Tabel 2.6
Klasifikasi Tekstur Tanah
b. Struktur Tanah
Menurut Harjdowigeno (1995:41), struktur tanah merupakan gumpalan kecil
dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan
liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi
dan lain-lain.
Menurut bentuknya, struktur dapat dibedakan menjadi:
Bentuk lempeng
Prisma
Tiang
Gumpal bersudut
Gumpal membulat
Granuler
Remah
Tabel 2.7
Sifat Fisik Tanah
Tanah Tekstur
Great Group Pasir C-org Struktur Permeabilitas
Ordo Pasir Debu Liat
(Padanan) Halus
Haplorthox Remah
Oxisol 0,2 3,1 19,7 77,0 1,01 Agak Cepat
(Latosol) Halus
Haplorthox Remah
1,0 0,4 18,7 79,9 2,00 Sedang
(Latosol) Halus
Tropohumult Butir-
Ultisol 0,1 5,4 26,5 68,0 2,51 Sedang
(Mediteran) gumpal
Tropudult
5,4 22,9 29,5 42,2 1,42 Gumpal Lambat
(Podsolik)
Troporthent
Entisol 0,6 2,1 26,1 71,2 0,73 Remah Lambat
(Regosol)
Tropaqualf
Alfisol 0,1 5,9 28,3 65,7 1,72 Gumpal Lambat
(Mediteran)
Tropudalf
0,1 2,9 20,5 76,4 0,63 Gumpal Lambat
(Mediteran)
Chromudert
Vertisol 0,6 17,4 18,7 63,3 0,81 Gumpal Lambat
(Grumusol)
Sumber: Dariah et al, hal. 16.
B. Klasifikasi Tanah
Menurut Verhoef (1992:145), pada umumnya klasifikasi tanah dilakukan
terhadap besar butiran. Pemberiaan nama dapat diperluas dengan jalan
memperkirakan jumlah relatif kelas ukuran butiran. Dengan bantuan sebuah
diagram segitiga, kita dapat membedakan suatu “pasir berlempung” atau
“lempung berlanau”. Ciri-ciri seperti struktur dan warna dapat kita cantumkan
dalam nama “lanau abu-abu yang berlapis” (gambar 2.6).
Gambar 2.6
Diagram Segitiga Menurut Shepard Untuk Pemberian Nama Sedimen Klastik
Ukuran Butiran
No. Nama
(mm) (M.I.T)
1. Bongkah (Boulder) (B) >200
2. Berangkal (Cobble) (Cb) 60 – 200
Kerikil (Gravel) (G) 2 – 60
a. Kasar 20 – 60
3.
b. Sedang 6 – 20
c. Halus 2–6
Pasir (Sand) (S) 0,06 – 2
a. Kasar 0,6 – 2
4.
b. Sedang 0,2 – 0,6
c. Halus 0,06 – 0,2
Lanau (Silt) (M) 0,002 – 0,06
a. Kasar 0,02 – 0,06
5.
b. Sedang 0,006 – 0,02
c. Halus 0,002 – 0,006
6. Lempung (Clay) (C) < 0,002
Sumber: Verhoef, 1992: 147