HIDROLOGI
Disusun Oleh :
3336130879
CILEGON - BANTEN
2014
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................…..i
DAFTAR ISI.............................................................................................….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan Teori ....................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Potensi Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan.............8
B. Permasalahan Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan...10
C. Upaya Konservasi Air Sungai..............................................17
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................18
B. Saran ....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat. 1 Air adalah senyawa yang penting bagi
semua bentuk kehidupan dan air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-
puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka
air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak
mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas
permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
1
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
3
dan perkebunan baru. Dengan semakin besarnya kebutuhan pangan, maka akan
semakin banyak pula air yang diperlukan untuk pengairan pada areal perkebunan
maupun areal pesawahan. maka pengelolaan air harus dilakukan dengan seefektif
mungkin.
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (UUSDA) yang merupakan revisi terhadap UU No. 11
Tahun 1974 tentang Pengairan. Pemanfaatan sumber daya air dapat dilakukan
hampir pada semua lini kehidupan manusia baik untuk keperluan hidup sehari-
hari maupun untuk usaha yang menggunakan bahan dasar air atau sebagai
penunjang, termasuk usaha di bidang pertanian. Pada Pasal 41 UUSDA
disebutkan bahwa pemenuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan
pengembangan sistem irigasi. Menurut Grigg sebagaimana yang dikutip dalam
Kodoatie, pengelolaan sumber daya air adalah aplikasi dari cara structural dan non
struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia
untuk kepentingan/manfaat manusia dalam tujuan-tujuan lingkungan.2
Salah satu wilayah di Indonesia dengan jumlah aliran sungai yang luas adalah
Provinsi Banten. Provinsi ini merupakan sebuah provinsi di Pulau Jawa, terletak
diantara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur,
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas
wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4
kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan dan 1.273 desa.
2
Robert J. Kondoatie, 2005, Kajian Undang-Undang Sumber Daya Air, Andi, Yogyakarta, hlm. 29
4
Provinsi banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi
dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi
air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk
pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut
tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai
merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman,
khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan
secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan
kebutuhannya.
Ditinjau dari segi potensi terhadap suatu negara, fungsi dan manfaat sungai
merupakan suatu modal dasar dari pembangunan nasional sesuai Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945, berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.”
5
1. DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang
(Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);
2. DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten
Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
3. DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten
Pandeglang;
4. DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang;
5. DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan
Kota Cilegon;
6. DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang.
Daerah aliran sungai (DAS) atau sungai adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari
hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. 3 Sungai
mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat, baik dulu, kini dan masa
depan. Manusia tidak dapat lepas dari sungai dengan airnya yang merupakan
sumber kehidupan dan penghidupan. Namun demikian sungai dapat juga menjadi
sumber malapetaka apabila tidak dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, masalah
pengelolaan dan pelestarian fungsi sungai sebagai sumber daya air sangat penting
dalam pembangunan masa kini dan masa depan.
3
Pasal 1 angka 1 PP Tentang Sungai.
6
kemiringan tanah, jenis tanah menurut kepekaan erosi, intensitas hujan harian
rata-rata, dan tujuan khusus (Joetata Hadihardaja, 1990).
BAB II
PEMBAHASAN
7
A. Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pengairan
Provinsi Banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi
dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi
air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk
pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut
tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai
merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman,
khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan
secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan
kebutuhannya.
Potensi sumber daya air sungai pada DAS Cisadane-Ciliwung yang terdapat
di wilayah Tangerang, Bekasi dan Bogor merupakan potensi sumberdaya air
sungai yang cukup tinggi, karena selain meliputi Provinsi Jawa Barat, DAS ini
juga meliputi wilayah DKI Jakarta. Salah satu sungainya yaitu Sungai Ciliwung,
namun meskipun demikian, sebenarnya potensi sungai ini masih lebih rendah
daripada Sungai Cisadane yang terletak disebelah baratnya, namun keduanya
8
merupakan DAS dengan potensi yang cukup besar, DAS ini mempunyai peranan
penting dalam mendukung kegiatan pertanian di Provinsi Banten.
DAS Labuhan Merak terdapat di Provinsi Banten bagian barat yang meliputi
Kota Cilegon dan sebagian Kabupaten Pandeglang. Ada tiga sungai yang tercakup
dalam DAS ini, yaitu dari yang paling selatan Sungai Ciliman, Cibungur dan yang
paling utara Sungai Cidano. Ketiga sungai tersebut bermuara di Selat Sunda.
Meskipun potensi airnya tidak begitu tinggi, namun keberadaan ketiga sungai
tersebut sangat penting dalam mendukung ketersediaan air di daerah Banten
bagian barat.
Ketersedian air sungai dihitung berdasarkan data debit sungai pada setiap
DAS yang terdapat di Provinsi Banten. Data debit sungai didapatkan dari Balai
Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) Provinsi Banten yang memuat rinciat debit
air yang terdapat pada DAS yang berada di wilayah Banten, memuat rincian
kebutuhan dan ketersedian air yaitu defisit dan surplus yang dialami pada setiap
DAS. Misalnya untuk DAS Labuhan Merak defisit air terjadi pada bulan Juli,
Agustus dan Oktober. Defisit air terbesar terjadi pada bulan Oktober sebesar 78,67
9
juta m3/bulan dan surplus air terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 58,34 juta
m3/bulan.
Berbeda dengan DAS Labuhan Merak dan DAS yang lainnya, hanya DAS
Ciujung yang memang tidak pernah mengalami defisit air diseluruh bulannya,
surplus air terbesar terjadi pada bulan Febuari sebebsar 446,37 juta m 3/bulan dan
surplus air terkecil terjadi pada bulan Maret sebesar 41,93 juta m3/bulan.
Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta hasil perhitungan. 4
Menunjukan bahwa hampir semua DAS yang berada di Provinsi Banten ini dapat
mengalami defisit air pada bulan-bulan tertentu. Hal ini menunjukan bahwa hasil
ketersediaan atau potensi sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi
Banten masih belum terpenuhi seluruhnya.
Air merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan di bidang pertanian
dalam penyediaan air irigasi. Sumber air permukaan sampai saat ini masih
menjadi andalan dalam penyediaan air irigasi terutama pada musim kemarau.
Namun sayangnya, dengan semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang
menyebabkan kuantitas dan kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pembangunan yang semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran
lingkungan, yang salah satunya berasal dari limbah industri.
Permasalahan sumber daya air sungai di Provinsi Banten memang bukan hal
yang disepelekan lagi, peningkatan pencemaran lingkungan sudah sejak lama
terjadi di Provinsi Banten. Pencemaran lingkungan ini diakibatkan oleh
pembuangan limbah dari perusahaan-perusahaan industri yang semakin marak
dibangun di Provinsi ini. Dampak negatif dari pencemaran sungai ini sudah
banyak dirasakan masyarakat, terutama masyarakat di daerah hilir yang
memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber pasokan air irigasi bagi pertanian.
4
Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta hasil perhitungan <http://geo.ugm.ac.id>
10
Apabila air sungai yang telah tercemar digunakan sebagai sumber pengairan
lahan pertanian, maka ada akibat yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak
langsung yang akan mempengaruhi hasil produksi pertanian yang nantinya juga
ikut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat petani (Nooordwijk dkk,
2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Poniman (2004) yang
menyatakan bahwa air yang mengandung limbah cair mampu menurunkan hasil
Gabah Kering Giling (GKG) hingga 47,15%. Lahan sawah yang dialiri limbah
secara terus-menerus akan menurunkan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Hal
ini jelas menunjukan betapa berbahaya dan besarnya dampak negatif yang akan
ditimbulkan terhadap lahan pertanian akibat adanya pengairan yang bersumber
dari sungai yang tercemar.
5
Bintang Krisanti, Pencemaran Perparah Krisis Air.
6
Nuhfil Hanani AR, Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan, Tantangan dan Harapan dalam
Pembangunan Pertanian di Indonesia; Pembangunan Pertanian dan kemiskinan. Makalah
disampaikan pada Seminar Pemantapan Ketahanan pangan Nasional dengan Dukungan Pertanian
Berkelanjutan di Dewan Pertimbangan Presiden Tgl 11 Desember 2008.
11
daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian
minimal 30 %), seta banyaknya dijumpai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir
terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan
bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi
terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai
14,1 miliar m³ per tahun.”
Pencemaran air terjadi apa bila terdapat bahan-bahan yang masuk kedalam
tanah, atau aliran air (sungai) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air
sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk keperluan
tertentu seperti baku mutu air minum, keperluan perikanan, pertanian, industri,
dan lain lain.
12
industri. Pada prosesnya juga melanggar Hak-hak Masyarakat untuk mendapatkan
kehidupan dan penghidupan yang layak.
Pencemaran air sungai yang terjadi di Provinsi Banten sudah berada ditahap
yang sangat mengkhawatirkan, sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil
pertanian dan akan mengganggu ketahanan pangan. Hampir seluruh sungai
diprovinsi ini telah mengalami pencemaran, dan pencemaran sungai tersebut
sudah termasuk dalam kategori kritis. Tiga sungai itu adalah Sungai Cisadane di
Tangerang, Sungai Ciujung dan Sungai Cibanten di Serang. Ketiga sungai tersebut
masing-masing sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Karimil Fatah
mengungkapkan bahwa penyebab pencemaran di tiga sungai itu beragam,
pencemaran sungai Cisadane dan sungai Ciujung disebabkan oleh limbah industri,
sedangkan pencemaran sungai Cibanten disebabkan penggalian pasir.
13
baku mutu 50 miligram per liter, zat padat tersuspensi 78 miligram per liter dari
ambang baku mutu 1.000 miligram per liter, zat felium (FE) 1,2 miligram per liter
dari batas baku mutu 0,3 miligram per liter, biological oxygen demand (BOD) 2
miligram per liter dari batas baku mutu 2 miligram per liter, dan chemical oxygen
demand (COD) 14 miligram per liter dari batas baku mutu 10 miligram per liter.
Sedangkan di bagian hilir, TSS 1.323 miligram per liter, TDS 105 miligram per
liter, FE 1,22 miligram per liter, BOD 4 miligram per liter, dan COD 28 miligram
per liter. Berdasarkan kondisi ini warga dan petani mengeluhkan kondisi air
Sungai Cibanten dan Irigasi Cibanten yang keruh. Warga menduga, air sungai dan
irigasi yang biasa digunakan oleh warga untuk mencuci dan mengairi sawah
tercemar.7
Dari hasil test laboratorium yang dilakukan KLH Kota Serang, air Sungai
Cibanten dinyatakan tercemar dan tidak layak untuk digunakan karena zat yang
terkandung dalam air sudah melebihi ambang batas baku mutu. Tak hanya itu,
endapan sungai tinggi sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan sungai, untuk
itu pencemaran perlu dicegah dan sungai harus dinormalkan.
7
<hhtp://www.radarbanten.com> .
14
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Cibanten Jaya
Muhammad Misna AS menegaskan bahwa pencemaran itu sudah bukan barang
baru, dan selama ini yang dirugikan itu bukan hanya petani, tetapi juga
masyarakat yang menggunakan air, mulai dari Kelurahan Tembong, Gelam,
Dalung, Karundang, Cipare, Kota Baru, hingga beberapa desa di Kasemen,”
ungkapnya.8
Selain sungai Cibanten, warga yang tinggal di bagian hilir sungai Cisimeut
mengeluhkan kondisi air yang belakangan ini berubah warna menjadi keruh dan
bercampur lumpur. Warga menduga keruhnya air yang bisa mereka gunakan untuk
berbagai keperluan itu tercemar limbah pencucian galian pasir di Blok Pasir Roko,
Kecamatan Cimarga (hhtp://bantenpos-online.com, unduh 12/3/2012).
Selain kedua sungai tersebut di atas, sungai Ciujung Banten pun tercemar
limbah industri. Sungai Ciujung sejak dari hulu hingga hilir menjadi sarana
pembuangan limbah, sehingga pencemaran air terjadi yang tentu saja
kepekatannya akan semakin menjadi-jadi di daerah hilir. Sumber limbahnya
bermacam mulai dari erosi alamiah, rumah tangga, rumah sakit, industri kecil
hingga besar dan jasa bentuknya pun beragam dari cair hingga padat. Bukan saja
kualitas airnya yang menurun namun juga membawa dampak bagi kehidupan
biota air, baik di sungai tersebut maupun yang dialiri air dari sungai tersebut.
8
<hhtp://www.radarbanten.com/newverion>
15
tersebut dikemukakan oleh Rusdi Tagaroa Koordinator Wahana Lingkungan
Hidup (Walhi) Provinsi Banten. Menurut penelitian yang dilakukan BMKG
sungai Ciujung merupakan sungai dengan kandungan emitter yang tertinggi dari
sungai-sungai lain yang mereka teliti. BMKG mencatat akibat kandungan emitter
itu, tingkat pencemaran karbon organik tertinggi terjadi di hilir sungai Ciujung
yakni mencapai 44 ton per kilometer persegi pertahun. Emiter adalah zat kimia
yang mengandung karbon dan merusak lapisan ozon sehingga menyumbang
terhadap pemanasan global. Emitter itu dihasilkan dari limbah cair yang berasal
dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sepanjang kawasan tersebut.
Akibat pencemaran tersebut ribuan ikan mati keracunan limbah. Air sungai
Ciujung kini berwarna hitam dan berminyak. Hampir tidak ada warga yang berani
memakai air sungai ini untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara itu ribuan
ikan di sungai ini mati mendadak. Akibat pencemaran air ini, warga Kecamatan
Pontang Tirtayasa, Tanara dan Cirenang tidak berani mengkonsumsi dan juga
memakai air sungai Ciujung untuk mandi dan mencuci.
16
Upaya konservasi air sungai adalah bagian dari kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu suatu upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.9
BAB III
9
Pasal 1 angka 2 UU PPLH.
10
Pasal 2 PP Tentang Sungai
11
Sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang
Sungai.
17
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1) Melakukan upaya normalisasi saluran sungai-sungai dan saluran
irigasi yang terkena pencemaran sumber daya air sungai.
2) Tegaskan hukum dan sanksi kepada perusahaan-perusahaan penghasil
limbah yang menyebabkan pencemaran.
3) Mengembangkan infrastruktur perairan yang lebih efisien secara
ekologis, misalnya melalui pembuatan fasilitas pengolahan limbah
terdesentralisasi, penggunaan kembali air limbah (daur ulang air), dan
rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) melalui konservasi air.
DAFTAR PUSTAKA
18
Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Profil Sungai Di
Provinsi Banten.
( http://www.dsdap.bantenprov.go.id/read/page-detail/profil-
sungai/126/Profil-Sungai-di-Provinsi-Banten.html. diakses ada jum’at 26
Desember 2014 )
Ig. Setyawan Purnama, 2008. Evaluasi potensi sumberdaya Air Sungai untuk
Pengairan di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Jurnal (Online)
(http://geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Evaluasi-Potensi-
Sumberdaya-Air-Sungai-Untuk.pdf. diakses pada jum’at 26 Desember
2014)
Kualitas Air Irigaso Ditinjau dari Parameter DHL, TDS, PH pada LAhan Sawah
Desa Bulumanis Kidul kecamatan Margoyoso
(http://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/247-kualitas-air-irigasi-
ditinjau-dari-parameter-dhl-tds-ph-pada-lahan-sawah-desa-bulumanis-kidul-
kecamatan-margoyoso. diakses pada jum’at 26 Desember 2014)
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. Upaya Konservasi untuk Kesinambungan
Ketersediaan Sumber Daya Air. Jurnal (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1964060319
89031-DEDE_ROHMAT/Paper_Seminar-Air__di_DAS_Citarum.pdf.
diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )
19
Radar Banten. Menyoal Sungai Ciujung
(http://www.radarbanten.com/read/berita/10/12032/Menyoal-Sungai-
Ciujung.html. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )
LAMPIRAN
20
Sumber :Keppres RI No. 12 Tahun 2012
Gambar 1.1
21
Sumber : Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta
hasil perhitungan <http://geo.ugm.ac.id>
22