fenilalkanoat yang bekerja sebagai antiinflamasi, antipiretik, analgetik, dan secara luas
digunakan sebagai antireumatik (Hosny et al., 2013). Ketoprofen banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia yang tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, suppositoria, tablet salut
enterik, tablet lepas lambat, dan gel topikal (Djuanda, 2009). Ketoprofen digunakan
untukmengobati gangguan muskulo skeletal dan sendi seperti ankylosingspondylitis,
osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan gangguan periarticular seperti bursitis dantendonitis,
serta digunakan untuk meredakan nyeri pasca operasi, kondisi yang menyakitkan dan inflamasi
seperti gout akut atau gangguan jaringan lunak (Rencber, Karavana and Ozyazici, 2009).
Mekanisme kerja OAINS termasuk ketoprofen yaitu menghambat sintesis prostaglandin
sehingga dapat memiliki efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik. Diketahui prostaglandin
mempunyai dua isoform yaitu COX-1 dan COX-2, dimana COX-2 ekspresinya meningkat pada
keadaan inflamasi sedangkan COX-1 bertindak mempertahankan mukosa lambung dan
trombosit dalam keadaan utuh. Ketoprofen merupakan OAINS yang tidak selektif sehingga
dapat menghambat kedua isoform sehingga tidak hanya memberikan efek analgesik
antiinflamasi tetapi efek samping terhadap gastrointestinal juga meningkat. Ketoprofen dengan
pemberian secara peroral mempunyai efek terhadap gastrointestinal baik secara langsung
karena obat ini bersifat asam maupun secara sistemik yang menghambat sekresi mukus,
bikarbonat, dan prostaglandin. Efek samping penggunaan OAINS pada gastrointestinal
terbanyak berturut-turut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus atau perforasi dan
obstruksi serta dispepsia (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).
Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai
antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis akut dan kronis serta
untuk pengobatan pada ostheoarthritis (Mc Evoy, 2002). Ketoprofen bekerja dengan cara
menghambat cyclooxigenase (COX) secara non selektif, menghambat leukotrin, menstabilkan
membran lisosomal serta memiliki sifat antagonis terhadap bradikinin (Goodman and Gilman,
2007; Katzung, 2002). Terapi secara oral dengan ketoprofen sangat efektif dilakukan karena
waktu paruhnya yang relatif pendek yaitu sekitar 2 jam, tetapi ketoprofen dapat menyebabkan
efek samping pada saluran pencernaan berupa iritasi pada lambung dan seperti obat peroral
lainnya ketoprofen mengalami first pass metabolism sehingga akan mempengaruhi
bioavailabilitas obat dalam plasma (Shargel dan Andrew, 2005). Salah satu alternatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan sistem penghantaran obat melalui rektal
Efek penghambat obat terhadap sintesis prostaglandin dan leukotrien. Inhibisi sintesis
prostaglandin melalui inhibisi setidaknya dua isoenzim siklooksigenase, yaitu COX-1 dan COX-2
Aktivitas antibradikinin
Lisosomal stabilitas membrane
Menghambat kemotaksis
Mengubah aktivitas limfosit
Menurunkan aktivitas proinflamasi sitokin
Menghambat agregasi netrofil
Karena melewati sawar otak, maka efek analgesik obat ini bersifat sentral.[2,3,5,6]
Farmakokinetik
Absorpsi
Bioavailabilitas obat mencapai 90% dengan onset kerja 30 menit dan durasi kerja 6 jam.
Konsentrasi puncak dalam plasma darah dicapai sekitar 0,5-2 jam. Pada sediaan lepas lambat,
konsentrasi puncak dalam plasma darah dapat terjadi sekitar 6─7 jam setelah mengonsumsi
obat.
Distribusi
Ikatan protein 99%. Ketoprofen memiliki volume distribusi 0,1 L/kgBB. Ketoprofen melewati
sawar otak, dan dalam kadar sedikit dalam ASI.
Metabolisme
Metabolisme ketoprofen terjadi di hepar dengan metabolit utama berupa glukuronida hasil
konjugasi ketoprofen dan ketoprofen terhidroksilasi.
Eliminasi
Ekskresi ketoprofen terjadi di urine sebesar 50-90% sebagai metabolit konjugat glukuronida.
Hanya sekitar 1% obat yang dieliminasi dalam bentuk tidak berubah. Ekskresi di feses hanya
sekitar 1-8%. Waktu paruh sediaan yang berefek segera sekitar 2-4 jam dan untuk sediaan lepas
lambat 3-7.5 jam.[3,6]
Referensi
2. Carbone, C., et al., The safety of ketoprofen in different ages. Journal of Pharmacology &
Pharmacotherapeutics, 2013. 4(Suppl1): p. S99-S103
4. Rigourd, V., et al., Is Ketoprofen Safe to Use When Breastfeeding? J Pharmacol Clin Res,
2015. 1(1): p. 001-006
7. Kementerian Kesehatan R.I. Daftar Obat Esensial Nasional 2013. 2014; Available from:
http://binfar.kemkes.go.id/2014/02/daftar-obat-esensial-nasional-2013/#.WM-TUbVMRjo
9. BPOM: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Ketoprofen. 2015; Available from:
http://pionas.pom.go.id/monografi/ketoprofen
10. FDA. Pregnancy and Lactation Labeling (Drugs) Final Rule. 12 March 2014; Available
from:
https://www.fda.gov/Drugs/DevelopmentApprovalProcess/DevelopmentResources/Labeling/u
cm093307.htm
14. Drugs.com. Ketoprofen Pregnancy and Breastfeeding Warnings. May 2017; Available
from: https://www.drugs.com/pregnancy/ketoprofen.html
15. Celebi, S., et al., Antipyretic effect of ketoprofen. Indian J Pediatr, 2009. 76(3): p. 287-91
16. FAO of the United Nations. The analgesic effect of ketoprofen for use in treating equine
colic as compared to flunixin meglumine [Paper in 1991]. 2017; Available from:
http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=US9179013
18. Akural, E.I., et al., Effects of combination treatment with ketoprofen 100 mg +
acetaminophen 1000 mg on postoperative dental pain: a single-dose, 10-hour, randomized,
double-blind, active- and placebo-controlled clinical trial [Abstract]. Clin Ther, 2009. 31(3): p.
560-8
19. Osipova, N.A., et al., Ketoprofen (ketonal): a drug for preventing and treating
postoperative pain [Abstract]. Anesteziol Reanimatol, 1999(6): p. 71-4
Aksi farmakologi
NSAID, asam propionat. Ini memiliki analgesik, anti-inflamasi dan efek antipiretik. Mekanisme
kerja terkait dengan penghambatan sintesis prostaglandin pada tingkat siklooksigenase. Selain,
Ketoprofen menghambat lipoxygenase, Ini memiliki aktivitas antibradikininovoy, menstabilkan
membran lisosom, Ini mencegah pelepasan enzim, terlibat dalam proses inflamasi.
Ketoprofen tidak berdampak negatif pada status tulang rawan artikular.
Farmakokinetik
Penyerapan
Ketika topikal diterapkan ketoprofen vsyvaetsya perlahan dan tidak terakumulasi dalam tubuh.
Bioavailabilitas adalah 5%. Ketoprofen baik ke dalam jaringan subkutan, ligamen dan otot,
cairan sinovial dan ada mencapai tingkat terapeutik. Konsentrasi obat dalam plasma darah
sangat rendah.
Metabolisme ketoprofen tidak tergantung pada usia, adanya gagal ginjal berat atau sirosis hati.
INDIKASI
Pengobatan simtomatik proses menyakitkan dan inflamasi dari berbagai asal-usul, termasuk:
- Psoriasis arthritis;
- Tendonitis, ʙursita;
- Mialgii;
- Neuralgia;
- Radikulita;
- Cedera sistem muskuloskeletal (termasuk. Olahraga), memar dan keseleo, terkilir pergelangan
kaki, air mata ligamen dan otot tendon.