Pemanfaatan Resin Penukar Ion
Pemanfaatan Resin Penukar Ion
Disusun Oleh :
NIM : 09/283998/PA/12771
2011
PEMANFAATAN RESIN PENUKAR ION
I. Tujuan
Memanfaatkan resin penukar kation pada penentuan natrium secara kuantitatif dan
penentuan hasil kali kelarutan MC2O4, M= Ca, Mg, dan Ba.
II. Dasar Teori
Resin pertukaran ion merupakan bahan yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku
pertukaran ion dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan
dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni
satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan
dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi,
stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin
untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak terikat
pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion). (Underwood, 2001)
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat
dilakukan dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan
kedalam suatu matriks polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah
polisterina hubungan silang yang diatas diperikan sebagai absorben. Produk tersedia
dengan berbagai derajat hubungan silang. Suatu resin umum yang lazim ialah resin
“8% terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin
itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm,
meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia. (Svehla, 1985)
Resin dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai
silang, sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik untuk
memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur dan
berguna. Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion
yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang mengembang,
harus lebih besar rapatannya daripada air. (Harjadi, 1993)
Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan
hasil kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif -OH, -COOH, -HSO3, sebagai pusat-pusat pertukaran.
Gugusan fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion
dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation. Resin
dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah terionisasi kuat, tidak larut dan
sangat reaktif. Resin-resin demikian disebut resin penukar kuat, sedangkan gugusan
ion yang terionisasi secara parsial seperti > COOH, -OH, dan NH2- dikenal sebagai
resin penukar yang lemah. (Khopkar, 1990)
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan
sifat: mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan
mengandung ionion katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel
dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-
perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut.penukaran ion bersifat kompleks
dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa suatu muatan listrik yang
tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion
aktif ini beruapa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa anion-anion dalam
penukar anion. (Bassett, 1994)
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar
kolom disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran
ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai kebentuk
semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan
reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut eluent. (Khopkar, 1990)
III. Prosedur Kerja
III. 1. Bahan
1. Resin IR-120,20-50 mesh 7. Larutan Mg(NO3)2
2. Glass wool 8. Larutan Ca(NO3)2
3. NaCl 9. Larutan Ba(NO3)2
4. HCl 3 M 10. Asam oksalat
5. NaOH 0,1 M dan 0,2 M 11. Padatan MC2O4
6. Akuades 12. Indikator phenolptalin
III. 2. Alat
1. Kolom penukar ion (buret 50 ml) 6. Batang pengaduk
2. Termometer 7. Erlenmeyer
3. Gelas piala 8. Buret 50 ml
4. Gelas ukur 9. Tabung reaksi
5. Gelas arloji 10. Kertas saring
III. 3. Cara Kerja
A. Standarisasi Larutan Standar NaOH
1. Buret dicuci dan diisi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
2. Ditimbang 0,63 gram asam oksalat, dilarutkan dalam labu ukur 50 ml
dan diencerkan dengan akuades hingga batas.
3. Diambil 10 ml larutan asam oksalat tersebut, dimasukkan dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalin (pp).
4. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
5. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dan masing-masing volume titrasi
dicatat.
C. Penentuan Hasik Kali Kelarutan, Ksp MC2O4 (M= Ca, Mg, dan Ba)
a. Pembuatan Larutan Jenuh MC2O4
1. Dilarutkan 2,96 gram Mg(NO3)2 dengan akuades sampai volume
jenuh asam oksalat yang dibuat dengan 2 gram asam oksalat yang
dilarutkan dalam 20 ml akuades.
2. Ditambahkan asam tersebut ke dalam larutan Mg(NO3)2 dengan
cara ditetes-teteskan hingga terbentuk endapan permanen.
3. Endapan yang terjadi disaring dan dicuci sebanyak 5 kali.
4. Padatan MgC2O4 hasil pembuatan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
5. Ditambahkan akuades hingga 5 cm di atas endapan.
6. Tabung reaksi dikocok selama 30 detik.
7. Temperatur diamati dengan termometer.
8. Percobaan diulangi untuk Ca dan Ba
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh
kesimpulan natrium yang terhitung secara kuantitatif adalah 0,67 mmol dengan
efisiensi kolom resin 96,3% dan Ksp MC2O4, M= Ca, Mg, dan Ba adalah sebagai
berikut: MgC2O4 = 3,03x10-5; CaC2O4 = 3,6x10-5; serta BaC2O4 =2,03x10-5.
VIII. Lampiran
PERHITUNGAN:
2 (MH2C2 O4 x V H2 C2O4 )
MNaOH =
Vrata−rata NaOH
2 (0,1 M x 10 mL)
MNaOH =
21,7 mL
MNaOH = 0,09 M
3. Standarisasi NaOH 0,2 M
̅H C O )
MNaOH x Vrata−rata NaOH = 2 (MH2C2 O4 x V 2 2 4
2 (MH2C2 O4 x V H2 C2O4 )
MNaOH =
Vrata−rata NaOH
2 (0,1 M x 10 mL)
MNaOH =
10,56 mL
MNaOH = 0,19 M
massa Na
mol Na =
Ar Na
0,08 g
mol Na = = 3,48 x10−3 mol = 3,48 mmol
23 g/mol
Reaksi pertukaran ion
R-H + Na+ R-Na + H+
H+ + OH- H2O
Dari reaksi diketahui bahwa mol OH-: mol H+: mol Na+ = 1 :1 :1
mol Na+ = mol H+ = mol OH- = VNaOH x MNaOH
= 3,53 mL x 0,19 mmol/ml
= 0,67 mmol
Terjadi pengenceran 5 kali terhadap effluent:
mol Na+ = 5 x 0,67 mmol = 3,35 mmol
5. Penentuan Hasik Kali Kelarutan, Ksp MC2O4 (M= Ca, Mg, dan Ba)
Reaksi pertukaran ion
2 R-H + M2+ R2-M + 2 H+
2 H+ + 2 OH- 2 H2O
Dari reaksi diketahui bahwa mol OH-: mol H+: mol M+ = 2 :2 :1
a. Penentuan Ksp MgC2O4
Mol OH- = VNaOH x MNaOH
Mol OH- = 0,23 mL x 0,09 M = 0,021 mmol
1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,021 mmol = 0,011 mmol
1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,024 mmol = 0,012 mmol
1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,018 mmol = 0,009 mmol
TUGAS
1. Pengertian Resin
Resin pertukaran ion merupakan bahan yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku
pertukaran ion dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan dengan
jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+
diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang
berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya
bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu
muatan yang masuk.
Jenis resin ada 2 macam, yaitu:
a. Resin alamiah adalah resin yang tersedia di alam.
Contoh: Resin karet alam
Resin BOC-ASP(OCHX)-PAM
2. Artikel
Pemanfaatan Resin
Resin telah banyak dimanfaatkan dalam dunia industri dan kehidupan sehari-hari
di sekitar kita. Sebagai contoh resin dimanfaatkan dalam bidang industri untuk proses
pengolahan limbah. Setelah limbah melalui proses pengolahan fisika kemudian limbah
di olah secara kimia dengan proses netralisasi, penukar ion, koagulasi & flokulasi,
alumina aktif, karbon aktif, adsorbsi, oksidasi dan/atau reduksi, aerasi, ozonisasi,
elektrolisis, oksidasi kimia/reduksi, uv, limbah kemudian dilewatkan pada resin
penukar anion, resin penukar kation dan resin penukar anion lagi, dengan skema
sebagai berikut:
Selain itu resin juga digunakan untuk meningkatkan kualitas aspal dalam industri
minyak bumi. Cara yang dilakukan adalah dengan menambahkan resin Gilsonite pada
aspal prima 55 dengan kadar dan jumlah tertentu, dengan demikian aspal prima 55
menjadi lebih keras dan memenuhi standar multigrade.
Resin sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengolah air
minum bebas ion. Caranya dengan melewatkan air minum dengan kecepatan tertentu
pada resin penukar anion maupun kation. Penukaran ion ini biasanya terdapat dalam 1
set alat pengolah air minum yang sering disebut RO (reverse osmosis). Resin juga
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Misalnya resin berbasis lignin
digunakan untuk mencegah rayap pada kayu kering, biasanya untuk kusen dan mebel.
Cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan resin tersebut pada permukaan
kayu kering yang akan dilapisi secara merata. Selain itu, resin phenol formaldehid
juga digunakan dalam bidang industri dan kehidupan sehari-hari. Resin ini biasanya
digunkan untuk lapisan vernis pada pintu atau jendela rumah, kusen-kusen, atau
barang mebel. Caranya sama seperti pada resin berbasis lignin, yaitu dengan melapisi
bagian permukaan kayu atau besi dengan vernis.