Anda di halaman 1dari 1

Selanjutnya dilakukan uji difusi perkutan, menggunakan larutan dapar fosfat pH 7,4 agar sama

dengan pH fisiologis atau pH darah dbawah kulit, dan membran semipermeabel sebagai media
difusi. Diperoleh hasil % zat yang terdifusi dalan satuan waklu 10', 15', 20', 30', 40', 50', 60', 90',
120', 180' yang terlampir dalam tabel hasil. Dari data tersebut, konsentrasi pelepasan zat aktif
meningkat pada setiap peningkatan waktunya dengan nilai % permeasi 55.49% pada menit ke-
180. Menurut literatur yang kami dapatkan, % zat terditusi yang kami dapatkan sudah baik.

Kelarutan obat berhubungan dengan proses absorbsi dan bioavailibilitas dalam tuubuh yang
dapat menentukan efek farmakologi. Absorbsi sistemik dari suatu obat dari tempat
ekstravaskular dipengaruhi oleh sifat fisikokimia sediaan obat. Untuk obat-obat yang memiliki
kelarutan yang kecil dalam air, laju pelarutan seringkali menjadi tahap yang paling lambat,
oleh karena itu menyebabkan terjadinya efek penentu kecepatan ketersediaan bioavailabililas
obat. Kelarutan obat yang rendah dalam air mempengaruhi juga laju disolusi dan kadar obat
dalam tubuh. Perbaikan kelarutan dapat dilakukan melalui pembentukan garam, penentuan
kelas hidrofil, atau dengan bahan pembentuk misel, pengecilan ukuran pertikel, disperse solila
dan mikroenkapsulasi. Salah satu upaya peningkatan kelarutan adalah dengan penambahan zat
peningkat penetrasi dalam formulasi, Dengan adarrysa penambahan zat peningkat penetrasi
diharapkan mampu meningkatkan kelarutan obat sehingga proses absorbsi dalam tubuh akan
lebih baik dan adanya peningkatan bioavaibilitas dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai