Anda di halaman 1dari 12

1.

FOKAL INFEKSI DAN FOKUS INFEKSI

Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Ada berbagai
gangguan kesehatan yg diakibatkan infeksi di dalam rongga mulut.

Sumber infeksi ini disebut sbg fokus atau fokal infeksi, sedangkan infeksi yg ditimbulkan
disbt infeksi fokal.

Infeksi fokal adalah : Proses penyebaran dari kuman atau toksinnya dari fokus infeksi ke
tempat lain yang jauh letaknya dari asal fokus infeksi, sehingga mampu mengakibatkan
kerusakan jaringan yg dpt berupa infeksi baru maupun kelainan baru.

Fokal infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang berasal dari rongga mulut dan gigi
menyebabkan infeksi atau penyakit tubuh yang lain. Infeksi di akar gigi maupun di jaringan
penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme. Karena letak
infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat
menyebar keseluruh tubuh.

Mekanisme infeksi fokal


1. Penyebaran mikroorganisme dari fokus infeksi ke jaringan yg lebih jauh letaknya
melalui aliran darah atau aliran limfe.

2. Difusi toksin atau produk mikroorganisme yg toksik ke pembuluh darah atau limfe,
shg sampai ke bag tubuh yg jauh letaknya. Di tempat baru tsb dapat
menimbulkan reaksi hypersensitif pd jaringan yg bersangkutan.

Prinsip fokal infeksi pada jaringan pendukung gigi


Penyebab utama infeksi pada gusi serta jaringan pendukung gigi lainnya adalah
mikroorganisme yang berkumpul dipermukaan gigi (plak bakteria). Plak bakteri yang telah
lama melekat di gigi dan jaringan gusi dapat mengalami kalsifikasi (mengeras) sehingga
menjadi kalkulus (karang gigi) yang biasanya tertutup lapisan lunak bakteri. Bila sudah
mengalami kalsifikasi maka pebersihannya sudah tidak dapat menggunakan sikat gigi tetapi
harus melalui bantuan pembersihan mekanis oleh dokter gigi.

Infeksi fokal yg dpt tjd akibat fokus infeksi dlm rongga mulut:
1. Arthritis [radang sendi], rheumatoid arthritis dan tipe demam rheumatic

2. Penyakit katup jantung, subakut bacterial endocarditis


3. Penyakit gastrointestinal [lambung dan usus]

4. Penyakit mata, iritis, cyclitis, choroditis, uveitis generalisata.

5. Penyakit kulit, acne/jerawat, seborrheic dermatitis, tinea, eczema, dermatitis venenata,


impetigo,scabies,urticaria,psoriasis,pityriasis rosea.

6. Penyakit ginjal (glomerulonefritis).

Faktor pendukung :
 Bakterimia dapat terjadi setelah dilakukan pencabutan gigi.

 Bakteri pada plak gigi dapat merupakan salah satu faktor penyebab endokarditis.

Untuk mencegah terjadinya infeksi fokal, dianjurkan pemberian antibiotika sebagai


profilaksis sblm mendapatkan tindakan pencabutan gigi .

Fokus infeksi dalam rongga mulut :


1. Infeksi periapikal gigi

Karies gigi yg tdk dirawat,dpt menyebabkan infeksi periapikal. Infeksi periapikal yg


kronis dpt menyebabkan terbentuknya granuloma, kista dan abses.

2. Akar gigi yang infeksi

Sebaiknya sisa akar gigi dicabut, jika tidak dicabut dapat menyebabkan infeksi kronis.

3. Infeksi jaringan periodontal.

Infeksi ini dpt terjadi jika kebersihan mulut tdk baik (terbentuk karang gigi). Infeksi
ini ditandai dg gusi mudah berdarah, kemerahan, pembengkakan gusi sampai kegoyangan
gigi.

4. Gigi yang impaksi.

Gigi impaksi dapat menyebabkan infeksi pd jaringan sekitarnya (disebut dengan


pericoronitis).
Pencegahan terjadinya infeksi fokal akibat fokus infeksi di rongga
mulut:
1. Pelihara kesehatan gigi dan mulut dengan cara menggosok gigi secara teratur minimal
2X sehari (sehabis makan pagi dan sebelum tidur malam)

2. Kurangi frekuensi makanan yg bersifat kariogenik, seperti makanan yg berasal dr


karbohidrat olahan [refined carbohydrate] yg bersifat manis dan lengket.

3. Segera kunjungi dokter gigi jika ada masalah dengan gigi dan mulut.

4. Kunjungi dokter gigi secara rutin tiap 6 bulan sekali.

http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JURNAL%20KESEHATAN
%20GIGI/V1N1/10%20Swastini%2063-68.pdf

2. MEKANISME INFEKSI (INFEKSI ODONTOGENIK)

Infeksi odontogenik umumnya melewati tiga tahap sebelum mereka menjalani

resolusi:

1. Selama 1 sampai 3 hari - pembengkakan lunak, ringan, lembut, dan adonannya

konsisten.

2. Antara 5 sampai 7 hari – tengahnya mulai melunak dan abses merusak kulit atau

mukosa sehingga membuatnya dapat di tekan. Pus mungkin dapat dilihat lewat

lapisan epitel, membuatnya berfluktuasi.

3. Akhirnya abses pecah, mungkin secara spontan atau setelah pembedahan secara

drainase. Selama fase pemecahan, regio yang terlibat kokoh/tegas saat dipalpasi

disebabkan oleh proses pemisahan jaringan dan jaringan bakteri.

Infeksi odontogenik berasal dari bakteri flora normal mulut yang terdapat pada :
gigi vital : Periodontalàpoket

non vital : Periapikalànekrosis

pulpa (paling sering).

Penyebaran Pada Infeksi Odontogenik

 Melalui 3 cara yaitu :

àPerkontinuatum

àHematogen

àLimfogen

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran infeksi :

 Jenis dan virulensi kuman

 Daya tahan tubuh

 Jenis dan posisi gigi

 Adanya potensial space

Mekanisme terjadinya infeksi Odontogenik :

 Bakteri yang berasal dari pulpa nekrosis/periodontal poketàmasuk ke jaringan


periapikal àmenyebaràtulang cancellous dan cortical plateàmenembus jaringan
lunak

Jenis-jenis Bakteri penyebab infeksi Odontogenik :

 Bakteri Aerob gram positif (5%)

 Bakteri Anaerob gram positif (35%)

 Bakteri Anaerob gram negatif (60%)

Streptococcus,dan staphylococcus
Perawatan pada infeksi odontogenik :

 Menentukan keparahan infeksiàseriusàrawat inapàspesialis bedah mulut

 Cek darah (Laboratorium)

 Identifikasi bakteriàkultur,smear,sensitivitas tes

 Melakukan drainage dan menghilangkan penyebab

 Pemberian Antibiotik,analgesik, kortikosteroid yang adekuat.

 RO foto Panoramik, CT scan (bila perlu)

 Mengevaluasi pasien

https://dokumen.tips/download/link/infeksi-odontogenik-55cd88ba5f884#

Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi Odontogen

Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari kerusakan jariangan keras gigi
atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal
rongga mulut yang berubah menjadi patogen (Soemartono, 2000). Penyebaran infeksi
odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara harfiah, abses merupakan
suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat proses supurasi pada suatu jaringan yang
disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses
yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral
berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-
kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang
dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006).

Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil dari
nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur periodontal, sebagai hasil
dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat
terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang
tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur
periapikal (Karasutisna, 2001).

Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah
mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya
akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat terjadi secara lokal
atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus
masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa
mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke
ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty,
2009).
https://dentosca.wordpress.com/2011/04/02/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-odontogen/

3. FAKTOR PENYEBAB INFEKSI (ODONTOGEN)

4. JENIS-JENIS INFEKSI ODONTOGEN


Klasifikasi Infeksi odontogenik10

I. Berdasarkan organisme penyebab Infeksi

 Bakteri

 Virus

 Parasit

 Mikotik

II. Berdasarkan Jaringan

 Odontogenik

 Non-odontogenik

III. Berdasarkan lokasi masuknya

 Pulpa

 Periodontal

 Perikoronal

 Fraktur

 Tumor

 Oportunistik

IV. Berdasarkan tinjauan klinis


 Akut

 Kronik

V. Berdasarkan spasium yang terkena

 Spasium kaninus

 Spasium bukal

 Spasium infratemporal

 Spasium submental

 Spasium sublingual

 Spasium submandibula

 Spasium masseter

 Spasium pterigomandibular

 Spasium temporal

 Spasium Faringeal lateral

 Spasium retrofaringeal

 Spasium prevertebral

Macam-macam infeksi odontogenik dapat berupa : infeksi dentoalveolar, infeksi

periodontal, infeksi yang menyangkut spasium, selulitis, flegmon, osteomielitis, dan

infeksi yang merupakan komplikasi lebih lanjut.


Definisi Abses Odontogenik

Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal,

manifestasinya berupa keradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, dan

kerusakan jaringan setempat.10

Abses rongga mulut adalah suatu infeksi pada mulut, wajah, rahang, atau

tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies gigi. Kehadiran abses

dentoalveolar sering dikaitkan dengan kerusakan yang relatif cepat dari alveolar

tulang yang mendukung gigi. Jumlah dan rute penyebaran infeksi tergantung pada

lokasi gigi yang terkena serta penyebab virulensi organisme.

Macam-macam Abses Odontogenik11

-Abses periapikal

Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah

periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.

-Abses subperiosteal

Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut

dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit

sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,

berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi
premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,

tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.

-Abses submukosa

Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses

subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah

periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan

bertambah besar. Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-

kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi

podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,

terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah.

Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.


5. INFEKSI NON ODONTOGENIK

Jenis-jenis Infeksi Non Odontogen


a. OsteomilitisKeadaan infeksi akut/ kronik pada tulang rahang, biasanya disebabkan oleh
bakteri dan terkadang jamur.Gejalanya

Sakit gigi
1. Sakit gigi dan terjadi pembengkakan disekitar pipi dan akhirnya bersifat kronik
membentuk fistel
2. Kelelahan dan nyeri pada sendi/ edema

Penyebabnya

1. Penyakit periodontal seperti gingivitis, pyorrhea/ periodontitis, serta sariawan


2. Gangren radiks
3. Trauma patah tulang

b. Candidiasis
Gejala
Plak putih dan rapuh yang melekat pada lidah, mukosa, gingiva dan palatum dengan
Eritemadibawahnya.

Penyebabnya
◦Terjadi di lingkungan yang abnormal tergantung pada kelembapan/ panas
◦Antiibiotik sistemik

c. Actynomikosisà
Menyebabkan abses di beberapa tempat.

Gejala

• (Disebut juga Lumpy Jaw), dimulai sebagai pembengkakan kecil, datar dan keras di dalam
mulut, kulit leher/ bawah rahang.
• Terbentuk daerah lunak yang menghasilkan cairan yang mengandung butiran belerang bulat
dan kecil berwarna kekuningan.Penyebabnya Bakteri Achynomyces israelli
TINGKAT GRADE KALKULUS (KARANG GIGI)
Keadaan kebersihan mulut pasien dapat diukur dengan beberapa indeks. Indeks yang
biasanya digunakan antara lain Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified
(OHI-S). Pada awalnya indeks ini digunakan untuk menilai penyakit peradangan gingiva dan
penyakit periodontal, akan tetapi dari 20 data yang diperolah ternyata kurang berarti atau
bermakna.

Indeks ini hanya digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan menilai
efektivitas dari penyikatan gigi.

A. Oral Hygiene Index (OHI)

OHI terdiri atas komponen indeks debris dan indeks kalkulus, dengan demikian OHI
merupakan hasil penjumlahan dari indeks debris dan indeks kalkulus, setiap indeks
menggunakan skala nilai dari 0-3. Pada penilaian ini semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada
rahang atas atas maupun rahang bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu: (1)
Segmen pertama, mulai dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan rahang atas, (2)
Segmen kedua, diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen ketiga, mulai dari mesial
kaninus sampai molar ketiga kiri. Setelah semua gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor
dari setiap segmen. Pada OHI, penentuan skor untuk tiap gigi dilakukan sebagai berikut.

Skor Kalkulus

0 =Gigi bersih dari kalkulus

1 = Jika terdapat kalkulus tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi mulai dari servikal

2 = Jika terdapat kalkulus supragingival lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 dari permukaan
gigi atau terdapat sedikit kalkulus subgingiva

3 = Jika terdapat kalkulus lebih dari 2/3 dari permukaan gigi atau terdapat kalkulus
subgingiva yang melingkari servikal.

Indeks kalkulus adalah jumlah seluruh skor segmen dibagi jumlah segmen (=6).

Kriteria tingkat keparahan kebersihan gigi dan mulut adalah nilai 0,1 - 1,2 baik, nilai
1,3 – 3,0 sedang dan nilai 3,1 – 6,0 buruk.

B. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)


Pengukuran kebersihan gigi dan mulut dilakukan dengan memilih enam permukaan
gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari
seluruh permukaan gigi yang ada di rongga mulut.
Pada tiap individu, nilai debris dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan
(jumlah gigi) yang dinilai, demikian juga penilaian kalkulus untuk tiap individu, maka
akan didapatkan nilai DI (Debris Indeks) atau CI (Calculus Indeks). Nilai OHIS
individu didapatkan dengan menjumlahkan nilai DI dan CI.

Kriteria tingkat keparahan kebersihan gigi dan mulut

Tingkat keparahan Nilai OHI-S

Baik 0,0 – 1,2

Sedang 1,3 – 3,0

Buruk 3,1 – 6,0

Perhitungan indeks untuk tiap individu adalah :

Debris Indeks = jumlah penilaian debris DIBAGI jumlah gigi yang diperiksa

Kalkulus indeks = jumlah penilaian kalkulus DIBAGI jumlah gigi yang diperiksa

http://scholar.google.co.id/scholar_url?
url=https://journal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3411/2959&hl=en&sa=X&scisig=AAGBfm07
ffzLMo6JJ1_0uQBhOM4_e1y9LQ&nossl=1&oi=scholarr

Anda mungkin juga menyukai