Anda di halaman 1dari 13

I.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara sukses membaca Al – quran ?
2. Bagaimana cara mengamalkan Al – quran dalam kehidupan ?
3. Bagaimana cara beristiqomah bersama Al – quran ?
4. Bagaimana membuat Al – quran sebagai pedoman dasar kehidupan ?
II. Pembahasan
1. Bagaimana cara sukses membaca Al – quran?
Al-quran memerintahkan kepada umat islam sejak ayat pertama kali diturunkan
kepada nabi muhammad saw. Firman Allah QS Al – Alaq 1-5;

Perintah untuk membaca dalam ayat itu disebutkan dua kali , perintah kepada rosul saw dan
selanjutnya perintah kepada umatnya.Membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci untuk
ilmu pengetahuan , baik secara etimologi berupa membaca huruf – huruf yang tertulis dalam
buku – buku ,maupun terminologis, yakni membaca dalam arti yang lebih luas. Dalam
membaca Al – quran ada 5 ilmu penting yang harus diperhatikan, yaitu :

 Ilmu Tajwid

Tajwīd (‫ )تجويد‬secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah
atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (‫تجويدا‬-‫يجود‬-‫د‬
ّ ‫)جو‬
ّ dalam
bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya
dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.

Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul


huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul
huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan),
ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
 Hukum nun mati dan tanwin
 Hukum mim mati
 Hukum mim dan nun tasydid
 Hukum alif lam ma’arifah
 Hukum idgham
 Hukum mad
 Qalqalah
 Makhraj huruf
 Waqaf

 Ilmu makna

‫ب أ َ ْقفَالُهَا‬ َ ‫أَفَ ََل يَت َ َدبَّ ُرونَ ا ْلقُ ْرآنَ أ َ ْم‬


ٍ ‫ع َلى قُلُو‬

"Maka mengapakah mereka tidak mau mentadabburi al-Qur'an? Apakah karena hati
mereka terkunci mati?" (QS 47:24)

Ada beberapa tahapan agar kita mampu untuk memahami dan mampu berinteraksi
dengan Al-Quran.

1. Memperhatikan adab tilawah.


2. Membaca satu surat, satu juz, atau satu ruku’ dengan pelan- pelan,
khusyu’, tadabbur dan penuh penghayatan. Tidak mementingkan target
dalam satu hari harus selesai satu surat, satu juz atau beberapa lembar.
3. Memperhatikan dan merenungi satu ayat, diperdalam untuk mendapatkan
arti yang terkandung dalam ayat tersebut, dengan cara dibaca dengan
penuh perasaan dan penghayatan, mendengarkan dari bacaan orang lain
atau kaset dan dilakukan berulang-ulang sampai mendapat arti yang
terkandung dalam ayat tersebut.
4. Mempelajari secara rinci, susunan kata, konteks kalimat, arti yang
terkandung, sebab turunnya (asbabun nuzul), i'rab sampai betul-betul
memahami seluk-beluk ayat tersebut dan berbagai sudut pandang.
5. Memahami korelasi ayat dengan kondisi sekarang.
6. Merujuk kepada yang dipahami oleh para salafus shalih terutama
pemahaman para shahabat. Hal ini dikarenakan mereka lebih ahli
dibanding Profesor Al-Quran terpintar saat ini pun, karena mereka
mendapat petunjuk langsung dari Rasulullah saw. Oleh karena itu, dari
aspek kesopanan dan aspek ilmiah, kita harus lebih mendahulukan
pemahaman para shahabat.
7. Mempelajari pendapat para ahli tafsir yang memiliki bobot ilmiah.

 Ilmu Qiraat
Menurut bahasa, qira’at (‫ )قراءات‬adalah bentuk jamak dari qira’ah (‫ )قراءة‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫)قرأ‬, yang artinya : bacaan. Pengertian qira’at
menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh keluasan makna dan sisi
pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan dua pengertian
qira’at menurut istilah.
Qira’at menurut al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur'an, baik
menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti
takhfif, tasydid dan lain-lain.
Dari pengertian di atas, tampaknya al-Zarkasyi hanya terbatas pada lafal-lafal
al-Qur'an yang memiliki perbedaan qira’at saja. Ia tidak menjelaskan bagaimana
perbedaan qira’at itu dapat terjadi dan bagaimana pula cara mendapatkan qira’at itu.
Ada pengertian lain tentang qira’at yang lebih luas daripada pengertian dari al-
Zarkasyi di atas, yaitu pengertian qira’at menurut pendapat al-Zarqani.
Al-Zarqani memberikan pengertian qira’at sebagai : “Suatu mazhab yang
dianut oleh seorang imam dari para imam qurra’ yang berbeda dengan yang lainnya
dalam pengucapan al-Qur’an al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya.
Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.”

Macam-Macam Qira’at

Menurut Al-Jazari seperti dikutip al-Suyuti dan juga Zarqani, memaparkan


macam-macam qiraat ditinjau dari segi sanad adalah: mutawatir, masyhur, ahad,
syadz, maudhu’ dan mudraj.

1. Qiraat mutawatir, adalah qiraat yang disandarkan pada periwayat yang


terpercaya dan tidak mungkin mereka berdusta.
2. Qiraat masyhur, adalah qiraat yang sanadnya sahih tetapi tidak sampai
mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa Arab, rasm Uthmani dan terkenal
dikalangan ahli qiraat. Oleh sebab itu, qiraat tersebut tidak dikatakan
syadz.
3. Qiraat ahad, adalah qiraat yang sanadnya sahih, tetapi rasmnya berbeda
dengan rasm Uthmani. Demikian juga dengan kaidah dalam bahasa
Arabnya yang berbeda serta tidak se-masyhur seperti tersebut di atas,
seperti terdapat dalam surah al-Taubah ayat 128:

‫سو ٌل ِم ْن أ َ ْنفَ ِس ُك ْم‬


ُ ‫لَقَدْ َجا َء ُك ْم َر‬
Kata (‫ )أ َ ْنفُ ِس ُك ْم‬dibaca dengan (‫)أ َ ْنفَ ِس ُك ْم‬.
Dalam surah al-Rahman ayat 76
َ ‫ف ُخض ِْر َو َع َباِرقِي ِ ِح‬
‫سان‬ ِ َ‫ُمت َّ ِكئِيْنَ َعلَي َرف‬
َ ‫ار‬
َ ‫)ر ْف َر‬
Kata (‫ف‬ َ dibaca dengan (‫ف‬ ِ َ‫)رف‬.
َ ‫ار‬ َ Kedua bacaan qiraah di
atas al-Hakim melalui jalur ‘Ashim Jahdari, dari Abu Barkah, dari
Nabi SAW.

4. Qiraat syadz, adalah qiraat yang sanadnya tidak sahih. Seperti qiraat Ibn al-
Samaifah, seperti dalam surah Yunus ayat 92:

َ‫اس َع ْن آ َيا ِتنَا لَغَا ِفلُون‬ ً ‫فَ ْال َي ْو َم نُ ْن ِحيْكَ ِب َبدَنِكَ ِلتَ ُكونَ ِل َم ْن َخلَفَكَ آ َيةً َو ِإ َّن َك ِث‬
ِ َّ‫يرا ِمنَ الن‬
Kata ( َ‫ )نُن َِجيك‬di baca dengan ( َ‫ )نُ ْن ِحيْك‬dan kata ( َ‫ )خ َْلفَك‬dibaca
dengan( َ‫) َخلَفَك‬.

Menurut Abu Amr Ibn Hajab, seperti dikutib al-Jazari, qiraat


yang syadz dilarang pembacaannya pada saat solat dan lainnya.
Sedangkan menurut mazhab Syafii, apabila seseorang mengetahui
bahwa suatu bacaan adalah qiraat syadz dan membacanya pada saat
salat, maka batallah solatnya. Jika tidak mengetahui, maka terbebas
dari kesalahan.

5. Qiraat maudhu, adalah qiraat yang tidak ada asalnya. Sebagai contoh,
qiraat yang dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah dalam surah al-Fatir
ayat 28

ِ ‫إِنَّما َ يَ ْخشَي هللا ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْالعَلَ َم‬


‫اء‬
ْ dibaca (‫اء‬
ِ ‫)العُلَ َم‬
Kata (‫ )هللا‬dibaca dengan (‫)هللا‬. Dan kata (‫اء‬ ِ ‫) ْال َعلَ َم‬.
Menurut Zarqani qiraat tersebut tidak memiliki dasar sama sekali,
sehingga Abu Hanifa terbebas darinya.

6. Qiraat mudraj, adalah qiraat yang disisipkan penafsiran seperti qiraat yang
diambil dari Ibn Abbas, seperti terdapat Surah al-Baqarah ayat 198

‫َّللا ِع ْندَ ْال َم ْش َع ِر ْال َح َر ِام‬


َ َّ ‫ت فَاذْ ُك ُروا‬ ْ َ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَ ْن تَ ْبتَغُوا فَض ًًْل ِم ْن َر ِب ُك ْم في مواسم الحج فَإِذَا أَف‬
ٍ ‫ضت ُ ْم ِم ْن َع َرفَا‬ َ ‫لَي‬
َ‫َوا ْذ ُك ُروهُ َك َما َهدَا ُك ْم َو ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ِم ْن قَ ْب ِل ِه َل ِمنَ الضَّالِين‬

Kalimat (‫ )في مواسم الحج‬adalah penafsiran yang diselipkan dalam


nash ayat tersebut.
Juga terdapat dalam surah Nisa ayat 12:

‫ُس‬
ُ ‫سد‬ ِ ‫ث كًَللَةً أ َ ِو ا ْم َرأَة ٌ َولَهُ أ َ ٌخ أ َ ْو أ ُ ْختٌ ٍأم فَ ِل ُك ِل َو‬
ُّ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬ ُ ‫ُور‬
َ ‫َوإِ ْن َكانَ َر ُج ٌل ي‬

kata (‫)أم‬
ٍ adalah qiraah S’ad Ibn Abi Waqqah.
 Ilmu Nagham

Naghom adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang artinya lagu/irama.
Populernya istilah Naghom berasal dari para Qori’/ para Syech/ dari Mesir yang pernah
mengajarkan ilmunya di Indonesia pada tahun 1973.
Kata naghom yang akhirnya kemudian dirangkai dengan Al-Qur’an
menjadi Naghom Al-Qur’an yang artinya melagukan Al-Qur’an, bisa juga disebut
dengan Tahsin As-Shout dalam membaca Al-Qur’an (membaguskan suara dalam
membaca Al-Qur’an). Naghom adalah khusus untuk tilawah Al-Qur’an, kemudian di
Indonesia terkenal dengan sebutan Seni Baca Al-Qur’an.
 Ilmu Adab Membaca Al – quran
1) Membaca Al – quran dengan keadaan suci, dengan duduk yang sopan
dan tenang
2) Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat
menghayati ayat yang dibaca
Rosululloh bersabda, “Siapa saja yang membaca Al-Qur’an (khatam)
kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.” (HR. Ahmad dan
para penyusun kitab-kitab Sunan)
3) Membaca Al-Qur’an dengan khusyu’, dengan menangis, karena
sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan
perasaan.
Allah Ta’ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya
yang shalih, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al-Isra’: 109).
Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura
menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4) Membaguskan suara ketika membacanya
Membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang
makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari
ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-
lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5) Membaca Al – quran dimulai dengan isti’adzah/ta’awudz
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bila kamu akan membaca
Al-Qur’an, maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari (godaan-
godaan) syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
2. Bagaimana cara mengamalkan Al – quran dalam kehidupan ?
Salah satu tujuan Al – qur’an memilih sistematika, adalah untuk mengingatkan
manusia khususnya kaum Muslimin bahwa ajaran – ajaran Al – quran adalah satu
kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisah – pisahkan.
 Dalam kehidupan sehari – hari
1. Meningkatkan ketekunan dalam mempelajari Al – quran dan hadits
2. Mempelajari ayat – ayat kauniyah (alam semesta) dalam rangka
meningkatkan keimanan
3. Memanfaatkan waktu luang untuk menguasai suatu bidang
keterampilan untuk bekal masa depan
4. Memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kepentingan dunia
dan akhirat
5. Memperbanyak bergaul dengan orang saleh
 Dalam kehidupan keluarga
1. Menaati bimbingan dan anjuran kedua orangtua
2. Menjaga amanah kedua orangtua
3. Menjaga nama baik kedua orang tua
4. Mendoakan kebaikan bagi orang tua
5. Mengamalkan ilmu – ilmu yang sudah diperoleh
 Dalam kehidupan bermasyarakat
1. Ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat selama tidak
melanggar norma – norma agama
2. Menjaga diri dari perilaku yang dapat menimbulkan keresahan
dalam masyarakat, baik ucapan, perbuatan, maupun tingkah laku
3. Menjaga kerukunan dan gemar menolong
4. Rela berkorban demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang
harmonis
5. Gemar bermusyawarah dalam menghadapi setiap permasalahan
dalam masyarakat

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali – Imran ayat 103

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

3. Bagaimana cara beristiqomah dalam mengamalkan Al- quran?


Istiqomah adalah suatu yang tidak mudah untuk dilakukan begitu saja, butuh
adanya kesabaran dalam diri kita demi memperjuangkan kebenaran tersebut dalam hal
ini adalah membaca dan menghafalkan Al Qur’an. Istiqomah akan mudah dilaksanakan
apabila kita memiliki orang-orang disekitar kita yang dalam ikhtiarnya selalu
mengingatkan satu sama lain dalam mendekatkan diri dengan Al Qur’an.
1) Tahsin, yakni mencapai target yang sudah ditetapkan dalam membaca Al Qur’an.
Dalam kehidupan ini perlu yang namanya sebuah target baik target untuk menambah
hafalan Al Qur’an dan murojaah hafalan tersebut. Selain itu, dalam poin ini ditekankan
untuk istiqomah dalam sisi waktu dan dosisnya, seperti istiqomah membaca dan
menghafal Al Qur’an 5 ayat perhari dimana target tersebut ditetapkan berdasarkan
kemampuan diri kita.
2) Tahfidzh, yakni proses dalam membaca dan mengahafal Al Quran, dimana kita
diharapkan minimal sudah paham akan pendek panjangnya suatu bacaan yang dibaca
ataupun dihafal.
3) Tadabbur, yakni memahami Al Qur’an secara tadabbur dan secara tafsir, dimana
dalam proses membaca dan menghafal Al Qur’an diharap kita juga mempelajari dan
memahami tafsir dan asbabun nuzul dari bacaan tersebut. Hal ini bisa dilakukan
dengan memanfaatkan tali-tali pembatas dalam Al Qur’an kita baik untuk tanda
hafalan, murojaah maupun tadabbur.
4) Tathbiq, yaitu menghafalkan Al Qur’an itu sendiri, dimana dalam hal ini istiqomah
sangat diperlukan untuk menguatkan hati dan diri kita untuk tetap semangat dalam
menghafalkan Al Qur’an.
5) Tabligh yakni menyampaikan apa yang kita baca, pelajari maupun hafalkan dimana
poin ini merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim untuk menyampaikan ilmu
walaupun satu ayat dan sebagai bentuk kebermanfaatan bagi rahmatan lil alamiin.
Firman Allah dalam surat An – nahl ayat 102

4. Bagaimana membuat Al – quran sebagai pedoman dasar kehidupan ?


 Membuat ilmu turunan berasal dari Al – quran melihatkan kebesaran Allah swt
Al – quran adalah firman Allah SWT yang terakhir melengkapi semua
kitab yang menyatakan kalau kitab itu firman tuhan yang harus bertahan dari
ujian ilmu pengetahuan dan perkembangan zaman karena itu menjadikan bukti
kalau kitab itu firman dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada zaman dahulu ada
mukjizat, yang artinya menurut KBBI adalah kejadian (peristiwa) ajaib yang
sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Al – quran adalah mukjizat di
atas semua mukjizat tapi bagi manusia modern zaman sekarang tidak bisa
mempercayai sesuatu yang belum dibuktikan secara sah sama juga untuk
menerima mukjizat, sebelum menerima mukjizat kita harus menganalisa dan
membuktikannya.
Sebelum datangnya zaman modern, dahulu adalah zaman puisi dan
sastra. Al – quran adalah sastra arab yang terbaik di muka bumi dan Allah
SWT berfirman pada QS Al – Baqarah 23 – 24

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.” (QS.Al-Baqarah : 23)

“Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS.Al-Baqarah : 24)

Ada beberapa orang yang cukup puas hanya dengan satu tanda ada orang yang
baru puas dengan beberapa tanda tapi ada juga orang yang tidak pernah puas kalaupun
sudah diberikan ribuan tanda karna itu ilmu yang diturunkan dari al- quran menjadi
tanda kebesaran allah swt seperti

 Ilmu astronomi
Dalam surah al – anbiya ayat 30 Allah swt
menjelaskan kalau awalnya bumi itu dan langit itu satu setelah itu
dipisahkan antara keduanya, itu yang tersebut dalam Al – quran dalam
1400 tahun yang lalu dan baru bisa dibuktikan ilmuan pada zaman
sekarang ini jadi ilmuan dan diberi nama teori ini dengan nama teori big
bang yang artinya dentuman besar .

 Ilmu geografi

Dan bumi sesudah itu dihamparkannya ,kata dahaahaa berasal dari kata
Duya yang artinya telur tapi yang dimaksud telur disini adalah telur burung
unta yang berbentuk bulat pepat seperti bumi.

 I
l
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar benar terdapat belajaran
bagimu. Kami memberi minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah , yang mudah ditelan bagi
orang – orang yang meminumnya.
Jadi dalam surah ini allah swt menjelaskan dalam ilmu biologi kalau
didalam ternak itu ada madu yang terdapat dianta kotoran dan darah itu
kalau kita baca , tapi kalau kita mentaburi alquran dengan kata – perkata
kita bisa mengetahui kalau orang – orang beriman yang diibaratkan
sebagai susu murni berada diantara dua golongan yaitu orang musrik yang
diibaratkan sebagai najis atau kotoran tadi karna firman allah swt dalam
surah at- taubah ayat 29 (sesungguhnya orang musrik itu najis ) dan juga
orang munafikin yang diibaratkan sebagai darah karna jumlahnya yang
paling banyak dan sangat susah untuk mengelakkannya sama seperti sifat
darah dan semua itu punya tempat keluarnya masing – masing oleh karna
itu kita juga haru berjala ditempat yang sudah ditetapkan dengan
beristiqomah dengan alquran.
 Dengan hidup lebih islami
Kegelisahan serta ketidaktentraman hati menjadikan orang mudah dipengaruhi
oleh bujuk rayu iblis dalam Islam sendiri diajarkan cara untuk kita bisa
mendapatkan hati yang tenang sehingga dalam berbuat sesuatu tidak akan
merasa tertekan maupun gelisah. Berikut akan dijelaskan bagaimana cara agar
membuat hati kita menjadi tenang sehingga dalam menghadapi masalah pun
kita masih bisa bersikap optimis

 Dzikir berarti kita selalu mengingat Allah dalam setiap langkah dan
perbuatan yang kita lakukan. Tidak ada yang paling bisa membuat hati
kita menjadi lebih baik kecuali selalu mengingat kepada Maha
Pencipta.

 Shalat yang dilakukan secara benar dan khusyu’ akan membantu


membuat hati menjadi lebih tenang. Selepas shalat kita juga bisa
mengadu kepada Allah tentang segala keluh kesah kita, sekaligus
berdo’a agar dipermudah dalam menghadapi masalah hidup.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya;


hanya kepada-Mu lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah
kami meminta pertolongan.” (Q. S. Al-Fatihah : 5).

 Sabar ketika menghadapi masalah diberikan oleh Allah bukan untuk


menyulitkan kita, melainkan untuk menguji iman dan taqwa kita.
Ketika kita sadar akan hal tersebut, yang perlu kita lakukan ialah
bersabar dalam menghadapi segala macam permasalahan dan cobaan
yang diberikan. Allah SWT berfirman
DAFTAR PUSTAKA

As Shouwy, Ahmad. 1999. Mukjizat Al – Quran dan As – Sunnah Tentang IPTEK.


Jakarta: Gema Insani Press

Qardhawi, Yusuf. 1996. Al – Quran Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Gema Insani Press

Shihab, M. Quraisy. 1999. Wawasan Al – Quran. Bandung: Mizan

Al – Panasauri. 2016. Penerapan Al – Quran dalam Kehidupan. Diambil dari:


alpanasauri.blogspot.co.id/2016/02/penerapan-al-quran-dalam-kehidupan.html (12 Februari
2017)

SZ, Hasanudin. 2014. Pengertian Ilmu Naghom Al – quran ( Seni Baca Al – Quran).
Diambil dari: www.hasanudin.id/2014/11/pengertian - ilmu-naghom-al-quran-seni.html (12
Februari 2012)

Munasir, Yusuf. 2008. Adab Membaca Al – quran. Diambil dari:


https://muslim.or.id/104-adab-membaca-al-quran.html (12 Februari 2017)

Dhanni, Wahyu Rahma. 2013. Tetaplah Istiqomah, Insyaallah Jannah. Diambil dari:
https://tarbiahmoeslim.wordpress.com/2013/11/18/tetaplah-istiqomah-insya-allah-jannah/ (12
Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai