Anda di halaman 1dari 5

“STANDAR KENYAMANAN MANUSIA

TROPIS DARI BEBERAPA VARIABEL”

DI BUAT OLEH:
PUPUT DIAN PRATIWI
F221 17 028

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


1.1. KENYAMANAN TERMAL

• Tubuh manusia secara terus-menerus menghasilkan panas yang


disebabkan oleh proces metabolism tubuh. Panas yang dihasilkan oleh
tubuh berkisar sekitar 100 W, namun demikian nilai ini bervariasi
sekitar 70 W ketika tidur dan bisa mencapai lebih dari 700 W ketika
sedang bekerja berat atau kegiatan dengan gerak yang banyak
(contohnya bermain tenis).

• Temperatur tubuh yang normal berkisar 370C, sementara temperatur


kulit bervariasi antara 31 dan 340C.

• kondisi nyaman termal adalah 27 sebuah kondisi yang


mengekspresikan tingkat kepuasan pada lingkungan termal yang
membutuhkan evaluasi secara subjektif yang mempertimbangkan
factor-faktor kenyamanan termal baik secara psikologis.

1.2. STANDAR KENYAMANAN MANUSIA TROPIS DI SETIAP


ASPEK
A. Lingkungan
1. Temperatur Udara
Suhu udara ini erat kaitannya dengan kalor. Kalor tercipta
karena adanya perbedaan suhu. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke
suhu rendah. Suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suhu
udara normal dan suhu udara rata-rata (MRT = Mean radiant
temperature) yang merupakan suhu rata-rata lingkungan sekitar
seseorang. MRT dapat mempengaruhi tubuh seseorang sebesar
66%. Kenyamanan termal akan tercipta jika perbedaan antara
MRT dan suhu udara normal kurang dari 50. Kenyamanan termal
pada manusia adalah pada suhu tubuh 370C dan jika naik sampai
50 atau turun sampai 20 maka akan timbul ketidaknyamanan atau
bahkan kematian.
Sedangkan suhu udara lingkungan dikatakan nyaman pada
suhu sekitar 250C, diatas 260C maka tubuh manusia sudah
berkeringat. Maka dari itu, selain kemampuan tubuh manusia
untuk mempertahankan suhu diperlukan juga pengondisian
lingkungan yang optimal. Seperti penggunaan pakaian yang tebal
di daerah dingin atau pemakaian kipas angin pada daerah yang
panas.
2. Kecepatan Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Udara yang bergerak ini
membantu mempercepat pelepasan kalor pada permukaan kulit
seseorang. Angin akan membantu mengangkat uap-uap air yang
menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu
kencang maka kalor yang dilepaskan tubuh menjadi berlebih
sehingga akan timbul kondisi kedinginan yang mengurangi
kenyamanan termal.
3. Kelembapan Udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara.
Kelembaban udara ini mempengaruhi pelepasan kalor dari tubuh
manusia. Kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan kalor
di dalam tubuh manusia sulit dilepaskan sehingga timbul
ketidaknyamanan. Begitupun dengan kelembaban udara yang
rendah akan banyak mengambil kalor dari tubuh sehingga akan
timbul kulit kering dan sebagainya.
4. Radiasi Matahari
Radiasi matahari sampai ke bumi untuk menghangatkan
permukaan bumi. Begitupun pada suatu bangunan, radiasi
matahari akan membuat ruangan terasa hangat. Pada siang hari
radiasi matahari ini melimpah sehingga jika terlalu banyak akan
mengakibatkan suhu udara di dalam ruangan meningkat,
sebaliknya pada malam hari radiasi matahari sangat minim
sehingga menimbulkan kedinginan pada tubuh seseorang. Maka
dari itu diperlukan perancangan bangunan yang dapat mengatasi
kelebihan dan kekurangan dari efek radiasi matahari ini.
B. Pribadi
1. Aktivitas
Aktivitas manusia pada umumnya menghasilkan kalor yang
akan dilepaskan ke lingkungan. Kalor ini berbeda-beda untuk
setiap aktivitas. Aktivitas berat seperti berolahraga, mengangkat
beban dan pekerjaan berat lain yang memerlukan energi yang
besar akan menghasilkan kalor yang besar pula. Sedangkan
aktivitas seperti istirahat atau tidur menghasilkan kalor yang
minimum.
2. Pakaian
Kalor yang dilepaskan seseorang ke lingkungan dipengaruhi
juga oleh pakaian yang dikenakan. Ketika pakaian yang dikenakan
adalah pakaian yang tipis dan pendek maka pelepasan kalor akan
banyak terjadi. Hal ini biasanya dilakukan di daerah dengan suhu
udara yang tinggi. Sebaliknya jika pakaian yang dipakai adalah
pakaian tebal dan panjang maka pelepasan kalor dari kulit akan
minimum. Biasanya pakaian seperti ini dipakai di daerah dengan
suhu rendah.
C. Faktor
1. Umur, dan Jenis Kelamin
a. Umur
Orang yang berusia lanjut cenderung akan merasa lebih
nyaman pada suhu yang lebih tinggi dibanding mereka yang
berusia muda. Hal ini secara teori terjadi karena basal
metabolis manusia menurun sesuai dengan pertambahan usia.
Mereka yang berusia 65 tahun memiliki basal metabolik sekitar
4 kcal/m2hr lebih rendah dari mereka yang berusia 20 tahun.
Menurut standar ASHRAE, mereka yang berusia diatas 40
akan memilih suhu nyaman sekitar 0.6oC lebih tinggi dari
mereka yang berusia dibawah 40. Olgyay menyatakan bahwa
faktor usia memiliki peran dalam pemilihan suhu nyaman
manusia: mereka yang berusia 40 tahun keatas pada umumnya
memilih suhu nyaman sekitar 1 derajat lebih tinggi dibanding
mereka yang berusia dibawah ini.
b. Jenis Kelamin
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa suhu netral
responden wanita adalah 26.3oC Ta atau 26.6 oC To atau 25.2
o
C Teq sementara suhu netral responden pria adalah 26.4oC Ta
atau 26.7oC To or 25.3oC Teq (Tabel 5 dan 6). Suhu netral
responden wanita adalah 0.1oC lebih rendah dibanding
responden pria. Meskipun demikian tes statistik menunjukkan
perbedaan tersebut tidak besar (insignificant) pada level 5%.
2. Bentuk Tubuh
Gemuk
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa pada kelompok
mahasiwa, responedn yang bertubuh gemuk memilih suhu netral
0.26 oC lebih rendah dibanding mereka yang kurus Sementara itu
dalam kelompok usia lanjut, ternyata hasilnya terbalik, dimana
responden bertubuh gemuk memilih suhu netral 0.17 oC lebih
tinggi dibanding mereka yang kurus [3]. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa kelompok yang bertubuh gemuk memilih
suhu netral 0.7oC Ta (0.8oC To atau 0.5oC Teq) lebih rendah dari
kelompok yang bertubuh normal, dan 1.0 oC Ta (1.0 oC To atau
0.8oC Teq) lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai