Apa Itu TBC
Apa Itu TBC
Definisi
Apa itu TBC (tuberculosis)?
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara.
TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah
bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana
terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif
dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan
beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.
Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV,
kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.
Seberapa umumkah TBC (tuberculosis)?
Tuberkulosis sering menyerang kelompok berikut ini:
Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit lain yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh
Orang yang melakukan kontak dengan pasien TBC
Orang yang merawat pasien TBC, misalnya dokter atau perawat
Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya di tempat pengungsian
atau klinik
Orang yang tinggal di wilayah yang kondisi kesehatannya buruk
Pengguna alkohol atau obat terlarang
Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberculosis merupakan penyakit yang umum. Kebanyakan
adalah daerah yang masih berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika, Asia, Eropa Timur, dan
Rusia
Tergantung pada organ mana yang diserang, gejala TBC bisa berupa batuk yang berlangsung
2 minggu atau lebih, dahak atau batuk darah, sesak napas, demam atau meriang, berkeringat
di malam hari tanpa ada aktivitas fisik, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, lelah
dan lemah.
Gejala TBC seperti di atas bisa jadi disebabkan oleh penyakit lain yang berhubungan dengan
paru-paru. Masih ada gejala-gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki
kekhawatiran tentang gejala tertentu, segera konsultasikan pada dokter.
Penyebab
Apa penyebab TBC (tuberculosis)?
TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui
udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan penderita tuberculosis atau
melalui udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk.
Setelah memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif melainkan akan “tidur” selama beberapa
waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Karena bakteri tidak aktif, maka tidak akan ada
gejala dan tidak pula menular. Jika pasien mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan positif
meskipun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Risiko TBC dapat dikurangi secara signifikan
jika terdeteksi dini dalam periode inkubasi.
Dari sepuluh orang yang terinfeksi bakteri MTB, hanya satu orang yang biasanya akan
berkembang menjadi terjangkit penyakit TBC. Bakteri akan menyerang tubuh ketika sistem
kekebalan tidak mampu melawannya, atau bakteri tersebut menunggu hingga sistem
kekebalan melemah (misalnya pada orang lanjut usia, atau pada penderita HIV). Jadi, masa
inkubasi akan berbeda pada setiap orang. Ketika bakteri mulai aktif, bakteri akan berkembang
di dalam paru-paru dan pembuluh darah, lalu bermigrasi ke bagian tubuh lain.
Faktor-faktor risiko
Siapa saja yang berisiko terkena TBC (tuberculosis)?
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar adalah
apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:
HIV/AIDS
Diabetes
Penyakit ginjal stadium akhir
Kanker
Malnutrisi
Pengobatan kanker, seperti kemoterapi
Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun, seperti rheumatoid
arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.
Jika seseorang tidak memiliki faktor risiko seperti di atas, bukan berarti ia tidak akan terkena
TBC. Tanda-tanda di atas hanyalah referensi semata. Konsultasikan pada dokter spesialis
untuk keterangan lebih lengkap.
Pengobatan TBC yang tepat akan melibatkan 3-4 antibiotik harian. Pasien akan merasa lebih
baik setelah beberapa minggu. Namun, ini bukan berarti bakteri MTB sudah hilang dari
tubuh. Karenanya, penting bagi pasien untuk menyelesaikan tahapan pengobatan sekalipun
gejala-gejala TBC sudah hilang.
Jika pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di tengah-tengah, bakteri
MTB dapat tersisa di tubuh pasien. Penyakit TBC dapat kembali, menyebar ke bagian tubuh
lain dan menular. Pemakaian antibiotik yang tidak tuntas dapat membuat bakteri MTB kebal
terhadap antibiotik yang tersedia. Hal ini akan mempersulit pengobatan tuberkulosis karena
antibiotik yang tersedia untuk mengobati TB terbatas macamnya.
Jalani pengobatan sesuai anjuran dokter untuk menghindari bakteri MTB menjadi kebal.
Penghentian konsumsi obat hanya berdasarkan anjuran dokter.
Obat-obat antibiotik yang diberikan oleh dokter dapat memberikan efek samping seperti
kencing berwarna merah (bukan darah), telinga berdenging, kesemutan pada kulit, mual
muntah, dan kulit kuning. Kencing berwarna merah bukanlah sesuatu yang berbahaya.
Namun bila efek samping lainnya muncul, segera temui dokter Anda untuk menanganinya.
Orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien TB juga berisiko untuk terinfeksi TB.
Maka dari itu, keluarga pasien ataupun orang yang melakukan kontak dengannya harus
segera diperiksa.
Reaksi tes kulit dengan elemen TB (PPD) dapat dilakukan. Dalam tes ini, sejumlah kecil
protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan; bagian
yang bengkak akan diperiksa setelah 48-72 jam kemudian. Ukuran dari bagian yang bengkak
tersebut akan menentukan hasil tes. Apabila hasilnya positif, biasanya berarti bahwa orang
tersebut telah terinfeksi TBC.
Dokter dapat pula mengambil sinar X dan sampel dahak, darah, atau urin untuk memeriksa
keberadaan bakteriMTB. Tes HIV juga bisa dilakukan.
Pengobatan di rumah
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi TBC
(tuberculosis)?
Gaya hidup dan pengobatan berikut dapat membantu Anda mengatasi penyakit TBC:
Tuberkulosis atau TBC ternyata tidak hanya terjadi pada paru-paru, tetapi
juga pada bagian tubuh lain, salah satunya adalah kelenjar getah bening.
Agar terhindar dari TBC kelenjar getah bening, maka simak penjelasan
berikut ini.
Sebagian besar kasus TB memang terjadi pada paru-paru. Tetapi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) ini juga dapat
menyerang bagian tubuh lain. Kondisi yang disebut TB extrapulmonary atau TB di
luar paru ini dapat mengenai selaput otak, tulang, ginjal, rongga perut, kelenjar
getah bening, saluran kencing, atau bagian tubuh lainnya termasuk kulit dan
pleura.
Secara statistik, TB di luar paru dialami oleh sekitar 50 persen penderita HIV yang
juga mengidap TB. Di antara berbagai jenis TB di luar paru ini, limfadenitis
tuberkulosis atau TBC kelenjar memiliki persentase terbesar di antara berbagai
jenis TB di luar paru lainnya. TBC kelenjar ini dapat terjadi di berbagai area tubuh,
seperti kelenjar getah bening leher, ketiak, dan lipat paha.
Waspadai Benjolan di Leher
Di antara semua kasus TBC kelenjar, kasus terbanyak terjadi pada leher yang
disebut skrofula. Skrofula sendiri adalah infeksi TB pada kelenjar getah bening di
leher yang umumnya ditularkan saat seseorang menghirup udara yang
terkontaminasi MTB. Dari paru-paru, kuman TB dapat berpindah ke kelenjar getah
bening terdekat, termasuk kelenjar getah bening di leher.
Secara epidemiologis, kasus TB kelenjar ini masih banyak ditemukan di negara
berkembang dengan angka penderita TB yang masih tinggi. Kondisi ini dapat
menyerang orang dewasa, lansia, maupun anak-anak, terlebih mereka yang
mengalami kelemahan sistem kekebalan tubuh.
Salah satu tanda khas dari TB kelenjar ini adalah munculnya benjolan pada bagian
leher atau kepala. Biasanya benjolan ini akan terus membesar seiring waktu dan
tidak nyeri. Selain itu, skrofula biasanya disertai dengan gejala-gejala lain, seperti
penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, tubuh terasa tidak nyaman, demam,
dan berkeringat di malam hari.
Definisi
Apa itu tuberkulosis milier?
Tuberkulosis milier adalah jenis dari tuberkulosis yang ditandai dengan penyebaran luas pada
tubuh manusia dan dengan ukuran luka yang kecil (1-5 mm). Nama kondisi ini berasal dari
pola yang terlihat pada radiografi dada dengan banyaknya bercak kecil yang menyebar di
seluruh paru-paru dan terlihat seperti biji millet – yang memberikan istilah tuburkulosis
“milier”. Tuberkulosis milier dapat mempengaruhi organ apapun, termasuk paru-paru, hati
dan limpa.
Namun, kondisi dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan
dokter untuk informasi lebih lanjut.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala tuberkulosis milier?
Pasien dengan tuberkulosis milier seringkali mengalami gejala yang tidak spesifik, seperti
batuk dan pembesaran kelenjar limfa.
Gejala-gejala lain meliputi demam, hiperkalsemia, tuberkel chorodial dan luka pada kulit:
Banyak pasien dapat mengalami demam yang berlangsung selama beberapa minggu dengan puncak
harian pada suhu pagi hari.
Hiperkalsemia terjadi pada 16% – 51% kasus tuberkulosis. Dipercaya bahwa hiperkalsemia terjadi
sebagai respon dari peningkatan aktivitas makrofag pada tubuh. 1,25 dihydroxycholecalciferol (juga
dikenal dengan calcitriol) meningkatkan kemampuan makrofag untuk membunuh bakteri, namun
kadar calcitriol yang lebih tinggi meningkatkan kadar kalsium, sehingga menyebabkan hiperkalsemia
pada beberapa kasus.
Chorodial tubercules, luka pucat pada saraf mata, biasanya mengindikasikan tuberkulosis milier pada
anak-anak. Luka ini dapat muncul pada salah satu atau kedua mata, jumlah luka bervariasi pada
pasien. Chorodial tubercules mungkin merupakan gejala penting dari tuberkulosis milier, karena
adanya penyakit ini seringkali mengonfirmasi dugaan diagnosis.
Di antara 10% dan 30% orang dewasa dan 20% – 40% anak-anak dengan tuberkulosis milier memiliki
tuberculosis meningitis. Hubungan ini berasal dari mikobakteri dari tuberkulosis milier menyebar ke
otak dan ruang subarachnoid, menyebabkan tuberculosis meningitis.
Penyebab
Apa penyebab tuberkulosis milier?
Tuberkulosis milier adalah jenis dari tuberculosis yang merupakan akibat dari
Mycobacterium tuberculosis yang menyebar ke organ extra-pulmonary, seperti hati, limpa
dan ginjal. Walau bakteri menyebar dari sistem pernapasan ke sistem limpatik dan aliran
darah diketahui, mekanisme kondisi ini tidak diketahui secara pasti.
Salah satu mekanisme yang diusulkan adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru
mengakibatkan erosi pada lapisan epithelial pada sel alveolar dan penyebaran infeksi pada
pembuluh darah paru-paru. Begitu bakteri mencapai bagian kiri jantung dan memasuki
peredaran sistemik, bakteri dapat berkembang dan mempengaruhi organ extra-pulmonary.
Begitu terinfeksi, respon imun dari sel yang dimediasi teraktivasi. Area yang terinfeksi
dikelilingi oleh makrofag, yang membentuk granuloma, memberikan tampilan tipikal dari
tuberkulosis milier.
Bakteri dapat menyerang lapisan sel alveoli dan memasuki kelenjar limpa. Bakteri kemudian
masuk ke dalam pembuluh darah sistemik dan mencapai bagian kanan jantung. Dari bagian
kanan jantung, bakteri dapat menjangkiti paru-paru, menyebabkan tampilan milier.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk tuberkulosis
milier?
Ada banyak faktor risiko untuk tuberkulosis milier, yaitu:
Selain itu, faktor risiko untuk terkena penyakit ini meliputi tuna wisma dan HIV/AIDS.
X-ray dada
Kultur sputum
Bronkoskopi
Biopsi paru-paru terbuka
CT/MRI kepala
Kultur darah
Fundoskopi
Elektrokardiografi.
Tes darah tuberkulosis, atau disebut juga Interferon Gamma Release Assay atau IGRA,
adalah cara untuk mendiagnosis tuberculosis latent. Berbagai komplikasi neurologis telah
ditemukan pada pasien tuberkulosis milier – tuberculous meningitis dan cerebral
tuberculomas yang paling sering. Namun, mayoritas pasien membaik dengan perawatan
antituberculous. Jarangkali, limpangitis menyebar dari kanker paru-paru dapat menyerupai
pola miliary dari tuberculosis pada X-ray dada reguler.
Tes kulit tuberculin, umumnya digunakan untuk mendeteksi jenis lain dari tuberculosis, tidak
bermanfaat untuk mendeteksi tuberkulosis milier. Tes kulit tuberculin gagal akibat tingginya
angka false negative. False negative dapat terjadi karena tingginya angka anergi tuberculin
dibandingkan jenis lain dari tuberculosis.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi tuberkulosis milier?
Bukti dari penelitian mengindikasikan vaksinasi BCG efektif dalam mengurangi tuberkulosis
milier, terutama pada anak-anak. Maka dari itu, penting untuk menyuntikkan vaksin ini dan
melindungi diri Anda dari kondisi ini.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
TBC Tulang Belakang
TBC atau tuberkulosis (TB) tulang belakang dikenal juga dengan nama penyakit
Pott, yaitu tuberkulosis yang terjadi di luar paru-paru, di mana menjangkiti tulang
belakang. Penyakit ini umumnya menginfeksi tulang belakang pada area toraks
(dada belakang) bagian bawah dan vertebra lumbalis (pinggang belakang) atas.
Laporan dari WHO tahun 2007 menyatakan Indonesia memiliki sekitar 530.000
penderita TBC. Sekitar 106.000 (20 persen) di antaranya merupakan kasus TB di
luar paru. Dan dari angka tersebut, sekitar 5.800 merupakan penderita TBC tulang
belakang.
Tes sedimentasi sel darah merah dilakukan untuk mendeteksi jika terjadi
peradangan di dalam tubuh.
Tes kulit Mantoux, dilakukan untuk memastikan dan menentukan apakah
pasien terinfeksi bakteri TBC atau tidak, berdasarkan reaksi kulit yang telah
disuntikkan tuberkulin PPD.
MRI dan CT scan, dilakukan untuk mengetahui tingkat penekanan dan
perubahan elemen tulang pada stadium awal penyakit. Walau demikian,
MRI lebih direkomendasikan dibanding CT-scan.
X-ray tulang belakang dan dada (CXR). Tes ini dilakukan untuk mendeteksi
jika terdapat kerusakan atau penyempitan ruang antar keping tulang
belakang. Selain itu, prosedur ini dapat mengetahui jika terdapat
tuberkulosis pada saluran pernapasan yang menyebar ke tulang belakang.
Biopsi pada tulang atau jaringan sinovial dengan menggunakan jarum
mungkin turut dilakukan untuk mendeteksi bakteri penyebab TBC tulang
belakang. Kemungkinan dibutuhkan kultur bakteri untuk memastikan
diagnosa.
Tutupi mulut atau kenakan masker ketika berada ditempat umum ketika
bersin, batuk, atau tertawa.
Bagi non penderita, kenakan masker jika berinteraksi dengan penderita
TBC. Hindari pula terlalu sering berinteraksi dengan para penderita.
Mulailah kebiasaan mencuci tangan secara teratur.
Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik demi melancarkan
pergantian udara di dalam rumah.
Memahami Kondisi TB MDR dan Cara
Mengendalikannya
TB MDR juga lebih berisiko terjadi kembali pada seseorang yang sebelumnya
pernah terkena TB, memiliki kelemahan sistem kekebalan tubuh, kontak dengan
penderita TB MDR, dan seorang yang berasal dari daerah dengan kasus TB
resisten obat yang tinggi.
Cara Mengendalikan TB MDR
Pengendalian kasus TB MDR di Indonesia dimulai dari penemuan kasus terduga
TB resisten obat. Seseorang termasuk kriteria terduga TB resisten obat jika:
Jika mendapati kondisi di atas, Anda perlu segera ke dokter untuk mendapat
pemeriksaan lanjutan. Setelah dokter melakukan pemeriksaan dan dipastikan
terdapat TB MDR, maka Anda perlu segera memulai pengobatan. Lama
pengobatan dapat berkisar antara 19 – 24 bulan.
Durasi pengobatan ini bisa berubah pada kasus TB MDR yang berbeda, seperti
pada TB MDR tanpa komplikasi atau pada TB MDR yang belum mendapatkan
pengobatan lini kedua. Untuk kedua kasus tersebut, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan program pengobatan yang lebih singkat, yaitu 9-12
bulan. Gejala TB umumnya akan membaik dalam beberapa bulan setelah
pengobatan. Penderita TB MDR juga perlu mendapat evaluasi dan pemantauan
ketat selama pengobatan.
Tenaga medis pun harus mengikuti semua langkah penanganan TB yang
direkomendasikan, memastikan penderita yang diduga TB segera didiagnosis, dan
mendapatkan panduan perawatan yang benar. Guna mencegah TB MDR,
pemerintah mendorong seluruh pemberi pelayanan TB di semua fasilitas kesehatan
untuk memberikan pelayanan TB sesuai standar dan berkualitas. Pemerintah juga
mendorong pemberi pelayanan TB untuk meningkatkan kewaspadaan melalui
penemuan kasus secara dini.
Jika Anda merasa telah terpapar atau mengalami gejala TB dan TB MDR,
segeralah melakukan pemeriksaan kesehatan agar dokter dapat melakukan
pengobatan dan evaluasi yang tepat.
Bukan Batuk Biasa, Waspadai TBC
dengan 8 Gejala Khasnya
Waspadai jika Anda sering batuk-batuk tapi tak kunjung sembuh. Mungkin itu bukan
batuk biasa, karena bisa jadi itu gejala TBC. Kenali 8 gejala khasnya.
Jumlah penderita tuberkulosis (TB) terus bertambah. Penyakit menular ini merupakan
infeksi serius yang mempengaruhi paru-paru seseorang. Bakteri yang menyebabkan TB
bisa menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke
udara melalui batuk dan bersin. Jika TB tak diobati hingga tuntas bisa berakibat fatal.
Infeksi TB ini mulai meningkat pada 1985. Sebagian muncul karena HIV, virus yang
menyebabkan AIDS. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga
sistem kekebalan tubuh seseorang tak bisa melawan kuman TB.
Di Amerika Serikat, dengan pengendalian yang ketat, TB mulai turun pada 1993, namun
masih jadi pusat perhatian.
Seperti dikutip Mayoclinic, Selasa (26/2/2013), orang dengan TB aktif harus minum
beberapa jenis obat selama berbulan-bulan untuk membasmi infeksi dan mencegah
perkembangan resistensi antibiotik.
Meskipun tubuh bisa menjadi pelabuhan bakteri yang menyebabkan TB, sistem
kekebalan tubuh biasanya bisa mencegah Anda dari sakit. Karena alasan itu, dokter
membedakan TB dalam dua macam:
1. TB Laten: Pada kondisi ini, Anda memiliki infeksi TB, tapi bakteri tetap dalam tubuh
Anda dalam keadaan tidak aktif serta tak menimbulkan gejala.
TB laten juga disebut TB tidak aktif atau TB infeksim yang tak menular. Namun, bisa
berubah menjadi aktif sehingga pengobatan penting bagi TB laten untuk membantu
mengendalikan penyebaran TB. Diperkirakan, sepertiga penduduk dunia mengalami TB
laten.
2. TB aktif. Kondisi membuat Anda sakit dan bisa menularkan ke orang lain. Ini bisa
terjadi beberapa minggu pertama setelah terinfeksi bakteri TB atau beberapa tahun
kemudian.
Orang sering mengalami satu atau dua gejala ringan dan tak mengenalinya sedini
mungkin. Gejala sering tidak muncul sampai penyakit ini berkembang. Mengidentifikasi
gejala TB bisa membantu seseorang mencegah komplikasi seperti infeksi PPOK
(Penyakit paru Obstruktif Kronik) pada organ tubuh lain.
Berikut sejumlah tanda dan gejala khas jika orang terkena TB:
Batuk. Pada tahap selanjutnya, batuk bisa menghasilkan dahak berwarna abu-abu
atau kuning yang bisa bercampur dengan darah
Perhatikan penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
Kelelahan
Demam
Berkeringat di malam hari adalah salah satu cara tubuh melindungi darpenyakit.
Berkeringat di malam hari dapat dimulai dengan demam dan akhirnya
menyebabkan keringat berlimpah diikuti oleh menggigil.
Panas dingin
Kehilangan nafsu makan
Amati urine yang berubah warna (kemerahan) atau urine keruh. Ini merupakan
gejala yang muncul pada tahap selanjutnya
Organ yang Terpengaruh
TB bisa menyerang paru-paru Anda dan bagian organ lainnya.Jika Anda mengalami TB
paru, maka tanda dan gejala yang dihadapi
Selain paru-paru, TB bisa mempengaruhi bagian lain dari tubuh Anda, termasuk tulang
belakang, ginjal, dan otak. Ketika TB terjadi di luar paru-paru, gejala bervariasi
tergantung organ yang terlibat. Misalnya saja TB tulang belakang yang bisa membuat
punggung Anda sakit, dan TB ginjal yang bisa menyebabkan urine berdarah.
Meski TB menular, bukan pekerjaan mudah untuk mengenalinya. Anda lebih mungkin
tertular TB dari seseorang yang hidup dengan Anda atau bekerja bersamanya dibanding
orang yang tak dikenal. Kebanyakan orang dengan TB aktif yang sudah menjalani terapi
obat yang tepat, setidaknya dua minggu sudah tidak lagi menular.
TB tetap menjadi pembunuh utama karena peningkatan dalam obat yang tahan dengan
strain bakteri. Sejak antibiotik pertama digunakan untuk melawan TB sejak 60 tahun yang
lalu, beberapa kuman TB mengembangkan kemampuannya untuk bertahan hidup. Dan
kemampuan itu diteruskan ke keturunannya.
Obat menjadi resisten terhadap TB ketika antibiotik gagal membunuh semua bakteri.
Bakteri yang hidup menjadi resisten terhadap obat tertentu dan sering pada antibiotik
lainnya.
Faktor tertentu bisa meningkatkan risiko seseorang terkena TB. Contohnya saja jika
sistem kekebalan tubuh Anda lemah dan tempat kerja atau tempat tinggal Anda ada orang
yang terkena TB. Berikut sejumlah faktor risiko yang perlu diperhatikan:
1. Sistem Imun yang melemah. Sejumlah penyakit dan obat-obatan bisa melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, diabetes, penyakit ginjal stadium akhir,
beberapa kanker, pengobatan kanker, obat mencegah penolakan transplantasi organ,
malnutrisi, usia masih sangat muda atau usia lanjut.
2. Internasional koneksi: Risiko TB lebih tinggi bagi orang-orang yang tinggal di atau
melakukan perjalanan ke negara-negara yang memiliki tingkat tinggi tuberkulosis,
seperti:
Afrika
India
Cina
Meksiko
Pulau-pulau di Asia Tenggara dan Mikronesia
Bagian dari Uni Soviet
3. Kemiskinan dan penyalahgunaan zat: Jika Anda berpenghasilan rendah atau tetap,
tinggal di daerah terpencil, Anda kurang akses ke perawatan medis yang diperlukan untuk
mendiagnosa dan mengobati TB.
Sedangkan penyalahgunaan zat dalam jangka panjang seperti alkohol atau narkoba
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan membuat orang rentang terhadap TB.
4. Tempat tinggal atau bekerja: Kontak secara teratur dengan orang yang sakit bisa
meningkatkan peluang Anda terkena TB. Kenakan masker dan sering mencuci tangan
untuk mengurangi risiko. Tinggal atau bekerja di fasilitas rumah perawatan. Orang yang
tinggal atau bekerja di penjarak, panti jompo berisiko terkena TB. Ini karena risiko lebih
tinggi dengan kurangnya ventilasi.
Tanpa pengobatan, TB bisa berakibat fatal. Penyakit yang tak diobati dengan aktif
biasanya mempengaruhi paru-paru, tetapi bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui
aliran darah Anda. Contoh meliputi:
Tulang. Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa akibat TB yang
menginfeksi tulang Anda. Dalam beberapa kasus, tulang rusuk terpengaruh.
Otak. TB di otak Anda bisa menyebabkan meningitis, pembengkakan selaput yang
kadang-kadang fatal menutupi otak dan sumsusm tulang belakang.
Hati dan ginjal: Hati dan ginjal membantu menyaring limbah dan kotoran dari
aliran darah. Fungsi ini terganggu jika hati atau ginjal dipengaruhi TB.
Jantung: TB bisa menginfeksi jaringan yang mengelilingi jantung, menyebabkan
radang dan cairan yang bisa mengganggu kemampuan jantung Anda memompa
secara efektif. Kondisi ini disebut cardiac tamponade yang bisa fatal.
Jika Anda curiga mengalami TB, segera hubungi dokter. Anda mungkin dirujuk ke dokter
yang mengkhususkan diri dalam penyakit menular atau penyakit paru-paru.
Diagnosa TB
Dalam pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa kelenjar getah bening Anda untuk
pembengkakan dan mengunakan stetoskop untuk mendengar suara paru-paru Anda ketika
bernapas.
Alat diagnostik yang paling umum digunakan untuk TB adalah tes kulit. Sejumlah kecil
zat yang disebut PPD tuberculin disuntikkan tepat di bawah kulit lengan bagian dalam.
Anda akan sedikit merasakan tertusuk jarum.
Dalam waktu 48 sampai 72 jam, ahli kesehatan akan memeriksa lengan untuk bengkak di
tempat suntikan. Jika benjolan menjadi keras berwarna merah, berarti Anda mengalami
TB. Ukuran benjolan menentukan apakah hasil tes signifikan.
Namun, hasil tes kulit tak sempurna. Kadang-kadang hasilnya bisa menunjukkan orang
itu kena TB padahal tidak. Ini juga menunjukkan orang yang tidak memiliki TB malah
disebut kena.
Selain tes kulit, TB juga bisa didiagnosa dari tes darah, X-ray dada, dan tes dahak.
Obat
Jika Anda mengalami TB laten, Anda mungkin perlu minum satu jenis obat TB. Untuk
TB aktif, terutama jika itu adalah virus yang tahan obat, memerlukan beberapa obat
sekaligus. Obat-obatan yang paling umum digunakan untuk mengobati tuberkulosis
meliputi:
Isoniazid
Rifampisin (Rifadin, Rimactane)
Etambutol (Myambutol)
Pirazinamid
Menyelesaikan pengobatan sangat penting. Setelah beberapa minggu, Anda tidak akan
menular, dan Anda mungkin mulai merasa lebih baik. Anda mungkin tergoda untuk
berhenti minum obat TBC Anda. Tetapi sangat penting jika Anda menyelesaikan terapi
obat dan minum obat persis seperti yang ditentukan oleh dokter Anda.
Tuberkulosis Usus
Kebanyakan orang mengetahui tuberkulosis (TB) berkaitan dengan organ paru. Tetapi, TB nyatanya
tidak hanya mengenai paru-paru, tapi juga bisa menyerang saluran cerna.
Tuberkulosis usus, sesuai namanya, merupakan penyakit infeksi basil tuberkulosa pada usus. Keadaan
ini umumnya berlangsung lama dan berkembang lambat. Anda bisa merasakan gejalanya seperti nyeri
perut yang tidak terlalu kuat, bisa juga diare berkepanjangan, berat badan menurun, nafsu makan
menurun, dan berkeringat di malam hari.
Sejumlah gejala yang muncul pada TB usus memang hampir mirip dengan TB paru, salah satunya
adalah berkeringat di malam hari. Hanya, pada tuberkulosis paru penyebarannya melalui udara,
sementara tuberkulosis usus dikarenakan tertelannya kuman tersebut atau sebaran dari tuberkulosis
paru.
“Pengobatan untuk TB usus maupun TB paru sama saja, antara lain dengan pemberian obat anti-TB,”
imbuh dr. Bahdar T. Johan, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RS Premier Bintaro,
Tangerang. Jika tidak segera ditangani, kuman tuberkulosis bisa menyebabkan luka dan usus
bolong.(f)
Penyakit tuberkulosis dapat terjadi baik di paru maupun di luar paru. Tuberkulosis di luar paru dapat
terjadi di tulang, selaput otak, di usus atau selaput usus yang disebut peritoneum. Walaupun jarang,
tuberkulosis bahkan juga dapat terjadi di kulit. Tuberkulosis pada umumnya disebabkan oleh kuman
Mycobacterim tuberculosis. Penderita paru yang tak diobati dapat mengeluarkan butiran ludah
(droplet) yang mengandung kuman tuberkulosis. Butiran tersebut dapat terhirup orang lain dan masuk
ke dalam paru-paru. Kuman akan bersarang di sana dan kemudian juga dapat menyebar melalui
kelenjar bening dan darah. Penyebaran melalui darah memungkinkan terjadinya tuberkulosis di luar
paru seperti peritonitis tuberkulosa (radang selaput usus karena tuberkulosis), seperti yang Anda
alami. Gejala, pengobatan Gejala umum peritonitis ini hampir sama pada penyakit tuberkulosa di paru
yaitu demam, nafsu makan berkurang, berat badan turun. Selain itu, juga akan terdapat gejala khusus
yang berkaitan dengan gangguan fungsi usus seperti nyeri perut, ada benjolan di perut atau gangguan
buang air besar. Pada keadaan akut dapat terjadi peritonitis tuberkulosa yang disangka appendicitis
(radang usus buntu). Pada operasi akan didapati usus buntu namun terdapat bercak putih pada selaput
dinding perut yang menyerupai keju. Diagnosis peritonitis tuberkulosa lebih sulit ditegakkan daripada
tuberkulosis paru. Di samping pemeriksaan klinis diperlukan juga pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan ultrasonografi, CT Scan abdomen, bahkan mungkin pemeriksaan laparaskopi. Oleh
karena itu, memang biasanya diagnosis agak lambat. Untunglah, terapi peritonitis tuberkulosa pada
prinsipnya sama dengan tuberkulosis paru. Hasil pengobatan juga baik namun diperlukan kepatuhan
minum obat. Setelah dua minggu minum obat biasanya gejala mulai berkurang, nafsu makan
membaik, dan kemudian pasien merasa sehat. Berat badan juga akan meningkat. Meski sudah merasa
sehat namun jangan sampai obat tuberkulosis dihentikan. Berkonsultasilah dengan dokter dan pahami
obat-obat yang digunakan serta berapa lama obat tersebut perlu digunakan. Obat tuberkulosis dewasa
ini umumnya jarang menimbulkan efek samping. Jika terjadi efek samping biasanya ringan. Karena
itu jangan sampai menghentikan obat sendiri jika terjadi efek samping. Segeralah berkonsultasi
dengan dokter agar dapat dicarikan obat pengganti atau obat yang sama akan tetap diberikan namun
dalam dosis bertahap. Penularan Penularan tuberkulosis biasanya melalui butiran ludah seperti
dikemukan sebelumnya. Pada umumnya seseorang yang mengalami peritonitis tuberkulosa, setelah
kuman tuberkulosa di udara terhirup masuk ke paru, kemudian kuman tersebut akan menyebar ke luar
paru. Namun ada beberapa faktor yang memudahkan penularan kuman tuberkulosis yaitu lingkungan
udara yang pengap, adanya sumber penularan berupa penderita tuberkulosis paru yang tidak diobati,
atau diobati namun tidak tuntas, serta orang sekitar yang kekebalan tubuhnya rendah misalnya karena
kurang gizi. Karena itu tuberkulosis lebih banyak dijumpai di permukiman padat, kumuh dengan
penduduk yang kekebalan tubuhnya rendah. Perbaikan lingkungan serta keadaan kesehatan penduduk
yang baik akan mampu mengurangi penularan tuberkulosis. Salah satu usaha terpenting adalah
menemukan penderita tuberkulosis paru dan mengobatinya sehingga tidak lagi menjadi sumber
penularan. Selain itu, keadaan lain yang juga perlu diperhatikan adalah gejala batuk. Jika batuk lebih
dari dua minggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan evaluasi, apakah batuk
tersebut memang disebabkan oleh tuberkulosis paru. Peritonitis tuberkulosa jika tidak diobati, dapat
menimbulkan komplikasi serius, misalnya perlengketan usus yang dapat menyebabkan usus menjadi
tersumbat. Jadi, untuk menjaga agar keluarga Anda tidak tertular tuberkulosis adalah dengan menjaga
kesehatan pada umumnya, seperti: gizi yang baik, istirahat yang cukup, serta lingkungan sekitar
dengan udara yang bersih. Imunisasi untuk mencegah penularan tuberkulosis diberikan pada semua
anak dalam bentuk program imunisasi nasional melalui penyuntikan BCG.
penyebab dan kesembuhan penyakit TB otak
Tuberkulosis (TB) tidak hanya menginfeksi jaringan paru. Bila tidak ditangani
dengan baik, kuman TB bisa menginfeksi jaringan di luar paru. Inilah yang disebut
TB ekstraparu.
Khusus pada sistem saraf pusat, infeksi TB bisa menyebabkan terjadinya :
Umumnya, infeksi TB pada sistem saraf pusat sulit terdiagnosis sejak dini
dikarenakan gejalanya yang sulit dikenali. Penegakan diagnosis TB otak dilakukan
dengan pemeriksaan darah, pengambilan cairan tulang belakang (lumbal pungsi),
rontgen paru, tes kulit tuberkulin, hingga pencitraan otak dengan CT-scan dan
MRI. Penanganannya serupa dengan TB paru, hanya saja durasi konsumsi obat
antituberkulosis (OAT) sekitar 9-12 bulan.
Kesembuhan dari TB otak tergantung dari tingkat keparahan penyakit ketika
diobati, juga respon penderita terhadap OAT. Bila terlambat ditangani, tidak jarang
TB otak bisa berakibat fatal. Terkait kelumpuhan yang saat ini dialami, akan
dievaluasi lebih lanjut bila telah melewati fase kritis penyakit. Umumnya, bagian
tubuh yang lumpuh akan menjalani latihan fisik (fisioterapi) di bawah pengawasan
dokter spesialis kesehatan fisik dan rehabilitasi.
TB KULIT
Tuberkulosis Primer
Chancre
Adalah kelainan kulit primer yang bisa berbentuk borok, mempunyai lekukan
dangkal, dan kasar saat kamu rabsa. Borok tersebut muncul selama 2 – 3 minggu
sejak bakteri masuk ke dalam tubuh kamu.
Tuberkulosis Sekunder
Scrofuloderma
Sering dihubungkan dengan TB paru-paru
Terjadi karena penjalaran dari organ di bawah kulis seperti kelenjar getah
bening
Sering ditemukan di leher dan ketiak
Luka pada kulit biasanya gak menimbulkan rasa sakit, tapi bisa
membengkak
Verrucosa cutis
Terinfeksi karena bakteri langsung masuk ke permukaan kulit kamu
Gejalanya berupa munculnya beruntus di atas kulit dan berwarna kemerahan
Sering ditemukan di bagian lutut, tungkai, dan kaki
Vulgaris
Tergolong TB kulit yang cepat berkembang
Kelainan kulit yang biasanya muncul berbentuk benjolan berwarna coklat
kemerahan dan bisa berubah warna menjadi kekuningan saat ditekan
Sering ditemukan di bagian wajah, badan, ataupun anggota gerak
Kutis miliaris
Jenis TB kronis yang bisa menyebar dari infeksi primer (dari paru-paru) ke
organ dan jaringan lainnya melalui aliran darah
Gejalanya berupa beruntus kemerahan dan berisi cairan seperti nanah
Bisa meluas ke seluruh tubuh kamu
Pengobatan yang dilakukan sama dengan tuberkulosis paru. Kalau kamu positif
terinfeksi TBC kulit, maka kamu perlu diobati dengan obat antituberkulosis.
Pengobatan ini biasaya diberikan selama beberapa bulan bahkan juga bisa
bertahun-tahun.
TB RAHIM
Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar luas dan menyerang
seluruh organ tubuh, seperti paru-paru, otak, tulang, rahim, ovarium (indung telur), testis, dll.
Penyakit ini dapat menular melalui droplet mengandung kuman tuberkulosis, yang
dikeluarkan oleh penderita tuberkulosis paru ke udara terutama saat batuk dan bersin. Karena
itu, penderita TBC rahim (endometritis TB) tidak akan menularkan penyakitnya kepada
orang-orang disekitarnya, kecuali jika selain menderita TBC rahim, orang tersebut juga
menderita TBC paru dimana droplet yang dihasilkannya saat batuk/bersin/berbicara mampu
menyebarkan kuman penyakit kepada orang disekitarnya.