Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SEKSUALITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA

NEGERI 1 SUBANG

ABSTRAK

Perilaku seksual yang kurang baik dikalangan remaja erat kaitannya dengan pengetahuan remaja yang
kurang tentang seksualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan tentang seksualitas dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Subang. Metode
yang digunakan adalahsurvei analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak
293 siswa di SMA Negeri 1 Subang. Hasil data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi, dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan digunakan statistik chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan seksualitas kurang sejumlah
64,3%. Sumber informasi remaja mengenai seksualitas mayoritas diperoleh dari teman 38,6%.
Perilaku seksual remaja yang tergolong kurang sebanyak 2,7%. Terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual remaja, secara statistik p=0,000 < 0.05.
Sebagai simpulanterdapat hubungan positif antara pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual
remaja.

Kata kunci : pengetahuan seksualitas, perilaku seksual, remaja.

THE RELATION BETWEEN SEXUALITY KNOWLEDGE AND SEXUAL BEHAVIOR OF ADOLESCENTS


ATSENIOR HIGH SCHOOL 1 SUBANG

ABSTRACT

Unfavorable sexual behavior in adolescent related and less sexuality knowledge.Objective: To identify
the relation between sexuality knowledge with sexual behavior of adolescent at senior high school 1
Subang. Method : The study type was cross-sectional that using analytic correlation method. The
samples in this study were 293 students, they were the adolescents at senior high school 1 Subang.
The result was presented in frequency distribution tables, and to identify whether or not the
relationship was used chi square statistic. Result : Adolescent mostly had bad sexuality knowledge
64,3%. Most adolescent acquired knowledge of information resources about sexuality from friends
38,6%, and adolescent had a bad sexual behavior 2,7%. There was significant correlation between
knowledge of sexuality and adolescent sexual behavior p=0.000 < 0,05. Conclusion :There was
significant correlation between knowledge of sexuality with the sexual behavior.

Keywords : sexuality knowledge, sexual behavior, information resources, adolescent.


PENDAHULUAN (KTD). Ini artinya ada beberapa anak Indonesia
sudah punya anak. Menurut Zahrofa,
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015
pernikahan usia muda di Indonesia menduduki
menunjukkan bahwa penduduk usia 15-24
urutan 37 dunia dan tertinggi di Asean setelah
tahunmencapai 42.061,2 juta atau sebesar
Kamboja. Permasalahan remaja berikutnya
16,5 persen dari total penduduk Indonesia.
yaitu seks pra nikah. Rata-rata remaja di
Tingginya jumlah remaja di Indonesia, disertai
Indonesia yang melakukan seks pra nikah
pula dengan problematika yang dihadapi oleh
berusia 17 tahun. Sedangkan rata-rata remaja
mereka. Tantangan dan problematika ini akan
Indonesia pertama kali berpacaran pada usia
berdampak pada perilaku remaja, khususnya
15,5 tahun. Permasalahan remaja lainnya yaitu
perilaku seksualnya. Data menunjukkan bahwa
Napza. Remaja seringkali kekurangan
15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun
informasi dasar mengenai kesehatan
melahirkan setiap tahunnya, sekitar 15-20 %
reproduksi dan akses terhadap pelayanan
dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah
kesehatan reproduksi yang terjangkau serta
melakukan hubungan seksual di luar nikah.
terjamin kerahasiaannya. Keprihatinan akan
Tingginya angka hubungan seks pra nikah di
jaminan kerahasiaan atau kemampuan
kalangan remaja erat kaitannya dengan
membayar, dan kenyataan atau persepsi
meningkatya jumlah aborsi saat ini, serta
remaja terhadap sikap tidak senang yang
kurangnya pengetahuan remaja akan
ditunjukkan oleh petugas kesehatan, semakin
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini sekitar
membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski
2,3 juta dan 1520 % diantaranya dilakukan
pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat
remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya
pula hambatan legal yang berkaitan dengan
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
pemberian pelayanan dan informasi kepada
Provinsi Jawa Barat dengan populasi remaja
kelompok remaja. Banyak diantara remaja
sebanyak 8,5 juta jiwa, memiliki data
yang kurang atau tidak memiliki hubungan
problematika remaja yang cukup tinggi pula.
yang stabil dengan orang tuanya maupun
Sampai saat ini sangat mudah menemukan
dengan orang dewasa lainnya, dengan siapa
daerah-daerah prostitusi, seperti daerah
seyogyanya remaja dapat berbicara tentang
Saritem-Bandung yang sebagaian besar pelaku
masalah-masalah kesehatan reproduksi yang
seksulanya adalah remaja pada rentang usia
memprihatinkan atau yang menjadi perhatian
16-18 tahun dan jumlahnya bisa mencapai 200
mereka. Pendidikan merupakan salah satu
orang. Selain itu dikabupaten Subang,
sarana penyampaian informasi kepada
prostitusi remaja masih ditemukan di
individu atau kelompok dengan tujuan
kecamatan Purwadadi, Ciasem, Patok Beusi
memberikan kesadaran atau pencerahan
dan kecamatan Pagaden. Fakta menunjukkan
tentang pengetahuan dan gambaran dari
bahwa sebagian besar remaja tidak
sesuatu hal yang telah, sedang dan akan
mengetahui dampak dari perilaku seksual yang
terjadi. Perilaku remaja yang secara
mereka lakukan. Seringkali
perkembangan biologisnya telah beranjak
remaja sangat tidak matang untuk melakukan matang, yang secara alamiah telah siap untuk
hubungan seksual terlebih lagi jika harus bereproduksi, hal ini akan berdampak dua hal,
menanggung resiko dari hubungan seksual pertama menghasilkan penyaluran yang sesuai
tersebut. Semakin meningkatnya perilaku pada tempatnya atau menyimpang.
seksual remaja di luar nikah membawa Penyimpangan individu dalam menyalurkan
dampak yang sangat beresiko, yaitu terjadinya potensi dorongan/hasrat biologisnya itu bisa
kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun disebabkan ketidaktahuan atau
terdapat sekitar 1,7 juta kelahiran dari ketidakpahaman tentang pandangan agama
perempuan berusia di bawah 24 tahun, yang dan pengetahuan seksnya. Penelitian Boyke
sebagian adalah Kehamilan Tidak Diinginkan Nugraha yang menyatakan bahwa 10-20%
remaja pengetahuan seksualitasnya sangat ketidaktahuan dalam seks. Para orang tua pun
kurang, sehingga dapat menyebabkan remaja mungkin belum cukup pengetahuannya
yang dalam perkembangan jasmaninya akan tentangs seks, tetapi apa yang mereka ketahui
mempunyai dorongan-dorongan seksual yang hendaknya diterangkan kepada anak-anaknya
sangat kuat namun di sisi lain mereka justru secara jujur dan terbuka. Dari tahun ketahun
dijauhkan dari hal-hal yang berbau seksualitas. permasalahan kesehatan reproduksi remaja
Demikian juga penelitian Synovate semakin meningkat. Berbagai jenis penyakit
mengungkapkan bahwa sekitar 65% informasi menular seksual (PMS) semakin meningkat
tentang seks mereka dapatkan dari kawan dan terjadi pada remaja. Bahkan perilaku
juga 35% sisanya dari film porno. Ironisnya, hubungan seksual sebelum menikah semakin
hanya 5% dari responden remaja ini sering terjadi pada remaja dan sangat
mendapatkan informasi tentang seks dari disayangkan tidak sedikit remaja melakukan
orang tuanya. Pada suatu survey di sekolah tindakan aborsi atau pengguguran kandungan.
menengah di USA, Mc Carry mendapatkan Remaja yang sedang mencari identitas diri
bahwa kebanyakan dari siswa melontarkan sangat mudah menerima informasi dunia
kritik terhadap para orang tua karena tidak berkaitan dengan masalah fungsi
pernah memberikan penerangan seks kepada reproduksinya. Sehingga mengarah pada
anakanakanya. Dua per tiga dari mereka sama pelaksanaan hubungan seksual yang semakin
sekali tidak mendapatkan penerangan apa- bebas. Hal ini berakibat berbagai
apa, sedangkan sisanya hanya mendapatkan permasalahan kesehatan reproduksi seperti
penerangan yang sangat minim. Pengetahuan tingginya angka kematian ibu, kekerasan
remaja tentang seks biasanya diperoleh dari seksual, tingginya jumlah penderita HIV/AIDS
kawan-kawan seumur melalui lelucon yang tiap daerah dan tiap tahun. Ada beberapa
kotor sehingga mendapat tanggapan yang faktor yang mendorong anak remaja usia
salah atau emosi yang negatif. Banyak orang sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan
yang terlambat mengetahui fakta-fakta seks di luar nikah. Faktor-faktor tersebut di
sebenarnya tentang seksualitas sehingga tak antaranya pengaruh liberalisme atau
dapat menolong mereka melalui masa pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan
pubertas. Sebagai contoh dapat dikemukakan keluarga yang mendukung ke arah perilaku
bahwa 2/3 dari anak laki-laki ternyata telah tersebut serta pengaruh perkembangan media
mengetahui tentang hubungan seks sebelum massa. Arus informasi melalui media masa baik
orang tua mereka menerangkannya. Pada berupa majalah, surat kabar, tabloid maupun
survey lain juga media elektronik seperti radio, televisi, dan
komputer, mempercepat terjadinya
ditemukan bahwa 70% wanita mendapatkan
perubahan. Meskipun arus informasi ini
keterangan (terutama ibunya) bahwa seks itu
menunjang berbagai sektor pembangunan,
kotor. Hal ini terjadi dikarenakan para orang
namun arus informasi ini juga melemahkan
tua sendiri juga dipenuhi perasaan malu dan
sistem sosial ekonomi yang menunjang
bersalah mengenai seks, sehingga mereka pun
masyarakat Indonesia. Remaja merupakan
tidak mempunyai pegangan dalam hal
salah satu kelompok penduduk yang mudah
seksualitas dan perilaku seksual. Pada
terpengaruh oleh arus informasi baik yang
penelitian yang dilakukan terhadap remaja
negatif maupun yang positif. Perbaikan status
yang hamil di luar nikah pada umumnya
wanita, yang terjadi lebih cepat sebagai akibat
mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan
dari transisi demografi dan program keluarga
seks di sekolah maupun di rumah (orang tua).
berencana telah mengakibatkan meningkatnya
WHO menyatakan bahwa yang menjadi
umur kawin pertama dan bertambah besarnya
penyebab dalam perilaku seksual yang tidak
proporsi remaja yang belum kawin. Hal ini
sehat bukanlah pengetahuan, melainkan
adalah akibat dari makin banyaknya remaja
baik lakilaki maupun perempuan yang Subang, jalan KH Dewantara no. 14 A Subang.
meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih Populasi adalah keseluruhan objek penelitian
tinggi dan makin banyaknya remaja yang atau objek yang diteliti. Populasi dalam
berpartisipasi dalam pasar kerja. Panjangnya penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri
waktu dalam status lajang maupun 1 Subang sebanyak 1010 siswa. Sampel adalah
kesempatan mempunyai penghasilan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
mempengaruhi remaja untuk berperilaku yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
berisiko antara lain menjalin hubungan seksual populasi. Sampel dari penelitian ini adalah
pranikah, minuman keras, narkoba yang dapat responden yang termasuk dalam kriteria
mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan dan inklusi sebagai berikut:
risiko reproduksi lainnya, juga tertular infeksi
Kriteria inklusi:
menular seksual termasuk HIV/AIDS. Perlunya
pendidikan seks sejak dini dilatarbelakangi 1. Tercatat aktif sebagai siswa SMA Negeri 1
karena adanya masalah yang mendominasi Subang
kehidupan masyarakat. Masalah ini terkait 2. Berjenis kelamin laki-laki atau perempuan
dengan penyimpangan seksual yang didukung 3. Termasuk ke dalam usia remaja (10-19
oleh perkembangan globalisasi dibidang ilmu tahun)
pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan politik. 4. Bersedia mengisi kuesioner
Bentuk penyimpangan tersebut seperti
Kriteria Eklusi:
prostitusi, homoseksual, lesbian, berimajinasi
seks dengan alat-alat yang diserupakan 1. Bukan siswa SMA Negeri 1 Subang
sebagai alat lawan jenis, melakukan kekerasan 2. Tidak termasuk ke dalam usia remaja (<10
dengan lawan jenis untuk mendorong hasrat atau >19 tahun)
seks. Perilaku penyimpangan seperti ini sering 3. Tidak bersedia mengisi kuesioner
ditemukan dibeberapa rumah pribadi, hotel,
kost-kostan, dan tempat lokalisasi. Kenyataan Keseluruhan sampel adalah siswa kelas XI
dari pendidikan seks yang kurang, di SMA N 1 Subang sejumlah 293 siswa, yang
pengetahuan mengenai seks yang tidak cukup terbagi ke dalam 8 kelas: 6 kelas IPA dan 2
kelas IPS. Variabel dependen adalah perilaku
menyebabkan terjadi problema pada remaja
seksual remaja meliputi:
yang sama sekali mereka tidak
1. Berbicara dan memandang
menginginkannya, misalnya kehamilan remaja, 2. Bersentuhan
premature, cacat bawaan pada janin., 3. Berpelukan
pengguguran kandungan, terputusnya 4. Berpegangan tangan
5. Onani
sekolah, perkawinan di usia muda, perceraian
6. Masturbasi
dan penyakit kelamin, yang lebih
7. Berciuman (Kissing)
membahayakan bagi remaja yang tidak 8. Menempelkan alat kelamin (Petting)
mengetahui akibat dari hubungan seks yaitu 9. Berciuman sampai meninggalkan
penyakit menular dan HIV/AIDS yang sampai bekas, biasanya di daerah sekitar
sekarang ini belum ada obatnya. leher (Necking)
10. Bersetubuh (Intercourse)

METODE PENELITIAN Variabel independen adalah pengetahuan


seksualitas meliputi:
Metode penlitian ini adalah survey analitik
dengan menggunakan pendekatan cross 1. Perkembangan reproduksi remaja
sectional. Data yang diperoleh adalah data 2. Anatomi fisiologi alat reproduksi laki-
primer dengan menggunakan angket. laki dan perempuan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 3. Pengambilan keputusan
4. Perilaku seksual Tabe1 Distribusi Responden Berdasarkan
5. Penyakit menular seksual Kelas

No Kelas F %
1. X 320 31.7
2. XI 293 29.0
3. XII 397 39.3
Teknik pengumpulan data Total 1010 100
Sumber : data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
penyebaran angket kepada siswa SMA Negeri Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah
1 Subang dengan pengawasan oleh peneliti, responden (kelas XI) adalah 29 % dari jumlah
sebelumnya diberikan penjelasan terlebih populasi.
dahulu dan meminta kesediaannya untuk 1. Analisis Univariat
menjadi responden dalam penelitian. Dalam analisis univariat ini akan
disajikan gambaran mengenai
hubungan antara pengetahuan dan
Analisis data sumber informasi tentang seksualitas
Analisa bivariat digunakan untuk melihat dengan perilaku seksual remaja.
presentase dari variabel yang diteliti dan
dalam penyajian analisa univariat yakni dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa Pengetahuan Seksualitas
univariat pada penelitian ini mengukur Pengetahuan seksualitas diukur dengan 17
pengetahuan seksualitas remaja, jumlah skor pertanyaan yang telah teruji validitas dan
kemudian dibagi jumlah total soal dan reliabilitasnya. Hasil pengukuran yang telah
dikalikan 100%, sehingga diperoleh nilai P dilakukan disajikan pada tabel berikut:
(presentase). Tahap analisa data berikutnya
adalah dengan menggunakan uji statistic
bivariat untuk melihat hubungan variabel
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
independen dan variabel dependen, pada
Pengetahuan Seksualitas
penelitian ini peneliti melakukan analisa data
kategorik, dengan demikian pengujian Berdasarkan Tabel 2, nampak bahwa
menggunakan rumus Chi-Square. responden yang memiliki pengetahuan
seksualitas kurang adalah 4,8%.

No Kategori F %
HASIL
1. Baik 109 37.2
Seluruh responden adalah kelas XI SMA Negeri 2. Cukup 170 58.0
1 Subang yang terdiri dari 8 kelas : 6 kelas IPA 3. Kuramg 14 4.8
dan 2 kelas IPS. Jumlah seluruh responden Total 293 100
adalah 293 atau 29 % dari populasi. Responden
mengisi instrumen penelitian berupa
kuesioner pengetahuan seksualitas dan
kuesioner perilaku seksual. Hasil pengumpulan
data kemudian diolah dan disajikan dalam 2
(dua) jenis analisis, yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
Perilaku Seksual sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh
petugas kesehatan , semakin membatasi akses
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada.
Perilaku Seksual
Di samping itu, terdapat pula hambatan legal
No Kategori F % yang berkaitan dengan pemberian pelayanan
1. Baik 211 72.0 dan informasi kepada kelompok remaja.
2. Cukup 74 25.3 Banyak diantara remaja yang kurang atau tidak
3. Kurang 8 2.7 memiliki hubungan yang stabil dengan orang
Total 293 100 tuanya maupun dengan orang dewasa lainnya,
Sumber: hasil penelitian dengan siapa seyogyanya remaja dapat
berbicara tentang masalah-masalah kesehatan
Berdasarkan Tabel diketahui
reproduksi yang memprihatinkan atau yang
responden yang memiliki perilaku seksual
menjadi perhatian mereka. Pendidikan
kurang adalah 2,7%.
merupakan salah satu sarana penyampaian
Sumber Informasi informasi kepada individu atau kelompok
dengan tujuan memberikan kesadaran atau
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
pencerahan tentang pengetahuan dan
Sumber Informasi
gambaran dari sesuatu hal yang telah, sedang
No Sumber F % dan akan terjadi. Perilaku remaja yang secara
Informasi perkembangan biologisnya telah beranjak
1. Orangtua 34 11.6 matang, yang secara alamiah telah siap untuk
2. Guru 60 20.5 bereproduksi, hal ini akan berdampak dua hal,
3. Teman 113 38.6 pertama menghasilkan penyaluran yang sesuai
4. Media Masa 86 29.4 pada tempatnya atau menyimpang.
Total 293 100 Penyimpangan individu dalam menyalurkan
Sumber: hasil penelitian potensi dorongan/hasrat biologisnya itu bias
Berdasarkan Tabel 4, tampak bahwa disebabkan ketidaktahuan atau
sumber informasi mayoritas responden ketidakpahaman tentang pandangan agama
mengenai pengetahuan seksualitas adalah dan pengetahuan seksnya. Penelitian Boyke
teman sebanyak 38,6%, kemudian diikuti oleh Nugraha yang menyatakan bahwa 10-20%
media masa sebanyak 29.4%. remaja pengetahuan seksualitasnya sangat
kurang, sehingga dapat menyebabkan remaja
yang dalam perkembangan jasmaninya akan
PEMBAHASAN mempunyai dorongan-dorongan seksual yang
sangat kuat namun di sisi lain mereka justru
Pengetahuan Seksualitas dijauhkan dari hal-hal yang berbau seksualitas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada
293 responden, diketahui bahwa
Perilaku seksual
responden yang memiliki pengetahuan
seksualitas kurang sebanyak 4,8%. Remaja Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
seringkali kekurangan informasi dasar responden memiliki perilaku seksual yang
mengenai kesehatan reproduksi dan akses kurang sebanyak 2,7%. Perilaku seksual
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang kurang baik erat kaitannya
yang terjangkau serta terjamin dengan pengetahuan remaja yang kurang
kerahasiaannya. Keprihatinan akan jaminan tentang seksualitas dan kesehatan
kerahasiaan atau kemampuan membayar, dan reproduksi.Pengetahuan dasar remaja yang
kenyataan atau persepsi remaja terhadap masih kurang tentang anatomi dan fisiologi
reproduksi, bagaimana terjadinya hamil, Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
bagaimana mencegahnya dan dimana Perilaku Seksual
mendapatkan perlindungan. Selain itu faktor
Remaja Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
orang tua yang merasa kurang aman, malu
bahwa dari 14 responden yang memiliki
menceritakan tentang seks kepada
pengetahuan kurang, Seperti diungkapkan
anakanaknya sementara usia remaja saat itu
oleh Handayani dalam penelitiannya, bahwa
memerlukan bimbingan untuk melalui masa adanya pengetahuan
remajanya dengan baik sesuai dengan
tentang manfaat sesuatu hal dapat
peruabhan fisik dan psikologis yang dialaminya
mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu
kegiatan. Sehingga semakin baik pengetahuan
responden tentang seksualitas maka akan
Sumber informasi Berdasarkan hasil penelitian
semakin baik pula perilaku seksualnya.
diketahui bahwa sumber informasi mayoritas
Pengetahuan dan perilaku sangat berkaitan
responden mengenai pengetahuan seksualitas
erat. Pengetahuan akan segi manfaat dan
adalah teman sebanyak 113 orang (38,6%) dan
akibat buruk sesuatu hal akan membentuk
paling sedikit adalah orang tua sebanyak 34
sikap, kemudian dari sikap itu akan muncul
orang (11,6%). Fakta ini sesuai dengan
niat. Niat yang selanjutnya akan menentukan
penelitian Darwin (1997) mengatakan bahwa
apakah kegiatan akan dilakukan atau tidak.
remaja cenderung bersikap tertutup kepada
Sehingga semakin baik pengetahuan tentang
orang dewasa dan sikap terbukanya kepada
seksualitas maka semakin baik pula perilaku
teman sebaya akan memebrikannya peluang
seksualnya. Pengetahuan merupakan hasil
untuk mengakses informasi tentang
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
seksualitas dan kesehatan reproduksi dan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
menganggap seksual adalah masalah biasa
Penginderaan terjadi melalui panca indera
yang perlu dipeolehnya dari teman sebaya.
manusia, yaitu indera penglihatan,
Orang tua menganggap pengetahuan seksual
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
dna kesehatan reproduksi adalah masalah
Sebagian besar pengetahuan manusia
yang tabu untuk dibicarakan secara terbuka
diperoleh melalui mata dan telinga. Dan
kepada anaknya, sehingga remaja lebih banyak
diperkuat oleh teori Green bahwa
memperoleh informasi dari luar. Dalam
pengetahuan merupakan faktor predisposisi
penelitiannya, Tumkaya mengatakan bahwa
yang menentukanterbentuknya perilaku
meningkatnya minat remaja tentang akibat
seseorang. Pengetahuan merupakan domain
dari pengaruh pengetahuan tentang seksual
yang sangat penting dalam membentuk
dan kesehatan reproduksi yang disebabkan
perilaku seseorang. Dari pengalaman dan
oleh maraknya informasi global melalui
penelitian terbukti bahwa perilaku didasari
paparan media internet, audiovisual, buku
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
atau Koran, majalah, televisi dan VCD yang
pada perilaku yang tidak didasari oleh
menyediakan film porno, teman sebaya dan
pengetahuan.
pacar yang diakses oleh remaja memancing
remaja untuk mengadopsi kebiasaan yang
tidak sehat berupa penyalahgunaan seksual
KESIMPULAN
yang tidak sehat dan penggunaan obat-obatan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengetahuan
tentang seksualitas remaja yang tergolong
kurang sebanyak 64.3 % 2. Perilaku tentang
seksualitas remaja yang kurang baik sebanyak Helen Varney, CNM, MSN, DHL (Hon), FACNM
2,7%. 3. Sumber informasi remaja mengenai Varney’s Midwifery Jones and Barlett
seksual mayoritas diperoleh dari teman 38,6%, Publisher, Sudbury Masschusetts; Third
kemudian diikuti oleh media masa sebanyak Edition, tahun 1997
29,4%.
Infodatin Pusat data dan informasi
4. Terdapat hubungan yang bermakna secara kementerian kesehatan RI. Situasi Kesehatan
statistik antara pengetahuan dengan perilaku reproduksi Remaja.
seksual remaja (p=0,000 < 0.05).
Linda V. Walsh. 2007. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. EGC: Jakarta

Saran : 1. Meningkatkan komunikasi, informasi Puriani Nasria. 2010. Faktor-Faktor Yang


dan edukasi tentang kesehatan reproduksi Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang
termasuk tentang seksualitas oleh guru kepada Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1
siswa SMA Negeri 1 Subang. 2. Meningkatkan Mojogedang. Program studi ilmu keperawatan
peran serta orang tua/keluarga dalam Universitas Diponegoro.
pendidikan seks sejak dini kepada remaja.
SarwonoPrawirohardjo, 2013. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwonoPrawirohardjo
DAFTAR PUSTAKA
V. Ruth Benner & Linda K Brown, Myles
Brief Notes Lembaga Demografi FEB UI Juni
Textbook for midwives, Churchill Livingstone.
2017. Ringkasan Studi: Prioritaskan Kesehatan
Reproduksi Remaja Untuk Menikmati Bonus https://www.bkkbn.go.id/detailpost/cegahpe
Demografi. rsoalan-remaja-dengan-genre

www.ldfebui.org Taufik, Anganthi Nisa Rachmah Nur. 2005.


Seksualitas remaja: perbedaan seksualitas
Badan pusat statistik Jawa Barat. Provinsi Jawa
antara remaja yang tidak melakukan
Barat dalam Angka 2016. ISSN 02152169
hubungan seksual dan remaja yang melakukan
Creswell, J.W. 2012. Research Design hubungan seksual. Jurnal Penelitian
PendekatanKualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Humaniora, Vol. 6, No. 2, 2005: 115-129
Edisiketiga. PustakaPelajar :Yogyakarta
Wardhani, Dayne Trikora. 2012.
Fraser M. Diane. Myles Buku Ajar Bidan Edisi Perkembangan Dan Seksualitas Remaja.
14. EGC: Jakarta Informasi, Vol. 17, No. 03 Tahun 2012

Fitriana, Nur Gilang. 2012.Hubungan


Pengetahuan Dan Sikap Tentang Seks Pranikah
Dengan Perilaku Seksual Pada Siswa SMK XX
Semarang.

Heryadi Adi. 2014. Seksualitas remaja.


Makalah disampaikan pada kolokium internal
Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta jumat 7
november 2014

Helen Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Edisi 4 Volume 1. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai