(PERIODE 1999-2004)
rezim orde baru yang relah berkuasa selama 32 tahun. Gerakan reformasi ini tidak
otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negeri. Kondisi
maraknya globalisasi yang menuntut daya saing tiap negara, termasuk daya saing
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerinrah Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999
Kepala Daerah.
daerah pada masa reformasi ini memiliki beberapa perbedaan dengan pada saat
atas:
d. Neraca Daerah;
strategis (renstra).
masuk dalam pos Penerimaan (yang belum tentu menjadi hak pemda).
5. Bentuk dan susunan APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan,
Gambar 6.1.
APBD
Tahun 2002
diharapkan.
pergeseran, yaitu:
a. dari pertanggungjawaban secara vertikal (kepada pemerintahan di
audit kinerja;
dan efektif);
entry dan berbasis kas, menjadi double entry dan berbasis kas
modifikasian).
pelaporan keuangan daerah agar lebih informatif. Misalnya pada poin 3, pinjaman
daerah tidak lagi masuk dalam pos Pendaparan melainkan pos Penerimaan yang
belum tenru menjadi hak pemerintah daerah. Oleh karena itu, bentuk APBD
terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan (poin 5).
Adanya pos Pembiayaan ini sebagai upaya menjadikan agar APBD semakin
(PERIODE 2004-SEKARANG)
hukum pada undang-undang tersebut. Misalnva PPNomor 105 Tahun 2000 diganti
tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 lahun 2006 dan
rentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 13 tahun 2006. Selain itu juga
akan terus berlanjut sebagaimana dikatakan oleh Halim dan Kusufi (2012: 8).
berikut.
anggaran.
berbeda pada beberapa pos atau akun dan penyajian laporan keuangan.
dalam Neraca.
e. Konsekuensi dari diterbitkannya PP Nomor 24 tahun 2005 dan PP
Setelah PP Nomor 24 Tahun 2005 berlaku selama lima tahun, pada tahun
2010 KSAP menerbitkan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor
merupakan amanat dari UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 36. Standar akuntansi
yang ditetapkan pada PP Nomor 24 lahun 2005 adalah standar akuntansi yang
Selain itu, PP Nomor 71 lahun 2010 hanya rnemberlakukan basis akyual pada
basis akrual secara penuh masih diperkenankan untuk menggunakan basis kas
menuju akyual. Oleh karena itu, penerapan akuntansi berbasis akrual berdasarkan
Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 36. Pada Pasal 16 avat 1 UU Nomor 1 Tahun 2003
menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
UUU 17 Tahun 2003 diberlakukan. Pernyataan vang sama juga diulangi kembali
penerapan sistem keuaugan negara berdasarkan basis akrual, tidak hanya sistem
berbasis akrual penuh bukanlah perkara vang mudah karena contoh terbaik dan
dan hanya sedikit Negara yang berhasil menerapkan basis akrual secara penuh.
akan menerapkan sistem keuangan berbasis akrual secara penuh. Hal ini
dikarenakan pada SAP Berbasis Akrual, penerapan basis akrual hanya pada sistem
dengan pelaporannya) masih menggunakan basis kas. Oleh karena itu, setelah
secara penuh tidaklah mudah dan akan menghadapi berbagai macam kendala di
lapangan vang akhirnya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi
Diskusi dan pembahasan mengenai kelemahan dan kelebihan serta pro dan kontra
penerapan basis akrual secara penuh dalam sistem keuangan pemerintah akan
KESIMPULAN
Indonesia, terutama untuk pengelolaan keuangan daerah, dibagi menjadi tiga fase,
pada tahun 1864 dan rnulai berlaku tahun 1867, Indische Bedrijvenwct (IBW)
Stbl. 1927 Nomor 4 19 jo. Stbl. 1936 Nomor 445 dan Rcglement voor bet
Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 Nomor 381. Ciri mendasar dari
daerah adalah kepala daerah dan DPRD sehingga proses penyusunan APBD
legislatif), melainkan ditujukan kepada pemerintahan yang lebih tinggi. Selain itu
jenis penerimaan dan pengeluaran. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk
keuangan daerah yaitu terdapat pemisahan yang tegas antara kepala daerah
melibatkan masyarakat, di samping kepala daerah dan DPRD. APBD tidak lagi
menerapkan konsep value for money (ekonomis, efisien, dan efektif) dalam
rnenyusun dan melaksanakan anggaran. Pada rnasa ini juga dikenalkan konsep
Perubahan mendasar juga terjadi pada sistem akuntansi keuangan daerah, yaitu
dari yang awalnya menggunakan basis kas dan tata buku tunggal, menjadi
penerimaan dan bendahara pengeluaran. Selain itu juga, proses dan tanggung
diperlukan dukungan SDM yang banyak yang benar-benar berkompeten dan ahli
(memahami) dalam pengelolaan keuangan pemerintahan. Oleh karena itu, perlu
adanya komitmen dan dukungan politik dari para pengambil keputusan dalam
memerlukan dana yang besar dan waktu yang panjang, bahkan lebih panjang