• Tubuh manusia secara terus-menerus menghasilkan panas yang
disebabkan oleh proces metabolism tubuh. Panas yang dihasilkan oleh tubuh berkisar sekitar 100 W, namun demikian nilai ini bervariasi sekitar 70 W ketika tidur dan bisa mencapai lebih dari 700 W ketika sedang bekerja berat atau kegiatan dengan gerak yang banyak (contohnya bermain tenis).
• Temperatur tubuh yang normal berkisar 370C, sementara temperatur
kulit bervariasi antara 31 dan 340C.
• kondisi nyaman termal adalah 27 sebuah kondisi yang
mengekspresikan tingkat kepuasan pada lingkungan termal yang membutuhkan evaluasi secara subjektif yang mempertimbangkan factor-faktor kenyamanan termal baik secara psikologis.
1.2. STANDAR KENYAMANAN MANUSIA TROPIS DI SETIAP
ASPEK A. Lingkungan 1. Temperatur Udara Suhu udara ini erat kaitannya dengan kalor. Kalor tercipta karena adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suhu udara normal dan suhu udara rata-rata (MRT = Mean radiant temperature) yang merupakan suhu rata-rata lingkungan sekitar seseorang. MRT dapat mempengaruhi tubuh seseorang sebesar 66%. Kenyamanan termal akan tercipta jika perbedaan antara MRT dan suhu udara normal kurang dari 50. Kenyamanan termal pada manusia adalah pada suhu tubuh 370C dan jika naik sampai 50 atau turun sampai 20 maka akan timbul ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Sedangkan suhu udara lingkungan dikatakan nyaman pada suhu sekitar 250C, diatas 260C maka tubuh manusia sudah berkeringat. Maka dari itu, selain kemampuan tubuh manusia untuk mempertahankan suhu diperlukan juga pengondisian lingkungan yang optimal. Seperti penggunaan pakaian yang tebal di daerah dingin atau pemakaian kipas angin pada daerah yang panas. 2. Kecepatan Angin Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini membantu mempercepat pelepasan kalor pada permukaan kulit seseorang. Angin akan membantu mengangkat uap-uap air yang menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang maka kalor yang dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul kondisi kedinginan yang mengurangi kenyamanan termal. 3. Kelembapan Udara Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara. Kelembaban udara ini mempengaruhi pelepasan kalor dari tubuh manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan kalor di dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul ketidaknyamanan. Begitupun dengan kelembaban udara yang rendah akan banyak mengambil kalor dari tubuh sehingga akan timbul kulit kering dan sebagainya. 4. Radiasi Matahari Radiasi matahari sampai ke bumi untuk menghangatkan permukaan bumi. Begitupun pada suatu bangunan, radiasi matahari akan membuat ruangan terasa hangat. Pada siang hari radiasi matahari ini melimpah sehingga jika terlalu banyak akan mengakibatkan suhu udara di dalam ruangan meningkat, sebaliknya pada malam hari radiasi matahari sangat minim sehingga menimbulkan kedinginan pada tubuh seseorang. Maka dari itu diperlukan perancangan bangunan yang dapat mengatasi kelebihan dan kekurangan dari efek radiasi matahari ini. B. Pribadi 1. Aktivitas Aktivitas manusia pada umumnya menghasilkan kalor yang akan dilepaskan ke lingkungan. Kalor ini berbeda-beda untuk setiap aktivitas. Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat beban dan pekerjaan berat lain yang memerlukan energi yang besar akan menghasilkan kalor yang besar pula. Sedangkan aktivitas seperti istirahat atau tidur menghasilkan kalor yang minimum. 2. Pakaian Kalor yang dilepaskan seseorang ke lingkungan dipengaruhi juga oleh pakaian yang dikenakan. Ketika pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan banyak terjadi. Hal ini biasanya dilakukan di daerah dengan suhu udara yang tinggi. Sebaliknya jika pakaian yang dipakai adalah pakaian tebal dan panjang maka pelepasan kalor dari kulit akan minimum. Biasanya pakaian seperti ini dipakai di daerah dengan suhu rendah. C. Faktor 1. Umur, dan Jenis Kelamin a. Umur Orang yang berusia lanjut cenderung akan merasa lebih nyaman pada suhu yang lebih tinggi dibanding mereka yang berusia muda. Hal ini secara teori terjadi karena basal metabolis manusia menurun sesuai dengan pertambahan usia. Mereka yang berusia 65 tahun memiliki basal metabolik sekitar 4 kcal/m2hr lebih rendah dari mereka yang berusia 20 tahun. Menurut standar ASHRAE, mereka yang berusia diatas 40 akan memilih suhu nyaman sekitar 0.6oC lebih tinggi dari mereka yang berusia dibawah 40. Olgyay menyatakan bahwa faktor usia memiliki peran dalam pemilihan suhu nyaman manusia: mereka yang berusia 40 tahun keatas pada umumnya memilih suhu nyaman sekitar 1 derajat lebih tinggi dibanding mereka yang berusia dibawah ini. b. Jenis Kelamin Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa suhu netral responden wanita adalah 26.3oC Ta atau 26.6 oC To atau 25.2 o C Teq sementara suhu netral responden pria adalah 26.4oC Ta atau 26.7oC To or 25.3oC Teq (Tabel 5 dan 6). Suhu netral responden wanita adalah 0.1oC lebih rendah dibanding responden pria. Meskipun demikian tes statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak besar (insignificant) pada level 5%. 2. Bentuk Tubuh Gemuk Ditemukan dalam penelitian ini bahwa pada kelompok mahasiwa, responedn yang bertubuh gemuk memilih suhu netral 0.26 oC lebih rendah dibanding mereka yang kurus Sementara itu dalam kelompok usia lanjut, ternyata hasilnya terbalik, dimana responden bertubuh gemuk memilih suhu netral 0.17 oC lebih tinggi dibanding mereka yang kurus [3]. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kelompok yang bertubuh gemuk memilih suhu netral 0.7oC Ta (0.8oC To atau 0.5oC Teq) lebih rendah dari kelompok yang bertubuh normal, dan 1.0 oC Ta (1.0 oC To atau 0.8oC Teq) lebih rendah.