Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN VI

PEMANFAATAN RESIN PENUKAR ION

Disusun Oleh :

Nama : Salvator Laksana Nanda Rahardian

NIM : 09/283998/PA/12771

Asisten : Wuri Apriyana

Hari, tanggal : Kamis, 13 Oktober 2011

Laboratorium Kimia Anorganik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Gadjah Mada

2011
PEMANFAATAN RESIN PENUKAR ION
I. Tujuan
Memanfaatkan resin penukar kation pada penentuan natrium secara kuantitatif dan
penentuan hasil kali kelarutan MC2O4, M= Ca, Mg, dan Ba.
II. Dasar Teori
Resin pertukaran ion merupakan bahan yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku
pertukaran ion dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan
dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni
satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan
dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi,
stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin
untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak terikat
pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion). (Underwood, 2001)
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat
dilakukan dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan
kedalam suatu matriks polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah
polisterina hubungan silang yang diatas diperikan sebagai absorben. Produk tersedia
dengan berbagai derajat hubungan silang. Suatu resin umum yang lazim ialah resin
“8% terhubung silang” yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin
itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm,
meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia. (Svehla, 1985)
Resin dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai
silang, sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik untuk
memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur dan
berguna. Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion
yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang mengembang,
harus lebih besar rapatannya daripada air. (Harjadi, 1993)
Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan
hasil kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif -OH, -COOH, -HSO3, sebagai pusat-pusat pertukaran.
Gugusan fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion
dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation. Resin
dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah terionisasi kuat, tidak larut dan
sangat reaktif. Resin-resin demikian disebut resin penukar kuat, sedangkan gugusan
ion yang terionisasi secara parsial seperti > COOH, -OH, dan NH2- dikenal sebagai
resin penukar yang lemah. (Khopkar, 1990)
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan
sifat: mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan
mengandung ionion katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel
dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-
perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut.penukaran ion bersifat kompleks
dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini membawa suatu muatan listrik yang
tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya (ion aktif). Ion-ion
aktif ini beruapa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa anion-anion dalam
penukar anion. (Bassett, 1994)
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar
kolom disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran
ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai kebentuk
semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan
reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut eluent. (Khopkar, 1990)
III. Prosedur Kerja
III. 1. Bahan
1. Resin IR-120,20-50 mesh 7. Larutan Mg(NO3)2
2. Glass wool 8. Larutan Ca(NO3)2
3. NaCl 9. Larutan Ba(NO3)2
4. HCl 3 M 10. Asam oksalat
5. NaOH 0,1 M dan 0,2 M 11. Padatan MC2O4
6. Akuades 12. Indikator phenolptalin

III. 2. Alat
1. Kolom penukar ion (buret 50 ml) 6. Batang pengaduk
2. Termometer 7. Erlenmeyer
3. Gelas piala 8. Buret 50 ml
4. Gelas ukur 9. Tabung reaksi
5. Gelas arloji 10. Kertas saring
III. 3. Cara Kerja
A. Standarisasi Larutan Standar NaOH
1. Buret dicuci dan diisi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
2. Ditimbang 0,63 gram asam oksalat, dilarutkan dalam labu ukur 50 ml
dan diencerkan dengan akuades hingga batas.
3. Diambil 10 ml larutan asam oksalat tersebut, dimasukkan dalam
erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indikator phenolptalin (pp).
4. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH yang akan distandarisasi.
5. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali dan masing-masing volume titrasi
dicatat.

B. Penentuan [Na+] dengan Bantuan Resin Penukar Kation


1. Disiapkan kolom untuk resin dan disusun seperti skema gambar alat.
2. Disiapkan pasta yang terdapat 15 gram resin kation IR-120 dalam
akuades kemudian dituangkan ke dalam kolom.
3. Dituangkan 10 ml HCl ke dalam kolom tersebut dan aliran dibiarkan
40 tetes per menit.
4. Resin dicuci dengan akuades hingga netral.
5. Dididihkan 100 ml akuades dan ditunggu hingga dingin setelah
mendidih.
6. Ditimbang 0,2 gram NaCl murni, kemudian dilarutkan dengan 20 ml
akuades tersebut.
7. Larutan NaCl dituangkan ke dalam kolom penukar ion dalam 3
bagian, kecepatan aliran diatur 40 tetes per menit.
8. Effluent ditampung dalam gelas piala 250 ml.
9. Gelas piala bekas larutan NaCl dibilas dengan 10 ml akuades dan
dituangkan ke dalam kolom, hasil bilasan ditampung pada gelas piala
penampung effluent larutan NaCl.
10. Kolom dicuci dengan 2 kali 10 ml akuades dan hasil cucian
ditampung pada gelas piala penampung effluent larutan NaCl.
11. Disiapkan buret 50 ml dan diisi dengan NaOH 0,2 M.
12. Diambil 10 ml effluent dan ditambahkan 2 tetes indikator pp.
13. Effluent dititrasi dengan NaOH 0,2 M.
14. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali.

C. Penentuan Hasik Kali Kelarutan, Ksp MC2O4 (M= Ca, Mg, dan Ba)
a. Pembuatan Larutan Jenuh MC2O4
1. Dilarutkan 2,96 gram Mg(NO3)2 dengan akuades sampai volume
jenuh asam oksalat yang dibuat dengan 2 gram asam oksalat yang
dilarutkan dalam 20 ml akuades.
2. Ditambahkan asam tersebut ke dalam larutan Mg(NO3)2 dengan
cara ditetes-teteskan hingga terbentuk endapan permanen.
3. Endapan yang terjadi disaring dan dicuci sebanyak 5 kali.
4. Padatan MgC2O4 hasil pembuatan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
5. Ditambahkan akuades hingga 5 cm di atas endapan.
6. Tabung reaksi dikocok selama 30 detik.
7. Temperatur diamati dengan termometer.
8. Percobaan diulangi untuk Ca dan Ba

b. Penentuan [M2+] dalam Supernatan


1. Disiapkan kation resin dalam bentuk asam (diregenerasi) seperti
pada percobaan pertama.
2. Ditempatkan gelas piala 250 ml di bawah kolom resin.
3. Dimasukkan ke dalam kolom 10 ml supernatan larutan MgC2O4.
4. Kecepatan aliran diatur 40 tetes per menit.
5. Kolom dicuci dengan 4 kali 10 ml akuades.
6. Hasil cucian ditampung pada gelas piala effluent.
7. Disiapkan buret 50 ml dan diisi dengan NaOH 0,1 M.
8. Diambil 10 ml effluent dan ditambahkan 2 tetes indikator pp.
9. Effluent dititrasi dengan NaOH 0,1 M.
10. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali.

IV. Data Hasil Percobaan


A. Standarisasi Larutan Standar NaOH
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dengan Larutan Asam Oksalat (H2C2O4)
No. Volume Larutan H2C2O4 Volume NaOH 0,1 M
1 10 ml 21,6 ml
2 10 ml 21,7 ml
3 10 ml 21,8 ml
Volume NaOH rata-rata 21,7 ml

2. Standarisasi Larutan NaOH 0,2 M dengan Larutan Asam Oksalat


No. Volume Larutan H2C2O4 Volume NaOH 0,2 M
1 10 ml 10,3 ml
2 10 ml 10,5 ml
3 10 ml 10,9 ml
Volume NaOH rata-rata 10,57 ml

B. Penentuan [Na+] dengan Bantuan Resin Penukar Kation


No. Volume Effluent Volume NaOH 0,2 M
1 10 ml 3,5 ml
2 10 ml 3,5 ml
3 10 ml 3,6 ml
Volume NaOH rata-rata 3,53 ml
C. Penentuan Hasik Kali Kelarutan, Ksp MC2O4 (M= Ca, Mg, dan Ba)
No. Supernatan Volume NaOH 0,1 M
0,3 ml
10 ml supernatan CaC2O4
1 0,2 ml
T = 31C
0,3 ml
Volume NaOH rata-rata 0,26 ml
0,2 ml
10 ml supernatan BaC2O4
2 0,2 ml
T = 32,5C
0,2 ml
Volume NaOH rata-rata 0,2 ml
0,3 ml
10 ml supernatan MgC2O4
3 0,2 ml
T = 30C
0,2 ml
Volume NaOH rata-rata 0,23 ml

V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan pengolahan data yang dilakukan diperoleh
kesimpulan natrium yang terhitung secara kuantitatif adalah 0,67 mmol dengan
efisiensi kolom resin 96,3% dan Ksp MC2O4, M= Ca, Mg, dan Ba adalah sebagai
berikut: MgC2O4 = 3,03x10-5; CaC2O4 = 3,6x10-5; serta BaC2O4 =2,03x10-5.

VII. Daftar Pustaka


Bassett, J. dkk, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.
Underwood, A.L., dan Day R. A, 2001, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,
Erlangga, Jakarta.
Svehla, 1985, Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro, Kalman Media
Pustaka, Jakarta.

VIII. Lampiran
PERHITUNGAN:

1. Molaritas Asam Oksalat


massa H2 C2 O4 . 2H2 O 1000 mL
M= x x1L
Mr H2 C2 O4 . 2H2 O V lar. as. oksalat
0,63 g 1000 mL
M= g x 50 mL x 1 L
126
mol
M = 0,1 mo/L

2. Standarisasi NaOH 0,1 M


Reaksi : 2 NaOH + H2C2O4  Na2C2O4 + 2 H2O
̅H C O )
MNaOH x Vrata−rata NaOH = 2 (MH2C2 O4 x V 2 2 4

2 (MH2C2 O4 x V H2 C2O4 )
MNaOH =
Vrata−rata NaOH
2 (0,1 M x 10 mL)
MNaOH =
21,7 mL
MNaOH = 0,09 M
3. Standarisasi NaOH 0,2 M
̅H C O )
MNaOH x Vrata−rata NaOH = 2 (MH2C2 O4 x V 2 2 4

2 (MH2C2 O4 x V H2 C2O4 )
MNaOH =
Vrata−rata NaOH
2 (0,1 M x 10 mL)
MNaOH =
10,56 mL
MNaOH = 0,19 M

4. Penentuan [Na+] dengan Bantuan Resin Penukar Kation


Ar Na
massa Na = x massa NaCl mula − mula
Mr NaCl
23
massa Na = x 0,2 gram
58,5
massa Na = 0,08 gram

massa Na
mol Na =
Ar Na
0,08 g
mol Na = = 3,48 x10−3 mol = 3,48 mmol
23 g/mol
Reaksi pertukaran ion
R-H + Na+  R-Na + H+
H+ + OH-  H2O
Dari reaksi diketahui bahwa mol OH-: mol H+: mol Na+ = 1 :1 :1
mol Na+ = mol H+ = mol OH- = VNaOH x MNaOH
= 3,53 mL x 0,19 mmol/ml
= 0,67 mmol
Terjadi pengenceran 5 kali terhadap effluent:
mol Na+ = 5 x 0,67 mmol = 3,35 mmol

𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛


𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
3,35 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥 100%
3,48 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 96,3 %

5. Penentuan Hasik Kali Kelarutan, Ksp MC2O4 (M= Ca, Mg, dan Ba)
Reaksi pertukaran ion
2 R-H + M2+  R2-M + 2 H+
2 H+ + 2 OH-  2 H2O
Dari reaksi diketahui bahwa mol OH-: mol H+: mol M+ = 2 :2 :1
a. Penentuan Ksp MgC2O4
Mol OH- = VNaOH x MNaOH
Mol OH- = 0,23 mL x 0,09 M = 0,021 mmol

1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,021 mmol = 0,011 mmol

Terjadi pengenceran 5 kali pada effluent sehingga,


Mol Mg2+ = 5 x 0,011 mmol = 0,055 mmol
0,055mmol
[Mg2+] = = 5,5 x 10−3 M
10 mL

Ksp = [Mg2+][C2 O4 2-]


Ksp = S2
Ksp = (5,5 x 10−3 )2 = 3,03 𝑥 10−5

b. Penentuan Ksp CaC2O4


Mol OH- = VNaOH x MNaOH
Mol OH- = 0,27 mL x 0,09 M = 0,024 mmol

1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,024 mmol = 0,012 mmol

Terjadi pengenceran 5 kali pada effluent sehingga,


Mol Mg2+ = 5 x 0,012 mmol = 0,06 mmol
0,055mmol
[Mg2+] = = 6,0 x 10−3 M
10 mL

Ksp = [Mg2+][C2 O4 2-]


Ksp = S2
Ksp = (6,0 x 10−3 )2 = 3,6 𝑥 10−5
c. Penentuan Ksp BaC2O4
Mol OH- = VNaOH x MNaOH
Mol OH- = 0,2 mL x 0,09 M = 0,018 mmol

1
Mol Mg2+ = 2 x mol OH
1
Mol Mg2+ = 2 x 0,018 mmol = 0,009 mmol

Terjadi pengenceran 5 kali pada effluent sehingga,


Mol Mg2+ = 5 x 0,009 mmol = 0,045 mmol
0,055mmol
[Mg2+] = = 4,5 x 10−3 M
10 mL

Ksp = [Mg2+][C2 O4 2-]


Ksp = S2
Ksp = (4,5 x 10−3 )2 = 2,03 𝑥 10−5

TUGAS

1. Pengertian Resin
Resin pertukaran ion merupakan bahan yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku
pertukaran ion dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan dengan
jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+
diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang
berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya
bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu
muatan yang masuk.
Jenis resin ada 2 macam, yaitu:
a. Resin alamiah adalah resin yang tersedia di alam.
Contoh: Resin karet alam

Klorofil dan hemoglobin


b. Resin sintetik adalah resin yang disintesis dan tidak tersedia di alam.
Contoh: Resin FMOC-D-CYS(TRT)-WANG

Resin BOC-ASP(OCHX)-PAM

2. Artikel
Pemanfaatan Resin
Resin telah banyak dimanfaatkan dalam dunia industri dan kehidupan sehari-hari
di sekitar kita. Sebagai contoh resin dimanfaatkan dalam bidang industri untuk proses
pengolahan limbah. Setelah limbah melalui proses pengolahan fisika kemudian limbah
di olah secara kimia dengan proses netralisasi, penukar ion, koagulasi & flokulasi,
alumina aktif, karbon aktif, adsorbsi, oksidasi dan/atau reduksi, aerasi, ozonisasi,
elektrolisis, oksidasi kimia/reduksi, uv, limbah kemudian dilewatkan pada resin
penukar anion, resin penukar kation dan resin penukar anion lagi, dengan skema
sebagai berikut:

Selain itu resin juga digunakan untuk meningkatkan kualitas aspal dalam industri
minyak bumi. Cara yang dilakukan adalah dengan menambahkan resin Gilsonite pada
aspal prima 55 dengan kadar dan jumlah tertentu, dengan demikian aspal prima 55
menjadi lebih keras dan memenuhi standar multigrade.
Resin sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengolah air
minum bebas ion. Caranya dengan melewatkan air minum dengan kecepatan tertentu
pada resin penukar anion maupun kation. Penukaran ion ini biasanya terdapat dalam 1
set alat pengolah air minum yang sering disebut RO (reverse osmosis). Resin juga
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Misalnya resin berbasis lignin
digunakan untuk mencegah rayap pada kayu kering, biasanya untuk kusen dan mebel.
Cara penggunaannya adalah dengan mengoleskan resin tersebut pada permukaan
kayu kering yang akan dilapisi secara merata. Selain itu, resin phenol formaldehid
juga digunakan dalam bidang industri dan kehidupan sehari-hari. Resin ini biasanya
digunkan untuk lapisan vernis pada pintu atau jendela rumah, kusen-kusen, atau
barang mebel. Caranya sama seperti pada resin berbasis lignin, yaitu dengan melapisi
bagian permukaan kayu atau besi dengan vernis.

Anda mungkin juga menyukai