Anda di halaman 1dari 21

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Ibu Luki Sagita D, S.Pd

Interviewer : Ardani Hildan A

Waktu : 9 Januari 2019

Tempat : SD N 01 Pasirmuncang

A “Sebelumnya terimakasih, ibu sudah mau meluangkan waktu untuk saya”.

LS “Iya mas, tidak apa-apa”.

A “Terkait dengan penelitian saya ibu, dengan judul Kemampuan Guru


Pemula dalam Menerapkan Kompetensi Profesional di Sekolah Dasar. Ada
dua aspek yang ingin saya tanyakan kepada ibu mengenai kompetensi
profesional dan penerapannya di sekolah”.

LS “Iya mas, InshaAllah akan saya jawab sesuai dengan kemampuan saya”.

A “Jadi begini bu, saya ingin tahu apa saja yang ibu siapkan sebelum
melakukan pembelajaran?

LS “Yang utama ya kita lihat dulu silabusnya kemudian dikembangkan ke


RPP, disitu ada tujuan pembelajarannya evaluasinya juga ada. Nah, nanti
hasil evaluasinya di analisa untuk melihat sejauh mana kemampuan anak.
Contoh, anak banyak yang salah dalam mengerjakan soal yang ini maka
dapat dilihat yang salah pakah gurunya yang menyampaikan materi terlalu
cepat atau siswanya yang belum jelas atau dia disuruh bertanya tapi tidak
mau bertanya”.

A “Jadi kalau ditemukan hal demikian maka pembelajaran diulang lagi atau
bagaimana ibu?”

LS “Iya, diulang lagi kalau misalkan “coba nomor satu yang salah berapa
nomor dua berapa?” Lho kok di nomor lima banyak yang salah, lha ini
kesalahannya dimana? Nanti diulang lagi seperti itu”.
A “Kalau untuk RPPnya sendiri bagaimana bu, karena yang saya tahu RPP
itu dibuat paketan untuk satu tahunan?”

LS “Untuk RPP itu sesuai dengan kesepakatan, seperti dalam KKG itu lho. Di
KKG itu kan kelas satu sendiri, kelas dua sendiri, nanti semua membuat.
Daripada setiap hari membuat kan malah jadi ribet ya waktunya juga, terus
kita juga tidak tahu kegiatan apa untuk besok, seolah-olah terbebani.
Hanya saja ruang untuk Guru Pemula di KKG itu terbatas, sehingga
terkadang lebih sering diskusi dengan guru senior.”.

A “Setelah RPP dan silabus siap otomatis ibu mempersiapkan proses


pembelajarannya di kelas, nah untuk ibu sendiri bagaimana upaya yang
dilakukan untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan?”

LS “Kalau menyenangkan yang dimaksud disini bukan menyenangkan anak


tepuk-tepuk ya, tapi dalam hal ini efektivitas. Kadang ada anggapan bahwa
menyenangkan itu hanya tepuk-tepuk dan menyanyi itu tidak, tapi dalam
hal ini tanpa terasa anak belajar. Anak itu sedang belajar tapi seolah-olah
anak sedang bermain padahal didalamnya ada pembelajaran yang anak
tidak tahu. Nah, itu yang namanya menyenangkan dengan berbagai macam
hal. Misalkan, anak dibawa keluar terus bermain terus kita diskusi.”

A “Berarti hal demikian itu juga dapat digunakan untuk mengajarkan materi
yang dianggap sulit kepada siswa nggih bu?”

LS “Iya mas, pembelajaran dapat dilakukan dengan melakukan permainan-


permainan yang di dalamnya terdapat pembelajaran. Guru dan siswa
menjadi mitra untuk berbincang, seolah-olah orang tua dengan anak. Saya
kan dengan anak sudah tiga tahun mas, jadi di kelas IV saya menaikkan
mereka ke kelas V. Hanya satu tahun kan belum paham betul, kemauan
anak pada guru kemauan guru kepada anak. Kan harus imbang lho, guru
harus tahu kemauan anak kepada guru begitupun sebaliknya anak harus
tahu kemauan guru. Di kelas V diberi pembenahan digembleng diberikan
materi ini ini, anak sudah paham begitupun dengan guru. Begitu kelas VI
sudah temata sendiri.”
A “Jadi untuk model pembelajaran yang digunakan juga disesuaikan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan nggih bu?”

LS “Itu saja untuk organisasi kelas kadang-kadang kelompok, kadang-kadang


berpasangan, kadang-kadang individu. Itu harus imbang, tidak hanya
kelompok saja. Kelompok terus ya nanti ada kelemahan, yang kuat yang
pintar ya nanti dia bosan karena selalu di depan sendiri. Jadi seolah-olah
dia tidak tambah ilmunya, justru dia capek. Begitupun sebaliknya yang
lemah hanya mengikuti, akhirnya jadi pasif.”

A “Kalau untuk media pembelajarannya sendiri bagaimana ibu?”

LS “Media itu tergantung materinya, materi ini harus pakai ya kita pakai
media.”

A “Karena tidak semua materi itu menggunakan media nggih bu? Media
yang sering digunakan itu berbetuk apa nggih bu? Seperti LCD itu
digunakan atau tidak bu?”

LS “LCD kadang pakai untuk IPA, matematik. Kadang-kadang materi di buku


itu kan kurang, kalau di CD itu kan banyak kejadian-kejadian apa seperti
itu. Nanti anak disuruh mengamati kemudian kita diskusikan dari peristiwa
itu.

A “Kalau ini sudah berbeda aspek bu, jadi bagaimana upaya yang ibu lakukan
untuk meningkatkan keprofesionalan diri?”

LS “Kalau untuk meningkatkan profesionalismenya itu ya dengan adanya


diklat, KKG itu juga masuk. Sebenarnya KKG forum untuk sharing guru
itu juga penting sekali. Tetapi terkadang sebagai guru pemula kita masih
malu atau takut ketika dalam kegiatan sharing, lebih memungkinkan
memgikuti seminar-seminar di kampus, pelatihan dari dinas ketika kita di
tugasi oleh sekolah saja”

A “Untuk satu kelompok KKG itu sendiri terdiri dari berapa SD bu?”

LS “Satu gugus itu rata-rata 9-10 SD. Jadi pada saat KKG kan disitu
dikumpulkan, guru kelas I sendiri. Apalagi guru kelas V VI itu juga sendiri,
nanti kan disitu membahas kesulitannya apa, mungkin sampai ke anak
didik dan juga materi. Seminar juga masuk.”

A “Kalau untuk seminar sendiri ibu sering mengikuti?”

LS “Untuk seminar saya sudah jarang. Kalau saya sudah ke kelas V VI itu
jarang, saya membatasi diri. Masalahnya kalau sering kegiatan keluar
kasian siswa, hanya tugas-tugas saja kan nggak efektif.”

A “Selain mengembangkan keprofesionalan diri, prestasi yang sudah dicapai


bu Luki banyak nggih? Dari yang menjadi juri tingkat nasional, dan
menjadi fasilitator tingkat nasional juga nggih?”

LS “Ya untuk seni tari karena saya sudah mengikutinya sejak masih kuliah,
sering tampil di beberapa event besar, jadi mungkin banyak yang menilai
kalau saya capable dalam hal tersebut”

A “Kemarin yang terahir sendiri menjadi juri di SD JIS nggih bu?”

LS “Nah iya itu baru kemarin ini tingkat provinsi.”

A “Mengenai inovasi bu, jadi inovasi apa saja yang pernah ibu lakukan
selama menjadi guru?”

LS “Oh iya, itu seperti artikel, jurnal pembelajaran. Dulu pernah si saya
membuat artikel, tapi hanya sebatas tingkat sekolah lah. Terus pembuatan
alat peraga yang sudah disosialisakisan ke teman-teman guru.”

A “Kadang kan alat peraga ada yang sudah jadi, seperti yang ada di lab itu?”

LS “Iya, kalau kami disini menggunakan alat peraga sederhana yang buat
sendiri. Jadi kreativitasnya yang diasah.”

A “Selanjutnya, kendala apa saja yang pernah ibu hadapi selama menajdi
pendidik yang profesional?”

LS “Oh kalau kendala si yang jelas itu potensi anak beda-beda. Kadang di
dalam suatu kelas itu ada yang prestasinya meningkat tapi ada yang lemah,
nah disini kan susah. Sementara kita membimbing yang sudah pengayaan,
yang lemah itu kan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
Sedangkan di rumah dia tidak mendapatkan perhatian penuh kan jadinya
dia benar-benar pasif. Jadi akhirnyakan kendalanya disitu.”

A “Jadi kendalanya itu dalam menggabungkan potensi siswa itu ya bu?”

LS “Iya, jadi untuk menyelaraskan antara anak yang lemah dengan yang ini
kadang-kadang sulit.”

A “Kalau kendala yang menyangkut dengan ibu menjadi juri, fasilitator itu
bagaimana bu?”

LS “Sebenarnya untuk kendala tidak yaa, hanya saja gini pada saat
menyampaikan materi ini, iya saat itu guru semangat. Oh yaya ini bagus
ini mendukung ini ini… Tapi setelah sampai di sekolah masing-masing,
materi yang telah disampaikan itu ambyar. Jadi seolah-olah hanya angina
lalu. Di sekolah capek lah ini lah. Kemauan guru itu gregetnya kurang
untuk kesadaran seperti itu. Selama ini guru diharapkan harus kreatif, harus
benar-benar melakukan pembelajaran yang maksimal. Kalau pada saat
pengarahan seperti itu memang nanti saya harus meningkatkan diri, harus
seperti ini. Tapi kalau sudah sampai sekolah, faktor-faktor yang melekat
dari diri guru yang susah untuk dirubah. Jadi, mindsetnya guru mengajar
ya menyampaikan materi atau mentransfer seperti menuang air dari dalam
botol soorrrr… gitu saja.”

A “Dengan adanya hal tersebut berarti kita sebagai guru harus benar-benar
paham dengan karakteristik siswa nggih bu? Kalau untuk semangat guru
itu sudah masuk ke individu masing-masing.”

LS “Iya kita harus paham dengan karakteristik anak sebenarnya dan juga
materi pas tidak untuk anak. Kalau materi ini terlalu berat untuk anak,
harus diselingi dengan alat peraga atau sesusatu yang lain dari yang lain
agar anak tertarik.”

A “Selanjutnya bagaimana cara yang ibu lakukan agar tetap profesional


dalam situasi dan kondisi apapun?”
LS “Ya prinsip kita sebagai guru harus kita pegang teguh. Intinya Tupoksi
guru kita harus tahu, Tugas Pokok dan Fungsi Guru yang harus kita pegang
teguh.”

A “Kalau untuk PKG sendiri bagaimana bu? Apasaja yang ibu siapkan
sebelum ada penilaian dari kepala sekolah?”

LS “Kalau PKG sebenarnya penilaian bukan saat itu ya, penialain itu kan
berjalan selama satu tahun dengan pengamatan berjalan. Yang penting
tugas rutin saya mengajar terus administrasi lengkap, untuk penilaian
menjadi kewenangan kepala sekolah. Jadi, sebenarnya penilaian kinerja
guru itu tugas sehari-hari.”

A “Oh berarti penilaian kinerja guru itu bukan penilaian yang dilakukan satu
kali dan tidak menyiapkan ini itu nggih?”

LS “Tidak, kecuali supervisi. Supervisi saja sekali-kali kepala sekolah masuk


melihat bagaimana pembelajarannya itu saja. Kalau PKG itu kan
berencana, dan kita tidak tahu bahwa kita sedang dinilai.”

A “Kalau untuk tim PKGnya sendiri itu dari mana bu? Atau hanya kepala
sekolah saja yang melakukan penilaian?”

LS “Ya mungkin kalau memang kepala sekolah perlu informasi juga bisa
bertanya kepada teman guru yang lain.”

A “Kalau untuk hasil PKG ibu, menurut ibu bagaimana bu?”

LS “Selama ini ya menurut saya ya sesuai dengan kinerja guru. Saya dinilai
segini-gini yang itu memang kewenangan dari kepala sekolah dalam
menilai saya.”

A “Apakah dengan adanya PKG memberikan motivasi kepada ibu untuk


selalu meningkatkan keprofesionalan dalam melaksanakan tugas
kependidikan?”

LS “Kalau selama ini si semua guru tidak mempermasalahkan PKG ya


penilaiannya, oh saya dinilai baik saya dinilai ini. Tapi sejauh ini juga
untuk memotivasi agar saya tidak dinilai rendah ya itu bagaimana caranya,
jadi seperti evaluasi diri.”

A “Selain PKG kan juga ada PKB itu bagaimana bu?”

LS “Kalau untuk pengembangan keprofesionalan PKB, selama ini


pengembangan diri saya misalkan saya mengikuti pelatihan-pelatihan
harus saya praktekkan. Jadi saya merangkum saya buat risalah materinya
untuk saya kembangkan seperti itu. ”

A “Tadi kan sudah kendala ya bu, sekarang apa saja yang menjadi faktor
pendukung dalam menerapkan keprofesionalan itu bu?”

LS “Sebenarnya utamanya adalah kemauan. Mampu tapi tidak ada kemauan


itu percumah kan tidak ada artinya, tapi mampunya sedang kemauannya
kuat itu justru akan mengembangkan keprofesionalan. Tapi yang utama itu
mau terus mampu, itu utama sekali. Jadi itu sangat mendukung dalam
keprofesionalan.”

A “Nah kalau untuk teknologi itu apa yang ibu gunakan untuk mendukung
pembelajaran?”

LS “Yang kebanyakan sekarang yang sedang disarankan dalah pengembangan


lingkungan, jadi mengamati lingkungan. Yang namanya alat peraga tidak
hanya IT, tidak mesti alat peraga yang dari pabrik, karena kalau alat peraga
yang dari pabrik kan kadang-kadang hanya permainan saja hanya pencat-
pencet saja.”

A “Jadi dengan adanya soal pilihan ganda juga memicu anak untuk tidak
belajar nggih bu? Karena mereka beranggapan ah pasti soalnya sama
seperti itu.”

LS “Lha itu makanya kalau ulangan formatif, harian itu saya nggak pernah
paling uraian, jelaskan yang dimaksud dengan ini… sama anak juga, kalau
buat soal jangan yang pilihan ganda. Jadi anak juga akhirnya berifikir.”
A “Selain itu juga memudahkan anak untuk tukar jawaban nggih, jadi
gampang untuk nyonto temannya..”

LS “Yaaa, kasarannya gini lha wong meteng be teyeng ora sekolah, kan gitu?
Cuma aaa, bbb karo ngantuk. Jadi akhirnya anak tidak berfikir.”

A “Jadi pada intinya teknologi bukan segalanya nggih bu? Hehe.. Nah kalau
untuk anak sekarang kan HP itu sudah jadi hal biasa nggih bu? Itu
bagaimana cara ibu untuk menyikapinya?”

LS “Kalau saya mengatasi apalagi kelas VI ini saya ada kesepakatan dengan
wali murid. Saya tanya yang punya HP siapa saja? Jadi untuk kelas VI
sementara tidak boleh pegang HP kecuali hari Minggu, dengan catatan ada
semacam pernyataan dari anak atau orang tua. Seperti kemarin sudah ada
pernyataan dari wali murid bahwa HP sudah dipegang oleh wali murid. Itu
sudah dari awal, jadi semester satu hanya peringatan dan di semester dua
sudah ada surat pernyataan. Yang penting guru sering komunikasi dengan
wali murid tentang perkembangan anak, kan guru jadi tahu.”

A “Karena anak cenderung lebih menurut dengan gurunya daripada orang


tuanya nggih bu? Jadi guru dengan orang tua harus mempunyai
komunikasi yang baik, jadi guru juga tau permasalahan anak di rumah.”

LS “Iya mas, misalkan anak cerita dengan orang tua tidak suka dengan
gurunya atau ada anak yang nyontek didiamkan saja. Nah, nantikan kita
jadi tahu maunya anak bagaimana.”

A “Kalau untuk jurnal atau artikel yang ibu buat, saya boeh lihat bu?”

LS “Jurnal ada mas, tapi sedang di burning sama bu Puji. Jurnalnya nantikan
mau saya kirimkan ke majalah mas.”

A “Ohh.. ibu juga sempat membuat PTK nggih kalau tidak salah?”

LS “Heeh, nah PTK itu kan di seminarkan lalu dijurnalkan. Urut-urutannya


seperti itu, nah nanti dikirimkan ke majalahnya. Itu saja antri lama mas,
karena yang mau mengirim itu banyak. Nah nanti kalau sudah diterbitkan
di majalah itu ada semacam rekomendasi, nanti bisa digunakan untuk
kenaikan tingkat.”

A “Prosesnya panjang nggih bu ternyata. Ibu kalau boleh tau ibu sudah
sampai golongan berapa nggih?

LS “Iya panjang mas. Saya IVA mau ke IVB ini mas.”

A “Nyuwun sewu bu, ibu kan ibaratnya sudah melalang buana kemana saja
untuk dukungan dari keluarga itu bagaimana nggih bu? Mungkin dari
suami atau putra putrinya ibu?

LS “Alhamdulillah dengan adanya seperti ini, dukungan keluarga itu sangat


penting mas, sangat berarti. Baik dukungan dari suami saya sangat
mendukung. Jadi dengan adanya dukungan ini kan saya jadi mawas diri,
apalagi waktu itu waktu MBS itu kan bisa satu bulan libur. Satu minggu ke
Banjar, pulang..”

A “Nyatanya kita harus kembali ke kodrat kita ya bu? Selain itu keluarga juga
bisa yang seperti itu ya bu?”

LS “Hmm, ibu bisa juga rejeki bisa juga musibah. Kalau waktu itu saya mau
kemana saja, saya sudah ke luar negeri, saya sudah jadi konsultan. Waktu
itu disuruh dua tahun diminta sama DBE itu lembaga juga kan ada juga
LSM Plain ada DBE ada MBE saya ikut semuanya. Terus dari DBE minta
saya jadi untuk konsultan disitu membawahi dua kabupaten, akhirnya dari
pimpinan sana sama penerjemahnya ke bupati minta saya untuk dua tahun
disana. Tapikan itu cuti di luar tanggungan, kan cuti di luar tanggungan
nah nanti kalau dua tahun itu sudah selesai kan kita tidak tahu seperti apa.”

A “Tetapi karena memang memiliki tanggung jawab terhadap peserta didik


jadi memilih bertahan sebagai guru yah bu?”

LS “Kalau saya itu berpikirnya dari tingkat yang paling kecil sampai yang
paling besar, terus arti dari keluarga itu apa? Karena saya sudah
berkeluarga, apalagi dilihat dari posisi saya. Katakan saya sekarang jadi
ibu jadi nenek. Kita yang utama itu kan keluarga dulu, apalah arti sebuah
karir? Digembor-gembor dihormati dimana-mana kalau di dalam kelurga
kita tidak bisa.”

A “Karena keluarga memang kekuatan tersendiri untuk kita nggih bu?


Siapalah kita tanpa keluarga?”

LS “Iya, apalah artinya? Dan saya justru bangga dengan keadaan saya menjadi
guru. Sudah saya niatkan saya menjadi guru sampai pensiun. Pokonya
begitu ada pengawas, ada siapa gitu jangan coba-coba memaksa saya
menjadi kepala sekolah. Kalau dipaksa untuk jadi kepala sekolah saya mau
pindah, saya sudah bangga, saya sudah nyaman menjadi guru. Tapi saya
dengan orang-orang jangan meniru prinsip saya. Kalau mengikuti saya bisa
tidak maju-maju. Karena orangkan punya prinsip sendiri-sendiri, punya
kepuasan sendiri-sendiri.”

A “Saya aduh jan jadi mikir terus nih bu hehe karena setiap ada guru yang
bagus pasti itu diminta ke dinas, atau ditarik ke atas.”

LS “Iya, kepala sekolah, pengawas, dinas yaseperti itu. Jadi identik, sudah
rumus. Misalkan ada guru teladan pasti nanti langsung jadi kepala sekolah,
nanti jadi kepala sekolah teladan langsung jadi pengawas. Itukan memang
alurnya seperti itu, kalau saya prinsip dari dulu seperti ini, itu kan suatu
reward. Yang namanya reward itu kan di beri, tapi kenapa harus seleksi
harus ini ini lah itu apalah artinya reward? Kalau memang pemerintah
menghargai atau menialai oh ini bagus yaudah kamu langsung saja jadi
kepala sekolah. Tapikan tidak ada peraturan seperti itu, kalau untuk saya
tidak srek tidak pas. Ngapain seperti itu? Kan kembali semula saja, banyak
kepala sekolah yang tidak tau apa-apa, ngajar saja tidak bisa. Kan saya tahu
persis dia jadi kepala sekolah, wong ngajarnya saja sambil ngantuk.”

A “Pertanyaan terakhir bu, bagaimana cara yang ibu lakukan untuk


mengevaluasi diri sendiri?”

LS “Kaitannya dengan pekerjaan saya sebagai guru, saya itu evaluasinya


karena saya selama ini ngajarnya di kelas V, berarti saya otomatis punya
evaluasi oh berarti saya pembelajarannya bagus. Saya bisa mentransfer,
saya bisa menyampaikan materi yang saya kuasai kepada siswa. Terus bisa
juga dengan kedekatan anak, anak sangat respect tidak dengan gurunya.
Kalau anak tidak cocok dengan saya, apakah saya terlalu keras atau apa,
itu kalau untuk siswa. Kalau untuk kinerja secara umum saya evaluasi
sendiri, Inshaallah sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah. Intinya
kan tupoksinya guru itu mas.”

A “Baik terimakasih ibu atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada
saya. Mungkin itu dulu yang bisa saya tanyakan kepada ibu.

LS “Iya mas sama-sama, selagi saya mampu InshaAllah saya akan bantu mas.
Semoga lancer semuanya ya mas.”

A “Aminn, sekali lagi terimakasih banyak ibu.”


TRANSKIP WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Narasumber : Ahmad Setiawan, S.Pd

Interviever : Ardani Hildan A

Waktu : 9 Januari 2019

Tempat : SD N 01 Pasir Muncang

A “Mohon maaf bapak mengganggu waktunya bapak. Disini ada beberapa


pertanyaan yang ingin saya ajukan terkait dengan kinerja ibu LS.”

AS “Iya mas, tidak apa.”

A “Untuk yang pertama, bagaimana upaya yang dilakukan oleh ibu LS dalam
merencanakan pembelajaran?”

AS “OK, sedikit demi sedikit kita jawab. Menurut pengamatan saya bu LS itu
sudah bagus dalam merencanakan pembelajaran. Mulai dari pembuatan
promes, prota, silabus dan RPP, dia sangat menguasai dalam bidang
pembuatan perencanaan pembelajaran, begitu?”

A “Kalau untuk proses pembelajaran yang ibu LS lakukan sendiri bagaimana


pak?”

AS “Heeh, sebab bu LS itu guru baru kan masih muda, semangat kerjanya
masih tinggi, punya banyak pengalaman. Dekat dengan dunia milenial
sekarang, sehingga ibarat kata nyambung dengan anak-anak sekarang,
terkadang saya menanyakan “kok seperti ini bu caranya” jawabannya
“tenang saja pak, anak-anak pasti paham” hal-hal baru yang seperti itu,
yang kadang kita sebagai senior lah katakan tidak kepikiran mas”

A “Menurut bapak bagaimana penyampaian informasi yang diberikan ibu LS


kepada siswa?”

AS “Bu LS juga guru yang tidak ketinggalan zaman, sehingga dia itu ya selalu
menyampaikan hal-hal terbaru mengenai dunia pendidikan, politik dan
sebagianya.”
A “Jadi update nggih pak kalih informasi?”

AS “Iyaa betul..”

A “Selanjutnya, bagaimana kinerja ibu LS dalam mengemabangkan dan


melaksanakan pembelajaran?”

AS “Iyak, dalam merencanakan sudah bagus juga dalam pengembangan


sendiri dia sudah inovatif. Ketika pembelajarannya kurang berhasil dia
akan merubah model pembelajarannya untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.”

AS “Jadi beliau termasuk orang yang paham dengan model dan strategi
pembelajaran, begitu nggih pak?”

AS “Iya, betul.”

A “Kalau untuk pelaksanaan PKG yang bapak lakukan kepada bu LS?”

AS “Untuk PKG berlangsung selama satu tahun, tepatnya untuk pembelajaran


itu satu semester dua kali sehingga untuk satu tahun empat kali penilaian
dalam supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah kepada bu LS. PKGnya
dilaksanakan satu tahun sekali.”

A “Untuk hasil PKGnya sendiri bagaimana pak?”

AS “Hasil PKG dari bu LS bagus alias kalau dalam nilai itu baik, rentang nilai
83an.”

A “Selanjutnya upaya apa saja yang ibu LS lakukan untuk mempertahankan


bahkan mengembangkan hasil PKG?”

AS “Setelah dia tahu nilai PKGnya, dia terbaik dibanding guru lain disini. Dia
selalu berinovasi dalam pembelajaran, intinya dia sangat all out kepada
kelas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.”

A “Selanjutnya, menurut bapak bagaimana cara ibu LS mengaplikasikan


pengalaman PKB dalam pelaksanaan pembelajaran?”
AS “Heeh, Bu LS orang yang aktif dalam pembuatan karya ilmiah, dia selalu
berinovasi tadi. Hasil dari PKBnya yaitu PTK.”

A “Menurut bapak, bagaimana pandangan guru lain terhadap kinerja ibu LS


selain dari penilaian bapak?”

AS “Oh begitu yaa, secara umum mereka menganggap bu LS adalah baik


bahkan lebih baik dibanding dengan yang lain.”

A “Berarti ibu LS termasuk guru favorit disini nggih pak?”

AS “Iya, bisa dikatakan begitu.”

A “Selanjutnya apakah ibu LS termasuk guru yang aktif dalam mengikuti


kegiatan ilmiah?’

AS “Iya, dia kalau melihat hasil atau bekas atau bukti daripada piagam, dia
paling banyak. Dia yang sering mengikuti seminar workshop.”

A “Iya itu, kemarin saya melihat piagamnya banyak sekali pak.”

AS “Iya, numpuuk itu.”

A “Kalau ibu LS itu sendiri apakah termasuk guru yang pandai


memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksanaan PKB?

AS “Iya, ibu LS juga sudah paham dengan internet, paham dengan computer
walaupun tidak semahir yang pada kursus. Tapi kalau untuk pembelajaran
dia sudah paham, dia sudah cukup.”

A “Selanjutnya apakah ibu LS termasuk orang yang pandai mengevaluasi diri


sebagai upaya peningkatan mutu kinerjanya?”

AS “Iya selalu terbuka orangnya, mau menerima kritik dari siapapun baik dari
kepala sekolah maupun temannya demi perbaikan.”

A “Menurut bapak apakah ibu LS termasuk orang yang berkompeten dalam


melaksanakan tugasnya?”
AS “Iya bisa dikatakan demikian berdasarkan kompetensi akademiknya sudah
linier dengan kebutuhan pekerjaannya juga to mas”

A “Berarti kalau untuk dari segi kemampuan beliau jelas mampu?”

AS “Secara akademik sudah mas, tetapi untuk hal tersebut memang bukan
hanya penilaian sekali dua kali, tetapi proses mendidik harus di sertai
konsistensi”

A “Mungkin sekian yang dapat saya tanyakan kepada bapak, terimakasih atas
waktu yang diberikan. Ketika ada pertanyaan tambahan saya boleh maju
ke bapak lagi nggih?”

AS “InshaAllah saya siap membantu demi kelancaran kamu semuanya, demi


penelitianmu. Sehingga nanti lebih akurat, lebih dapat dipertanggung
jawabkan.”
TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Ikhwan Atmaji, S.Pd

Interviewer : Ardani Hildan A

Waktu : 9 Januari 2019

Tempat : SD N 01 Pasirmuncang

A “Sebelumnya terimkasih bapak sudah mau meluangkan waktunya untuk


saya.”

IA “Iya mas, sama-sama.”

A “Jadi begini pak, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan
kepada bapak terkait dengan kinerja ibu LS.”

IA “Iya mas, InshaAllah saya bantu.”

A “Yang pertama itu, menurut bapak bagaimana upaya yang dilakukan ibu
LS dalam mempersiapkan pembelajaran?”

IA “Kalau ibu LS itu menurut kami guru yang masih muda karena
freshgraduate juga kan, tetapi juga tidak kalah mumpuni apalagi dari segi
seni tari di kabupaten Banyumas. Kalau dalam pembelajaran memang
seperti kebanyakan guru pemula bimbingan dan arahan masih perlu, tetapi
guru pemula memiliki kelebihan dalam inovasi dan kreatifitasnya.”

A “Berarti memang karena masih baru jadi masih sering tanya-tanya


mengenai pembelajaran yah pak?”

IA “Iya jadi menurut kami, hal tersebut wajar bagi guru pemula ketika harus
banyak sharing mengenai pembelajaran, selain menambah wawasan, pasti
nantinya akan ada hal baru yang muncul dalam diskusi tersebut.”

A “Kalau untuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan ibu LS itu


bagaimana pak?”
IA “Jadi bu LS ngajar itu pakai program, jadi programnya itu diserahkan
kepada anak. Bu LS itu hanya memberikan motivasi dan arahan. Misalkan
pada matematika, anak itu memecahkan masalah sendiri bukan bu LS
yang ini.. ini.. seperti itu. Model pembelajaran yang digunakan juga
bervariasi, ada jigsaw ada STAD dan Project Based Learning dan lain
sebagainya.”

A “Kalau untuk penyampaian informasi kepada siswa bagaimana pak?”

IA “Untuk informasi, ibu LS selalu update dalam mendapatkannya. Biasanya


informasi itu disampaikan sebelum pelajaran dimulai.”

A “Untuk kinerja ibu LS sendiri menurut bapak pribadi bagaimana?”

IA “Menurut saya, beliau itu benar-benar melaksanakan tugasnya dengan


baik. Sebagai contoh, bu LS itu selalu berangkat awal padahal jarak
rumahnya dengan sekolah itu jauh bahkan lebih jauh dari saya mas. Beliau
datang lebih awal supaya bisa mengamati siswanya dan juga memberikan
contoh disiplin yang baik kepada siswa.”

A “Selanjutnya menurut bapak bagaimana hasil dari PKG yang dilakukan ibu
LS?”

IA “Hasilnya bagus mas, beliau salah satu yang terbaik dari kami. Seperti
beliau itu kan memang masih diawasi langsung oleh kepala sekolah karena
masih pemula namun dengan demikian bukan menjadi beban, melainkan
menjadi motivasi agar setiap pembelajaran selesai dengan baik.”

A “Kalau dilihat dari hasil PKGnya apakah ibu HY termasuk guru yang
profesional menurut bapak?”

IA “Iya mas, dibanding dengan saya yang awalnya S1 Pendidikan Geografi


kan sangat jauh dari ke-SD-an.”

A “Selanjutnya menurut bapak bagaimana pengaplikasian pengalaman PKB


ibu LS?”
IA “Terakhir kemarin beliau sempat melaksanakan PTK, yang nantinya
katanya siapa tau jadi PNS kan bisa buat kenaikan tingkat seperti itu.”

A “Menurut bapak, apakah ibu LS dapat dijadikan teladan dalam


melaksanakan tugas keprofesionalannya?”

IA “Bisa mas, beliau bisa menjadi contoh atau teladan karena skill dan
kemampuan yang dimiliki oleh ibu LS sendiri.”

A “Kalau untuk pemanfaatan TIK dari ibu HY dalam berkomunikasi dan


pelaksanaan PKB bagaimana pak?”

IA “Bu LS juga sering mengajarkan kepada teman guru lain untuk PKBnya.
Beliau itu tidak pelit ilmu, sehingga saya pun sering diberi masukan untuk
pembuatan dan penyusunan PTK saya.”

A “Kalau untuk prestasi yang dimiliki ibu HY sendiri bagaimana pak?”

IA “Beliau termasuk guru yang berprestasi, juri lomba tari nasional, masih
aktif di kelompok tari Kabupaten Banyumas, namun karena masih baru di
bidang pendidikan kan jadi masih sedikit prestasi yang relevan dengan
kependidikan.”

A “Untuk pertanyaan terakhir bapak, bagaimana kontribusi yang diberikan


ibu LS terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah?”

IA “Kontribusi Bu LS terhadap sekolah itu seperti dengan membagikan ilmu


yang beliau punya kepada teman guru, dan menerapkan ilmu yang belaiau
punya di sekolah sesuai dengan inovasi yang baru di bidang pendidikan.
Karena untuk saya sendiri lebih sering bermain di sosial media ya untuk
mengakses berita politik, sudah jarang untuk melihat apa model
pembeajaran yang baru, media yang baru, beda dengan bu LS lebih sering
inovasi sesuai dengan perkembangan jaman sekarang.”

A “Baik bapak, terimakasih sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan


yang saya berikan seputar ibu HY.”

IA “Sama-sama mas selagi saya mampu.”


TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Siswa kelas V

Interviewer : Ardani Hildan Amri

Waktu : 9 Januari 2019

Tempat : SD N 01 Pasirmuncang

A “Assalamu’alaikum wr wb.”

S “Wa’alaikumsalam wr wb.”

A “Selamat siang anak-anak. Bagaimana kabar kalian?”

S “Selamat siang Pak.. Alhamdulillah luar biasa!”

A “Masih semangat tidak ini? Kok suaranya pelan sekali?”

S “Masih Pak..”

A “Nah kalau masih semangat, ibu mau minta waktu kalian sebentar untuk tanya jawab
mengenai ibu LS. Gimana? Boleh tidak ibu minta waktunya sebentar?”

S “Boleh…”

A “Disini bapak punya beberapa pertanyaan yang perlu ibu tanyakan kepada kalian
semua. Jawab pertanyaan bapak dengan jujur yaa..?”

S “Inshaallah pak, siap!”

A “Apakah kalian paham dengan cara ibu LS menyampaikan materi pelajaran?”

S “Pahaaaam…”

A “Kalau untuk media pemnelajaran yang digunakan ibu LS menarik atau tidak?”

S “Iyaaa….”

A “Berarti senang dong ya belajar sama bu LS?”

S “Senaang…”
A “Coba kalau senang, senangnya karena apa?”

S “Asik Pak, tidak membosankan..”

A “Oke, lanjut yaa? Kalian lebih senang dan paham belajar dengan buku atau dengan
melihat tayangan-tayangan atau gambar-gambar yang diberikan ibu LS?”

S “Tayangan dan gambar…”

A “Kalian lebih senang belajar di kelas atau di luar kelas sih?”

S “Di luar…”

A “Kenapa?”

S “Asik Pak, bisa sambil main-main.”

S1 “Nggak sepaneng Pak.”

S2 “Tapi karena sekarang udah mau UAS jadi jarang belajar di luar bu. Lebih sering
belajar di kelas.”

A “Berarti selama di kelas kalian sering mengerjakan latihan soal?”

S “Iya Pak…”

A “Kalau untuk belajar, kalian lebih senang belajar secara individu atau kelompok?”

S “Kelompok…”

A “Kenapa kalian senang belajar kelompok?”

S “Rame…”

S1 “Bisa nyontek…”

A “Waduhh… siapa yang suka nyontek ini?”

S2 “Jadi bisa tanya teman bu, saling membantu kalau ada teman yang belum paham
sama materinya.”

A “Bukan nyontek berarti yaaa?”


S “Bukan Pak…”

A “Nah kalau ibu LS tidak masuk kelas biasanya siapa yang menggantikan beliau?”

S1 “Biasanya kalau bu LS mau pergi ada yang di kasih tau besok pelajaran ini yang
masuk pak Ikhwan atau Bu Putri.”

A “Berarti ada guru lain yang masuk ya?”

S “Iya Pak, nanti ada yang masuk.”

A “Terus, kalian pernah nggak sih merasa tugasnya banyak, tugasnya banyak gitu?”

S “Nggak…”

A “Senang-senang saja ya kalau mengerjakan tugas dari ibu LS?”

S “Iya pak senang…”

A “Alhamdulillah kalau kalian tidak merasa terbebani dengan tugas sekolah, karena
tugas itu sebenarnya membantu kaliab untuk mau belajar di rumah jadi kalian tidak
boleh merasa terbebani dengan tugas yang di berika oleh guru. Mungkin sekian
pertanyaan dari ibu mengenai ibu LS. Terimakasih untuk waktunya.”

S “Iya pak sama-sama.”

A “Semangat untuk Sekolahnya ya! Terus belajar, sukses untuk kalian semua!
Wassalamu’alaikum wr wb.”

S “Wa’alaikumsalam wr wb.”

Anda mungkin juga menyukai