Anda di halaman 1dari 5

1.

Identitas Konselor

Dasar Pemikiran Standarisasi Profesi Konselor Standarisasi diperlukan oleh setiap


profesi. Standarisasi profesi konselor dilakukan atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, dst (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).
2. PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. UU nomor 14 tentang Guru dan Dosen, dalam UU No.14 dijelaskan bahwa konselor
memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak sama persis
dengan guru .
4. Pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor berada dalam
konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dalam
memotivasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan
termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta
mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,
serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan”.
5. Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling
selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan
yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan
pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak
jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga
pengampu pelayanan professional itu juga dinamakan the reflective practitioner.

Dalam Dunia Bimbingan dan konseling penyelenggara program layanan BK merupakan


tugas seorang konselor. Menurut Wikipedia (Ensiklopedia Bebas), Konselor adalah seorang
yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Seeorang bisa mendapat predikat
seorang konselor apabila ia mempunyai latar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1
(S1) dari jurusan Bimbingan dan Konseling.Lalu, mempunyai organisasi profesi yang
menaunginya yaitu Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). Melalui proses
sertifikasi melihat kompetensi baik secara akademik maupun non akademik yang dimiliki
telah dimiliki konselor, asosiasi ini memberikan lisensi bagi para konselor tertentu sebagai
tanda bahwa yang bersangkutan dapat berwenang memberikan pelayanan konseling dan
pelatihan bagi masyarakat secara legal.
- Karakteristik Seorang Konselor
Menurut Cavanagh (1982) kualitas pribadi konselor ditandai dengan adanya
beberapa karakteristik, yaitu:
1) Self Knowledge (Pemahaman diri)
Self-knowledge ini mengartikan bahwa seorang konselor patut memahami dirinya
dengan baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia
melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.
2) Competence (Kompeten)
Menunjukkan bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi
konselor, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan
kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan
bahagia.
3) Good Psychological Health (Kesehatan Psikologis yang Baik)
Konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari
kliennya. Hal ini penting karena mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan
keterampilan. Ketika konselor memahami bahwa kesehatan psikologis yang
dikembangkan melalui konseling, maka dia membangun proses konseling tersebut
secara lebih positif.
4) Trustworthiness (Dapat Dipercaya)
Kualitas Ini berarti bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab
kecemasan bagi klien.
5) Honesty (Jujur)
Jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka), autentik, dan
asli (genuine).
6) Strength (Kekuatan)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab
dengan hal itu klien akan merasa aman.

7) Warmth (Bersikap Hangat)


Bersikap hangat merupakan manifestasi sikap seperti misalnya ramah, penuh
perhatian, dan memberikan kasih sayang.
8) Actives responsiveness
Keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat dinamis, tidak pasif.
Melalui respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya
terhadap kebutuhan klien.
9) Patience (Sabar)
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk
mengembangkan dirinya secara alami.
10) Sensitivity (kepekaan)
Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika
psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada diri klien
maupun dirinya sendiri.
11) Holistic awareness (Kesadaran Holistik)
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien
secara utuh dan menyeluruh.

Pada umumnya, konselor banyak terjun pada ranah dalam konseling di bidang
pendidikan, namun tidak dapat dipungkiri pula ada juga yang memasuki ranah pada bidang
industri dan organisasi, penanganan korban bencana, penyuluhan di masyarakat, dsb. Bagi
para konselor yang menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling di bidang
pendidikan formal khususnya pemberian layanan bagi para peserta didik , biasanya sering
disebut Guru Pembimbing atau Konselor Sekolah.

Konselor dapat ditemukan dalam berbagai berbagai peran. Pelatihan konseling begitu luas
dan kita menemukan konseling individu dan konseling kelompok yang menyajikan
perkembangan sesuai untuk individu dari segala usia. Peran konselor cenderung dalam
orientasi profesional yang membantu hubungan, kerja kelompok, pertumbuhan dan
perkembangan manusia, sosial dan budaya, karir dan gaya hidup pengembangan, penilaian
dan penelitian dan evaluasi program. Selain mata kuliah ini, konselor pada umumnya
memiliki program kerja di daerah khusus konseling, serta pengetahuan dan keterampilan
khusus daerah itu.
2. Keterkaitan dan Perbandingan Konseling, Bimbingan dan Psikoterapi

- Perbedaan Konseling, Psikoterapi, dan Bimbingan

Perbedaan Bimbingan Konseling Psikoterapi


Bantuan non material,
Jenis Bantuan non material
berupa pemberian Bantuan psikis.
Bantuan (bantuan psikologis).
informasi atau orientasi.
1. Para ahli
kejiwaan.
1. Seseorang yang
menguasai suatu bidang 2. Individu yang
tertentu. 1. Konselor. mengalami
Pihak yang
terlibat gangguan
2. Individu yang 2. Konseli.
kejiwaan
membutuhkan informasi
(kesehatan
atau bimbingan.
mentalnya
terganggu).
1. Pemahaman diri.

2. Penerimaan diri.

3. Pengelolaan diri.

4. Mengoptimalkan
Menyembuhkan atau
Memberikan informasi dan potensi dan
menghilangkan
orientasi tertentu kepada kemampuan konseli.
Tujuan gangguan kejiwaan
individu yang
5. Pemecahan yang diderita oleh
membutuhkan.
masalah. pasien.

6. Aktualisasi diri.

7. Mengubah KES T
(Kehidupan Efektif
Sehari-hari
Terganggu) menjadi
KES (Kehidupan
Efektif Sehari-hari).
1. Wawancara
1. Menggunakan
konseling sebagai alat
1. Biasanya menggunakan obat penenang.
utama.
metode ceramah.
Proses
2. Berkelanjutan
2. Berkelanjutan.
2. Normatif. hingga gangguan
kejiwaan hilang.
3. Normatif.
1. Membina hubungan
1. Membina hubungan
baik.
baik (rapport).

2. Menyampaikan materi
2. Explorasi masalah.
bimbingan.
Mengikuti tahapan
3. Merumuskan tujuan.
Tahapan 3. Menyampaikan tujuan dokter spesialis
pemberian materi 4. Merencanakan gangguan kejiwaan.
bimbingan (informasi). bantuan.

4. Kegiatan inti. 5. Evaluasi, tindak


lanjut.
5. Evaluasi.
1. Individu yang

Individu memiliki mandiri.

pemahaman terhadap suatu


2. Mencapai KES Gangguan kejiwaan
informasi yang ia butuhkan,
Hasil (Kehidupan Efektif yang diderita oleh
sehingga ia mampu
(output) Sehari-hari). pasien hilang
memutuskan apa yang
(sembuh).
harus ia lakukan terhadap 3. Terpecahkannya
hasil informasi tersebut. suatu masalah yang
dihadapi individu.

Anda mungkin juga menyukai