Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun


2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang dituangkan
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
R.I. Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah/Kementerian
Lembaga (K/L) dalam hal ini Kejaksaan Republik Indonesia.

Dalam menyusun Pelaporan Kinerjanya Kejaksaan R.I. melaksanakan program


kegiatan yang disertai dengan Indikator Kinerja Utama yang dilaporkan Pimpinan
Satuan Kerja Kepada Pimpinan Unit Kerja, berdasarkan Perjanjian Kinerja yang
ditandatangani dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik
dalam meningkatkan Akuntabilitas dengan melakukan Klarifikasi Output dan Outcome
yang akan dan seharusnya dicapai. Sebagai sarana memudahkan terwujudnya
Organisasi/Kementerian Lembaga (Kejaksaan R.I.) yang Akuntabel, maka dibuatlah
Laporan Kinerja instansi Pemerintah mulai dari Pimpinan Organisasi, sesuai dengan
Perjanjian Kinerja mulai dari Pimpinan Organisasi sampai kepada Pimpinan Unit Kerja
Organisasi/Satuan Kerja.

2.1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP)

Latar belakang perlunya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP), antara lain:
 Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab dipandang perlu
adanya pelaporan AKIP
 Untuk melaksanakan pelaporan AKIP perlu dikembangkan Sistem AKIP
 Sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi
pemerintah dan dalam rangka perwujudan good governance telah
dikembangkan media pertanggungjawaban LAKIP

Laporan akuntabilitas kinerja adalah dokumen yang berisi gambaran


perwujudan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang disusun dan disampaikan
secara sistematik dan melembaga. Sedangkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah instrumen


yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk
mempertanggujawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi yang
terdiri dari berbagai komponen yg merupakan suatu kesatuan yaitu perencanaan
stratejik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja.

Perencanaan Stratejik merupakan Suatu proses yg berorientasi pada hasil yg


ingin dicapai dalam kurun waktu 1-5 tahun secara sistematis dan berkesinambungan.
Proses ini menghasilkan suatu rencana statejik yg memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
dan program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat
dicapai. Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program , kebijakan, sasaran yang telah ditetapkan dalam
rencana stratejik. Hasil dari proses ini berupa Rencana Kinerja Tahunan.

Pengukuran Kinerja

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah


pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan
publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan
outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk memudahkan terwujudnya organisasi
yang akuntabel. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara
kinerjayang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran kinerja
ini dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan pembandingan
kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi
pemerintah.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan


tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. Indikator kinerja
instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi. Indikator kinerja yang
digunakan harus memenuhi kriteria spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan
sesuai dengan kurun waktu tertentu.

Indikator Kinerja Utama

Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang


menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas fungsi serta
mandat (core business) yang diemban. IKU dipilih dari seperangkat indikator kinerja
yang berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria
indikator kinerja yang baik. IKU perlu ditetapkan oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah sebagai dasar penilaian untuk setiap
tingkatan organisasi.

Indikator Kinerja pada tingkat Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah


sekurang-kurangnya adalah indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan,
tugas dan fungsinya masing-masing.

 Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon I) adalah indicator hasil
(outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran
(output) unit kerja dibawahnya.
 Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon II) sekurang-kurangnya
adalah indikator keluaran (output).

Pengumpulan Data Kinerja

Sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas serta untuk


memudahkan pengelolaan kinerja, maka data kinerja harus dikumpulkan dan
dirangkum. Pengumpulan dan perangkuman harus memperhatikan indikator kinerja
yang digunakan, frekuensi pengumpulan data, penanggungjawab, mekanisme
perhitungan dan media yang digunakan.

2.2. Laporan Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia

Laporan Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia merupakan perwujudan


pertanggung jawaban atas kinerja dan anggaran, yang merupakan salah satu
Kementerian/Lembaga yang diwajibkan dalam pencapaian tujuan dan strategis yang
dilakukan Kejaksaan Republik Indonesia dalam Tahun Anggaran 2014. Laporan
Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia merupakan laporan tahun ke lima (5) dalam
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahap II (RPJMN
Tahap II) tahun 2010 - 2014 yang diturunkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA)
Kejaksaan R.I. Tahun 2010 - 2014 yang pelaksanaannya dituangkan dalam Rencana
Kerja (RENJA) Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2014 dalam 8 (delapan) Program
dan dilaksanakan oleh 518 (lima ratus delapan belas) Satuan Kerja (SATKER) di
seluruh Indonesia.

Penyusunan Laporan Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia mengacu kepada :

 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (SPPN)
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Anggaran Berbasis Kinerja
(ABK)
 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah
 Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP (Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)
 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah/Kementerian Lembaga (K/L) dalam hal ini Kejaksaan Republik
Indonesia
 Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia, Nomor : KEP-
064/A/JA/04/2014, tanggal 22 April 2014, tentang Penetapan Indikator Kinerja
Utama Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2013 – 2014.
 Rencana Strategis (RENSTRA) Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2010-
2014
 Rencana Kerja (RENJA) Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2014.

Laporan Kinerja Kejaksaan Republik Indonesia yang mempunyai beberapa


fungsi antara lain sebagai alat penilai kinerja, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi khususnya dalam pelaksanaan kegiatan kinerja
dan anggaran di seluruh Kejaksaan Republik Indonesia baik Pusat (Kejaksaan Agung)
maupun daerah (Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri)

Laporan kinerja ini merupakan wujud Akuntabilitas Pelaksanaan Tugas dan


Fungsi Kejaksaan Republik Indonesia sebagai salah satu aparatur penegak hukum yang
mempunyai tugas dan fungsi di bidang penuntutan melalui pelaksanaan Program,
Kegiatan Kinerja dan Anggaran, terdiri dari enam (6) Bidang, yakni Bidang Pembinaan
(BIN), Bidang Intelijen, Bidang Tindak Pidana Umum (PIDUM), Bidang Tindak
Pidana Khusus (PIDSUS), Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (DATUN), dan
Bidang Pengawasan (WAS) serta satu (1) Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan
Republik Indonesia (BADIKLAT Kejaksaan R.I.) yang harus dipertanggungjawabkan
kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (KEMENPAN dan RB)

Fungsi lain dari laporan kinerja ini adalah sebagai tindak lanjut pelaksanaan
Visi dan Misi Kejaksaan Republik Indonesia sesuai dengan amanat Peraturan Presiden
yang dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.

Sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 yang dituangkan


dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Intansi Pemerintah, maka setiap Instansi
Pemerintah (Kejaksaan R.I.) membuat Laporan Kinerja dan menjelaskan capaian
kinerja sebagai berikut :

a. Pencapaian target dan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


selama kurun waktu 5 (lima) Tahun dari 2010 sampai dengan Tahun 2014
b. Dalam Laporan Keuangan Kejaksaan R.I. Tahun 2014 telah mendapatkan
predikat Wajar Tanpa Pengecualian yang sebelumnya Wajar Dengan
Pengecualian
c. Peningkatan kesejahteraan Pegawai dengan dinaikkannya Tunjangan
Fungsional Jaksa sebesar 300% dan remunerasi 30% karena meningkatnya
kinerja Kejaksaan berdasarkan penilaian dari Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
d. Berhasilnya Kejaksaan R.I. dalam membuat Standard Operational Prosedur
(SOP), (Juklak) terkait pelaksanaan kinerja dan anggaran
e. Pada Tahun Anggaran 2014 Kejaksaan R.I. berhasil meningkatkan status
Rumah Sakit Umum Adhyaksa dari Tipe C menjadi Tipe C + sebagai BLU
(Badan Layanan Umum), serta berhasil memasukkan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP)
f. Dalam penyelesaian penanganan perkara Tindak Pidana Umum Kejaksaan R.I.
telahberhasil melakukan proses penegakan hokum\
g. Untuk mempercepat penanganan perkara Tindak Pidana dan meningkatkan
optimalisasi indeks kepuasan stakeholder, pada tanggal 8 Januari 2015
Kejaksaan telah berhasil membentuk Satuan Tugas/Satuan Khusus
h. Dalam rangka memperkuat jaringan organisasi dan mengembalikan citra
kepercayaan masyarakat, Kejaksaan telah mengadakan seminar dan MOU
terkait tugas dan fungsi Kejaksaan
i. Adanya Pusat Pemulihan Aset sebagai upaya optimalisasi berkelanjutan dalam
rangka Eksekusi Uang Pengganti dan Aset
j. Adanya Monitoring Center (MC Kejaksaan) dalam rangka membantu
mempercepat pencapaian target kinerja dan anggaran
k. Badan DIKLAT Kejaksaan Republik Indonesia berhasil meningkatkan status
sertifikasi ISO 9001-2008 menjadi ISO 9004.
l. Pada Tahun Anggaran 2014, Keuangan Negara yang berhasil diselamatkan
Kejaksaan Republik Indonesia
m. Dalam rangka transparansi dan pencegahan korupsi di bidang barang dan jasa
lingkungan Kejaksaan Republik telah terbentuk Lembaga Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE) secara mandiri
n. Sepanjang tahun 2014, Kejaksaan R.I. membuka pintu dan terus
mengembangkan berbagai bentuk kerja sama lintas Negara
o. Kejaksaan R.I. telah mendapatkan apresiasi/penghargaan/award dari
Kementerian Keuangan R.I.
p. Dalam rangka implementasi program anti korupsi, pada November 2013
Kejaksaan R.I. telah mencanangkan Zona Integritas menuju wilayah bebas
KKN\ di lingkungan Kejaksaan R.I
Rencana Strategis Kejaksaan RI Tahun 2010-2014

Rencana Strategis Kejaksaan Republik Indonesia yang mengacu kepada


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 merupakan dokumen Perencanaan Strategis
untuk periode lima tahun yang berisikan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Arah
Kebijakan Strategi, yang diambil oleh Kejaksaan Republik Indonesia.

Visi

Visi Kejaksaan tahun 2010 - 2014 adalah “Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum
yang bersih, efektif, efisien, transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan
prima dalam mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proporsional dan
bermartabat yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai-nilai kepatuhan.

Misi

Dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan wewenangnya, Kejaksaan untuk periode
tahun 2010-2014 memiliki misi yaitu :

1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaan tugas dan


wewenang, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan perkara
seluruh tindak pidana, penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara,
serta pengoptimalan kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara Profesional,
proporsional dan bermartabat melalui penerapan Standard Operating Procedure
(SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan efisien;
2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama terkait dengan
upaya penegak hukum;
3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh
tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap hak-
hak publik;
4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi
Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama
pengimplementasian program Quickwins agar dapat segera diakses oleh
masyarakat, penyusunan cetak biru (blue-print) pembangunan sumber daya
manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjang tahun 2025,
menertibkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan
peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan pegawai
melalui tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja Kejaksaan dapat
berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel dan optimal;
5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral dan
beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan
wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan serta
tugas-tugas lainnya yang terkait.

Perjanjian Kinerja

Salah satu tahapan yang harus dilaksanakan dalam rangka memenuhi ketentuan
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah melaksanakan perjanjian kinerja yang berisikan
penugasan dari pimpinan Instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan Instansi yang
lebih rendah. Perjanjian Kinerja disusun setelah suatu Instansi Pemerintah telah
menerima dokumen pelaksanaan anggaran, serta menyajikan indikator kinerja utama
yang menggambarkan hasil-hasil yang utama dan kondisi yang seharusnya tanpa
mengesampingkan indikator lain yang relevan.

Penggunaan dan pemanfaatan Dokumen Perjanjian Kinerja/Kontrak


Kinerja/Perjanjian Kinerja disusun dan ditandatangani bersama dengan tujuan untuk :

 Penggunaan untuk penguatan komitmen


 Penggunaan untuk monitoring
 Penggunaan untuk evaluasi dan pemberian penghargaan

Penajaman penyusunan dan penggunaan dokumen Perjanjian Kinerja harus


diupayakan dari waktu ke waktu agar instrumen ini dapat lebih efektif guna
pengelolaan kinerja yang lebih baik, paling tidak meliputi penelaahan rumusan sasaran
strategis, review dan perbaikan indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur
pencapaian sasaran strategis dan perbaikan penentuan target kinerja serta batas waktu
pencapaiannya. Untuk Tahun Anggaran 2014, Penetapan Kinerja (Perjanjian Kinerja)
Jaksa Agung Republik Indonesia dituangkan sebagaimana tercantum pada bagan
dibawah ini :

Sasaran Indikator Kinerja Target Program Anggaran (Rp.)


Tercapainya Penanganan dan 486 perkara Program 269.989.077.000
persepsi penyelesaian 30 Laporan Penanganan dan
masyarakat perkara tindak Penyelesaian
pencari keadilan pidana khusus, perkara tindak
untuk merasakan pelanggaran pidana Khusus,
kenyamanan,kep HAM Berat dan Pelanggaran
astian, keadilan perkara tindak HAM yang berat
dan keamanan pidana korupsi. dan tindak
dalam Pidana Korupsi.
berinteraksi dan Meningkatnya 50.699 Program 350.263.616.000
mendapatkan penyelesaian perkara Penanganan
pelayanan penanganan perkara perkara tindak
hukum dari para tindak pidana Pidana Umum.
penegak hukum umum, baik dari
terutama pada segi kualitas, atau
jajaran kuantitas secara
Kejaksaan RI. professional,
proporsional, dan
bermartabat yang
dilaksanakan oleh
Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak
Pidana Umum
Meningkatkan 50 LHK 160 Program 113.454.388.000
Kualitas Hasil laporan Penyelidikan
Penyelidikan, /Pengamana/
Pengamanan dan Penggalangan
Penggalangan yang Kasus Intelijen
Komprehensif
dilengkapi dengan
Data berupa Bukti
Hukum dan Fakta
Hukum yang Valid
dan Optimal
Pelaksanaan 50 LHK
Kegiatan Politik, 4 kegiatan
Sosial Budaya dan
Sumber Daya
Organisasi.
Pelaksanaan 100 LHK
Kegiatan Sandi dan 70
Produksi. Kegiatan
Penerangan dan 5 lembaga
Penyuluhan Hukum 1164
lembaga
928 laporan
Meningkatnya 319 perkara Program 18.500.268.000
pelaksanaan tugas Penanganan
dan wewenang dan Penyelesaian
dalam penanganan Perkara
perkara/kegiatan Perdata dan
tata Usaha
Perdata, TUN, dan Negara.
PPH.
Meningkatnya Meningkatkan 1 peraturan Program 2.570.112.807.0
kemampuan Pelayanan 1 dokumen Dukungan 00
professional, Administasi. 1 laporan Management
integritas Kejaksaan RI.
kepribadian dan Pengembangan 3 dokumen Program 127.731.205.000
disiplin sumber Organisasi dan Peningkatan
daya manusia Tatalaksana serta Sarana dan
dilingkungan Pengolahan Data, Prasarana
Kejaksaan RI Pemantauan dan Aparatur
dalam Penilaian Kinerja Kejaksaan RI.
pelaksanaan Pembinaan.
Reformasi Meningkatnya 494 lapdu Program 20.143.922.000
Birokrasi kualitas Pengawasan
dan tata kelola pengawasan dan Peningkatan
pemerintahan atas pelaksanaan Akuntabilitas
yang baik. tugas rutin dan Aparatur
pembangunan Kejaksaan RI.
semua unsur
Kejaksaan
Meningkatnya 12 laporan Program 108.331.819.000
kemampuan 35 angkatan Pendidikan
professional, diklat dan Pelatihan
integritas Aparatur
kepribadian dan Kejaksaan RI.
disiplin di
lingkungan
Kejaksaan

Anda mungkin juga menyukai