Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER

Disusun oleh:
Putri Fatwa Nabilla Yamin
030.12.215

Pembimbing:
dr. Ade Amelia, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 19 DESEMBER 2016 – 25 FEBRUARI 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di


sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika
dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3
dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Infeksi virus dangue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi yang bervariasi
antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dangue, demam
berdarah dangue (DBD), sampai demam berdarah dangue disertai syok (dangue shock syndrome
=DSS). Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena
gunung es, dengan kasus DBD dan DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es
yang terlihat di atas permukaan laut, sedangkan kasus dangue ringan (silent dangue infection dan
demam dangue) merupakan dasarnya.

BAB II
LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD KARAWANG
STATUS PASIEN KASUS
Nama Mahasiswa : Putri Fatwa Nabilla Y Pembimbing: dr. Ade Amelia, Sp.A
NIM : 030.12.215 Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama :A Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun 9 bulan Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
No.RM : 00.66.49.40 Agama : Islam
Pendidikan : SD Anak ke- :2
Alamat : Dusun Gomblangan, Cilamaya
Orang Tua / Wali
Profil Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. C
Umur 42 tahun 38 tahun
Alamat Dusun Gomblangan Dusun Gomblangan
Pekerjaan Buruh Pabrik Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir SMA SMA
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien
Lokasi : Ruang Rawamerta Kamar 150, RSUD Karawang
Tanggal/Waktu : 01 Januari 2017 14.00 WIB
Tanggal masuk : 29 Desember 2016, pukul 14.29 WIB (IGD)
Keluhan utama : Demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan : Nyeri kepala, mual dan muntah, mimisan, nyeri seluruh tubuh
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan demam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam mendadak tinggi, teraba panas pada perabaan tangan, tetapi tidak pernah
diukur dengan termometer, berlangsung terus-menerus, hanya turun bila diberi obat penurun
panas, tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat. Keluhan demam disertai dengan nyeri
kepala terus menerus dan mual, muntah sebanyak 1 kali, muntah berwarna hitam berisi makanan
sebanyak kurang lebih ¼ gelas aqua. Nafsu makan pasien menurun semenjak sakit. Pasien juga
mengeluh batuk kering tidak disertai pilek. nyeri pada seluruh persendian, nyeri ulu hati dan
keluar bintik bintik merah di seluruh tubuh. Pasien sempat mengalami mimisan 1 hari SMRS,
volume darah kurang lebih ½ sendok dan berhenti sendiri dalam waktu kurang lebih 5 menit.
Gusi berdarah, BAB hitam , nyeri belakang mata, sesak, kejang disangkal oleh pasien. BAK
kuning, jernih, lancar dan banyak Ibu juga menyangkal bahwa dirinya beserta dengan anak dan
suaminya bepergian ke daerah yang rentan terinfeksi malaria dalam 1 bulan terakhir. Kakak
pasien sedang dirawat di RSUD Karawang karena menderita demam berdarah dengue (DBD).
Menurut Ibu dan nenek pasien ,tetangga disekitar rumah juga banyak yang terkena DBD.

B. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Anemia (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-),
Morbiditas kehamilan penyakit jantung (-), penyakit paru (-), merokok (-),
infeksi (-), minum alkohol (-)
Kehamila Rutin kontrol ke bidan 1 kali setiap bulan sampai
n usia kehamilan 7 bulan dan setiap 2 minggu sekali
Perawatan antenatal setelahnya sampai menjelang masa persalinan.
Riwayat imunisasi TT (+) 2 x, konsumsi suplemen
selama kehamilan (-)
Tempat persalinan Puskesmas
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan Pervaginam
Masa gestasi Cukup bulan (9 bulan)
Berat lahir: 2800 gram
Kelahiran Panjang lahir: (orang tua pasien tidak ingat)
Lingkar kepala : (orangtua pasien tidak ingat)
Keadaan bayi Langsung menangis (+)
Kemerahan: (+)
Nilai APGAR: (orangtua tidak tahu)
Kelainan bawaan: (-)
Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Pasien lahir per vaginam, cukup bulan, dengan
berat badan lahir normal.
C. Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor :
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-5 bulan)
Duduk : Umur 6/7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Mengucapkan kata : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Makan sendiri : Umur 22 bulan (Normal: 18-24 bulan)
Menyusun kalimat dan pengertian kata-kata:umur 2 tahun (Normal: 2-3 tahun)

Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Tidak terdapat keterlambatan dalam


pertumbuhan dan perkembangan pasien.

D. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0–1 ASI - - -
1–4 ASI - - -
4–6 ASI + - -
6–8 PASI + + -
8 – 10 PASI + + +
10-15 PASI + - +
15-27 PASI + - -

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi / Pengganti 2x/hari (1/2 piring)

Sayur 1x/minggu (1 mangkuk)

Daging 1x/2minggu (1 potong)

Telur 3x/minggu (2 butir)

Ikan 1x/3 hari (1 ekor)

Tahu 3x/ minggu (1-2 potong)

Tempe 3x/ minggu (1-2 potong)

Susu (merk / takaran) Susu kotak, ± 3 x/minggu


Kesimpulan riwayat makanan: Pasien mendapatkan ASI ekslusif, kualitas dan kuantitas
makanan cukup.

E. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
3 4
Hepatitis B Lahir 2 bulan bula bula
n n
Lahi
Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan
r
BCG 1 bulan
2
DPT 3 bulan 4 bulan
bulan
2
Hib 3 bulan 4 bulan
bulan
Campak 9 bulan
Pasien mendapat imunisasi di puskesmas
Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, tidak mendapatkan
imunisasi ulangan.

F. Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi
Tanggal lahir Jenis Lahir Abortu Mati Keterangan
No Hidup
(umur) kelamin mati s (sebab) kesehatan
16 tahun 3 bulan 11
1. Laki- laki Ya - - - Pasien
hari

b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny.C
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 22 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMA SMP
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga : Kakak pasien sedang mengalami gejala yang sama dengan
pasien dan dirawat di RSUD Karawang dengan diagnosis demam berdarah dengue (DBD)

d. Riwayat Kebiasaan Keluarga : Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok.

G. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur


Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Ootitis (-) Morbili (-) TBC (-)

Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain: (-)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien belum pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya maupun penyakit lainnya. Pasien pertama kali dirawat di Rumah Sakit.

H. Riwayat Lingkungan Perumahan


Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak. Menurut pengakuan ibu pasien, lingkungan
rumah padat penduduk. Tempat penampungan air menggunakan bak yang terbuka, tidak pernah
diberi bubuk abate. Daerah sekitar rumah tidak pernah di fogging.

Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan rumah padat penduduk, tempat penampungan


air terbuka , tidak diberi bubuk abate dan sekitar rumah tidak pernah di fogging.

I. Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan  Rp. 2.000.000,-/ bulan
dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga. Menurut ayah pasien, penghasilan cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kesimpulan sosial ekonomi: Penghasilan ayah dan ibu pasien cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.

J. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke klinik 1 hari SMRS, mendapat obat penurun panas ,sudah
diminum sesuai anjuran tetapi tidak ada perbaikan,

Kesimpulan pengobatan: Pasien sudah berobat ke klinik tetapi belum ada perbaikan.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 29 Desember 2016, pukul 14.00 WIB)


STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan gizi : Gizi kurang
Keadaan lain : pucat (-), ikterik (-), sesak (-), sianosis (-)
Data antropometri
Berat badan :35 kg
Tinggi badan : 134 cm
Status Gizi (dengan menggunakan kurva CDC):
BB 35
 x 100 = x 100 =83,3
TB 42
BB 35
 x 100 = x 100 =87,5
U 40
TB 151
 x 100 = x 100 =99,3
U 152
Kesan gizi: pasien termasuk dalam kategori gizi kurang
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 80x/menit reguler, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,9º C
Kepala : Normosefali
Rambut : Rambut hitam, lurus, lebat, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka, ataupun jaringan parut

Mata :
Visus : Tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophtalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Enophtalmus : -/- Strabismus : -/-
Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-
Oedem : -/-
Refleks konvergensi : tidak dilakukan Pupil : 2 mm, bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+, tidak langsung +/+
Telinga :
Bentuk : Normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahya : sulit dinilai
Cairan : -/- Ruam merah : -/-
Hidung :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/-
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, sianosis (-), pucat (-)
Mulut : Trismus (-), oral hygiene baik, halitosis (-), mukosa gigi berwarna merah
muda, mukosa pipi berwarna merah muda, arcus palatum simetris dengan
mukosa palatum berwarna merah muda
Lidah : Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-),
atrofi papil (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, hiperemis (-), detritus (-), dinding posterior faring hiperemis (-
), arcus faring tidak hiperemis, uvula terletak ditengah.
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak teraba pembesaran
tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thoraks :
 Jantung
Auskultasi : BJ I & BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
 Paru-paru
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris , gerak dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
tampak pernapasan cepat dan dalam, retraksi intercostal (-) retraksi subcostal
(-) retraksi suprasternal (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak tampak distensi , ruam (-), kulit keriput (-),
umbilikus normal, gerak dinding perut saat pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-)
Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 4x/menit
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
Palpasi : Tegang, nyeri tekan (+), turgor kulit kembali cepat, hepar dan lien teraba
membesar, Hepatomegali (+) 3 cm dibawah arkus kosta
Genitalia : Jenis kelamin:Perempuan
Kelenjar getah bening :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki,
serta sikap badan, sianosis (-), edema (-), ruam (+) pda keempat ekstremitas
Palpasi : akral dingin terutama pada kedua ekstremitas atas dan bawah, sianosis (-),
edema (-), capillary refill time >2 detik.
Kulit : Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak lembab,
Petekie (+) pada kedua ektremitas atas dan bawah.

Uji rumple leede (+)

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


29 Desember 2016 pukul 15.04 WIB
Hematologi Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12,4 g/dL 11,5-15,5 g/dL
Eritrosit 4,59 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 4,46 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 115 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 36,7% 35-45%
Basofil 0 0-1
Eosinofil 0 1-3
Neutrofil 81 40-70
Limfosit 14 20-40
Monosit 5 2-6
MCV 80 fL 76-90 fL
MCH 27 pg 26-30 pg
MCHC 34 g/dL 32-36 g/dL
RDW-CV 12,4 % 11,5 – 14 %
Glukosa Darah <140
122 mg/dL
Sewaktu

30 Desember 2016 pukul 09.29 WIB


Hematologi Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12,3 g/dL 11,5-15 g/dL
Eritrosit 4,58 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 3 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 69 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 38% 35-45%
MCV 83fL 76-90 fL
MCHHematologi Hasil
27 pg 26-30Nilai
pg normal
MCHC 32 g/dL 32-36
11,5-15g/dL
g/dL
Hemoglobin 14 g/dL
RDW-CV 12,3 % 11,5 – 14 %
Eritrosit 5,18 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL

Leukosit 4,27 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL


31 Desember
Trombosit 3
34 x 10 /uL 150 - 450 x 103 /uL 2016
Hematokrit 42,2% 35-45% pukul
10.24
MCV 82fL 76-90 fL
WIB
MCH 27 pg 26-30 pg

MCHC 33 g/dL 32-36 g/dL

RDW-CV 12,7 % 11,5 – 14 %

Hematologi Hasil Nilai normal


Hemoglobin 15,2 g/dL 11,5-14 g/dL
Eritrosit 5,58 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 9,26 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 22 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 45,2% 35-45%
MCV 81fL 76-90 fL
MCH 27 pg 26-30 pg
01 MCHC 34 g/dL 32-36 g/dL Januari
RDW-CV 12,7 % 11,5 – 14 % 2016
pukul
10.16 WIB
Hematologi Hasil Nilai normal
Hemoglobin
Hemoglobin 12,8
12,8 g/dL
g/dL 11,5-15 g/dL
Eritrosit 4,68 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 12,61 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 37 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit
Hematokrit 37,5%
37,5% 35-45%

MCV 80fL 76-90 fL


MCH 27 pg 26-30 pg 01 Januari 2016 pukul
MCHC 34 g/dL 32-36 g/dL 21.57 WIB
RDW-CV 12,2 % 11,5 – 14 %

Hematologi Hasil Nilai normal


Hemoglobin 12,2 g/dL 11,5-15 g/dL
Eritrosit 4,68 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 10,24 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 37 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 36,6% 35-45%

MCV 80fL 76-90 fL


MCH 27 pg 26-30 pg 02 Januari 2016 pukul
MCHC 34 g/dL 32-36 g/dL
RDW-CV 12,2 % 11,5 – 14 % 10.01 WIB
Hematologi Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12,6 g/dL 11,5-15 g/dL
Eritrosit 4,64 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 7,89 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 54 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 38,3% 35-45%
MCV 83fL 76-90 fL
MCH 27 pg 26-30 pg
MCHC 33 g/dL 32-36 g/dL
03 Januari 2016 pukul
RDW-CV 12,3 % 11,5 – 14 %
09.08 WIB

Hematologi Hasil Nilai normal


Hemoglobin 12,2 g/dL 11,5-15 g/dL

03 Januari 2016 pukul 19.23WIB


Hematologi Hasil Nilai normal
LED 17mm/jam 0-20
Hemoglobin 12,1 g/dL 11,5-15 g/dL
Eritrosit 4,45 x 106/uL 3,7 - 5,3 x 106/uL
Leukosit 7,49 x 103/uL 5,0 - 14,5 x 103/uL
Trombosit 73 x 103/uL 150 - 450 x 103 /uL
Hematokrit 35,1% 35-45%
Basofil 0 0-1
Eosinofil 2 1-3
Neutrofil 35 40-70
Limfosit 54 20-40
Monosit 9 2-6
MCV 79 fL 76-90 fL
MCH 27 pg 26-30 pg
MCHC 35 g/dL 32-36 g/dL
RDW-CV 12,1 % 11,5 – 14 %

Imunologi
Negatif Negatif
S. Thyposa H

Negatif Negatif
S. H Parathypi A

S. H Parathypi B Negatif Negatif

S. H Parathypi C Negatif Negatif

S. Thyposa O Negatif Negatif

S. O Parathypi A Negatif Negatif

S. O Parathypi B Negatif Negatif

S. O Parathypi C 1/80 Negatif

KIMIA
SGO 98,1 U/L s/d 31
T
SGPT 64,5U/L s/d 33

Hemokonsentrasi: (Hematokrit tertinggi – hematokrit terendah) ÷ hematokrit terendah x 100%


(45,2 – 35,1) ÷ 35,1 x 100% = 28 %
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan demam 2 hari SMRS, demam
mendadak tinggi, teraba panas pada perabaan tangan, tetapi tidak pernah diukur dengan
termometer, berlangsung terus-menerus, hanya turun bila diberi obat penurun panas, tidak
disertai dengan menggigil dan berkeringat. Keluhan demam disertai dengan nyeri kepala terus
menerus dan mual, muntah sebanyak 1 kali, muntah berwarna hitam berisi makanan sebanyak
kurang lebih ¼ gelas aqua. Nafsu makan pasien menurun semenjak sakit. Pasien juga mengeluh
batuk kering tidak disertai pilek. nyeri pada seluruh persendian, nyeri ulu hati dan keluar bintik
bintik merah di seluruh tubuh. Pasien sempat mengalami mimisan 1 hari SMRS, volume darah
kurang lebih ½ sendok dan berhenti sendiri dalam waktu kurang lebih 5 menit. Gusi berdarah,
BAB hitam , nyeri belakang mata, sesak, kejang disangkal oleh pasien. Ibu juga menyangkal
bahwa dirinya beserta dengan anak dan suaminya bepergian ke daerah yang rentan terinfeksi
malaria dalam 1 bulan terakhir. Kakak pasien sedang dirawat di RSUD Karawang karena
menderita demam berdarah dengue (DBD). Menurut Ibu dan nenek pasien ,tetangga disekitar
rumah juga banyak yang terkena DBD. Pasien belum pernah menderita penybmnakit seperti ini
sebelumnya maupun penyakit lainnya dan pertama kali dirawat di Rumah Sakit. Lingkungan
rumah padat penduduk, tempat penampungan air terbuka , tidak diberi bubuk abate dan sekitar
rumah tidak pernah di fogging. Riwayat imunisasi pasien lengkap dan sesuai usia.

Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi
overweight menurut CDC BB/TB: 35/42: 83,3%. Tekanan darah: 90/60 mmHg, Nadi:
80x/menit(reguler, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri), Nafas: 20x/menit, Suhu: 36,9º C

Mata : konjungtiva anemis -/-


Hidung: napas cuping hidung -/-, secret -/-
Thoraks: Paru-paru: gerak dinding dada simetris kanan dan kiri, pernapasan
cepat dan dalam (-), retraksi (-),sonor di kedua lapang paru, suara nafas vesicular
+/+ rhonki -/- wheezing -/-
Jantung: BJ I & BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, BU (+) 4x/menit, timpani seluruh lapang perut ,turgor kulit
kembali cepat,nyeri tekan (+) ,Hepatomegali (+) 3 cm dibawah arkus kosta
KGB : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral dingin terutama pada kedua ekstremitas atas dan
bawah, sianosis (-), edema (-), capillary refill time >2 detik. Petekie (+) pada
kedua ektremitas atas dan bawah.

Uji rumple leede (+)


Pada pemeriksaan laboratorium darah

29 Desember 2016 pukul 15.04 WIB:

Leukosit 4,46 x 103/uL


Trombosit 115x 103/uL
Hematokrit 36,5%,
Neutrophil 81
Limfosit 14
30 Desember 2016 pukul 09.29 WIB
Leukosit 3 x 103/uL
Trombosit 69 x 103/uL
Hematokrit 38%
Hemokonsentrasi
(38 – 36,5) ÷ 36,5 x 100% = 4 %
31 Desember 2016 pukul 10.24 WIB
Leukosit 4,27x103/uL
Trombosit 34x103/uL
Hematokrit 42,25%
Hemokonsentrasi
(42 – 36,5) ÷ 36,5 x 100% = 15 %
01 Januari 2016 pukul 10.16 WIB
Leukosit 9,26 x 103/uL
Trombosit 22 x 103/uL
Hematocrit 45,2%.
Hemokonsentrasi
(45,2 – 36,5) ÷ 36,5 x 100% = 23 %

01 Januari 2017 pukul 21.57 WIB


Leukosit 12,2 x 103/uL
Trombosit 37 x 103/uL
Hematokrit 45,6%
Hemokonsentrasi
(45,2 – 36,5) ÷ 36,5 x 100% = 23 %
02 Januari 2017 pukul 10.57 WIB
Leukosit 12,61 x 103/uL
Trombosit 37 x 103/uL
Hematokrit 36,6%
Hemokonsentrasi
(45,2 – 36,5) ÷ 36,5 x 100% = 23 %
03 Januari 2016 pukul 09.08 WIB
Leukosit 7,49 x 103/uL
Trombosit73 x 103/uL
Hematokrit 35,1%
Hemokonsentrasi : (45,2 – 35,5) ÷ 35,1 x 100% = 28 %
03 Januari 2016 pukul 19.23WIB
Leukosit 7,49 x 103/uL
Trombosit 73 x 103/uL
Hematokrit 35,1%, widal negatif
SGOT 98,1 U/L SGPT 64,5U/L
Hemokonsentrasi = (45,2 – 35,5) ÷ 35,1 x 100% = 28 %

V. DIAGNOSIS KERJA
Dangue haemorhagic fever grade III
Gizi kurang
Imunisasi tidak lengkap

VI. DIAGNOSIS BANDING


Dangue haemorhagic fever grade IV

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN


- IgM dan IgG anti Dengue

VIII. TATALAKSANA
Non- Medikamentosa
- Rawat inap
- Oksigen 2 L/menit
- Pemasangan kateter urin
- Kompres air hangat
Medikamentosa
- IVFD RL 350cc (10cc/kgBB) dalam 1 jam. perbaikan, IVFD RL 350 cc (10 cc/kgBB/jam)
dalam 1 – 2 jam
- Tanda vital stabil turun kan bertahap, IVFD RL 245cc (7cc/kgBB/jam) selama 2 jam, 175 cc
(5cc/kgBB/jam) selama 4 jam, 105 cc (3 cc/kgBB/jam), 53 cc(1,5cc/kgBB/jam maksimal 2
hari.
- Paracetamol sirup 3 x 500 mg, jika perlu (Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali)
Monitoring
- Tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu setiap 30 menit, selanjutnya setiap
jam jika syok sudah teratasi
- Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit sebelum resusitasi pertama dan kedua,
selanjutnya setiap 6 jam
- Diuresis (≥ 1cc/kgBB/jam)
- Perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan
Edukasi
- Menjelaskan kepada orang tua keadaan dan penyakit pasien
- Memodifikasi gaya hidup dengan 3M (menguras, mengubur, menutup)
- Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan makanan gizi seimbang

IX. FOLLOW UP

30/12/2016 31/12/2016 01/01/2017


Hari ke- 1 Hari ke- 2 Hari ke-3
Keluhan (S) Demam hari ke -4 Demam hari ke -5 Demam hari ke -6
Demam (+), mual Demam (+), mual (+) Demam (-), mual (+)
(+) muntah (-), muntah (+) 2x warna muntah (+) 2x warna
nyeri ulu hati,nyeri hitam, nyeri perut (+), hitam, nyeri perut
kepala (+) Tidak nyeri kepala (+) Tidak memberat, nyeri
nafsu makan, nafsu makan, kepala (+) Tidak
Bintik kemerahan Bintik kemerahan (+), nafsu makan,
(+), batuk(+) tidak batuk(+) tidak Bintik kemerahan
berdahak berdahak (+), batuk(+) tidak
berdahak
Pemeriksaan Fisik (O)
Keadaan CM, TSS CM, TSS CM, TSS
umum
TTV
 TD 90/70 mmHg 90/70 mmHg 90/60 mmHg
 Nadi
112x/menit 110x/menit 80x/menit
 Napas
 Suhu 24x/menit 24x/menit 20x/menit
38,4º C 38,1°C 36,9°C
Kepala CA+/+, SI -/-, CA+/+, SI -/-, Edema CA+/+, SI -/-,
Edema palpebra, palpebra minimal, Edema palpebra
NCH (-) NCH - minimal, NCH -
Leher KGB tidak KGB tidak membesar KGB tidak
membesar membesar
Thoraks S1S2 normal S1S2 normal regular S1S2 normal regular
regular SNV +/+, rhonki -/-, SNV +/+, rhonki -/-,
SNV +/+, rhonki wheezing -/-, retraksi wheezing -/-,
-/-, wheezing -/-, sela iga (-) retraksi sela iga(-)
retraksi sela iga (-)
Abdomen Supel, Bising usus Supel, Bising usus (+), Tegang, Bising usus
(+), nyeri tekan(+) nyeri tekan(+) (+),Hepatomegali
(+) 3 cm dibawah
arkus kosta
Ekstremitas Akral hangat (+) , Akral hangat (+) , CRT Akral dingin (+) ,
CRT < 2”, petekie < 2”, petekie (+) kedua CRT < 2”, petekie
(+) kedua tangan tangan dan kaki (+) kedua tangan dan
dan kaki kaki
Asessment
Dangue haemorhagic Dangue haemorhagic
(A) Dangue fever
fever fever
Planning  IVFD RL 24  IVFD RL 36  IVFD RL 36
(P) tpm/jam tpm/jam tpm/jam
 Cek H2TL/12
 Sanmol 3x  Paracetamol 3x
jam
500mg
500mg
 Cek
 Cek H2TL/12
H2TL/hari
jam

02/01/2017 03/01/2017 04/12/2016


Hari ke- 4 Hari ke- 5 Hari ke-6
Demam hari ke -7 Demam hari ke -8 Demam hari ke -9

Demam (-), mual (+) Demam (-), mual () Demam (-), mual
muntah (-), nyeri muntah (+) 2x warna (+) muntah (+) 2x
perut (+) ,nyeri kepala hitam, nyeri perut (+), warna hitam, nyeri
Keluhan (S)
(+) Tidak nafsu nyeri kepala (+) Tidak perut (-), nyeri
makan, nafsu makan, kepala (-) nafsu
Bintik kemerahan (+), Bintik kemerahan (+), makan membaik.
batuk(+) tidak batuk(+) tidak
berdahak berdahak
Pemeriksaan Fisik (O)
Keadaan CM, TSS CM, TSS CM, TSS
umum
TTV
 TD 90/60 mmHg 90/70 mmHg 90/60 mmHg
 Nadi
101x/menit 110x/menit 87x/menit
 Napa
s 20x/menit 24x/menit 20x/menit
 Suhu 36,7º C 38,1°C 36,7°C
Kepala CA+/+, SI -/-, Edema CA+/+, SI -/-, Edema CA+/+, SI -/-,
palpebra, NCH (-) palpebra minimal, Edema palpebra
NCH - minimal, NCH -
Leher KGB tidak membesar KGB tidak membesar KGB tidak
membesar
Thoraks S1S2 normal regular S1S2 normal regular S1S2 normal
SNV +/+, rhonki -/-, SNV +/+, rhonki -/-, regular
wheezing -/-, retraksi wheezing -/-, retraksi SNV +/+, rhonki
sela iga (-) sela iga (-) -/-, wheezing -/-,
retraksi sela iga(-)
Abdomen Supel, Bising usus Supel, Bising usus Supel, Bising usus
(+),nyeri (+), , nyeri (+)Hepatomegali
tekan(+)Hepatomegal tekan(+)Hepatomegal (+) 3 cm dibawah
i (+) 3 cm dibawah i (+) 3 cm dibawah arkus kosta,
arkus kosta arkus kosta
Ekstremitas Akral hangat (+) , Akral hangat (+) , Akral hangat (+) ,
CRT < 2”, CRT < 2”, petekie (+) CRT < 2”,
kedua tangan dan kaki
Asessment Dangue
Dangue haemorhagic Dangue haemorhagic
(A) haemorhagic fever
fever fever
grade III
Planning  IVFD RL 36  IVFD RL 36 Boleh pulang
(P) tpm makro tpm makro
 Pct 3x500mg  Pct 3x500mg
 Cek H2TL/hari
 Cek H2TL/12
jam

X. DIAGNOSIS AKHIR
Dengue moragic Fever grade III
Gizi kurang
Imunisasi lengkap

XI. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III
ANALISIS KASUS
Demam berdarah dengue merupakan salah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak
selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik merah, lebam (echymosis) atau ruam (purpura).
kadang-kadang disertai dengan mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau
renjatan (syok).1
Secara umum, kelainan yang terjadi pada penyakit DBD akibat adanya kebocoran plasma
yang disebabkan oleh Virus dengue. Hal ini disebabkan oleh Virus dengue yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan penurunan volume plasma. 2 Akibatnya, plasma akan keluar ke
ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa). Sedangkan pada intravaskular akan terjadi
peningkatan konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat, trombosit menurun, dan leukosit
menurun.2,3 Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi endotel dan menyebabkan gangguan
fungsi dari endotel maka pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan
kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-
cak kemerahan pada kulit yang disebut petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran
pencernaan akan menyebabkan perdarahan yang terus menerus.2,3
Virus dengue masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai sel target yaitu makrofag.
Sebelum mencapai sel target maka respon imun non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha
menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue diketahui meningkat seperti
C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler
celah endotel melebar lagi.3 Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari
intravaskuler ke extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok
hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi,
tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi
pada DBD.3
Manfestasi klinis dari demam berdarah dangue terbagi mendaji 3 fase. Fase pertama
adalah fase demam, dimana pada fase ini demam mendadak tinggi, kontinua, kadang bifasik,
berlangsung antara 2-7 hari. 4Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan pada
demam dangue seperti muka kemerahan, anoreksia,myalgia, arthralgia.dan gejala lain berupa
nyeri didaerah subcostal kanan atau nyeri abdomen difus, kadang disrtai sakit tenggorok.Faring
dan konjungtiva yang kemerahan dapat ditemukan pada pemeriksaan fisis, demam dapat
mencapai 400 celcius, dan dapat disertai kejang.4 Manifestasi perdarahan dapat berupa uji
tourniquet yang positif, ptekie spontan, epistaksis, gusi berdarah, perdarahan ringan saluran
cerna. Ruam makulopapular atau rubeloformis dapat ditemukan pada fase awal sakit namun
berlangsung singkat sehingga dapat luput dari pengamatan orang tua. Hepatomegali ditemukan
sejak fase demam denga pembesaran yang bervariasi antara 2-4 cm bawah arkus kosta.
Hepatomegali tidak disertai ikterus dan tidak berhubungan dengan derajat penyakit, namun lebih
sering ditemukan pada DBD dengan syok.4 Berdasarkan anamnesis, pada pasien ini mengalami
fase demam yang timbul mendadak selama 6 hari, disertai nyeri kepala, epistaksis, nyeri perut,
mual, muntah, nafsu makan pasien menurun semenjak sakit. Pasien juga mengeluh batuk kering
tidak disertai pilek. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan ruam
makulopapular pada ekstremitas,dan uji tourniquet positif, serta adanya hepatomegali 3 cm
dibawah arkus kosta.4
Selanjutnya pada kasus DBD akan mengalami fase kritis yang terjadi pada saat demam
turun. Pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien mengalami yok
hipovolemi.4 Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok yaitu dengan
mengenal tanda dan gejala yang mendahului syok (warning sign) . Warning sign umumnya
terjadi menjelang akhir fase demam, yaitu antara hari sakit ke 3-7 .Muntah terus menerus, dan
nyeri perut hebat merupakan petunjuk awal perembesan plasma dan bertambah hebat saat pada
pasien masuk dalam keadaan syok.4 Pasien tampak semakin lesu , tetapi pada umumnya tetap
sadar.4 Gejala tersebut dapat menetap walaupun syok sudah terjadi. Kelemahan, pusing, dan
hipotensi postural dapat terjadi selama syok. Perdarahan mukosa spontan dan perdarahan di
tempat pengambilan darah merupakan manifestasi perdarahan yang penting. Hepatomegsli dan
nyeri perut sering ditemukan, Penurunan jumlah trombosit dibawah 100.000 sel/mm 3 serta
kenaikan hematokrit diatas data dasar merupakan tanda awal perembesan plasma, dan pada
umumnya didahului oleh leukopenia (≤5000sel/m3) . Pasien dalam kasus ini juga mengalami fase
kritis yaitu pada hari ke 6 sakit. Berdasarkan anamnesis pasien mengeluh nyeri perut yang
semakin berat, semakin lemas tetapi tetap sadarm nyeri kepala. Berdasarkan pemeriksaan
ditemukan hepatomegaly 3 cm dari arkus kosta, nyeri tekan pada seluruh abdomen. Hasil
laboratorium menunjukan penurunan trombosit yaitu 37 x 103/uL ,Hematokrit 36,6% dengan
hemokonsentrasi sebanyak 23%. Sebelumnya pasien mengalama leukopenia yaitu 4,46 x 103/uL
pada tanggal 29 desember 2016, dan 3 x 103n/uL pada tanggal 30 desember 2016.
Pada fase penyembuhan (fase konvalensens) Apabila pasien dapat melali fase kritis yang
berlangsung 24-48 jam, terjadi reabsorpsi cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang intravascular
yang berlangsung secara bertahap pada 48-72 jam berikutnya.4 Keadaan umum dan nafsu makan
membaik, dan diuresis menyusul kemudian. Pada beberapa pasien dapat ditemukan ruam
konvalensens, beberapa kasus lain dapat disertai pruritus umum.4 Bradikardi dan perubahan
elektrokardiografi pada umumnya terjadi dalam tahap ini. Hematokrit kembali stabil atau
mungkin lebih rendah karena efek delusi cairan yang direabsorpsi. Jumlah leukosit mulai
meningkat segera setelah penurunan suhu tubuh akan tetapi pemulihan jumlah trombosit
umumnya lebih lambat.4 Fase penyembuhan pada pasien ini berlangsung pada hari ke 8 dan 9
sakit. Berdasarkan anamnesis, pasien sudah tidak mengeluh mual, nyeri kepala, serta nyeri perut
mulai berkurang. Selain itu, nafsu makan pasien juga membaik. Berdasarkan pemerikdaan fisik,
nyeri tekan pada abdomen mulai berkurang. Hasil laboratorium menunjukan bahwa jumlah
leukosit meningkat Leukosit 7,49 x 103/uL , Hematokrit 35,1%. Jumlah trombosit meningkat
secara perlahan sebanyak 73 x 103/uL.
Kriteria demam berdarah dangue menurut WHO adalah :4
1. Demam 2-7hari yang timbuk mendadak, tinggi, terus menerus (kontinua)
2. Manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dana tau melena, maupun uji tourniquette positif.
3. Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital
4. Dijumpai kasus demam berdarah dangue baik dilingkungan sekolah rumah atau di sekitar
rumah.
5. Hepatomegali
6. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda gejala:
 Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari populasi
menurut umur.
 Ditemukan adanya efusi pleura, asites
 Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
 Trombositopenia <100.000
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup menegakkan diagnosis DBD. Pasien memenuhi kriteria diagnosis demam
berdarah dangue menurut WHO, yaitu dengan adanya demam selama 6 hari, adanya gejala
perdarahan spontan (epistaksis, ptekie, melena) dan uji tourniqueette positif, lalu terdapat nyeri
kepala, myalgia, arthralgia. Selain itu kakak pasien juga mengalami gejala yang sama dan
dirawar di rumah sakit akibat DBD. Pada pasien juga terdapat hepatomegali, trombositopenia,
dan hemokonsentrasi diatas 20%. Dengan demikian pasien memenuhi kriteria tersebut.
Demam berdarah dangue terbagi menjadi 4 derajat menurut WHO, yaitu:

Tabel 1.Pembagian derajat Demam Berdarah Dangue


DD/DBD Derajat Tanda dan gejala Laboratorium
DD Demam disertai minimal
dengan 2 gejala  Leukopenia (jumlah
 Nyeri kepala leukosit ≤4000
 Nyeri retro-orbital sel/mm3)
 Nyeri otot  Trombositopenia
 Nyeri sendi/ tulang (jumlah trombosit
 Ruam kulit <100.000 sel/mm3)
makulopapular  Peningkatan
 Manifestasi hematokrit (5%-
perdarahan 10%)
 Tidak ada tanda  Tidak ada bukti
perembesan plasma perembesan plasma

DBD I Demam dan Trombositopenia


manifestasi <100.000 sel/mm3;
perdarahan (uji peningkatan
bendung positif) dan hematokrit ≥20%
tanda perembesan
plasma
DBD II Seperti derajat I Trombositopenia
ditambah <100.000 sel/mm3;
perdarahan spontan peningkatan
hematokrit ≥20%
DBD* III Seperti derajat I atau Trombositopenia
II ditambah <100.000 sel/mm3;
kegagalan sirkulasi peningkatan
(nadi lemah, tekanan hematokrit ≥20%
nadi ≤ 20 mmHg,
hipotensi, gelisah,
diuresis menurun
DBD* IV Syok hebat dengan Trombositopenia
tekanan darah dan <100.000 sel/mm3;
nadi yang tidak peningkatan
terdeteksi hematokrit ≥20%
Diagnosis infeksi dengue: Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi,
dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi anti dengue
positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif)

Tabel 2. Tanda bahaya (warning sign) pada DBD


Tanda Bahaya (Warning sign)
Klinis  Demam turun tetapi keadaan anak
memburuk
 Nyeri oerut dan nyeri tekan abdomen
 Muntah yang menetap
 Letargi, gelisah
 Perdarahan mukosa
 Pembesaran hati
 Akumulasi cairan
 Oligouria
Laboratorium  Peningkatan kadar hematokrit
berrsamaan dengan penurunan cepat
jumlah trombosit
 Hematokrit awal tinggi

Tabel 3.Tanda syok terkompensasi


Tanda syok terkompensasi
 Takikardi
 Takipnea
 Tekanan nadi (perbedaan antara sistolik dan diastolic)<20 mmHg
 Waktu pengisian kapiler >2 detik
 Kulit dingin
 Produksi urin menurun <1ml/kgBB/jam
 Anak gelisah

Tabel 4. Tanda syok dekompensasi


Tanda syok dekompensasi
 Takikardia
 Hipotensi (sistolik dan diasyolik turun)
 Nadi cepat dan kecil
 Pernapasan kusmaull atau hiperpne
 Sianosis
 Kulit lembab dan dingin
 Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur

Pasien mengalami demam dengan perdarahan spontan. Serta berdasarkan pemeriksaan fisik
terdapat akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah, sementara nadi teraba cepat dan tekanan
darah dapat terukur. Sehingga pasien mengalami demam berdarah dangue derajat III. Selain itu
pasien juga memiliki tanda bahaya dari DBD yaitu nyeri perut dan nyeri tekan pada abdomen,
pembesaran hati, adanya muntah, serta peningkatan hematokrit

Tatalaksana pada DBD bersifat simtomatis dan suportif, terapi suportif berupa
penggantian cairan yang merupakan pokok utama tatalaksana DBD. Pada DBD terjadi kebocoran
plasma yang apabila cukup banyak akan menimbulkan syok hipovolemi (demam berdarah
dangue dengan syok) dengan mortalitas yang tinggi. Dengan demikian penggantian cairan
ditunjukan untuk mencegah timbulnya syok .4
Cairan kristaloid isotonik mrtupakan cairan pilihan untuk pasien DBD.Tidak dianjurkan
pemberian cairan seperti NaCL 0,45 %, kecuali bagi pasien <6 bulan. Dalam keadaan normal
dalam satujam pemberian caian hipotonis, hanya 1/12 volume yang bertahan dalam ruang
intravascular sedangak cairan isotonis ¼ volume yang bertahan , sisanya terdistribusi ke ruang
intraselular dan ekstraselular.4 Pada keadan permeabilitas yang meningkat volume cairan yang
bertahan akan semakin berkurang sehingga lebih mudah terjadi kelebihan cairan pada pemberian
cairan hipotonis.4 Cairan koloid hiperonkotik (osmolaritas >300Mosm/L)seperti dextran 40 atau
HES walaupun lebih lama bertahan dalam ruang intravascular namun memiliki efek samping
alergi, menggangu fungsi ginjal.1,4 Jenis cairan ini hanya diberikan pada 1) perembesan plasma
massif yang ditunjukan dengan nilai hematocrit yang semakin meningkat atau tetap tinggi
sekalipun telah diberi cairan kristaloid yang ade kuat, atau 2) Pada keadaan syok yang tidak
berhasil dengan pemberian bolus cairan kristaloid yang kedua. Cairan koloif kurang efektif.
Pada bayi <6 bulan diberikan cairan NaCL 0,45% atas dasar pertmbangan fungsi fisiologis yang
berbeda dengan anak yang lebih besar.4
Volume cairan yang diberikandisesuaikan dengan berat badan, kondisi klinis, dan temuan
laboratorium. Pasien dengan obesitas pemberian jumlah cairan harus berhati-hati karena mudah
terjadi kelebihan cairan, perhitungan cairan sebaiknya berdasarkan berat ideal.5
Pada DBD terjadi hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma >20%, oleh karena itu
jumlah cairan yang diberikan sebesar kebutuhan rumatan ditambah dengan perkiraan defisit
cairan 5%. 5

Gambar 1. Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan yang ideal

Gambar 2.Kecepatan pemberian cairan

Antipiretik berupa parasetamol 10-15mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >38oC dengan


.interval 4-6 jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan kompres hangat. Apabila
pasien masih bias minum, dianjurkan minum yang cukup terutama minum cairan yang
mengandung elektrolit.4
Parameter yang harus dimonitor mencakup,
 Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain
 Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok, serta
mudah dan cepat utk dilakukan.4
 Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap 2-4
jam pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.4
 Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering
pada pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.4
 Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien
dengan syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.4
 Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal)
 Pada pasien resiko tinggi, misalnya obesitas, bayi, ibu hamil, komorbid (diabetes
militus, hipertensi, thalassemia, sindrom nefrotik, dan lain-lain) diperlukan
pemeriksaan laboratorium atas indikasi.4
 Apabila diperlukan pemeriksaan radiologi unyuk mendeteksi adanya efusi pleura,
pemeriksaan yang diminta adalah foto radiologi dada posisi lateral kanan
decubitus.4
 Periksa golongan darah
 Pemeriksaanlain atas indikasi, misalnya ultrasonografi abdomen, EKG, dan
lainnya.4
Syok pada dangue merupakan syok hipovolemik akibat terjadi perembesan
plasma, fase awal berupa syok terkompensasi selanjutnya fase
dekompensasi.Diagnosis gini syok terkompensasi disertai dengan pengobatan yang
cepat dan tepat mempunyai prognosis yang jauh lebih baik. Prinsip utama
tatalaksana 4,1 SSD adalah pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yang adekuat.
Selain itu bila ditemukan faktor penyulit harus diobati segera.4,1
Pasien yang mengalami syok terkompensasi harus segera mendapat pengobatan
sebagai berikut.
 Berikan terapi oksigen 2-4 liter/menit.4
 Berikan resusitasi cairan dengan cairan kristaloid isotonic intravena
dengan jumlah cairan 10-20 mL/kgBB dalam waktu 1 jam. Periksa
hematokrit.4
 Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10 mLkg BB/jam selama 1-
2 jam.4
 Bila keadaan sirkulasi tetap stabil, jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7, 5, 5, 3, 1,5 mL/kgBB/jam. Pada umumnya setelah 24-48 jam
pasca resusitasi cairan intravena sudah tidak diperlukan. Pertimbangkan
untuk mengurangi jumlah cairan yang diberikan secara intravena jika
cairan melalui oral makin membaik,4
 Bilas syok tidak teratasi, periksa analisis gas darah, hematocrit, kalsium,
dan gula darah untuk menilai adanya A(asidosis), B(bleeding),
C(calcium), S(sugar/gula darah) yang memperberat syok
hipovolemik.Apabila salah satu kelainan itu ditemukan, segera dikoreksi.4

Gambar3. Algoritma tatalaksana syok terkompensasi


Syok dekompensasi memerlukan tindakan yang cepat dan segera.Pertolongan terlambat
akan mengakibatkan pasien jatuh ke dalam kondisi profound shock yang mempunyai prognosis
buruk. Apabila pasien saat berobat sudah syok dekompensasi, baik yang masih fase hipotensif
maupun profound shock, diberikan pengobatan sebagai berikut.4,5
 Berikan oksigen 2-4L/menit4
 Lakukan pemasangan akses vena, apabila dua kali gagal atau lebih dari 3-5 menit,
berikan cairan prosedur intraosseus.4
 Berikan cairan kristaloid dan/atau koloid 10-20 mL/kgBB secara bolus dalam
waktu 10-20 menit. Pada saat yang bersamaan usahakan dilakukan pemeriksaan
hematocrit, analisa gas darah, gula darah, dan kalsium.4
 Apabila syok teratasi, berikan cairan kristaloid dengan dosis 10 mL/kgBB/jam
selama 1-2 jam.4
 Apabila keadaan sirkulasi tetap stabil, berikan larutan kristaloid dengan jumlah
cairan dikurangi seara bertahap menjadi 7, 5, 5, 3, 1,5 mL/kgBB/jam. Pada
umumnys setelah 24-48 jam pasca resusitasi, cairan intravena sudah tidak
diperlukan. Pertimbangkan untung mengurangi cairan yang diberikan secara
intravena bila masukan cairan oral semakin membaik.4
 Apabila syok belum teratasi periksa ulang hematocrit, jika hematokrit tinggi
diberikan kembali bolus kedua. Koreksi apabila asidosis, hipoglikemi atau
hipokalsemi.4

Gambar 4. Tatalaksana syok dekompensasi


Pasien dalam kasus ini mengalami DBD derajat III atau syok terkompensasi, oleh karena
itu terapi yang diberikan adalah: Non- Medikamentosa berupa rawat inap, oksigen 2 L/menit,
pemasangan kateter urin,k ompres air hangat. Medikamentosa berupa IVFD RL 525cc
(15cc/kgBB) dalam 1 jam. perbaikan, IVFD RL 350 cc (10 cc/kgBB/jam) dalam 1 – 2 jam.
Apabila anda vital stabil turun kan bertahap, IVFD RL 245cc (7cc/kgBB/jam) selama 2 jam, 175
cc (5cc/kgBB/jam) selama 4 jam, 105 cc (3 cc/kgBB/jam), 53 cc(1,5cc/kgBB/jam maksimal 2
hari. Paracetamol sirup 3 x 500 mg, jika perlu (Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali). Monitoring
pada pasien dengan menilai tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu setiap 30
menit, selanjutnya setiap jam jika syok sudah teratasi. Hemoglobin, hematokrit, trombosit,
leukosit sebelum resusitasi pertama dan kedua, selanjutnya setiap 6 jam, diuresis (≥
1cc/kgBB/jam), perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan. Memberikan edukasi berupa,
menjelaskan kepada orang tua keadaan dan penyakit pasien memodifikasi gaya hidup dengan 3M
(menguras, mengubur, menutup), meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan makanan gizi
seimbang.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, Herry Garna, Sri Rezeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan
Satari, et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi empat. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2015.
2. Candra Ayu. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan.Semarang: Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119.

3. Byron E. E. Martina, Penelope Koraka, Albert D. M. E. Osterhaus Clin Microbiol Rev.


2009 Oct; 22(4): 564–581. doi: 10.1128/CMR.00035-09 PMCID: PMC2772360.

4. Hadinegoro SR,Moedjito I,Chairulfatah A.Pedoman diagnostik dan tatalaksana infeksi


virus dangue pada anak.Jakarta:Badan Penerbit Ikatan Kedokteran Anak Indonesia.2014.

5. World Health organization. Handbook for clinical management of dengue.


Geneva:WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.2014

Anda mungkin juga menyukai