TK Muhammbad Bayu 12
TK Muhammbad Bayu 12
Nim : 03031381720003
MIKROSKOP BIOKULER
Mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan
scropos yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop
adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah
lensa objektif dan lensa okuler. Mikroskop merupakan alat yang tak trpisahkan
dari keseharian seorang peneliti. Keberadaannya cukup mutla sebab hanya dengan
alat tersebut seseorang bisa mengamati sekaligus mempelajari objek mikro yang
tidak bisa terdeteksi oleh penglihatan mata telanjang. Sering perkembangan
teknologi, mikroskop kini dikenal dalam berbagai varian. Masing-masing varian
mikroskop ini dibuat dengan tujuan spesifik yang berbeda. Berbicara soal jenis
mikroskop, kita tentu kan akan pernah lepas dari dua pembagian umum alat
tersebut yakni mikroskop monokuler dan mikroskop binokuler. Kedua jenis
mikroskop ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Mikroskop monokuler diartikan sebagai jenis mikroskop yang hanya
dilengkapi dengan satu lensa okuler saja. Jenis mikroskop yang satu ini masuk ke
dalam kelompok mikroskop cahaya yang digunakan untuk mengamati detil di
dalam sebuah sel. Compound light microscope adalah nama lain dari mikroskop
cahaya. Sumber cahaya yang akan digunakan dalam meneliti bagian dalam sel
pada mikroskop monokuler ini berasal dari lampu. Lensa okuler pada mikroskop
monokuler kabarnya sangat mudah digunakan jika dibandingkan dengan lensa
okuler pada mikroskop binokuler.Mikroskop BinokulerSama seperti mikroskop
monokuler, jenis yang satu ini juga digolongkan ke dalam kelompok mikroskop
cahaya yang digunakan dengan tujuan meneliti bagian dalam sebuah sel. Hanya
saja, jika pada mikroskop monokuler hanya terdapat satu lensa okuler, maka pada
mikroskop binokuler dijumpai dua lensa yang terdiri atas lensa objektif dan juga
lensa okuler. Kedua lensa ini saat digunakan di kedua mata sang peneliti akan
menciptakan efek tiga dimensi pada benda yang diteliti. Sumber cahaya yang
digunakan pada mikroskop binokuler ini adalah cahaya lampu. Adapun
kemampuan pembesarannya tidak terlalu besar. Kisarannya berbeda untuk
masing-masing jenis lensa. Untuk lensa objektif sekitar 1 kali sampai 2 kali
sementara itu untuk lensa okuler perbesarannya 10 kali hingga 15 kali. Mikroskop
binokuler ini menggunakan lensa objektif dengan ukuran yang besar sebab pada
bagian atasnya terdapat sistem lensa lainnya yang dibuat terpisah sehingga pada
posisi paralel. Pada mikroskop ini juga dijumpai jalur cahaya yang terpisah pada
bagian kanan dan juga kiri. Mikroskop binokuler ini memiliki kelemahan dan juga
tentu sejumlah kelebihan. Kekurangannya bersumber pada sistem aperture
numerical-nya yang dibatasi oleh keberadaan jalur beam, atau dikenal juga dengan
istilah cahaya ganda. Kekurangan ini membuat orang atau peneliti yang hendak
menggunakan mikroskop binokuler mensetting diameter objektif agar lebih besar.
Meski demikian, mikroskop denga lensa majemuk ini juga memiliki kelebihan
yakni tidak adanya kondesor dan jarak kerja yang cukup panjang serta kedalaman
pandang yang memadai. Lensanya harus berdiameter besar karena diatasnya akan
dipasangi system lensa lain yang terpisah dalam posisi parallel dan jalur sinar
terpisah untuk mata kanan dan kiri. Mikroskop ini tidak memiliki kondensor, tapi
memiliki kedalaman bidang pandang dan jarak kerja yang panjang. Kekurangan
utama dari tipe obyek mikroskop binokuler adalah bahwa aperture numerical dari
sistem dibatasi oleh adanya jalur beam/cahaya ganda. Karenanya seseorang harus
menggunakan mikroskop majemuk, yang memiliki obyektif dengan diameter
yang lebih besar dan karenanya meningkatkan aperture numerical. Mikroskop
biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis transparan, penyinaran
diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Menurut tim pengajar (2010),
mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa objektif dengan kekuatan
pembesaran sebagai berikut :
a. Objektif 4X dan okuler 10X, pembesarannya 40X.
b. Objektif 10X dan okuler 10X, pembesarannya 100X.
c. Objektif 40X dan okuler 10X, pembesarannya 400X.
d. Objektif 100X dan okuler 10X, pembesarannya 1000X.
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik adalah 100X yang disebut
dengan objektif emersi, disebut demikian karena penggunaannya harus
menggunakan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula. Sifat
bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa
okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan diperkecil.
Sedngkan lensa okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan diperbesar.
Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fkus lensa objektif.
Sedangkan mata kita tepat berada I lensa okuler. Mata pengamat berda dibelakang
lensa objektif yang kebetulan bayangan dari okuler tepat di titik focus ensa okuler
dinamakan pegamat secara rilks dan pengamatan dilakukan secara terakomendasi
bila bayangan objektif berada diruang etama okuler. Mikroskop yang terdiri dari
lensa positif bayangan akhir barada jauh tak terhingga, yang memiliki sifat
bayangan diperbesar, maya dan tegak. Perbedaan Mikroskop Binokuler dan
Polasisasi Mikroskop binokuler mempunyai dua lensa okuler sedangkan
mikroskop polarisasi hanya mempunyaI satu lensa okuler. Mikroskop binokuler
digunakan untuk mengamati preparat fosil sedangkan mikroskop polarisasi
digunakan untuk mengamati sayatan tipis pada batuan dan mineral. Mikroskop
binokuler memerlukan cahaya dari luar untuk pengamatan fosil yang bukan dalam
bentuk sayatan tipis, walaupun sudah ada sumber cahaya dari mikroskop tersebut
sedangkan mikroskop polarisasi tidak memerlukan cahaya dari luar.
Ardi, Risca Adelina, Periadnadi dan Nurmiati. 2015. Analisis Kuantitatif Dalam
Karakterisasi Citra Mikroskopik. Jurnal Biologi Universitas Andalas, Vol
3, No pp. 1 – 3.
Karim, N. M. 2011. Pengembangan Mikroskop dengan Mikrokontroler dan
Cahaya Monokromatis. Jurnal Teknologi laboratorium Indonesia. Vol 6,
No pp. 2-3.
Masum, Zuhdi. 2006. Analisis Keterampilan Psikomotorik Dalam Menggunakan
Mikroskop. Jurnal FMIPA Buana Sains, Vol 6, No pp. 1 – 2.