Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan 1
KELOMPOK : 3 (TIGA)
ANGGOTA : 1. M. AZHARI (16020099)
2. MILA NURAIDA (16020111)
3. GHEASANI SOPHIA A. (16020121)
4. DINDA ANGGI A. (16020123)
5. ULLY TUA PUTRI (16020128)
6. JULYAN R. WIGUNA (16020129)
GROUP : 2K4
DOSEN : WULAN S., S.ST., MT.
ASISTEN : 1. DESTI M., S.ST.
2. DESIRIANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi
Penyempurnaan untuk Proses Penyempurnaan Tahan Api ini dengan tepat waktu. Laporan
praktikum ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan 1.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1 untuk Proses
Penyempurnaan Tahan Api ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Wulan S., S.ST, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan.
2. Ibu Desti M., S.ST. selaku asisten dosen mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan.
3. Ibu Desiriana selaku asisten dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari segi
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kain mudah terbakar (flammable) adalah kain yang akan terus terbakar meski
tanpa dibantu bila terkena api. Sebaliknya adalah kain tahan api (non-flammable) yang
tidak terbakar bila dikenai api. Flame retardant adalah istilah yang dipakai untuk
menerangkan sifat tidak mudah terbakar pada kain, dimana pembakaran berlangsung
lambat dan api akan mati dengan sendirinya bila sumber api ditiadakan.
Pada peristiwa pembakaran kain terjadi dekomposisi kimia serat dan
menghasilkan suatu bahan tertentu yang mudah menguap dan dapat terbakar. Bila nyala
api padam maka tinggalah residu sebagai karbon. Bagaimana sifat bahan dalam
pembakaran ditentukan oleh jumlah bahan yan menguap. Perlu diingat bahwa sisa
pembakaran (arang) juga dapat membara dan terus terbakar. Penyempurnaan tahan api
diharapkan dapat mencegah tekstil terbakar bila kena api dan mencegah bara api terus
menyala pada sisa pembakaran.
1.2 Maksud
Melakukan penyempurnaan tahan api pada kain kapas, polyester, dan kain
campuran untuk menghasilkan kain yang tahan terhadap api.
1.3 Tujuan
Untuk mendapatkan kain yang mempunyai ketahan terhadap api yang cukup baik
Mengetahui pengaruh proses pencucian terhadap hasil akhir dari penyempurnaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH
Hidrolisa
CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH
Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H
CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O
C C H
O OH O OH
O OH O OH
Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara,
menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. Asam tereftalat
dibuat dari para-xilena yang harus bebas dari isomer meta dan orto, p-xilena merupakan
bagian dari destilasi minyak tanah dan tidak dapat dapat dipisahkan dari isomer meta dan
orto dengan cara destilasi. Oksidasi dengan asam nitrat pada suhu 220 0C ddan tekanan 30
atmosfer merubah p-xilena menjadi asam tereftalat. Asam tereftalat atau esternya dan
etilena glikol dipolimerisasikan dalam hampa udara dan suhu tinggi. Polimer
disemprotkan dalam bentuk pita dan kemudian dipotong-potong menjadi sserpih-serpih
dan dikeringkan.
Pemintalan dilakukan dengan cara pemintalan leleh. Filamen yang terjadi
ditarik dalam keadaan panas sampai lima kali panjang semula, kecuali filamen yang kasar
ditarik dalam keadaan dingin. Bentuk penampang melintang serat polyester umumnya
bulat, tetapi banyak yang sudah mengalami modifikasi sehingga penampang melintangnya
berbentuk gerigi atau trilobal dimana keduanya memiliki kilau yang lebih baik
dibandingkan serat polyester yang penampang melintangnya bulat.
Sifat Fisika
Kekuatan & Mulur
Terylene mempunyai kekuatan dan mulur dari 4,5 gram/denier dan 25 % sampai 7,5
gram/denier dan 7,5 % bergantung pada jenisnya, sedangkan dacron mempunyai
kekuatan dan mulur dari 4,0 gram/denier dan 40 % sampai 6,9 gram/denier.
Elastisitas
Polyester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga kain polyester tahan kusut. Jika
benang polyester ditarik dan kemudian dilepaskan pemulihan yang terjadi dalam satu
menit adalah penarikan 2 % pulih 97 %, penarikan 4 % pulih 90 %, penarikan 8 %
pulih 80 %.
Moisture Regain
Dalam kondisi standar moisture regain polyester hanya 0,4 %, dalam RH. moisture
regainnya hanya o,6-0,8 %.
Berat Jenis
Berat jenis polyester adalah 1,38.
Sifat Kimia
Serat polyester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan
asam kuat dingin. Selain itu polyester tahan terhadap basa lemah tetapi kurang tahan
terhadap basa kuat. Polyester tahan terhadap zat oksidasi, alkohol, keton, sabun, dan zat-
zat pencucian kering.
Serat polyester mempunyai kritalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak
mengandung gugus-gugus yang aktif sehingga sukar untuk dicelup. Oleh karena itu
polyester hanya dapat dicelup dengan zat warna dispersi pada suhu tinggi. Sedangkan pada
suhu mendidih untuk pencelupannya diperlukan zat peggelembung atau dengan beberapa
senyawa naftol yang dikoplingkan dengan zat warna dispersi yang diazotasikan
Keterangan :
A = Baik, B = Sedang, C = Buruk
Dari tabel tersebut terlihat bahwa masing – masing serat tidak memiliki semua
sifat yang sempurna untuk bahan tekstil. Meskipun telah diupayakan suatu perubahan fisik
pada serat tersebut, namun sifat kimia masing – masing serat tidak berubah sehingga
karakteristik pencelupannya bergantung pada masing – masing serat.
a. Resin vinil
b. Resil alkid
c. Resin urea-formaldehida.
Pada penggunaan secara luar, resin tersebut akan teradsorpsi pada permukaan
serat atau kain saja, sedangkan penggunaan secara dalam, resin tersebut masuk ke dalam
serat, sehingga membentuk ikatan silang dengan serat, sehingga memberikan sifat yang
permanen. Pembentukan resin sintetik dapat dibentuk dengan dua cara, yaitu (a) secara
kondensasi dan (b) secara polimerisasi. Resin yang dihasilkan secara kondensasi bersifat
termosetting, sedangakan yang dihasilkan secara polimerisasi bersifat termoplastik. Resin
termoplastik membentuk molekul berantai yang tak dihubungkan dengan ikatan silang,
sehingga resin-sesin ini dapat diplastisasi dengan penambahan pereaksi lain yang akan
berkedudukan diantara rantai-rantai. Hal ini tidak mungkin terjadi dengan resin
termosetting, karena ikatan silang mengikat struktur molekul serat menjadi tata-jaring
berdimensi tiga.
Pengeringan dari kain yang telah diimpregnasi harus sedemikian rupa sehingga
tak terbentuk resin antara rongga-rongga dan hanya pada permukaan saja dan distribusi
dari pereaksi dalam serat tak terganggu. Ini berarti, bahwa air yang menguap dari dalam,
bila tidak, maka materi yang larut dalam air akan terkondensasi pada permukaan. Jadi
proses pengeringan lambat harus dihindari, karena proses ini akan membawa resin ke
permukaan. Demikian pula penarikan berlebih selama pengeringan akan memudahkan
cairan berpindah ke permukaan. Temperatur pengeringan biasanya adalah antara 70 – 80
o
C. Kondensasi akhir dari produk amino-aldehida merupakan tahap penting dalam proses
penyempurnaan resin.
Kain anti api atau tahan api adalah kain yang tidak meneruskan nyala api keluar
dari dearah yang hangus. Jadi proses penyempurnaan tahan api tidak dapat membuat kain
tidak dapat dibakar sama sekali. Perhatian terutama dicurahkan terhadap bahan dari katun,
karena sutera dan wol demgan sendirinya tidak meneruskan nyala api, biasanya hanya
mengarang dan meleleh.
Hal ini terjadi pada proses Perkin yaitu kain diimpregnasidalam larutan Natrium
Stanat, dikeringkan kemudian dicelup kedalam larutan ammonium sulfat, yang
mengendapkan stannic khlorida pada serat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT
3.2 BAHAN
1. Kain Kapas
2. Kain Poliester
3. Kain campuran Kapas – Poliester
4. Resin Tahan Api Leguard 700
5. Urea
6. Na2CO3
7. Sabun
3.3 RESEP
Resin Tahan Api : Berfungsi sebagai zat utama yang akan memberikan sifat tahan
api
pada kain
Urea : Berfungsi untuk menjaga kestabilan dari larutan resin
semaksimal
mungkin
Sabun : Menghilangkan zat-zat yang tidak bereaksi dan masih
menempel
pada permukaan kain
Na2CO3 : Memberikan suasana alkali pada larutan pencucian
3.5 DIAGRAM ALIR
Siapkan larutan
Pencucian
Evaluasi
Padding
WPU 70%
Perendaman
3.7 LANGKAHKERJA
HASIL
Dengan Pencucian
4.2 PERHITUNGAN
- Resep Tahan Api
400 𝑔/𝐿
Resin = x 150 mL = 60 gram
1000
200 𝑔/𝐿
Urea = x 150 mL = 30 gram
1000
- Resep Pencucian
1 𝑚𝐿/𝐿
Teepol = x 2000 mL = 2 mL
1000
1 𝑔/𝐿
Na2CO3 = x 2000 mL = 2 gram
1000
- Hasil Praktikum
Tanpa Pencucian
1. Kapas
Waktu nyala api = 26.01 – 12
= 14.01 detik
Waktu nyala bara = 28.94 – 26.01
= 02.94 detik
Panjang Arang = 32 – 0
= 32 cm
2. Poliester
Waktu nyala api = 21.00 – 12
= 09.00 detik
Waktu nyala bara = 23.95 – 21.00
= 02.95 detik
Panjang Arang = 32 – 15.6
= 16.4 cm
3. T/C
Waktu nyala api = 59.62 – 12
= 47.62 detik
Waktu nyala bara = 63.28 – 59.62
= 03.66 detik
Panjang Arang = 32 – 0
= 32 cm
Dengan Pencucian
1. Kapas
Waktu nyala api = 27.81 – 12
= 15.81 detik
Waktu nyala bara = 33.47 – 27.81
= 05.66 detik
Panjang Arang = 32 – 0
= 32 cm
2. Poliester
Waktu nyala api = 13.49 – 12
= 01.49 detik
Waktu nyala bara = 0 detik
Panjang Arang = 32 – 21.4
= 10.6 cm
3. T/C
Waktu nyala api = 42.23 – 12
= 30.23 detik
Waktu nyala bara = 43.91 – 42.23
= 01.68 detik
Panjang Arang = 32 – 0
= 32 cm
4.3 PEMBAHASAN (DISKUSI)
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapat hasil yang paling optimum yaitu pada
kain T/C dengan nilai waktu nyala paling lama.
Kain sampel yang telah dicuci lebih optimum dan lebih lama waktu nyala apinya
dibandingkan dengan kain sampel yang tidak dilakukan pencucian.
Dengan Pencucian
Kapas
Waktu nyala api = 15.81 detik
Waktu nyala bara = 05.66 detik
Panjang Arang = 32 cm
Poliester
Waktu nyala api = 01.49 detik
Waktu nyala bara = 0 detik
Panjang Arang = 10.6 cm
T/C
Waktu nyala api = 30.23 detik
Waktu nyala bara = 01.68 detik
Panjang Arang = 32 cm
Nilai kain sampel uji tidak dengan pencucian :
Tanpa Cuci
Kapas
Waktu nyala api = 14.01 detik
Waktu nyala bara = 02.94 detik
Panjang Arang = 32 cm
Poliester
Waktu nyala api = 09.00 detik
Waktu nyala bara = 02.95 detik
Panjang Arang = 16.4 cm
T/C
Waktu nyala api = 47.62 detik
Waktu nyala bara = 03.66 detik
Panjang Arang = 32 cm
DAFTAR PUSTAKA
Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Kemal, Noerati. Pengantar Mata Kuliah Serat Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Al-Farabi, Irvan Ajda. 2015. Penyempurnaan Tahan Api. Diakses pada tangga 14 April
2018, dari https://id.scribd.com/doc/268617083/Penyempurnaan-Tahan-API
Lestari, Nadya. 2011. Penyempurnaan Tahan Api. Diakses pada tanggal 14 April 2018,
dari http://nadyalestari.blogspot.co.id/2011/12/penyempurnaan-tahan-api.html