DHF DR Amel
DHF DR Amel
Disusun oleh:
Putri Fatwa Nabilla Yamin
030.12.215
Pembimbing:
dr. Ade Amelia, Sp. A
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :A Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 11 tahun 9 bulan Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
No.RM : 00.66.49.40 Agama : Islam
Pendidikan : SD Anak ke- :2
Alamat : Dusun Gomblangan, Cilamaya
Orang Tua / Wali
Profil Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny. C
Umur 42 tahun 38 tahun
Alamat Dusun Gomblangan Dusun Gomblangan
Pekerjaan Buruh Pabrik Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir SMA SMA
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien
Lokasi : Ruang Rawamerta Kamar 150, RSUD Karawang
Tanggal/Waktu : 01 Januari 2017 14.00 WIB
Tanggal masuk : 29 Desember 2016, pukul 14.29 WIB (IGD)
Keluhan utama : Demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan : Nyeri kepala, mual dan muntah, mimisan, nyeri seluruh tubuh
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan demam 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam mendadak tinggi, teraba panas pada perabaan tangan, tetapi tidak pernah
diukur dengan termometer, berlangsung terus-menerus, hanya turun bila diberi obat penurun
panas, tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat. Keluhan demam disertai dengan nyeri
kepala terus menerus dan mual, muntah sebanyak 1 kali, muntah berwarna hitam berisi makanan
sebanyak kurang lebih ¼ gelas aqua. Nafsu makan pasien menurun semenjak sakit. Pasien juga
mengeluh batuk kering tidak disertai pilek. nyeri pada seluruh persendian, nyeri ulu hati dan
keluar bintik bintik merah di seluruh tubuh. Pasien sempat mengalami mimisan 1 hari SMRS,
volume darah kurang lebih ½ sendok dan berhenti sendiri dalam waktu kurang lebih 5 menit.
Gusi berdarah, BAB hitam , nyeri belakang mata, sesak, kejang disangkal oleh pasien. BAK
kuning, jernih, lancar dan banyak Ibu juga menyangkal bahwa dirinya beserta dengan anak dan
suaminya bepergian ke daerah yang rentan terinfeksi malaria dalam 1 bulan terakhir. Kakak
pasien sedang dirawat di RSUD Karawang karena menderita demam berdarah dengue (DBD).
Menurut Ibu dan nenek pasien ,tetangga disekitar rumah juga banyak yang terkena DBD.
B. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Anemia (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-),
Morbiditas kehamilan penyakit jantung (-), penyakit paru (-), merokok (-),
infeksi (-), minum alkohol (-)
Kehamila Rutin kontrol ke bidan 1 kali setiap bulan sampai
n usia kehamilan 7 bulan dan setiap 2 minggu sekali
Perawatan antenatal setelahnya sampai menjelang masa persalinan.
Riwayat imunisasi TT (+) 2 x, konsumsi suplemen
selama kehamilan (-)
Tempat persalinan Puskesmas
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan Pervaginam
Masa gestasi Cukup bulan (9 bulan)
Berat lahir: 2800 gram
Kelahiran Panjang lahir: (orang tua pasien tidak ingat)
Lingkar kepala : (orangtua pasien tidak ingat)
Keadaan bayi Langsung menangis (+)
Kemerahan: (+)
Nilai APGAR: (orangtua tidak tahu)
Kelainan bawaan: (-)
Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Pasien lahir per vaginam, cukup bulan, dengan
berat badan lahir normal.
C. Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor :
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-5 bulan)
Duduk : Umur 6/7 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 11 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 12-18 bulan)
Mengucapkan kata : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Makan sendiri : Umur 22 bulan (Normal: 18-24 bulan)
Menyusun kalimat dan pengertian kata-kata:umur 2 tahun (Normal: 2-3 tahun)
D. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0–1 ASI - - -
1–4 ASI - - -
4–6 ASI + - -
6–8 PASI + + -
8 – 10 PASI + + +
10-15 PASI + - +
15-27 PASI + - -
E. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
3 4
Hepatitis B Lahir 2 bulan bula bula
n n
Lahi
Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan
r
BCG 1 bulan
2
DPT 3 bulan 4 bulan
bulan
2
Hib 3 bulan 4 bulan
bulan
Campak 9 bulan
Pasien mendapat imunisasi di puskesmas
Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia, tidak mendapatkan
imunisasi ulangan.
F. Riwayat Keluarga
a. Corak Reproduksi
Tanggal lahir Jenis Lahir Abortu Mati Keterangan
No Hidup
(umur) kelamin mati s (sebab) kesehatan
16 tahun 3 bulan 11
1. Laki- laki Ya - - - Pasien
hari
b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. H Ny.C
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 22 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMA SMP
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Kakak pasien sedang mengalami gejala yang sama dengan
pasien dan dirawat di RSUD Karawang dengan diagnosis demam berdarah dengue (DBD)
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien belum pernah menderita penyakit
seperti ini sebelumnya maupun penyakit lainnya. Pasien pertama kali dirawat di Rumah Sakit.
J. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke klinik 1 hari SMRS, mendapat obat penurun panas ,sudah
diminum sesuai anjuran tetapi tidak ada perbaikan,
Kesimpulan pengobatan: Pasien sudah berobat ke klinik tetapi belum ada perbaikan.
Mata :
Visus : Tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophtalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Enophtalmus : -/- Strabismus : -/-
Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-
Oedem : -/-
Refleks konvergensi : tidak dilakukan Pupil : 2 mm, bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+, tidak langsung +/+
Telinga :
Bentuk : Normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahya : sulit dinilai
Cairan : -/- Ruam merah : -/-
Hidung :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/-
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, sianosis (-), pucat (-)
Mulut : Trismus (-), oral hygiene baik, halitosis (-), mukosa gigi berwarna merah
muda, mukosa pipi berwarna merah muda, arcus palatum simetris dengan
mukosa palatum berwarna merah muda
Lidah : Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-),
atrofi papil (-), tremor (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, hiperemis (-), detritus (-), dinding posterior faring hiperemis (-
), arcus faring tidak hiperemis, uvula terletak ditengah.
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak teraba pembesaran
tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thoraks :
Jantung
Auskultasi : BJ I & BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris , gerak dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak
tampak pernapasan cepat dan dalam, retraksi intercostal (-) retraksi subcostal
(-) retraksi suprasternal (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak tampak distensi , ruam (-), kulit keriput (-),
umbilikus normal, gerak dinding perut saat pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-)
Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 4x/menit
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
Palpasi : Tegang, nyeri tekan (+), turgor kulit kembali cepat, hepar dan lien teraba
membesar, Hepatomegali (+) 3 cm dibawah arkus kosta
Genitalia : Jenis kelamin:Perempuan
Kelenjar getah bening :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
Ekstremitas :
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki,
serta sikap badan, sianosis (-), edema (-), ruam (+) pda keempat ekstremitas
Palpasi : akral dingin terutama pada kedua ekstremitas atas dan bawah, sianosis (-),
edema (-), capillary refill time >2 detik.
Kulit : Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak lembab,
Petekie (+) pada kedua ektremitas atas dan bawah.
Imunologi
Negatif Negatif
S. Thyposa H
Negatif Negatif
S. H Parathypi A
KIMIA
SGO 98,1 U/L s/d 31
T
SGPT 64,5U/L s/d 33
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi
overweight menurut CDC BB/TB: 35/42: 83,3%. Tekanan darah: 90/60 mmHg, Nadi:
80x/menit(reguler, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri), Nafas: 20x/menit, Suhu: 36,9º C
V. DIAGNOSIS KERJA
Dangue haemorhagic fever grade III
Gizi kurang
Imunisasi tidak lengkap
VIII. TATALAKSANA
Non- Medikamentosa
- Rawat inap
- Oksigen 2 L/menit
- Pemasangan kateter urin
- Kompres air hangat
Medikamentosa
- IVFD RL 350cc (10cc/kgBB) dalam 1 jam. perbaikan, IVFD RL 350 cc (10 cc/kgBB/jam)
dalam 1 – 2 jam
- Tanda vital stabil turun kan bertahap, IVFD RL 245cc (7cc/kgBB/jam) selama 2 jam, 175 cc
(5cc/kgBB/jam) selama 4 jam, 105 cc (3 cc/kgBB/jam), 53 cc(1,5cc/kgBB/jam maksimal 2
hari.
- Paracetamol sirup 3 x 500 mg, jika perlu (Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali)
Monitoring
- Tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu setiap 30 menit, selanjutnya setiap
jam jika syok sudah teratasi
- Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit sebelum resusitasi pertama dan kedua,
selanjutnya setiap 6 jam
- Diuresis (≥ 1cc/kgBB/jam)
- Perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan
Edukasi
- Menjelaskan kepada orang tua keadaan dan penyakit pasien
- Memodifikasi gaya hidup dengan 3M (menguras, mengubur, menutup)
- Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan makanan gizi seimbang
IX. FOLLOW UP
Demam (-), mual (+) Demam (-), mual () Demam (-), mual
muntah (-), nyeri muntah (+) 2x warna (+) muntah (+) 2x
perut (+) ,nyeri kepala hitam, nyeri perut (+), warna hitam, nyeri
Keluhan (S)
(+) Tidak nafsu nyeri kepala (+) Tidak perut (-), nyeri
makan, nafsu makan, kepala (-) nafsu
Bintik kemerahan (+), Bintik kemerahan (+), makan membaik.
batuk(+) tidak batuk(+) tidak
berdahak berdahak
Pemeriksaan Fisik (O)
Keadaan CM, TSS CM, TSS CM, TSS
umum
TTV
TD 90/60 mmHg 90/70 mmHg 90/60 mmHg
Nadi
101x/menit 110x/menit 87x/menit
Napa
s 20x/menit 24x/menit 20x/menit
Suhu 36,7º C 38,1°C 36,7°C
Kepala CA+/+, SI -/-, Edema CA+/+, SI -/-, Edema CA+/+, SI -/-,
palpebra, NCH (-) palpebra minimal, Edema palpebra
NCH - minimal, NCH -
Leher KGB tidak membesar KGB tidak membesar KGB tidak
membesar
Thoraks S1S2 normal regular S1S2 normal regular S1S2 normal
SNV +/+, rhonki -/-, SNV +/+, rhonki -/-, regular
wheezing -/-, retraksi wheezing -/-, retraksi SNV +/+, rhonki
sela iga (-) sela iga (-) -/-, wheezing -/-,
retraksi sela iga(-)
Abdomen Supel, Bising usus Supel, Bising usus Supel, Bising usus
(+),nyeri (+), , nyeri (+)Hepatomegali
tekan(+)Hepatomegal tekan(+)Hepatomegal (+) 3 cm dibawah
i (+) 3 cm dibawah i (+) 3 cm dibawah arkus kosta,
arkus kosta arkus kosta
Ekstremitas Akral hangat (+) , Akral hangat (+) , Akral hangat (+) ,
CRT < 2”, CRT < 2”, petekie (+) CRT < 2”,
kedua tangan dan kaki
Asessment Dangue
Dangue haemorhagic Dangue haemorhagic
(A) haemorhagic fever
fever fever
grade III
Planning IVFD RL 36 IVFD RL 36 Boleh pulang
(P) tpm makro tpm makro
Pct 3x500mg Pct 3x500mg
Cek H2TL/hari
Cek H2TL/12
jam
X. DIAGNOSIS AKHIR
Dengue moragic Fever grade III
Gizi kurang
Imunisasi lengkap
XI. PROGNOSIS
BAB III
ANALISIS KASUS
Demam berdarah dengue merupakan salah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak
selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik merah, lebam (echymosis) atau ruam (purpura).
kadang-kadang disertai dengan mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau
renjatan (syok).1
Secara umum, kelainan yang terjadi pada penyakit DBD akibat adanya kebocoran plasma
yang disebabkan oleh Virus dengue. Hal ini disebabkan oleh Virus dengue yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kapiler sehingga dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah dan penurunan volume plasma. 2 Akibatnya, plasma akan keluar ke
ekstravaskular (ruang interstisial dan rongga serosa). Sedangkan pada intravaskular akan terjadi
peningkatan konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat, trombosit menurun, dan leukosit
menurun.2,3 Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi endotel dan menyebabkan gangguan
fungsi dari endotel maka pembuluh darah tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan
kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-
cak kemerahan pada kulit yang disebut petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran
pencernaan akan menyebabkan perdarahan yang terus menerus.2,3
Virus dengue masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai sel target yaitu makrofag.
Sebelum mencapai sel target maka respon imun non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha
menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue diketahui meningkat seperti
C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler
celah endotel melebar lagi.3 Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari
intravaskuler ke extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica fellea dan syok
hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada terjadinya hemokonsentrasi,
tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi
pada DBD.3
Manfestasi klinis dari demam berdarah dangue terbagi mendaji 3 fase. Fase pertama
adalah fase demam, dimana pada fase ini demam mendadak tinggi, kontinua, kadang bifasik,
berlangsung antara 2-7 hari. 4Demam disertai dengan gejala lain yang sering ditemukan pada
demam dangue seperti muka kemerahan, anoreksia,myalgia, arthralgia.dan gejala lain berupa
nyeri didaerah subcostal kanan atau nyeri abdomen difus, kadang disrtai sakit tenggorok.Faring
dan konjungtiva yang kemerahan dapat ditemukan pada pemeriksaan fisis, demam dapat
mencapai 400 celcius, dan dapat disertai kejang.4 Manifestasi perdarahan dapat berupa uji
tourniquet yang positif, ptekie spontan, epistaksis, gusi berdarah, perdarahan ringan saluran
cerna. Ruam makulopapular atau rubeloformis dapat ditemukan pada fase awal sakit namun
berlangsung singkat sehingga dapat luput dari pengamatan orang tua. Hepatomegali ditemukan
sejak fase demam denga pembesaran yang bervariasi antara 2-4 cm bawah arkus kosta.
Hepatomegali tidak disertai ikterus dan tidak berhubungan dengan derajat penyakit, namun lebih
sering ditemukan pada DBD dengan syok.4 Berdasarkan anamnesis, pada pasien ini mengalami
fase demam yang timbul mendadak selama 6 hari, disertai nyeri kepala, epistaksis, nyeri perut,
mual, muntah, nafsu makan pasien menurun semenjak sakit. Pasien juga mengeluh batuk kering
tidak disertai pilek. Berdasarkan pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan ruam
makulopapular pada ekstremitas,dan uji tourniquet positif, serta adanya hepatomegali 3 cm
dibawah arkus kosta.4
Selanjutnya pada kasus DBD akan mengalami fase kritis yang terjadi pada saat demam
turun. Pada saat ini terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien mengalami yok
hipovolemi.4 Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok yaitu dengan
mengenal tanda dan gejala yang mendahului syok (warning sign) . Warning sign umumnya
terjadi menjelang akhir fase demam, yaitu antara hari sakit ke 3-7 .Muntah terus menerus, dan
nyeri perut hebat merupakan petunjuk awal perembesan plasma dan bertambah hebat saat pada
pasien masuk dalam keadaan syok.4 Pasien tampak semakin lesu , tetapi pada umumnya tetap
sadar.4 Gejala tersebut dapat menetap walaupun syok sudah terjadi. Kelemahan, pusing, dan
hipotensi postural dapat terjadi selama syok. Perdarahan mukosa spontan dan perdarahan di
tempat pengambilan darah merupakan manifestasi perdarahan yang penting. Hepatomegsli dan
nyeri perut sering ditemukan, Penurunan jumlah trombosit dibawah 100.000 sel/mm 3 serta
kenaikan hematokrit diatas data dasar merupakan tanda awal perembesan plasma, dan pada
umumnya didahului oleh leukopenia (≤5000sel/m3) . Pasien dalam kasus ini juga mengalami fase
kritis yaitu pada hari ke 6 sakit. Berdasarkan anamnesis pasien mengeluh nyeri perut yang
semakin berat, semakin lemas tetapi tetap sadarm nyeri kepala. Berdasarkan pemeriksaan
ditemukan hepatomegaly 3 cm dari arkus kosta, nyeri tekan pada seluruh abdomen. Hasil
laboratorium menunjukan penurunan trombosit yaitu 37 x 103/uL ,Hematokrit 36,6% dengan
hemokonsentrasi sebanyak 23%. Sebelumnya pasien mengalama leukopenia yaitu 4,46 x 103/uL
pada tanggal 29 desember 2016, dan 3 x 103n/uL pada tanggal 30 desember 2016.
Pada fase penyembuhan (fase konvalensens) Apabila pasien dapat melali fase kritis yang
berlangsung 24-48 jam, terjadi reabsorpsi cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang intravascular
yang berlangsung secara bertahap pada 48-72 jam berikutnya.4 Keadaan umum dan nafsu makan
membaik, dan diuresis menyusul kemudian. Pada beberapa pasien dapat ditemukan ruam
konvalensens, beberapa kasus lain dapat disertai pruritus umum.4 Bradikardi dan perubahan
elektrokardiografi pada umumnya terjadi dalam tahap ini. Hematokrit kembali stabil atau
mungkin lebih rendah karena efek delusi cairan yang direabsorpsi. Jumlah leukosit mulai
meningkat segera setelah penurunan suhu tubuh akan tetapi pemulihan jumlah trombosit
umumnya lebih lambat.4 Fase penyembuhan pada pasien ini berlangsung pada hari ke 8 dan 9
sakit. Berdasarkan anamnesis, pasien sudah tidak mengeluh mual, nyeri kepala, serta nyeri perut
mulai berkurang. Selain itu, nafsu makan pasien juga membaik. Berdasarkan pemerikdaan fisik,
nyeri tekan pada abdomen mulai berkurang. Hasil laboratorium menunjukan bahwa jumlah
leukosit meningkat Leukosit 7,49 x 103/uL , Hematokrit 35,1%. Jumlah trombosit meningkat
secara perlahan sebanyak 73 x 103/uL.
Kriteria demam berdarah dangue menurut WHO adalah :4
1. Demam 2-7hari yang timbuk mendadak, tinggi, terus menerus (kontinua)
2. Manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dana tau melena, maupun uji tourniquette positif.
3. Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital
4. Dijumpai kasus demam berdarah dangue baik dilingkungan sekolah rumah atau di sekitar
rumah.
5. Hepatomegali
6. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda gejala:
Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari populasi
menurut umur.
Ditemukan adanya efusi pleura, asites
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
Trombositopenia <100.000
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup menegakkan diagnosis DBD. Pasien memenuhi kriteria diagnosis demam
berdarah dangue menurut WHO, yaitu dengan adanya demam selama 6 hari, adanya gejala
perdarahan spontan (epistaksis, ptekie, melena) dan uji tourniqueette positif, lalu terdapat nyeri
kepala, myalgia, arthralgia. Selain itu kakak pasien juga mengalami gejala yang sama dan
dirawar di rumah sakit akibat DBD. Pada pasien juga terdapat hepatomegali, trombositopenia,
dan hemokonsentrasi diatas 20%. Dengan demikian pasien memenuhi kriteria tersebut.
Demam berdarah dangue terbagi menjadi 4 derajat menurut WHO, yaitu:
Pasien mengalami demam dengan perdarahan spontan. Serta berdasarkan pemeriksaan fisik
terdapat akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah, sementara nadi teraba cepat dan tekanan
darah dapat terukur. Sehingga pasien mengalami demam berdarah dangue derajat III. Selain itu
pasien juga memiliki tanda bahaya dari DBD yaitu nyeri perut dan nyeri tekan pada abdomen,
pembesaran hati, adanya muntah, serta peningkatan hematokrit
Tatalaksana pada DBD bersifat simtomatis dan suportif, terapi suportif berupa
penggantian cairan yang merupakan pokok utama tatalaksana DBD. Pada DBD terjadi kebocoran
plasma yang apabila cukup banyak akan menimbulkan syok hipovolemi (demam berdarah
dangue dengan syok) dengan mortalitas yang tinggi. Dengan demikian penggantian cairan
ditunjukan untuk mencegah timbulnya syok .4
Cairan kristaloid isotonik mrtupakan cairan pilihan untuk pasien DBD.Tidak dianjurkan
pemberian cairan seperti NaCL 0,45 %, kecuali bagi pasien <6 bulan. Dalam keadaan normal
dalam satujam pemberian caian hipotonis, hanya 1/12 volume yang bertahan dalam ruang
intravascular sedangak cairan isotonis ¼ volume yang bertahan , sisanya terdistribusi ke ruang
intraselular dan ekstraselular.4 Pada keadan permeabilitas yang meningkat volume cairan yang
bertahan akan semakin berkurang sehingga lebih mudah terjadi kelebihan cairan pada pemberian
cairan hipotonis.4 Cairan koloid hiperonkotik (osmolaritas >300Mosm/L)seperti dextran 40 atau
HES walaupun lebih lama bertahan dalam ruang intravascular namun memiliki efek samping
alergi, menggangu fungsi ginjal.1,4 Jenis cairan ini hanya diberikan pada 1) perembesan plasma
massif yang ditunjukan dengan nilai hematocrit yang semakin meningkat atau tetap tinggi
sekalipun telah diberi cairan kristaloid yang ade kuat, atau 2) Pada keadaan syok yang tidak
berhasil dengan pemberian bolus cairan kristaloid yang kedua. Cairan koloif kurang efektif.
Pada bayi <6 bulan diberikan cairan NaCL 0,45% atas dasar pertmbangan fungsi fisiologis yang
berbeda dengan anak yang lebih besar.4
Volume cairan yang diberikandisesuaikan dengan berat badan, kondisi klinis, dan temuan
laboratorium. Pasien dengan obesitas pemberian jumlah cairan harus berhati-hati karena mudah
terjadi kelebihan cairan, perhitungan cairan sebaiknya berdasarkan berat ideal.5
Pada DBD terjadi hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma >20%, oleh karena itu
jumlah cairan yang diberikan sebesar kebutuhan rumatan ditambah dengan perkiraan defisit
cairan 5%. 5
1. Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, Herry Garna, Sri Rezeki S. Hadinegoro, Hindra Irawan
Satari, et al. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi empat. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2015.
2. Candra Ayu. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan.Semarang: Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 –119.