Bentuk Dan Makna Kata
Bentuk Dan Makna Kata
Bahasa pada hakekatnya didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Tidak semua bunyi itu di golongkan kedalam bahasa, hanya bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia saja yang dapat digolongkan bunyi bahasa.
Namun tidak semua bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia dapat disebut dengan bunyi
bahasa. Hanya bunyi ujaranlah yang dapat disebut dengan bunyi bahasa, dalam setiap bahasa
orang mengelompokan sebagai bunyi yang di ucapkan kedalam satupun fungsional terkecil yang
disebut dengan fonem.
BAB II PEMBAHASAN
BENTUK DAN MAKNA DALAM BAHASA INDONESIA
A. Fonem Dan Morfem
1. Pengertian Fonem dan Fungsinya
Fonem merupakan satuan bunyi bahasa yang terkecil yang mampu menunjukan perbedaan
makna dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis diantara dua garis miring…../ misalnya bunyi
a/,/I,/u/e/,dan/o. Jika satu fonem saja diganti atau dihilangkan atau bahkan ditambahkan maka
akan mengubah kata fonem dibedakan atas vocal dan konsonan.
Contoh kasta, kista, kusta, kata-kata ini hanya dibedakan oleh fenomena a/,i/, dan u/. ada
contoh lagi yang fenomenanya berupa huruf konsonan misalnya kata jari, hari, tari, lari, kata-
kata tersebut dibedakan oleh fonem/j/,/h/,t/,l/. Fungsi fonem itu sendiri itu sendiri untuk
membedakan makna perbedaan bunyi pada fonem yang membedakan makna ini menegaskan
adanya fonem-fonem yang berbeda pula.
2. Pengertian Morfem dan Pembagianya
Morfem itu sendiri mempunyai arti kesatuan bentuk atau fungsi bahasa terkecil yang turut
serta dalam pembentukan kata dan mempunyai makna ilmu yang mempelajari tentang bentuk
kata dan prosa pembentukannya disebut dengan morfologi,
Adapun pembagian morfem itu sendiri terbagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut:
1. Morfem bebas
Morfem bebas yaitu, morfem yang mampu berdiri sendiri dalam ujaran karena telah memiliki
makna tertentu. Contohnya: kualitas, lurus, manfaat.
2. Morfem terkait
Morfem terkait yaitu morfem yang tidak berdiri sendiri karena belum memiliki makna tertentu
morfem terkati dalam bahasa Indonesia antara lain berupa prefix, konfliks, dan surfik. Contoh:
membisu, perhitungan dan tulisan.
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki struktur yang lengkap di dalamnya mungkin
hanya subjek saja, objek saja, dan keterangan saja. Misalnya anak itu, kemarin malam, dan lain
sebagainya. Klausa tersebut terikat biasanya digunakan sebagai kalimat jawaban.
Kami ambil sedikit kesimpulan dari materi diatas yaitu di dalam mempelajari bahasa
Indonesia khususnya dalam kalimatnya kita tidak pernah terlepas dari struktur pembentukannya
yang di dalamnya terdapat fonem, kata, frase, dan klausa.
Dan disetiap kata yang sudah kemasukan oleh imbuan baik berupa prefix, konfliks,
ataupun sufiks, maka akan berubah makna pada kata tersebut. Jadi intinya dalam pembuatan
kalimat kita harus memperhatikan kaidah dalam bahasa yang sudah di jelaskan diatas oleh
pemakalah tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk.1990. Tata Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul dan Liliana Muliastuti. 2003. Kelas I Makna dalam semantic. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.