PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya hidup dan persaingan hidup menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan
karena tuntutan atau kebutuhan hidup yang semakin meningkat seperti pemenuhan
kebutuhan ekonomi sandang, pangan, papan, pemenuhan rasa sayang, rasa aman
dan aktualisasi diri dapat mengakibatkan tingginya tingkat stress dikalangan
masyarakat juga individu kurang atau tidak mampu dalam menggunakan
mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi maka individu mengalami
berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Akibat-akibat stress terhadap
seseorang dapt bermacam-macam dan hal ini tergantung pola kekuatan konsep
dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi seseorang terhadap
stres, tetapi meskipun demikian fleksibelitas dan adaptasibilitas juga diperlukan
agar seseorang dapat menghadapi stresnya dengan baik. (Rasmun,2004,p.1)
Kecenderungan (trend) gangguan mental psikiatri akan semakin meningkat
seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik ke arah tidak
menentu,prevalensi bukan saja pada kalangan menegah ke atas sebagai dampak
langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri
terhadap perubahan sosial.
Seseorang dengan harga diri rendah akan merasa tidak berdaya, frustasi,
depresi, dan menjadi korban. Orang tersebut akan sangat rentan terhadap tekanan
akibat stress, sementara mereka yang memiliki harga diri tinggi akan
memperlihatkan keyakinan diri dan antusias serta dapat mengatasi rasa frustasi
dengan baik karena perasaan harga diri ini sangat penting untuk mengurangi stres
secara efektif. (Nation Safety Council, 2003,p.14)
Masalah gangguan konsep diri; harga diri rendah akan memberikan dampak
negatif pada klien diantaranya klien akan merasa malu, minder akan keadaan
dirinya dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Kemudian dengan
adanya frustasi, depresi dan rasa tidak mampu,atau tidak berdaya akan
mempengaruhi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, misalnya
klien menjadi tidak mampu dalam hal perawatan diri, dan kebutuhan
spiritualnyapun akan terganggu bahkan timbul waham agama.
Dengan adanya krisis multi dimensi, gaya hidup dan persaingan hidup yang
berat banyak individu yang tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan
individu tersebut mengalami gangguan fisik maupun mental yang berat. Maka dari
itu dengan banyaknya prevalensi orang yang terkena ganguan jiwa khususnya
harga diri rendah maka penulis tertarik untuk mengangkat studi khusus tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan konsep diri; harga diri rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari harga di rendah ?
2. Apa tanda dan gejala dari harga diri rendah ?
3. Bagaimana psikodinamika dari harga diri rendah ?
4. Bagaimana rentang respon dari harga diri rendah ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan harga diri rendah ?
6. Apa terapi aktifitas kelompok pada harga diri rendah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari HDR
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HDR
3. Untuk mengetahui psikodinamika dari HDR
4. Untuk mengetahui rentang respon dari HDR
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan HDR
6. Untuk mengetahui terapi aktifitas kelompok pada HDR
D. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang ruang lingkup dan asuhan keperawatan
harga diri rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima
dan menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal
dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam.
2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi
peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan
fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang
kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan
perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
D. Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasikan, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:Kehilangan/ kerusakan
bagian tubuh (anatomi dan fisiologi);
a) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat
penyakit;
b) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh;
c) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri:
a) Penolakan;
b) Kurang penghargaan;
c) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut;
d) Persaingan antar saudara;
e) Kesalahan dan kegagalan berulang;
f) Tidak mampu mencapai standar.
3) Faktor yang mempengaruhi peran:
a) Sterotifik peran seks;
b) Tuntutan peran kerja;
c) Harapan peran cultural.
4) Faktor yang mempengaruhi identitas:
a) Ketidak percayaan orang tua;
b) Tekanan dari “peer group”;
c) Perubahan struktur social.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran, dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu menghadapi
dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan
peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran yang
spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
c. Manifestasi klinis
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi
botak setelah mendapatkan terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi
jika saya segera kerumah sakit), menyalahkan, mengejek, dan
mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk
menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan
meliputi usaha pemecahan masalah langsung.
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari kritis,
misalnya: kerja keras, nonton, dll.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
misalnya: ikut kegiatan social, politik, agama, dll.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya: kompetisi pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan,
misalnya: penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
potensi diri individu.
b) Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi;
b) Dissosiasi;
c) Isolasi;
d) Proyeksi;
e) Displacement;
f) Marah atau amuk pada diri sendiri.
e. Sumber koping
Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang.
1) Individu;
2) Keluarga;
3) Teman bermain;
4) Masyarakat.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) MMPI (Minnesota Multiphasie Personality Inventory)
Yaitu suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui gambaran atau profil
kepribadian kondisi patologi seseorang dan untuk mengetahui potensi
atau bakat yang ada pada seseorang dengan menggunakan sebuah
buku yang berisi pertanyaan, lembar jawaban, dan isi serta satu
lembar hasil tes.
2) EEG (Electro Enchefatograf)
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya dugaan
mental organic, kejang, dan gangguan tidur.
3) CT (Computed Tomography) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Yaitu gambaran yang dapat menunjukan struktur otak serta
menggambarkan penggunaan volume otak.
g. Pohon masalah
Resiko isolasi sosial: menarik diri Masalah akibat
5. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Budi Anna, Keliat, (2005) implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering
kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu
mamvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang
diperlukan untuk kelaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah
tindakan aman bagi klien. Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan,
perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta ynag diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan beserta respon klien.
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memnuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi:
a. Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh perawat tanpa petunjuk dan perinah dari dokter atau tenaga ksehatan
lainnya. Tipe dari aktifitas yang dilaksanakan perawat secar independen
didefinisikan berdasarkan diagnosa keperawatan. Tindakan tersebut
merupakan suatu respon dimana perawat mempunyai kewenangan untuk
melakukan tindakan keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya. Tipe tindakan independen dikategorikan menjadi 4 yaitu
tindakan diagnostic, tindakan terapeutik, tindakan edukatif, dan tindakan
merujuk.
b. Interdependen
Tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yangn memerlukan suatu
kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya ahli fisioterapi, ahli
laboratorium, dan dokter.
c. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilaksanakan.
Adapun strategi pelaksanaan tindakn keperawatn untuk klien dengan harga
diri rendah yaitu:
a. SP I pasein:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien.
5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
b. SP II pasien :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
c. SP I keluarga:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien berserta proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah.
d. SP II keluarga:
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga
diri rendah.
e. SP III keluarga:
1) Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum
obat(dischargc planning)
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan ( Nursalam 2001 hal 71 ).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini bisa di lakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
keperawatan yaitu :
a. Evaluasi proses formatif
Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan di laksanakan untuk membantu ke efektifan terhadap tindakan.
Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di
tentukan tercapai.
b. Evaliasi hasil sumatif
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di laksanakan
pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi
sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan,
dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Evaluasi sumatif bisa menjadi
suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakaan yang telah
diberikan.
Evaluasi askep adalah penilaian respon klien semem tara/setelah tindakan
keperawatan di laksanakan metode evaluasi adalah mengidentifikasi data subjek
dan objek. Sebagai hasil respon klien setelah tindakan keperawatan di lakukan.
Kriteria pasien
Klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
Sehat secara fisik
Kooperatif
1. Leader :
Bertugas :
Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
Menetapkan jalannya tata tertib
Menjelaskan tujuan diskusi
Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut .
Kontrak waktu
Menimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
2. Co leader
Bertugas :
Mendampingi leader jika terjadi bloking
Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien
4. Vasilitator
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas :
Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
6. Operator
Bertugas : mengoperasikan alat
Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan .
2. Klien dapat mengidentifikasi halpositif pada dirinya .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol sebanyak klien yang mengikuti TAK .
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK .
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah .
b. Membuat kontrak dengan klien .
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan .
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1) Salam dan terapis pada klien .
2) perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ) .
3) menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama) .
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini .
c. Kontrak
1) Terapis menjalankan tujuan kegiatan ,yaitu bercakap – cakap tentang
hal positif diri sendiri .
2) Terapis menjalaskan aturan main berikut .
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok,harus meminta izin
kepada terapis .
Lama kegiatan 45 menit .
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai .
3) Tahap kerja
a) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama .
b) Terapis membagikan kertas dan spidol pada klien .
c) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan
d) Terapis memberi pujian atas peran serta klien
e) Terapis membagikan kertas yang kedua
f) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri
sendiri : kemampuan yang dimiliki ,kegiatan yang biasa
dilakukan dirumah dan dirumah sakit
g) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah
ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan
bergiliran .
h) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mangikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif
diri yaitu melatih hal positif diri yang dapat diterapkan dirumah
sakit dan dirumah .
Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK .
Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenagkan dan aspek
positif ( kemampuan yang dimiliki ) . Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 1
Stimulasi persepsi : harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan
dan hal positif diri sendiri
Nama
N Menulis pengalaman yang Menulis hal positif
No klien tidak menyenangkan diri sendiri
1
2
3
Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. untuk tiap klien,beri nilai pada tiap kemampuan menulis pengalaman yang
tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri . Beri tanda √ jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien . Contoh : Klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi peraepsi
harga diri rendah . Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan hal positif diri . Anjurkan klien menulis
kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan reinforcement ( pujian ) .
Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan .
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih .
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih .
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih .
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran .
2. Sesuaikan dengan kemempuan yang akan dilatih .
3. Ruangan nyaman dan tenang .
Alat
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari- hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalauasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini .
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien .
c. Kontrak
1) terapis menjeleskan tujuan kegiatan , yaitu melatih hal positif pada
klien .
2) terapis menjelaskan aturan main berikut .
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada terapis
lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a) terapis meminta semua klien membaca ulang daftar kemampuan
positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk dilatih.
b) terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
whiteboard .
c) terapis meminta klien untuk memilih satu dari daftar whiteboard
. Kegiatan yang paling banyak dipilih diambil untuk dilatih .
d) terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut .
terapis memperagakan
klien memperagakan ulang
berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien .
e) Kegaiatan a sampai dengan d, dapat diulang untuk kemampuan/
kegiatan yang berbeda .
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK .
terapis memberikan pujian kepada kelompok .
b) Tindak lanjut
terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari - hari
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain .
Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai
dilatih .
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakuakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja . Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
. untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2 ,kemampuan klien yang
diharapkan adalah memiliki satu hal positif yang akan dilatih dan
memperagakannya . Formulir evaluasi sebagai berikut .
Sesi 2
Stimulasi persepsi : harga diri
Kemampuan melatih kegiatan positif
Nama
N Membaca Memilih satu hal Memperagakan
No klien daftar hal positif yang akan kegiatan positif
positif dilatih
Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama .
2. untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar hal
positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan
kegiatan positif tersebut . Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika
klien tidak mampu .
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien . Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah . Klien telah melatih merapikan tempat tidur .
Anjurkan dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan
menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yag tidak realistis.
B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah ini diharapkan pembaca dapat
menerapkan isi dari makalah ini tentang “harga Diri Rendah”. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah
saya yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC:
Jakarta.
http://sichesse.blogspot.com/2012/04/rencana-keperawatan-harga-diri-
rendah.html