Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRAKTIKUM LIMNOLOGI
KUALITAS AIR DI CHECK DAM
Disusun Oleh
Kelompok 9 / Perikanan B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan
hidayahNya. Kami dapat melaksanakan dan menyusun laporan akhir praktikum
limnologi. Atas dukungan moral serta materi yang telah diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Tim
Dosen Limnologi dan asisten praktikum limnologi yang telah membimbing kami
untuk menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha dengan segenap
kemampuan kami, sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Demi kesempurnaan laporan ini kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun. Kritikan dan saran sangat kami butuhkan agar laporan
ini menjadi lebih baik dan digunakan sebagaimana mestinya.
Dengan selesainya makalah ini saya mengharapkan akan dapat memberikan
pengetahuan tambahan tentang pemahaman materi tentang Dasar-dasar manajemen
khususnya bagi saya dan umumnya bagi teman-teman. Semoga karya ilmiah yang
saya buat ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua. Akhir kata
semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua yang membacanya walaupun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. V
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ VI
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... VII
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 8
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................ 8
1.3 Manfaat Praktikum. ......................................................................... 9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Check Dam Unpad ............................................. 10
2.2 Kualitas Air ................................................................................... 11
2.2.1 Kecerahan ...................................................................................... 13
2.2.2 Dissolved Oxygene (DO) ............................................................... 14
2.2.3 Karbondioksida ............................................................................. 14
2.2.4 pH .................................................................................................. 17
2.2.5 Alkalinitas ..................................................................................... 19
2.2.6 Biochemical Oxygene Demand (BOD) ......................................... 20
2.2.7 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan Ammonia Bebas (NH3) ..... 22
2.2.8 Produktivitas Primer...................................................................... 22
iii
4.1.4 pH ..................................................................................................
4.1.5 Alkalinitas .....................................................................................
4.1.6 Biochemical Oxygene Demand (BOD) .........................................
4.1.7 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan Ammonia Bebas (NH3) .....
4.1.8 Produktivitas Primer......................................................................
4.2 Pembahasan ...................................................................................
4.2.1 Kecerahan ......................................................................................
4.2.2 Dissolved Oxygene (DO)
4.2.3 Karbondioksida .............................................................................
4.2.4 pH ..................................................................................................
4.2.5 Alkalinitas .....................................................................................
4.2.6 Biochemical Oxygene Demand (BOD) .........................................
4.2.7 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan Ammonia Bebas (NH3) .....
4.2.8 Produktivitas Primer......................................................................
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
8
3. Untuk mengetahui alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan pada
percobaan ini .
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; dan
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Masing-masing kelas air di atas mensyaratkan kualitas air tertentu yang
dinilai layak untuk dimanfaatkan untuk kegunaan tertentu. Kualitas air pada
masing-masing kelas air ini tergambar pada instrumen kriteria mutu air. Dengan
kata lain, kriteria mutu air adalah tolok ukur kualitas air untuk setiap kelas air.
Terdapat 5 (lima) kelompok tolok ukur atau parameter dalam kriteria mutu air, yaitu
fisika, kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, dan radioaktivitas. Parameter
kualitas air dalam kelompok kimia anorganik salah satu contohnya adalah tembaga.
Informasi lebih detail mengenai jenis-jenis parameter kualitas air dapat dilihat
dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001.
Kelas air dan kriteria mutu air dalam PP No. 82 Tahun 2001 menjadi acuan
bagi pemerintah atau pemerintah daerah dalam menetapkan kelas air pada sungai-
sungai yang ada di wilayah administratifnya. Penetapan kelas air dilakukan dengan
mempertimbangkan wilayah administratif dari sumber-sumber air. Penetapan kelas
air pada sungai yang berada dalam dua atau lebih wilayah Provinsi atau merupakan
lintas batas wilayah Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penetapan
kelas air pada sungai yang berada dalam dua atau lebih wilayah Kabupaten/Kota
dapat diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi. Penetapan kelas air pada sungai
yang berada dalam wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Dalam hal sungai belum ditetapkan kelasnya, baku mutu airnya
dianggap tunduk pada pengaturan Kelas 2.
Penetapan kelas air pada suatu sungai dilakukan berdasarkan hasil
pengkajian yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Hasil
pengkajian tersebut berisi informasi mengenai:
1). Keadaan mutu air saat ini (existing quality); 2). Rencana pendayagunaan air
sesuai dengan kriteria kelas yang diinginkan; dan 3). Mutu air sasaran yang akan
dicapai (objective quality). Berdasarkan pada tiga informasi tersebut penetapan
kelas air dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas sungai atau
untuk mengubah kualitas sungai dari kelas air yang lebih rendah menjadi kelas air
yang lebih tinggi. Pengkajian untuk penetapan kelas air tersebut erat kaitannya
dengan instrumen berikutnya, yakni baku mutu air
11
2.2.1 Kecerahan
Kecerahan perairan berkaitan dengan kekeruhan. Jika perairan mempunyai
kekeruhan yang tinggi maka kecerahan dalam perairan itu rendah. Air yang baik
adalah air yang mempunyai kualitas yang jernih dan tidak keruh. Perairan yang
kualitas air nya jernih pasti mempunyai daya tembus cahaya matahari yang jauh ke
dalam perairan . Tingkat kecerahan suatu perairan tergantungpada bahan-bahan
tersuspensi yang terkandung di perairan.
Salah satu parameter kualitas yang penting adalah konsentrasi total padatan
yang tersuspensi (total suspend solid/TTS) dan tingkat kekeruhan perairan. TTS
merupakan total bahan yang tersuspensi bisa bahan organik dan anorganik.
Keberadaan TTS dan tingkat kekeruhan bisa diakibatkan oleh kegiatan industri.
Proses fotosintesis dapat terganggu akibat berkurangnya penetrasi sinar matahari
ke dalam kolom perairan.
Ditinjau dari fisilogi Plankton, spektrum cahaya yang terpenting untuk
menunjang proses fotosintesis adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang
400-700 nm (wetzel,1983 dalam Modul Praktikum Limnologi Perikanan Unpad
2018). Rata-rata intensitas cahaya (400-700 nm) yang masuk kedalam kolom air
suling sedalam 1 meter ± sebesar 50%, pada danu yang cerah ± sebesar 40%, danau
yang keruh antara 5-10% dari total intensitas cahaya yang jatuh di permukaan air.
Sedangkan kedalaman rata-rata zona cahaya (photic zone) pada umumnya
danau antara 2-3 kali dari kedalaman Secchi (Goldman dan Horne 1983 dalam
Modul Praktikum Limnologi Perikanan UNPAD 2018). Dalam PP no 82 tahun
2001 baku mutu parameter Kecerahan tidak diatur. Kecerahan yang baik untuk
perairan budidaya dan biota lainnya berkisar 30-40 cm. Bila kecerahan mencapai
kedalaman kurang dari 25 cm,berarti akan terjadi penurunan oksigen terlarut secara
drastis.
12
Kandungan oksigen terlarut pada perairan sangat berpengaruh pada.
kehidupan hewan dan tanaman di suatu perairannya. DO adalah jumlah oksigen
yang terlarut di dalam air dikenal dengan “oksigen jenuh”. Oksigen masuk ke dalam
air ketika permukaan air bergolak dan berasal dari proses photosinthesis. Menurut
Effendi (2003) kadar DO di perairan tawar berkisar sekitar 15 mg/l pada suhu
Dalam air ketika permukaan air bergolak dan berasal dari proses
photosinthesis. Menurut Effendi ( 2003 ) Kadar DO di perairan tawar berkisar
sekitar 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Faktor biologi yang
mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah proses respirasi dan
fotosintesis. Respirasi mengurangi oksigen di dalam air sedangkan fotosintesis
menambah oksigen ke dalam air. Oksigen terlarut biasanya diukur dengan
menggunakan DO meter. Dimana alat ini terbagi menjadi dua, yakni DO meter
manual dan DO meter digital
2.2.3 Karbondioksida
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen
dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan
standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa
bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah
kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,
dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada
proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting
dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping
pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung
berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1
atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam
13
bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. CO2 adalah
oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah muda.
14
bebas khususnya berbahaya bagi anak-anak ikan jenis tilapia yang baru melewati
bentuk pakan endogenous dan eksogenous. Mereka melakukan respirasi
menggunakan permukaan tubuhnya dan tidak dapat mengatur keseimbangan asam
dengan insangnya. Tekanan rendah CO2 bebas di dalam air menimbulkan tingginya
tingkat difusi CO2 dari tubuhnya, menimbulkan alkalosis dan akhirnya mati.
Pemberian aerasi adalah tindakan efektif untuk mengatasi kelebihan CO2.
2.2.4 pH
Skala pH yaitu dari 0 sampai 14, pH 7 pada air menunjukan air yang netral,
jika pH <7 menunjukan bahwa air itu bersifat asam, sedangkan pH >7 pada air
menunjukan bahwa air itu bersifat basa. Air yang normal berkisar antara 6,5 – 6,8.
pH air. Nilai pH di atas 9.2 atau kurang dari 4.8 bisa membunuh ikan, air dengan
pH rendah terjadi di tanah bergambut.
Nilai pH yang tinggi terjadi di perairan dengan kandungan alga tinggi, dimana
proses photosinthesis membutuhkan banyak CO2. pH akan meningkat hingga 9.0-
10.0 atau lebih tinggi jika bikarbonat di serap dari air (Svobodova at al 1993).ikan
menggunakan lendir di dalam insangnya untuk bertahan di air yang pH nya rendah
atau tinggi.
Kondisi pH yang menurun akibat adanya hujan bisa dilakukan dengan
melakukan pengapuran dengan menggunakan kapur atau dolomit degan dosis 100
- 200 kg/ha (Adhikari 2003). Sebaliknya bila pH tinggi bisa dilakukan dengan
melakukan pergantian air. Pengukuran biasanya menggunakan alat yang
dinamakan pH-meter. Tetapi, dapat juga menggunakan kertas lakmus
15
Rang pH Dampak diperairan
Alga berkembang
2.2.5 Alkalinitas
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam lemah
atau basa lemah. Pengukuran kadar alkalinitas sangat penting karena adanya
bikarbonat pada perairan dengan nilai alkalinitas tinggi berperan sebagai penyangga
16
perairan terhadap perubahan nilai pH. Semakin tinggi nilai alkalinitas pada suatu
perairan, semakin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH
perairan semakin rendah. Nilai alkalinitas pada suatu ekosistem perairan dapat
menjadi indikator kesuburan ekosistem itu sendiri. Alkalinitas biasanya dinyatakan
dengan kandungan kalsium karbonat dalam satuan mg/liter CaCO3 atau meq/liter
CaCO3.
Dilihat dari PP RI no. 82 tahun 2001, standar baku mutu nilai alkalinitas pada
air yaitu tidak pernah melebihi 500 mg/l CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas
terlalu tinggi tidak disukai organisme perairan karena kadar natrium dan kesadahan
tinggi.
Tabel 2. Kisaran nilai alkalinitas (MeaCaCO3/L) terhadap peruntukan perairan
Alkalinitas Kondisi Perairan
(mg/l CaCO3)
0 – 10 Tidak dapat dimanfaatkan
10 – 50 Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2
rendah, pH bervariasi, produktifitas rendah
50 – 200 Alkalinitas sedang, pH bervariasi, CO2 sedang,
produktifitas sedang
>500 Stabil, produktifitas rendah
17
muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur yang
menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme
selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar
untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang adadi udara bebas. Konsentrasi air
buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu,
hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal
ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya
berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C.
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-
macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon
dioksida (CO2) danair (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu
prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk
menguraikan bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama
pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi
yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi dansuhu. Karenanya
selama pemeriksaan BOD,suhu harus diusahakan konstan pada 20°C yang
merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang diperlukan untuk
proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi CO2 dan
H2O adalahtidak terbatas. Dalam prakteknya dilabo-ratoriurn, biasanya
berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase
reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total
BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80%dari nilai BOD total. Penentuan
waktu inkubasi adalah 5 hari,dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi
ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa, ammonia
sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga
dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD. Oksidasi nitrogen anorganik ini
memerlukan oksigen terlarut, sehingga perlu diperhitungkan. Dalam praktek untuk
penentuan BOD yang berdasarkan pada pemeriksaan oksigen terlarut (DO),
biasanya dilakukan secara langsung atau dengan cara pengenceran.
18
Tabel 3. Parameter Biochemical Oxygene Demand (BOD) berdasarkan PP No. 82,
tahun2001.
19
Produktivitas Primer adalah jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh
organisme autrotof, yaitu organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi matahari. Produktivitas primer suatu
ekosistem perairan pada dasarnya merupakan hasil perubahan energi cahaya
matahari menjadi energi kimia dalam tubuh organisme autotrof perairan tersebut
melalui fotosintesis. Sebagian organisme autotrof dapat melakukan sintesis tanpa
bantuan cahaya matahari, namun persentasenya sangat kecil (Barnes dan Mann,
1994 dalam Pitoyo 2001 ), sehingga besarnya produktivitas primer perairan sangat
tergantung aktivitas dan efektivitas fotosintesis organisme fotoautotrof.
20
BAB III
BAHAN DAN METODE
21
2 Penggaris Alat ini berfungsi untuk mengukur panjang tali yang
masuk ke dalam perairan
3.2.1.3 Karbondioksida
Berikut ini adalah alat dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran
Karbondioksida
Tabel 7. Alat dan Fungsi yang digunakan
No Alat Fungsi
1 Tabung Erlenmeyer berfungs sebagai penampung larutan yang
erlenmeyer
akan di titrasi.
2 Pipet ukur Untuk memindahkan suatu cairan daaari wadah satu ke
wadah lainnya. Pipet ini mempunyai ukuran volume.
3 Gelas Ukur Alat ini berfungsi untuk mengukur volume cairan.
3.2.1.4 pH
Berikut ini adalah alat dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran pH
Tabel 8. Alat dan Fungsi yang digunakan
No Alat Fungsi
1 pH meter pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH keasamaan dan kebasaan di dalam perairan
.
22
3.2.1.5 Alkalinitas
Berikut ini adalah alat dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran Alkalinitas
Tabel 9. Alat dan Fungsi yang digunakan
No Alat Fungsi
1 pH meter pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH keasamaan dan kebasaan di dalam
perairan .
2 Biuret
3 Erlenmeyer Erlenmeyer berfungsi sebagai penampung larutan yang
akan di titrasi.
4 Gelas Ukur Alat ini berfungsi untuk mengukur volume cairan.
23
4 Gelas Ukur Alat ini berfungsi untuk mengukur volume cairan.
5 Spectrofotometer Mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca
atau kuarsa yang disebut kuve
6 Tabung Reaksi Alat ini berfungsi untuk mereaksikan bahan kimia
24
25
3.2.2 Bahan Praktikum
Berikut bahan yang digunakan beserta fungsinya pada praktikum Limnologi
3.2.2.1 Kecerahan
Dalam praktikum kecerahan pada perairan tidak memerlukan bahan.
3.2.2.2 Dissolved Oxygene (DO)
Berikut ini adalah bahan dan fungsi yang digunakan dalam Dissolved Oxygene
(DO)
Tabel 13. Bahan dan Fungsi yang digunakan
No Bahan Fungsi
1 Sample air Sebagai sample air
Check Dam
UNPAD
2 Aquadest Larutan ini digunakan sebagai pembersih glassware atau
alat-alat laboratorium.
3.2.2.3 Karbondioksida
Berikut ini adalah bahan dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran
Karbondioksida
Tabel 14. Bahan dan Fungsi yang digunakan
No Bahan Fungsi
1 Larutan Larutan ini berfungsi untuk menguji keasaman zat lain
indikator
phenolpthealin
2 Larutan NaOH Larutan in untuk memberikan suasana basa
3.2.2.4 pH
Berikut ini adalah bahan dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran pH
Tabel 15. Bahan dan Fungsi yang digunakan
No Bahan Fungsi
1 Larutan ph Larutan ini berguna untuk mempertahankan pH pada
buffer 4,0 dan nilai yang hampir konstan dalam berbagai aplikasi kimia
7,0
3.2.2.5 Alkalinitas
Berikut ini adalah bahan dan fungsi yang digunakan dalam pengukuran Alkalinitas
26
Tabel 16. Bahan dan Fungsi yang digunakan
No Bahan Fungsi
1 Larutan HCL Larutan ini dugunakan agar larutan menjadi
asam
2 Larutan indikator methyl Larutan in iuntuk menentukan kadar
red/orange keasaman dalam titrasi
27
Tabel 19. Bahan dan Fungsi yang digunakan
NO Bahan Fungsi
28
3.3.2 Dissolved Oxygene (DO)
Kabel dilepas dari DO meter
Tekan O2 Cal
Angka dicatat yang tercantum pada DO meter dan angka suhu dibawahnya
29
3.3.3 Karbondioksida
Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari tidak berwana menjadi
merah muda
30
3.3.5 Alkalinitas
31
3.3.6 Biochemical Oxygene Demand (BOD)
1. Pengukuran DO0
Dimasukkan contoh air hasil saringan tersebut ke dalam gelas ukur sebanyak
300 mL
32
12. Pengukuran DO5
Biarkan endapan larut sempurna hingga larutan dalam botol Winkler menjadi
bening berwarna orange atau kuning
Dititrasi dengan larutan thiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N hingga larutan berubah warna dari
biru menjadi jernih
33
3.3.7 Total Ammonia Nitrogen (TAN) dan Ammonia Bebas (NH3)
Tambahkan larutan signette 1 ml dan larutan nessler 0,5 ml, lalu homogenkan
dan diamkan 10-15 menit.
34
3.3.8 Produktivitas Primer
Alat dan bahan disiapkan
Botol LB dan DB direndam di perairan selama 4-8 jam pada lokasi contoh
pengambilan air sebelumhya
Botol winkler diisi oleh air IB sampai penuh (jangan sampai ada gelembung )
Tutup dan kocok hingga warna kembali seperti semula dan terjadi endapan
tunggu selama 15 menit
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut hasil praktikum dengan beberapa paramater yang telah kami lakukan
Tabel 20. Data Hasil Pengujian Kecerahan (cm)
Stasiun 07.00 WIB 09.00 WIB 11.00 WIB
I 25,6 20,56 19
II 21,6 26,6 26,3
III 23,6 22,6 41,5
36
37
4.2 Pembahasan
Berikut pembahasan dari hasil praktikum limnologi yang telah kami lakukan
4.2.1 Kecerahan
Pada pengukuran transparansi cahaya di Kolam Check Dam Unpad mendapatkan
hasil yang berbeda-beda pada setiap jam nya. Pada pukul 07.00 WIB rata-rata
kedalaman kolam adalah 23,6 cm. Pada pukul 09.00 WIB rata-rata kedalaman
kolam adalah 9,5 cm dan yang terakhir pada pukul 11.00 WIB rata-rata kedalaman
kolam adalah 28,9. Transparansi cahaya yang terdalam didapatkan pada pukul
11.00 WIB di stasiun 3 yaitu 41,5 cm sedangkan yang terdangkal didapatkan pada
pukul 11.00 WIB di stasiun 3 yaitu 19 cm. Hal ini menunjukan bahwa pada pukul
11.00 WIB cahaya yang masuk ke perairan sangat banyak. Transpransi cahaya pada
pukul 11.00 WIB di stasiun 3 sesuai dengan baku mutu perairan yaitu berkisar 30-
60 cm dan sangat layak untuk kehidupan organisme perairan.
4.2.4 pH
Nilai pH merupakan parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu
perairan, Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH
dari unit penanganan limbahnya ( Mahida, 1984 ), tetapi pada umumnya batas
toleransi pada ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2
“Basie death point”. Perairan yang mmiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan
yang sangat ideal untuk tempat hidup dan produktivitas organisme air.
38
4.2.5 Alkalinitas
Hasil pengukuran alkalinitas pada check dam unpad berdasarkan waktu
pengujian menunjukkan kisaran nilai rata-rata pagi pukul 07.00 wib 20 meq/l - 90
meq/l, pukul 09.00 wib 65 meq/l – 180 meq/l dan siang 54,75 meq/l – 110 meq/l.
Sedangkan berdasarkan stasiun, nilai alkalinitas stasiun 1 berada di kisaran 20
meq/l – 110 meq/l, stasiun II 54,75 meq/l – 100 meq/l, dan stasiun III 76 meq/l –
180 meq/l.
Nilai alkalinitas tertinggi stasiun I terjadi di siang hari dan alkalinitas terendah
terjadi di pagi hari pukul 07.00 wib. Pada stasiun II dan III nilai alkalinitas tertinggi
terjadi pada pukul 09.00 dan terendah di siang hari. Berdasarkan hasil pengujian
dan standar baku mutu, nilai alkalinitas check dam unpad secara keseluruhan berada
di kualitas sedang. Kualitas rendah hanya terjadi di stasiun I pada pagi hari.
39
Kegiatan pertama ialah uji N total yang dilakukan proses destruksi. Destruksi
bertujuan untuk memecah ikatan senyawa organik menjadi bagian yang lebih
sederhana yaitu amonium sulfat. Pada proses destruksi dilakukan penambahan
katalis N dan H2SO4. Larutan H2SO4 berfungsi untuk mengurai senyawa N menjadi
unsur-unsur penyusunnya sedangkan katalis N berfungsi untuk mempercepat
jalannya reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi dan titik didih H2SO4.
Penambahan larutan H2SO4 dilakukan di dalam lemari asam karena larutan ini
pekat dan gas yang dihasilkannya cukup berbahaya.
Penambahan katalis N dilakukan dengan menggunakan spatula kecil yang
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl secara horizontal, tujuannya adalah agar serbuk
katalis tidak tercecer dan menempel di dinding leher labu. Labu kemudian dikocok
agar larutan di dalamnya menjadi homogen, larutan ini berwarna coklat keruh yang
perlahan berubah menjadi coklat kekuningan. Selanjutnya dilakukan pemanasan
hingga larutan berwarna jernih kehijauan yang mengindikasikan proses destruksi
sudah selesai. Kemudian larutan amonium sulfat yang terbentuk didinginkan
supaya suhu sampel sama dengan suhu luar dan untuk menghentikan reaksi yang
sebelumnya terjadi sebelum dilanjutkan ke perlakuan berikutnya. Pendinginan
dilakukan sampai larutan berubah warna menjadi bening, lalu dilakukan proses
distilasi dengan menggunakan metode semi mikro Kjeldahl.
Untuk kegiatan kedua yaitu penghitungan kadar NH3 langkahnya sama
dengan kegiatan pertama namun tanpa proses destruksi sehingga langsunng
didistilasi. Pada proses distilasi ditambahkan larutan NaOH-tiosulfat yang
berfungsi sebagai pemberi suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung
dalam suasana asam. Selain itu juga ditambahkan reagen asam borat (H3BO3-
MRBCG) yang berfungsi untuk menangkap hasil distilat. Senyawa tersebut
merupakan senyawa amfoter yang dapat bersifat asam atau basa karena range pH
yang lebar sehingga dapat dijadikan sebagai indikator apakah distilat bersifat asam
atau basa. Proses distilasi dihentikan jika volume distilat mencapai 50 ml. Kedua
sampel dari kedua kegiatan kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai
warnanya berubah menjadi merah muda.
40
Pemupukan yang berlebihan akan mengakibatkan zat amoniak pada kolam
sehingga akan membunuh beberapa plankton dan membuat ikan stress dan jumlah
padat tebar yang melebihi batas juga mempengaruhi. Jumlah padat yang tidak
terbatas menyebabkan nilai DO yang tersedia cukup berkurang dan menambah
terjadinya persaingan atau kompetis dan perlakuan terhadap perairan juga
mempengaruhi produktivitas perairan seperti pada kolam yang dilakukan
pengapuran serta pemberian pakan ikan yang menggunakan pakan buatan yang
berupa pelet.
Perlakuan tersebut tentu saja akan mempengaruhi produktivitas suatu
perairan karena pemupukan dan pengapuran akan merubah kondisi perairan serta
kandungan bahankimia pada pelet buatan juga akan mempengaruhi keadaan
perairan. Ekosistem yang terbuka serta merupakan tempat wisata membuat danau
ini cukup kotor. Banyaknya sampah yang dibuang ke dalam perairan membuat
perairan menjadi tercemar. Tidak adanya pemupukan juga membuat unsur hara
pada perairan ini selalu kekurangan. Berdasarkan hasil percobaan di kolam check
dam UNPAD nilai produktifitas yang tinggi menunjukan kualitas perairan yang
baik, hal ini dikarenakan peningkatan produktifitas primer berbanding lurus
dengan kadar O2 terlarut dalam air oleh plankton dan alga.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pengamatan yang telah praktikan lakukan menunjukkan bahwa
hasil analisis kolam cekdam sebagai berikut:
Kolam Cekdam memiliki warna air yang cukup coklat. Keadaan kolam disana yang
memiliki 3 titik yaitu inlet, tengah dan outlet. Praktikum juga dapat memperoleh
kualitas kolam sehingga dapat menunjukan baku mutu masing-masing parameter
berdasarkan PP No. 82, tahun 2001.
2. Dengan melakukan praktikum ini maka praktikan mengenal juga alat serta fungsi
yang digunakan pada saat praktikum, yaitu sebagai berikut:
3. Dan dengan praktikum ini juga praktikan dapat mengetahui cara menghitung
hasil analisis dengan rumus tertentu yang sudah di tentukan, salah satu diantaranya
menghitung BOD dengan rumus:
42
5.2 Saran
Gunakan waktu praktikum seefektif mungkin karena dalam melakukan analisis
kualitas air diperlukan ketelitian yang benar. Dalam praktikum analisis kualitas air
harus dilakukan berulang ulang agar didapat hasil yang benar benar sesuai. Kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
laporan ini kedepannya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ramathilagam BH, et al. 2017. Planning, Design, and Estimation of a Check Dam.
International Journal of Engineering Science and Computing, April 2017.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
volume xxx, No 3, 2005: 21-26
44
Yousif RA, et al. 2017. Effect of Phsyco-Chemical Conditions on the Structure and
Composition of the Phytoplankton Community at Jatinangor, Indonesia.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences Vol. 6
No.11, 201
Yulfiperius, dkk. 2006. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan Lalawak (Barbodes sp.). Biosfera Vol. 23 No. 1, Januari
2006.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Praktikum
1.1 Kecerahan
1.2 Karbondioksida
pH meter Spectrofotometer
Lakban
Tali rapia
DO meter
1.7 Alkalinitas
pH meter
Aquades
Larutan Indikator
Amylum 1%
Larutan Pereaksi O2
Larutan Na2S2O3 0,01 N
(O2-Reagent)
(Larutan Thiosulfat)
Larutan H2SO4-pekat
2.6 Karbondioksida
Larutan NaOH
Larutan Phenolpthaelin
2.7 pH
Ukur tali yang terendam air (SD1) Ukur tali yang terendam air (SD2)
Lampiran 4. Perhitungan
Berikut perhitungan hasil kegitan praktikum :
1. Kecerahan
SD1 = 57 cm
SD2 = 26 cm
SD1+SD2
SD (m) = 2
57+26
= 2
= 41,5 cm = 0,415 m
2. Dissolved Oxygen (DO)
Di dapatkan hasil Ph air cekdam sebesar 8,5 Mg/L
- Suhu : 30,4 ℃
- DO : 7,3
3. Karbondioksida
mg/l CO2-bebas = 1000 x (ml NaOH terpakai) x 0,1 x 44
50
= 20 x 0,15 x 0,1 x 44
= 13,2 mg/l CO2-bebas
4. pH
pH air Cekdam sebesar 7,5
5. alkalinitas
meq/l CaCO3 = 1000 x (ml HCl terpakai) x 0,1 x 50
50
= 1000 x 0,76 x 0,1 x 50
50
= 76 meq/l CaCO3
6. BOD
DO-nol Inset = Jumlah thiosulfat 93 tetes = 4,42 ml
mg/l O2 : 8000 x 4,42 ml x 0,02 N = 14,4 mg/l
50 x ( 150-2 )
150
DO-nol Midlet = Jumlah tiosulfat 63 tetes = 3 ml
mg/l O2 : 8000 x 3 ml x 0,02 N = 9,79 mg/l
50 x ( 150-2 )
150
DO-5 Outlet = Jumlah tiosulfat 0,4 ml
mg/l O2 : 8000 x 0,4 ml x 0,02 N = 1,3 mg/l
50 x ( 150-2 )
150
BOD = (DO-nol – DO-5) x pengenceran
= (13,5 – 1,3) x 5
= 61 mg/l
7. TAN
Pengukuran kadar amonia menggunakan rumus:
1000 x Abs contoh x 5µg/l
TAN = 25 Abs standar
Sample Midlet
Ph : 7,33
Suhu : 29 ℃
Absrobansi : 0,11
Sample Outlet
Ph : 7,39
Suhu : 29 ℃
Absrobansi : 0,126
8. Produktivitas Primer
Hasil :
1. DO pada botol IB
8000 x ml Thiosulfat x normalitas (0,02 N)
mg/l O2 = V botol-2
50 x
V botol
8000 x 3,9x 0,02 N
= 12,65 mg/l
49,3
2. DO pada botol DB
8000 x ml Thiosulfat x normalitas (0,02 N)
mg/l O2 = V botol-2
50 x
V botol
Respirasi = IB-DB
= 12,65 -12,20
= 0,45 mg/l
Gross Primary Productivity = LB-DB
= 7,85 – 12,20
= -4,35 mg/l
Net Primary Productivity = (LB-DB) – (IB-DB)
=– -4,35 - 0,45
= -4,8 mg/l
Konversi Kadar Oksigen
miligram c/m3 = mg/l O2 x 0,375x1000
=- 4,8 x 0,375 x 1000
= -1800 mg c/m3
Gram c/m2 = mg c/m3 x 0,001
= -1800 x 0,001
= -1,8 gram c/m2
Gram berat kering/m2 = gram c/m2 x 2
= -1,8x 2
= -3,6 gram berat kering/m2