Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RAWAT INAP

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. .
Dengan semakin meningkatnya jumlah pasien rawat inap, maka diperlukan
peningkatan pelayanan rawat inap baik yang diselenggarakan di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi rawat inap perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan
yang diberikan ke pasien pada umumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan rawat inap di
RS Bakti Timah Karimun harus berdasarkan standar pelayanan rawat inap di RS Bakti Timah
Karimun.
B. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai pasien rawat inap sesuai
dengan standar asuhan keperawatan yang cepat

1
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta mempunyai keinginan yang
terus-menerus untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan
3. Memberiakn Asuhan Keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang optimal
sehingga dapat memuaskan pasien
4. Memberiakan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan,dan hangat sehingga
memberiakan kesan yang positif
5. Memberikan pelayanan informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan keluarga
sehingga dapat memenuhi hak pasien dan keluarga

C. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup pelayanan Instalasi Rawat Inap yang berkaitan dengan profesi lainya
terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
d. Staf Farmasi
e. Staf Laboratorium
f. Staf Radiologi

2. Ruang lingkup unit kerja yang terkait pelayanan Instalasi Rawat Inap adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Kebidanan
d. Instalasi Kamar Bedah
e. Instalasi Farmasi
f. Instalasi Laboratorium
g. Instalasi Radiologi
h.
i.
j. Instalasi Rawat Inap terdiri dari :

2
1. Ruang Perawatan Dewasa I
2. Ruang Perawatan Dewasa II
3. Ruang Perawatan Bedah dan Anak
4. Ruang Perawatan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
5. Ruang Paviliyun I
6. Ruang Paviliyun II
7. Ruang Paviliyun III

Ada pun ruang lingkup pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit bakti Timah terdiri dari :
1. Ruang pasien rawat inap terdiri dari : kelas 1,2,3 Ruang Anak,Isolasi, NICU, ICU, VIP,
VVIP, SUITE
Yaitu pasien di rawat berdasarkan kelas ruangan baik pasien kasus penyakit dalam,Anak,
Obgyn, Bedah, THT, Jantung, Mata, Kulit.
2. Pasien ruang ICU
Yaitu ruang untuk pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi dan penanganan secara
khusus isentif
3. Ruang NICU
Ruangan untuk kasus bayi baru lahir yang di observasi pada 4 jam pertama, dan pada kasus
bayi yang memerlukan pengawasan khusus
4. Ruang Kepala Instalasi Rawat Inap
Ruangan ini untuk melakukan manajemen asuhan dan pelayanan keperawatan diantaranya
program kerja dan pembinaan

D. Batasan Operasional

1. Instalasi Rawat Inap


Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan
berkesinambungan secara terpadu dan multi disiplin

2. Ruangan kelas 1,2,3, Ruang Anak, NICU, VVip, Vip dan Suit
Adalah Ruangan rawat inap yang ada di RS Bakti Timah karimun di mana
ruangan untuk memberikan asuhan keperawatan dan pemberiaan therapy. Untuk

3
ruangan kelas Vip, 1, 2, 3, Ruang Anak, NICU, Vvip, Vip, dan Suit adalah pasien
yang tidak diagnoas dengan kasus penyakit menular .
3. Ruangan ICU
Adalah Ruangan yang di sediakan untuk pasien dengan penanganan khusus
secara komprenhesif
4. Ruang Isolasi
Adalah ruangan yang disediakan untuk pasien dengan kasus menular
5. Ruang NICU
Adalah perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28 hari) dan anak-
anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna mencegah dan
mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital.

E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit.
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Rawat Inap adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan


Formal
1 Ka.Unit Rawat Inap DIII/SI Bersertifikat Menejemen
Keperawatan Bangsal
2 Koordinator sift/vip D III / SI Berpengalaman kerja 3 tahun
Keperawatan dengan skill mampu mandiri

5
3 Koordinator NICU DIII/ S1 Bersertifikat perawatan
Keperawatan NICU/berpengalaman kerja 3
tahun dengan skill mampu
mandiri
4 Koordinator ICU DIII/ SI Bersertifikat perawatan
Keperawatan ICU/berpengalaman kerja 3
tahun dengan skill mampu
mandiri
5 Perawat Pelaksana Rawat Inap D III/SI Bersertifikat dan memiliki
Keperawatan STR

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Rawat Inap yaitu :


a) Untuk Dinas Pagi Ruang kelas 1,2,3,Ruang Anak, dan Isolasi
yang bertugas sejumlah 5( Lima ) orang dengan jabatan koordinator 1 orang pelaksana 4
orang.
Ruang VVIP :
Yang bertugas sejumlah 3 orang dengan jabatan koordinator 1 orang, 2 orang pelaksana
Ruang ICU :
Yang bertugas sejumlah 3 orang dengan jabatan koordinator 1 orang ,2 orang pelaksan
Ruang NICU :
Yang bertugas sejumlah 3 orang dengan jabatan koordinator 1 orang, 2 orang pelaksana
b) Untuk Dinas Sore :
Ruang Kelas 1,2,3,Isolasi
yang bertugas berjumlah 5( Lima ) orang dengan jabatan koordinator 1 orang, pelaksana
4 orang

6
Ruang VVIP:
Yang bertugas berjumlah 2 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang VIP
Yang bertugas berjumlah 4 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang ICU:
Yang bertugas berjumlah 2 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang Nicu
Yang bertugas berjumlah 2 orang dengan jabatan pelaksana
c) Untuk Dinas Malam :
yang bertugas berjumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLTCLS
Ruang Kelas 1,2,3,Isolasi
Yang bertugas berjumlah 5 ( Lima ) orang dengan jabatan koordinator 1 orang , 4 orang
pelaksana

Ruang VVIP
Yang bertugas berjumlah 4 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang VIP
Yang bertugas berjumlah 2 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang ICU:
Yang bertugas 2 orang dengan jabatan pelaksana
Ruang NICU
Yang bertugas 2 orang dengan jabatan pelaksana

C. Pengaturan Jaga
1) Pengaturan Jaga Perawat Rawat Inap
 Pengaturan jadwal dinas perawat Rawat Inap dibuat dan di pertanggung jawabkan
oleh Kepala Instalasi Rawat Inap dan disetujui oleh Kabid Keperawatan.
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana Rawat Inap setiap satu bulan..
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan cuti pada Ka instalasi Rawat Inap.

7
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 3
tahun.
 Jadwal dinas dibagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Ka.Instalasi Rawat Inap : 1 hari sebelum dinas pagi, sebelum
dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala instalas Rawat Inap,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala
instalasi Rawat Inap akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang
hari itu libur.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala Instalasi Rawat Inap akan mencari
perawat pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak didapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat Rawat Inap sesuai SPO terlampir.

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
A. Denah Ruangan

REKAM
FARMASI MEDIS POLIKLINIK

VIP II

IIII
LABORATORIUM RUANG
ANAK
K
A
KAMAR N
OPERASI T
O
VIP 1 R

LOGISTIK FARMASI

NURSE RUANG BAYI 3


ICU STATION
WANIT
A

KLS 1.1

KLS 1.2
3
KLS 1.3 LAKI

9
KLS 2.3 KLS 2.4 2. 2. RUANG 2.5 2.5
B
JAGA A
1 2

B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana

Rawat inap RS BAKTI TIMAH KARIMUN berlokasi di lantai I gedung utama yang
terdiri dari ruangan anak ( 4 tempat tidur), ruang bayi (11 Box bayi,incubator 3 ), ruang
kelas 1 ada 5 kamar di mana tiap kamar berisi ( 2 tempat tidur), ruangan kelas 2 terbagi 4
kamar ( 1 ruang berisi 5 tempat tidur khusus untuk pasien pria,1 ruangan berisi 4 tempat
tidur khusus untuk pasien wanita, 2 ruangan dengan 2 tempat tidur ),ruangan kelas 3
terbagi 2 kamar (1 ruangan berisi 4 tempat tidur khusus pria,1 ruangan berisi 5 tempat
tidur khusus wanita) ruang isolasi terbagi 2 kamar ( berisi 1 tempat tidur tiap-tiap kamar )
dan ruang ICU ada 3 tempat tidur.

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di ranap untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien rawat inap
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator

a. Alat – alat untuk ruang VIP:


1. Mesin suction ( 2 buah )
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 16 set )
3. Oxigen portable dengan flowmeter ( 2 buah )
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 3 buah )
5. Infus set / transfusi set ( 2 / 2 buah )
6. Gunting besar (3 buah )
7. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 2 buah )
8. Ambu bag ( 2 buah )
9. Stetoskop ( 9 buah )

10
10. Tensi meter ( 5 buah )
11. Oxymetri ( 3 buah )
12. Thermometer ( 6 buah )
13. Set GV ( 3 buah )
14. Nebulizer ( 2 buah )
15. Brankar ( 1 buah )
16. Rostur / Kursi roda ( 3 buah )
17. Tiang Infus ( 21 buah)
18. Syiring pump ( 2 buah)
19. Monitor ( 3 buah)
20. EKG ( 1 buah )

a. Alat – alat dalam trolly emergency VIP


I. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat emergency)
II. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat Emergency )
III. Alat – alat kesehatan
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )
2. Nasal canul ( 4 buah )
3. Face mask ( 1 kotak )
4. Urine bag non steril ( 2 buah )
5. Spuit semua ukuran
6. Infus set ( 2 set)
7. Extension tube ( 1 buah )
8. Threeway ( 1 buah )
9. Selang oksigen sesuai kebutuhan
10. ETT semua ukuran
11. Stomach tube / NGT
- Nomor 16 ( 2 buah )
- Nomor 18 ( 2 buah )
- Nomor 12 ( 2 buah )
12. IV catheter sesuai kebutuhan

11
- Nomor 18 Cath / Terumo ( 2 buah )
- Nomor 20 Cath / Terumo ( 2 buah )
- Nomor 22 Cath / Terumo ( 2 buah )
- Nomor 24 Cath / Terumo ( 2 buah )
- Nomor 26 Cath / Terumo ( 2 buah )

13. Suction catheter segala ukuran


- Nomor 10 ( 2 buah )
- Nomor 12 ( 2 buah )

Fasilitas
I. OBAT LIVE SAVING
a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 MgSO44 Flas 2 Antikonvulsan


2 Atropin sulfat Ampul 4 Anti spasmodics
3 Cortidex/Dexamethas Ampul 7 Corticosteroid Hormones
on
4 D40% flas 1
5 Ephinephrin Ampul 7 Asnastetic lokal & general
6 Lidocain Ampul 4 Anastetic lokal
7 pethidine ampul 6 sedatif
8 Furosemid/Farsix ampul 2
9 Asam tranexamat Ampul 5
10 Metoclopiramide Ampul 4
11 Dopamin / Indop Ampul 4
12 Ventolin 2
13 Fentanyl Ampul 2
14 Fargoxin Ampul 3
15 Flexotide 2
16 Keterolac Ampul 2
17 Midazolam / Sedacum Ampul 3
18 Methil Prednisolone Ampul 1
19 Ondancenton Ampul 1

12
20 Ranitidine Ampul 2
21 Sibital Ampul 2
22 ISDN Vial 2
23 KCL Ampul 2
24 Valisanbe Ampul 6

b. Cairan Infus
NO NAMA INFUS SATUAN
1. Nacl 0,9% Kolf 1
2 Ringer laktat Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 2

13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab

 Perawat Rawat Inap

II. Perangkat Kerja

 Status Medis

III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD

- Perawat mendaftar ke admission apa bila pasien masuk dari Unit rawat jalan dan
UGD saat pasien sudah tiba di rawat inap

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI RAWAT INAP

14
I. Petugas Penanggung Jawab

 Koordinator shift

 Perawat pelaksana

II. Perangkat Kerja

 Pesawat telpon

 Hand phone

III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD

1. Antara Rawat Inap dengan unit lain dalam RS Bakti Timah adalah dengan nomor

extension masing-masing unit

2. Antara Rawat Inap dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait

dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan Hand Phone langsung

dari rawat inap

C. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

I. Petugas Penangung Jawab

- Koordinator Rawat Inap

- Pelaksana rawat Inap

II. Perangkat Kerja

- Formulir Persetujuan Tindakan

III. Tata Laksana Informed Consent

1. Petawat Rawat Inap yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian

informed consent pada pasien / keluarga pasien

15
2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh

perawat.

3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medis pasien

D. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )

I. Petugas Penanggung Jawab

 Dokter jaga IGD

 Perawat Rawat Inap

II. Perangkat Kerja

 Senter

 Stetoscope

 EKG

 Surat Kematian

III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )

1. Pasien dilakukan dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD.

2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah

3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan kematian

4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian

umum / keamanan

I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN

16
I. Petugas Penanggung Jawab

 Koordinator Rawat Inap

 DPJP

II. Perangkat Kerja

 Ambulan

 Formulir persetujuan tindakan

 Formulir rujukan

III. Tata Laksana Sistim Rujukan rawat Inap

1. Alih Rawat

 Perawat Rawat Inap menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk

 Perawat rawat inap memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan

mengenai keadaan umum pasein

2. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat Rawat Inap

3. Pemeriksaan Diagnostik

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan

pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi

informed consent

 Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan

 Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Sumber Sejahtera

4. Spesimen

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen

17
 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent

 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas

laboratorium

 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

BAB VI

18
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :


 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

19
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:

20
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi
pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

21
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus
yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

22
III. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RS Bakti timah Karimun dalam memberikan


pelayanan adalah angka Infeksi nosokomial ( flebitis) dan Angka pemasangan gelang identitas
pasien

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri
dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan

Karimun, 5 Januari 2016


RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH KARIMUN

Dibuat Oleh, Disahkan Oleh,


Kepala Unit Rawat Inap Direktur

Maria, AMKep dr.Firmansyah

24
25

Anda mungkin juga menyukai