita sindroma ovarium polikistik, setelah riwayat operasi atau trauma pada
dinding dada, atau pada penderita dengan gagal ginjal atau sirosis hati. Namun,
kondisi-kondisi tersebut biasanya menunjukkan kadar prolaktin kurang dari 50
ng/mL.1,3 Hal serupa dapat ditemukan pada penderita hipotiroidisme dan pemakai
obat yang menekan kadar dopamin atau memblokir reseptor dopamin sentral.
10
Derajat peningkatan prolaktin serum dapat membantu membedakan
penyebabnya: minimal (hingga 1000 mU/l) mungkin terkait dengan stress,
hipotirodisme dan sindrom ovarium polikistik; sedang (hingga 5000 mU/l) terkait
dengan mikroprolaktinoma dan sindrom gangguan tangkai hipofisis, peningkatan di
atas 10000 mU/l umumnya indikasi akan suatu makroadenoma hipofisis.3
Pengukuran tunggal kadar prolaktin dalam satu sampel darah cukup untuk
menunjukkan suatu hiperprolaktinemia. Namun karena sifat alami sekresi prolaktin
yang pulsatil dan sekresi prolaktin dapat dipengaruhi stress, maka hasil 25-40 µg/L
perlu diulang sebelum ditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia. Kebanyakan
penyebab hiperprolaktinemia dapat disingkirkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisis, tes kehamilan, penilaian fungsi tiroid dan fungsi ginjal. Dalam kasus
prolaktinoma, diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan MRI atau CT scan sebagai
alternatif.7
12
Gambar 4. Gambaran pemeriksaan MRI yang menunjukkan mikroadenoma dan
makroadenoma. Mikroadenoma (anak panah, Gambar 3A) merupakan suatu massa
intrasellar hipodens, dengan diameter 4 mm. Makroadenoma (anak panah, Gambar
4B) merupakan massa, dengan diameter 1 cm, dengan perluasan ke kiasma optik.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Dopamine agonist, bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama.
Bromocriptine dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan
memulihkan proses ovulasi pada wanita usia premenopause. Pada pasien
dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap obat tersebut,
13
dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24 bulan dan
dihentikan jika kadar prolaktin telah kembali ke nilai normal. Bromocriptine
juga dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran makroadenoma. Jika
pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi untuk dilakukan operasi.1,6
Operasi
Indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain adalah pasien dengan
intoleransi obat, tumor yang resisten terhadap terapi medikamentosa, atau
pada pasien dengan gangguan lapangan pandang yang persisten meskipun
telah diberikan terapi medikamentosa (manifestasi akibat penekanan
tumor).1,6
Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati
dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.2
14
Gambar 5. Penanganan Hiperprolaktinemia
KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari kondisi tersebut;
komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan, pendarahan, osteoporosis,
dan infertilitas.1
PROGNOSIS
15
Sebanyak 9095 % pasien dengan mikroadenoma mengalami
penurunan sekresi prolaktin secara gradual, jika konsisten dengan pengobatan
minimal selama 7 tahun.1
Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami resolusi
tanpa pengobatan.1,2
Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi maka
pasien memerlukan terapi medis jangka panjang.1
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Shenenberger D., Hyperprolactinemia, [August] 2001, [cited 2009 May],
Available from : http://www.emedicine.com
2. Thorner M.O., Hyperprolactinemia, [October] 2003, [cited 2009 May], Available
from : http://www.endotext.com
6. Serri O., Chik C.L., Ur E., Ezzat S., Diagnosis and management of
hyperprolactinemia. In: Canadian Medical Association Journal 2003,
169(6):575-81.
7. Schlechte J.A., Prolactinoma. In: The New England of Journal of Medicine 2003,
349:2035-41.
8. Goffin V., Bernichtein S., Touraine P., Kelly P.A., Development and potential
clinical uses of human prolactin receptor antagonists, [September] 2005, [cited
2009 May], Available from: http://edrv.endojournals.org
17