Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

NAMA : Aianto

NIM : 441 416 009

JUDUL PERCOBAAN : Isolasi Kafein Dari Kopi (Ekstraksi Alkaloid dengan Refluks)

PRODI/KELAS : Pendidikan Kimia/A

KELOMPOK : V (Lima)

REKAN KERJA : 1. Siti Indasari Antula


2. Rinriyanti

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
A. Judul : Isolasi kafein dari Kopi (Ekstraksi Alkaloid dengan Refluks)
B. Tujuan : Mahasiswa dapat mengisolasi alkaloid kafein dari biji kopi
C. Dasar teori
Kopi merupakan spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk famili Rubiaceae
dan genus Coffea, tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan dapat tumbuh mencapai
tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung tegak meruncing, daun tumbuh berhadapan
pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga
setelah berumur 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut
biasanya tidak berkembang menjadi buah. Kopi merupakan biji-biian dari pohon jenis coffea
dengan kandungan alamiah berupa kafein, sitosterin, kolin, terpenoid. Kopi robusta dan
arabika adalah jenis kopi yang banyak dikonsumsi di indonesia. Kopi robusta memiliki kadar
kafein lebih tinggi dari pada kopi Arabika (Hartono, 2009).
Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid yang bersifat
merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah banyak digunakan dalam dunia
medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak kopi, teh dan cokelat. Kafein berfungsi untuk
merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan kerja jantung, sehingga jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun dengan menghambat mekanisme
susunan saraf manusia. Rumus kimia untuk kafein yaitu C8H10N4O2, kafein murni berbentuk
kristal panjang, berwarna putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Didalam biji kopi kafein
berfungsi sebagai unsur rasa dan aroma. Kafein murni memiliki berat molekul 194.19 gr,
titik leleh 236°C dan titik didih 178°C (Aisyah, 2013).
Kafein yang merupakan bagian dari kelompok senyawa metilsantin, sedangkan
bagian lain dari senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang salah satu sumber
utamanya adalah dari kopi. Kafein dalam kopi mampu memberikan sinyal pada otak untuk
lebih cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak. Hal ini senada dengan
apa yang dikatakan oleh Intisari bahwa Kafein ternyata dapat menimbulkan perangsangan
terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan
jantung. Sebab itu tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh
kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau pun mengantuk.
Dampak positif ini menyebabkan orang sulit terlepas dari kebiasaan minum kopi. Karena
khasiat kafein seperti itulah, maka substansi ini juga terdapat pada pil-pil diet dan obat-obat
pereda sakit (painkillers). Kendati tergolong sebagai perangsang tertua dunia, kafein itu
sendiri baru dikenal sekitar 200 tahun lalu. Sebelumnya yang diketahui hanyalah bahwa
pelbagai tanaman itu masing-masing memiliki khasiatnya sendiri-sendiri. Pada 1820
kimiawan Friedrieb Ferdinand Runge dari Jerman berhasil mengisolasi unsur kafein pada biji
kopi (Fulder, 2004).
Senyawa kimia pada biji kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non volatil.
Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu.
Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton
dan alkohol, sedangkan senyawa non volatil yang berpengaruh terhadap mutu kopi antara
lain kafein, chlorogenic acid dan senyawa-senyawa nutrisi. Senyawa nutrisi pada biji kopi
terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Sukrosa yang termasuk golongan
karbohidrat merupakan senyawa disakarida yang terkandung dalam biji kopi, kadarnya bisa
mencapai 75% pada biji kopi kering. Selain itu, dalam biji kopi terdapat pula gula pereduksi
sekitar 1%. Berkurangnya gula pereduksi yang disebabkan oleh penyimpanan pada suhu
tinggi akan menyebabkan turunnya mutu kopi seduhan yang dihasilkan, karena gula
merupakan salah satu komponen pembentuk aroma. Golongan asam juga dapat
mempengaruhi mutu kopi, karena merupakan salah satu senyawa pembentuk aroma kopi.
Asam yang dominan pada biji kopi adalah asam klorogenat yaitu sekitar 8 % pada biji kopi
atau 4,5% pada kopi sangrai. Selama penyangraian sebagian besar chlorogenic acids akan
terhidrolisa menjadi asam kafeat dan Quinic acid. Selain itu terdapat juga kafein yang
merupakan unsur terpenting pada kopi yang berfungsi sebagai stimulant, sedangkan kafeol
merupakan faktor yang menentukan rasa. Kafein merupakan suatu alkaloid dari metil xantin
yaitu 1,3,7 trimetil xantin. Di alam terdapat beberapa senyawa alkaloid santin, antara lain
1,3-dimetilsantin (theophilin), 3,7-dimetilsantin (theobromine) yang banyak terdapat dalam
biji coklat dan 1,3,7-trimetilsantin (kafein) dalam kopi dan the (Bhara L.A, 2009).
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam
tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat
fisilogis aktif bagi manusia. nikotin, morfin, striknin dan kokain nama mereka biasanya
berakhir di "ine":. banyak cukup akrab dengan nama jika tidak struktur kimia nikotin,
morfin, striknin (larut dalam dicloromethane) untuk memastikan bahwa zat asam tetap larut
dalam air dan bahwa kafein akan hadir sebagai basa bebas, natrium karbonat ditambahkan
ke media ekstraksi (Irwandi, 2014: 17)
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam
yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat putih, tidak
berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6)
tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6) pada 80°C) atau alkohol
panas (1:25 pada 60°C). Kafein berbentuk anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 98,5%
dan tidak lebih dari 101,1% C8H10N4O2 (Novianti, 2008).
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang
mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung. Prinsip umum dari metode refluks adalah penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan memasukkan sampel kedalam labu alas bulat
bersama-sama dengan cairan atau larutan penyari yang kemudian dipanaskan, dimana
pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat proses kelarutan pada sampel. Keuntungan dari
metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan volume
total pelarut yang sangat besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Slamet, 1989).
Ekstraksi pelarut adalah proses pemisahan campuran larutan berdasarkan
kecenderungan salah satu komponen untuk terlarut dalam solvent yang digunakan. Zat cair
yang mula-mula melarutkan solut disebut sebagai diluent, sedangkan zat cair yang
dikontakkan dengan solut disebut solvent. Solvent harus memiliki sifat tidak dapat larut atau
dapat larut di dalam diluent tetapi dalam jumlah yang terbatas . Ekstraksi selalu melibatkan
dua tahapan proses, yaitu tejadinya kontak solvent dengan diluent sehingga komponen yang
dapat larut (solut) berpindah ke solvent dan pemisahan larutan dari diluent sisa. Produk yang
mengandung konsentrasi solvent terbesar dan konsentrasi umpan cair terkecil disebut
ekstrak, dan produk yang mengandung konsentrasi umpan cair terbesar dan konsentrasi
solvent terkecil disebut rafinat (Murtono, 2009).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Alat Gambar Fungsi Kategori
1 Labu dasar bulat Untuk memanaskan atau 1
mendidihkan larutan

2 Corong Untuk mempermudah 1


mengisi larutan

3. Corong pisah Untuk mengeskstraksi 1


untuk memisahkan
komponen dalam satu
campuran

4. Cawan penguap Sebagai wadah atau 1


tempat penguapan

5. Gelas kimia Wadah untuk 1


menyimpan larutan

6. Labu erlemeyer Digunakan untuk 1


menampung filtrat

7. Batang Digunakan untuk 1


pengaduk mengaduk larutan

8. Gelas Ukur Untuk menukur volume 1


larutan
9. Neraca Analitik Untuk menimbang 2
bahan yang akan
digunakan

10. Kaca Arloji Untuk wadah zat 1

11. Satu Set Alat Sebagai tempat untuk 2


Refluks melakukan refluks

12. Pipet Tetes Untuk mengambil 1


larutan dalam jumlah
sedikit

13. Statif dan klem Untuk menyangga buret 1

14. Penangas Sebagai tempat untuk 2


memanaskan larutan

15. Kaki Tiga Penyangga segitiga 1


porselin dalam proses
sublimasi

16. Pembakar Memanaskan cawan 1


Bunsen petrik yang berisi zat
yang akan disublimasi

17. Pipa Kapiler Untuk menguji titik leleh 1


18. Thermometer Untuk mengukur suhu 1

19. Stopwatch Untuk mengukur waktu 1

20. Segitiga Sebagai alas untuk cawan 1


Porselen uap pada proses
sublimasi

21. Untuk mengikat pipa 1


kapiler pada termometer
Benang

22. Untuk mengambil bahan 1


kimia yang berupa
spatula padatan

2. Bahan

Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
- Tidak berbau, berasa,
1. Aquades Umum - Pelarut universal
dan berwarna
- tidak bercampur dengan
Kloroform - Rumus molekul CHCl3 air
2 Khusus
CHCl3 - cairan tak berwarna - tidak mudah terbakar
- merupakan asam lemah
- Berwujud (Kristal - Larut dalam air dan
padat.) gliserin
- Berbau: Acetic - Tidak mudah terbakar
Timbal
3. Khusus (Sedikit.) - Jika bereaksi dengan air,
Asetat
- BM : 379,32 g / mol senyawa ini akan
- Berwarna : Putih membentuk trihidrat
- Berat Jenis: 3,25 g/cm3 Pb(CH3COO)2·3H2O
- Berwujud padat
- Mengandung kafein
4. Kopi Umum - Berwarna hitam
- Larut dalam air
- Berbau khas
5. Es batu Umum - Berbentuk padatan - Rumus molekul : H2O
Batu didih - Berpori - Untuk mencegah terjadiny
- Berwujud padat a letupan
- Mempercepat proses
6. Umum
penguapan
- Membantu agar proses
penyebaran panas merata
Minyak - Berwarna kuning - Tidak dapat bercampur
7. kelapa Umum - Titik didih diatas dengan pelarut polar
100°C
E. Prosedur Kerja
Masukan 20 g kopi halus kedalam labu dasar bulat, Kemudian tambahkan 350 mL
aquades. Refluks campuran tersebut selama 25 menit. Seringkali campuran dalam keadaan
panas. ( Bolekah disaring dalam keadaan dingin). Buatlah 3g timbal asetat dalam 27 mL
aquades. Tambahkan larutan timbal asetat tetes demi tetes ke dalam filtrate sampai
terbentuk endapan, Kemudian dinginkan dan saring. Goncangkan filtrat yang diperoleh
pelan-pelan dengan menambahkan 25 kloroform.
Setelah pengocokan selama 5 menit, Tuangkan campuran kedalam corong pisah
dan kocok beberapa saat. Biarkan campuran sampai terbentuk satu lapisan. Lapisan bawah
merupakan larutan kafein dalam kloroform, keluarkan dan tampung dalam cawan
penguap. Kedalam corong pisah tersebut tambahkan lagi 20 ml kloroform dan kocoklah.
Cairan bagian bawah dialirkan kecawan penguap. Uapkan cairan tersebut diatas penangas
air sampai kering.
Sublimasikan cawan uap yang berisi kafein kasar tersebut dengan ditutupi kertas
saring berlubang dan corong kaca yang telah ditimbang diatas nyala api kecil. Timbang
dan ukur titik lelelh kafein yang diperoleh.

Diagram alir
 Refluks
20 gram Kopi
- Memasukkan kedalam labu alas bulat
- Menambahkan 350 mL aquades
- Merefluks selama 25 menit
- Menyaring dalam keadaan panas

Filtrat Residu
- Menambahkan larutan timbal asetat tetes demi tetes
sampai terbentuk endapan
- Mendinginkan
- Menyaring

filtrat yang
berwarna hitam
 Ekstraksi Kafein

Kafein
- Menambahkan 25 mL kloroform
- Mengocok selama 5 Menit
- Menuangkan ke dalam corong pisah
- Mengocok beberapa saat
- Mendiamkan sampai terbentuk 1 lapisan
- Mengeluarkan lapisan bawah
- Menampung dalam cawan penguapan
- Melakukan duplo dengan volume kloroform 20 mL
- Menguapkan cairan dalam penangas air sampai kering

Kafein kasar berupa pasta


yang berwarna coklat
F. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Menimbang 20 gram kopi halus Terdapat 20 gram kopi halus pada kaca
arloji
2. Memasukkan kedalam labu alas bulat, kemudian Terdapat campuran kopi dan aquades
menambahkan 350 mL aquades yang berwarna dalam labu alas bulat
3. Merefluks selama 25 menit setelah larutan Campuran perlahan-lahan mendidih dan
mendidih kopi semakin larut dalam air
4. Menyaring larutan dalam keadaan panas Menghasilkan filtrat dan residu yang
berwarna hitam
5. Menambahkan larutan timbal asetat tetes demi Terbentuk endapan berwarna coklat
tetes kedalam filtrat
6. Mendinginkan dan menyaring Terdapat endapan pada kertas saring
berwarna coklat
7. Menambahkan 25 mL kloroform kedalam filtrat Terdapat campuran kloroform dan filtrat
yang diperoleh
8. Menggoyangkan selama 5 menit, kemudian Terbentuk dua lapisan :
memasukkan campuran kedalam corong pisah - Lapisan atas : larutan kopi (coklat
dan mengocok selama beberapa menit tua)
- Lapisan bawah : larutan kafein dalam
kloroform (coklat muda)
9. Mengeluarkan dan menampung lapisan bawah Terdapat larutan kafein dalam kloroform
ke dalam erlenmeyer pada erlenmeyer
10. Menambahkan kembali 20 mL kloroform Terbentuk dua lapisan :
kedalam corong pisah dan mengocok beberapa - Lapisan atas : larutan kopi (coklat
menit tua)
- Lapisan bawah : larutan kafein dalam
kloroform (coklat muda)
Mengeluarkan dan menampung lapisan bawah Terdapat campuran hasil dua penyarian :
11. kedalam erlenmeyer yang sama penyarian pertama 25 mL kloroform dan
penyarian kedua dengan 20 mL
kloroform
12. Menguapkan cairan menggunakan penangas air, Cairan mengering berwarna coklat
sampai mengering
G. Pembahasan
Kopi merupakan sumber kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid yang bersifat
merangsang. Kafein banyak memiliki manfaat dan telah banyak digunakan dalam dunia
medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak kopi, teh dan cokelat. Kafein berfungsi untuk
merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan kerja jantung, sehingga jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun dengan menghambat mekanisme
susunan saraf manusia.
Pada percobaan ini, yakni mengisolasi kafein dari kopi dengan metode refluks. Untuk
menentukan kadar kafein dalam kopi, digunakan kopi bubuk yang belum diketahui kadar
kafeinnya. Pada percobaan ini digunakan bahan dasar berupa 20 gram serbuk kopi. Serbuk
kopi ini dimasukan kedalam labu alas bulat dan menambahkan 350 mL aquadest dan
merefluks selama 25 menit. Fungsi dari refluks ini yaitu untuk menghomogenkan kopi dan
pelarut dengan waktu yang cukup lama dan bertujuan untuk menarik senyawa kafein dari
kopi karena sifat kafein yang mudah larut dalam air yang bersuhu tinggi dan juga pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi pemisahan antara kafein dengan kopi.

Gambar 1. Proses Menimbang Sampel dan prosesRefluks

Setelah direfluks, campuran tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring.


Penyaringan ini bertujuan agar kafein dalam campuran kopi dapat terpisah dari residu
atau ampas kopi, sehingga yang didapat dalam larutan kopi adalah kafein.

Gambar 2. Proses penyaringan hasil refluks


Setelah dingin, kemudian ditetesi oleh larutan timbal asetat tetes demi tetes, sampai
terbentuk endapan. Fungsi larutan timbal asetat ini untuk menendapkan campuran kopi, atau
mengendapkan kotoran-kotoran yang terdapat pada filtrat berupa garam-garam dari kafein,
seperti albumin, asam-asam, tannin dan senyawa kimia lain yang tidak diinginkan pada saat
pengekstraksi.

Gambar 3. Proses penambahan timbal asetat

Setelah terbentuk endapan kemudian disaring kembali menggunakan kertas saring.

Gambar 4. Proses penyaringan setelah terbentuk endapan

Selanjutnya, filtrat yang dihasilkan ditambahkan 25 mL kloroform. Fungsi


penambahan kloroform sebagai pelarut organic karena bersifat non polar sehingga dapat
mengikat kafein. Kemudian menggoyangkan selama 5 menit. Memasukan campuran ini
kedalam corong pisah dan mengocok beberapa menit. Adanya Kafein dalam filtrat
ditandai dengan terbentuknya dua lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah pada
filtrat, dimana lapisan atas merupakan : fasa air (larutan kopi berwarna coklat tua) yang
mengandung sisa garam dan Pb. Fasa air berada diatas karena massa kloroform lebih
besar dari air dan lapisan bawah : fasa organic (larutan kafein dalam kloroform yang
berwarna cokelat muda) yang mengandung kafein dalam kloroform. Mengeluarkan dan
menampung lapisan bawah (fasa organic) kedalam Erlenmeyer.

Gambar 5. Terbentuk dua lapisan pada saat penambahan kloroform

Gambar 6. Ekstrak yang dihasilkan dari proses ekstraksi


Lapisan bawah yang mengandung kafein ditampung dalam erlenmeyer dan
lapisan atas ditambahkan kembali dengan 20 mL kloroform agar kafein yang masih ada
pada lapisan atas/fasa air larut dan sekaligus memurnikan kafein dari zat-zat pengotornya,
sehingga kafein yang diperoleh benar-benar murni. Lapisan bawah pada larutan tersebut
kembali ditampung pada erlenmeyer yang sama sedangkan lapisan atas sudah tidak
digunakan karena sudah tidak mengandung kafein.
Menguapkan cairan tersebut menggunakan penangas air sampai mengering, yang
bertujuan untuk memisahkan kloroform yang memiliki titik didih lebih rendah di
bandingkan kafein sehingga kloroform akan menguap dan akan terbentuk kafein kasar.
Mengerok dan mengumpulkan kafein kasar yang berupa pasta berwarna coklat kedalam
cawan penguapan.

Gambar 7. Proses penguapan


H. Kesimpulan
Dari percobaan dan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji kopi
mengandung kafein yang merupakan salah satu jenis alkaloid. Kafein akan semakain larut
dalam air pada suhu yang tinggi. Mengisolasi kafein dari kopi dengan mengekstraksi alkaloid
menggunakan metode refluks.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Fungsi larutan timbale pada percobaan ini yaitu untuk mengendapkan tannin dan
senyawa kimia lain yang tidak diinginkan pada saat pengekstraksi.
2. Kafein dapat dimurnikan dengan cara sublimasi, karena kafein mudah menguap. Pada
cara sublimasi cawan penguapan ditutupi dengan kertas saring yang berlubang dan
corng kaca saat sublimasi berlangsung, uapan yang berasal dari kristal kasar kafein
terangkat dan menempel pada kertas saring. Kristal yang menempel pada kertas
saring itulah yang disebut kristal kafein murni.
3. Karena kafein dapat larut dalam kloroform. Ya, dapat diganti yaitu dengan alcohol
atau beberapa pelarut organic lain, tetapi kafein dalam pelarut ini hanya sedikit larut
atau tidak semuanya larut.
DAFTAR PUSTAKA
Aysah, Megah., Fuferti.Z., Syakbaniah Dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan Karakteristik
Fisis Kopi Lwak (Civet Coffee) Dan Kopi Biasa Jenis Arabica. Pillar Of Physics,
Vol.2. Oktober 2013, 68-75.
Bialangi, N., Mustapa,A., Salimi,Y., Widiantoro,A., Situmeyang, B. 2018. Isolation of
Steroid Compounds From Suruhan (PeperomiapellucidaL. Kunth) and Their
Antimalarial Activity. Asian journal of chemistry, 30(8), 1751-1754.
Bialangi, N., Mustapa, M. A., Salimi, Y. K., Widiantoro, A., & Situmeang, B. (2016).
Antimalarial activity and phitochemical analysis from Suruhan (Peperomia
pellucida) extract. JURNAL PENDIDIKAN KIMIA, 8(3), 33-37.
Bialangi, N., & Musa, W. (2007). JA, Subarnas, A., Ischak, Netty.,(2008). Studi Kandungan
Kimia dan Aktivitas Biologi Flavinoid dari Daun Tumbuhan Jarak Pagar (Jatropha
Curcas Linn) Asal Gorontalo, 2007-2008.
Braha L.A, Makna. 2009. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per Oral 30 Hari
Terhadap Gambaran Histologi Hepar Tikus Wistar. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Fulder S. 2004. Khasiat Kopi. Jakarta : Prestasi Pustaka Publishar
Hartono, Elina. 2009. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. 2. ISSN 1979-35X.
Irwandi, Dedi. 2014. Experiment’ s of organic chemistry. Jakarta: FITK UIN Press
Murtono, Rohmat dkk. 2009. Desain Konseptual Proses Ekstraksi Produk Fisi
Novianty, Syah Fitri. 2008. Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein
Dari Bubuk Teh. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Slamet,S. 1989. Analisis Bahan Makanan Dan Pertanian. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai