Tempat : SD N 01 Pasirmuncang
LS “Iya mas, InshaAllah akan saya jawab sesuai dengan kemampuan saya”.
A “Jadi begini bu, saya ingin tahu apa saja yang ibu siapkan sebelum
melakukan pembelajaran?
A “Jadi kalau ditemukan hal demikian maka pembelajaran diulang lagi atau
bagaimana ibu?”
LS “Iya, diulang lagi kalau misalkan “coba nomor satu yang salah berapa
nomor dua berapa?” Lho kok di nomor lima banyak yang salah, lha ini
kesalahannya dimana? Nanti diulang lagi seperti itu”.
A “Kalau untuk RPPnya sendiri bagaimana bu, karena yang saya tahu RPP
itu dibuat paketan untuk satu tahunan?”
LS “Untuk RPP itu sesuai dengan kesepakatan, seperti dalam KKG itu lho. Di
KKG itu kan kelas satu sendiri, kelas dua sendiri, nanti semua membuat.
Daripada setiap hari membuat kan malah jadi ribet ya waktunya juga, terus
kita juga tidak tahu kegiatan apa untuk besok, seolah-olah terbebani.
Hanya saja ruang untuk Guru Pemula di KKG itu terbatas, sehingga
terkadang lebih sering diskusi dengan guru senior.”.
A “Berarti hal demikian itu juga dapat digunakan untuk mengajarkan materi
yang dianggap sulit kepada siswa nggih bu?”
LS “Media itu tergantung materinya, materi ini harus pakai ya kita pakai
media.”
A “Karena tidak semua materi itu menggunakan media nggih bu? Media
yang sering digunakan itu berbetuk apa nggih bu? Seperti LCD itu
digunakan atau tidak bu?”
A “Kalau ini sudah berbeda aspek bu, jadi bagaimana upaya yang ibu lakukan
untuk meningkatkan keprofesionalan diri?”
A “Untuk satu kelompok KKG itu sendiri terdiri dari berapa SD bu?”
LS “Satu gugus itu rata-rata 9-10 SD. Jadi pada saat KKG kan disitu
dikumpulkan, guru kelas I sendiri. Apalagi guru kelas V VI itu juga sendiri,
nanti kan disitu membahas kesulitannya apa, mungkin sampai ke anak
didik dan juga materi. Seminar juga masuk.”
LS “Untuk seminar saya sudah jarang. Kalau saya sudah ke kelas V VI itu
jarang, saya membatasi diri. Masalahnya kalau sering kegiatan keluar
kasian siswa, hanya tugas-tugas saja kan nggak efektif.”
LS “Ya untuk seni tari karena saya sudah mengikutinya sejak masih kuliah,
sering tampil di beberapa event besar, jadi mungkin banyak yang menilai
kalau saya capable dalam hal tersebut”
A “Mengenai inovasi bu, jadi inovasi apa saja yang pernah ibu lakukan
selama menjadi guru?”
LS “Oh iya, itu seperti artikel, jurnal pembelajaran. Dulu pernah si saya
membuat artikel, tapi hanya sebatas tingkat sekolah lah. Terus pembuatan
alat peraga yang sudah disosialisakisan ke teman-teman guru.”
A “Kadang kan alat peraga ada yang sudah jadi, seperti yang ada di lab itu?”
LS “Iya, kalau kami disini menggunakan alat peraga sederhana yang buat
sendiri. Jadi kreativitasnya yang diasah.”
A “Selanjutnya, kendala apa saja yang pernah ibu hadapi selama menajdi
pendidik yang profesional?”
LS “Oh kalau kendala si yang jelas itu potensi anak beda-beda. Kadang di
dalam suatu kelas itu ada yang prestasinya meningkat tapi ada yang lemah,
nah disini kan susah. Sementara kita membimbing yang sudah pengayaan,
yang lemah itu kan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
Sedangkan di rumah dia tidak mendapatkan perhatian penuh kan jadinya
dia benar-benar pasif. Jadi akhirnyakan kendalanya disitu.”
LS “Iya, jadi untuk menyelaraskan antara anak yang lemah dengan yang ini
kadang-kadang sulit.”
A “Kalau kendala yang menyangkut dengan ibu menjadi juri, fasilitator itu
bagaimana bu?”
LS “Sebenarnya untuk kendala tidak yaa, hanya saja gini pada saat
menyampaikan materi ini, iya saat itu guru semangat. Oh yaya ini bagus
ini mendukung ini ini… Tapi setelah sampai di sekolah masing-masing,
materi yang telah disampaikan itu ambyar. Jadi seolah-olah hanya angina
lalu. Di sekolah capek lah ini lah. Kemauan guru itu gregetnya kurang
untuk kesadaran seperti itu. Selama ini guru diharapkan harus kreatif, harus
benar-benar melakukan pembelajaran yang maksimal. Kalau pada saat
pengarahan seperti itu memang nanti saya harus meningkatkan diri, harus
seperti ini. Tapi kalau sudah sampai sekolah, faktor-faktor yang melekat
dari diri guru yang susah untuk dirubah. Jadi, mindsetnya guru mengajar
ya menyampaikan materi atau mentransfer seperti menuang air dari dalam
botol soorrrr… gitu saja.”
A “Dengan adanya hal tersebut berarti kita sebagai guru harus benar-benar
paham dengan karakteristik siswa nggih bu? Kalau untuk semangat guru
itu sudah masuk ke individu masing-masing.”
LS “Iya kita harus paham dengan karakteristik anak sebenarnya dan juga
materi pas tidak untuk anak. Kalau materi ini terlalu berat untuk anak,
harus diselingi dengan alat peraga atau sesusatu yang lain dari yang lain
agar anak tertarik.”
A “Kalau untuk PKG sendiri bagaimana bu? Apasaja yang ibu siapkan
sebelum ada penilaian dari kepala sekolah?”
LS “Kalau PKG sebenarnya penilaian bukan saat itu ya, penialain itu kan
berjalan selama satu tahun dengan pengamatan berjalan. Yang penting
tugas rutin saya mengajar terus administrasi lengkap, untuk penilaian
menjadi kewenangan kepala sekolah. Jadi, sebenarnya penilaian kinerja
guru itu tugas sehari-hari.”
A “Oh berarti penilaian kinerja guru itu bukan penilaian yang dilakukan satu
kali dan tidak menyiapkan ini itu nggih?”
A “Kalau untuk tim PKGnya sendiri itu dari mana bu? Atau hanya kepala
sekolah saja yang melakukan penilaian?”
LS “Ya mungkin kalau memang kepala sekolah perlu informasi juga bisa
bertanya kepada teman guru yang lain.”
LS “Selama ini ya menurut saya ya sesuai dengan kinerja guru. Saya dinilai
segini-gini yang itu memang kewenangan dari kepala sekolah dalam
menilai saya.”
A “Tadi kan sudah kendala ya bu, sekarang apa saja yang menjadi faktor
pendukung dalam menerapkan keprofesionalan itu bu?”
A “Nah kalau untuk teknologi itu apa yang ibu gunakan untuk mendukung
pembelajaran?”
A “Jadi dengan adanya soal pilihan ganda juga memicu anak untuk tidak
belajar nggih bu? Karena mereka beranggapan ah pasti soalnya sama
seperti itu.”
LS “Lha itu makanya kalau ulangan formatif, harian itu saya nggak pernah
paling uraian, jelaskan yang dimaksud dengan ini… sama anak juga, kalau
buat soal jangan yang pilihan ganda. Jadi anak juga akhirnya berifikir.”
A “Selain itu juga memudahkan anak untuk tukar jawaban nggih, jadi
gampang untuk nyonto temannya..”
LS “Yaaa, kasarannya gini lha wong meteng be teyeng ora sekolah, kan gitu?
Cuma aaa, bbb karo ngantuk. Jadi akhirnya anak tidak berfikir.”
A “Jadi pada intinya teknologi bukan segalanya nggih bu? Hehe.. Nah kalau
untuk anak sekarang kan HP itu sudah jadi hal biasa nggih bu? Itu
bagaimana cara ibu untuk menyikapinya?”
LS “Kalau saya mengatasi apalagi kelas VI ini saya ada kesepakatan dengan
wali murid. Saya tanya yang punya HP siapa saja? Jadi untuk kelas VI
sementara tidak boleh pegang HP kecuali hari Minggu, dengan catatan ada
semacam pernyataan dari anak atau orang tua. Seperti kemarin sudah ada
pernyataan dari wali murid bahwa HP sudah dipegang oleh wali murid. Itu
sudah dari awal, jadi semester satu hanya peringatan dan di semester dua
sudah ada surat pernyataan. Yang penting guru sering komunikasi dengan
wali murid tentang perkembangan anak, kan guru jadi tahu.”
LS “Iya mas, misalkan anak cerita dengan orang tua tidak suka dengan
gurunya atau ada anak yang nyontek didiamkan saja. Nah, nantikan kita
jadi tahu maunya anak bagaimana.”
A “Kalau untuk jurnal atau artikel yang ibu buat, saya boeh lihat bu?”
LS “Jurnal ada mas, tapi sedang di burning sama bu Puji. Jurnalnya nantikan
mau saya kirimkan ke majalah mas.”
A “Ohh.. ibu juga sempat membuat PTK nggih kalau tidak salah?”
A “Prosesnya panjang nggih bu ternyata. Ibu kalau boleh tau ibu sudah
sampai golongan berapa nggih?
A “Nyuwun sewu bu, ibu kan ibaratnya sudah melalang buana kemana saja
untuk dukungan dari keluarga itu bagaimana nggih bu? Mungkin dari
suami atau putra putrinya ibu?
A “Nyatanya kita harus kembali ke kodrat kita ya bu? Selain itu keluarga juga
bisa yang seperti itu ya bu?”
LS “Hmm, ibu bisa juga rejeki bisa juga musibah. Kalau waktu itu saya mau
kemana saja, saya sudah ke luar negeri, saya sudah jadi konsultan. Waktu
itu disuruh dua tahun diminta sama DBE itu lembaga juga kan ada juga
LSM Plain ada DBE ada MBE saya ikut semuanya. Terus dari DBE minta
saya jadi untuk konsultan disitu membawahi dua kabupaten, akhirnya dari
pimpinan sana sama penerjemahnya ke bupati minta saya untuk dua tahun
disana. Tapikan itu cuti di luar tanggungan, kan cuti di luar tanggungan
nah nanti kalau dua tahun itu sudah selesai kan kita tidak tahu seperti apa.”
LS “Kalau saya itu berpikirnya dari tingkat yang paling kecil sampai yang
paling besar, terus arti dari keluarga itu apa? Karena saya sudah
berkeluarga, apalagi dilihat dari posisi saya. Katakan saya sekarang jadi
ibu jadi nenek. Kita yang utama itu kan keluarga dulu, apalah arti sebuah
karir? Digembor-gembor dihormati dimana-mana kalau di dalam kelurga
kita tidak bisa.”
LS “Iya, apalah artinya? Dan saya justru bangga dengan keadaan saya menjadi
guru. Sudah saya niatkan saya menjadi guru sampai pensiun. Pokonya
begitu ada pengawas, ada siapa gitu jangan coba-coba memaksa saya
menjadi kepala sekolah. Kalau dipaksa untuk jadi kepala sekolah saya mau
pindah, saya sudah bangga, saya sudah nyaman menjadi guru. Tapi saya
dengan orang-orang jangan meniru prinsip saya. Kalau mengikuti saya bisa
tidak maju-maju. Karena orangkan punya prinsip sendiri-sendiri, punya
kepuasan sendiri-sendiri.”
A “Saya aduh jan jadi mikir terus nih bu hehe karena setiap ada guru yang
bagus pasti itu diminta ke dinas, atau ditarik ke atas.”
LS “Iya, kepala sekolah, pengawas, dinas yaseperti itu. Jadi identik, sudah
rumus. Misalkan ada guru teladan pasti nanti langsung jadi kepala sekolah,
nanti jadi kepala sekolah teladan langsung jadi pengawas. Itukan memang
alurnya seperti itu, kalau saya prinsip dari dulu seperti ini, itu kan suatu
reward. Yang namanya reward itu kan di beri, tapi kenapa harus seleksi
harus ini ini lah itu apalah artinya reward? Kalau memang pemerintah
menghargai atau menialai oh ini bagus yaudah kamu langsung saja jadi
kepala sekolah. Tapikan tidak ada peraturan seperti itu, kalau untuk saya
tidak srek tidak pas. Ngapain seperti itu? Kan kembali semula saja, banyak
kepala sekolah yang tidak tau apa-apa, ngajar saja tidak bisa. Kan saya tahu
persis dia jadi kepala sekolah, wong ngajarnya saja sambil ngantuk.”
A “Baik terimakasih ibu atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada
saya. Mungkin itu dulu yang bisa saya tanyakan kepada ibu.
LS “Iya mas sama-sama, selagi saya mampu InshaAllah saya akan bantu mas.
Semoga lancer semuanya ya mas.”
A “Untuk yang pertama, bagaimana upaya yang dilakukan oleh ibu LS dalam
merencanakan pembelajaran?”
AS “OK, sedikit demi sedikit kita jawab. Menurut pengamatan saya bu LS itu
sudah bagus dalam merencanakan pembelajaran. Mulai dari pembuatan
promes, prota, silabus dan RPP, dia sangat menguasai dalam bidang
pembuatan perencanaan pembelajaran, begitu?”
AS “Heeh, sebab bu LS itu guru baru kan masih muda, semangat kerjanya
masih tinggi, punya banyak pengalaman. Dekat dengan dunia milenial
sekarang, sehingga ibarat kata nyambung dengan anak-anak sekarang,
terkadang saya menanyakan “kok seperti ini bu caranya” jawabannya
“tenang saja pak, anak-anak pasti paham” hal-hal baru yang seperti itu,
yang kadang kita sebagai senior lah katakan tidak kepikiran mas”
AS “Bu LS juga guru yang tidak ketinggalan zaman, sehingga dia itu ya selalu
menyampaikan hal-hal terbaru mengenai dunia pendidikan, politik dan
sebagianya.”
A “Jadi update nggih pak kalih informasi?”
AS “Iyaa betul..”
AS “Jadi beliau termasuk orang yang paham dengan model dan strategi
pembelajaran, begitu nggih pak?”
AS “Iya, betul.”
AS “Hasil PKG dari bu LS bagus alias kalau dalam nilai itu baik, rentang nilai
83an.”
AS “Setelah dia tahu nilai PKGnya, dia terbaik dibanding guru lain disini. Dia
selalu berinovasi dalam pembelajaran, intinya dia sangat all out kepada
kelas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.”
AS “Iya, dia kalau melihat hasil atau bekas atau bukti daripada piagam, dia
paling banyak. Dia yang sering mengikuti seminar workshop.”
AS “Iya, ibu LS juga sudah paham dengan internet, paham dengan computer
walaupun tidak semahir yang pada kursus. Tapi kalau untuk pembelajaran
dia sudah paham, dia sudah cukup.”
AS “Iya selalu terbuka orangnya, mau menerima kritik dari siapapun baik dari
kepala sekolah maupun temannya demi perbaikan.”
AS “Secara akademik sudah mas, tetapi untuk hal tersebut memang bukan
hanya penilaian sekali dua kali, tetapi proses mendidik harus di sertai
konsistensi”
A “Mungkin sekian yang dapat saya tanyakan kepada bapak, terimakasih atas
waktu yang diberikan. Ketika ada pertanyaan tambahan saya boleh maju
ke bapak lagi nggih?”
Tempat : SD N 01 Pasirmuncang
A “Jadi begini pak, ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan
kepada bapak terkait dengan kinerja ibu LS.”
A “Yang pertama itu, menurut bapak bagaimana upaya yang dilakukan ibu
LS dalam mempersiapkan pembelajaran?”
IA “Kalau ibu LS itu menurut kami guru yang masih muda karena
freshgraduate juga kan, tetapi juga tidak kalah mumpuni apalagi dari segi
seni tari di kabupaten Banyumas. Kalau dalam pembelajaran memang
seperti kebanyakan guru pemula bimbingan dan arahan masih perlu, tetapi
guru pemula memiliki kelebihan dalam inovasi dan kreatifitasnya.”
IA “Iya jadi menurut kami, hal tersebut wajar bagi guru pemula ketika harus
banyak sharing mengenai pembelajaran, selain menambah wawasan, pasti
nantinya akan ada hal baru yang muncul dalam diskusi tersebut.”
A “Selanjutnya menurut bapak bagaimana hasil dari PKG yang dilakukan ibu
LS?”
IA “Hasilnya bagus mas, beliau salah satu yang terbaik dari kami. Seperti
beliau itu kan memang masih diawasi langsung oleh kepala sekolah karena
masih pemula namun dengan demikian bukan menjadi beban, melainkan
menjadi motivasi agar setiap pembelajaran selesai dengan baik.”
A “Kalau dilihat dari hasil PKGnya apakah ibu HY termasuk guru yang
profesional menurut bapak?”
IA “Bisa mas, beliau bisa menjadi contoh atau teladan karena skill dan
kemampuan yang dimiliki oleh ibu LS sendiri.”
IA “Bu LS juga sering mengajarkan kepada teman guru lain untuk PKBnya.
Beliau itu tidak pelit ilmu, sehingga saya pun sering diberi masukan untuk
pembuatan dan penyusunan PTK saya.”
IA “Beliau termasuk guru yang berprestasi, juri lomba tari nasional, masih
aktif di kelompok tari Kabupaten Banyumas, namun karena masih baru di
bidang pendidikan kan jadi masih sedikit prestasi yang relevan dengan
kependidikan.”
Tempat : SD N 01 Pasirmuncang
A “Assalamu’alaikum wr wb.”
S “Wa’alaikumsalam wr wb.”
S “Masih Pak..”
A “Nah kalau masih semangat, ibu mau minta waktu kalian sebentar untuk tanya jawab
mengenai ibu LS. Gimana? Boleh tidak ibu minta waktunya sebentar?”
S “Boleh…”
A “Disini bapak punya beberapa pertanyaan yang perlu ibu tanyakan kepada kalian
semua. Jawab pertanyaan bapak dengan jujur yaa..?”
S “Pahaaaam…”
A “Kalau untuk media pemnelajaran yang digunakan ibu LS menarik atau tidak?”
S “Iyaaa….”
S “Senaang…”
A “Coba kalau senang, senangnya karena apa?”
A “Oke, lanjut yaa? Kalian lebih senang dan paham belajar dengan buku atau dengan
melihat tayangan-tayangan atau gambar-gambar yang diberikan ibu LS?”
S “Di luar…”
A “Kenapa?”
S2 “Tapi karena sekarang udah mau UAS jadi jarang belajar di luar bu. Lebih sering
belajar di kelas.”
S “Iya Pak…”
A “Kalau untuk belajar, kalian lebih senang belajar secara individu atau kelompok?”
S “Kelompok…”
S “Rame…”
S1 “Bisa nyontek…”
S2 “Jadi bisa tanya teman bu, saling membantu kalau ada teman yang belum paham
sama materinya.”
A “Nah kalau ibu LS tidak masuk kelas biasanya siapa yang menggantikan beliau?”
S1 “Biasanya kalau bu LS mau pergi ada yang di kasih tau besok pelajaran ini yang
masuk pak Ikhwan atau Bu Putri.”
A “Terus, kalian pernah nggak sih merasa tugasnya banyak, tugasnya banyak gitu?”
S “Nggak…”
A “Alhamdulillah kalau kalian tidak merasa terbebani dengan tugas sekolah, karena
tugas itu sebenarnya membantu kaliab untuk mau belajar di rumah jadi kalian tidak
boleh merasa terbebani dengan tugas yang di berika oleh guru. Mungkin sekian
pertanyaan dari ibu mengenai ibu LS. Terimakasih untuk waktunya.”
A “Semangat untuk Sekolahnya ya! Terus belajar, sukses untuk kalian semua!
Wassalamu’alaikum wr wb.”
S “Wa’alaikumsalam wr wb.”