2017
OLEH:
A.Ayu Selvia
C11114076
PEMBIMBING:
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
A.Ayu Selvia
C11114076
Pembimbing :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
7
HALAMAN PENGESAIIAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Mikrobiologi Fakultas
: 20 November 2Ol7
:IIWITA-Selesai
Tempat n UNHAS
HALA&[{N PENGESAILAN
di RS periode J anuari-Desember
2416
DEWAN PENGUJI
.# r:
-. ,, ini,!:,i
S*;*Emv$fuir.::)
,N
t:l
(......... ... ,. , .. )
Ditetapkan di . Makassar
ilt
BAGIAI{ MIKROBIOLOGI
2017
K DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
'oKarakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota
tv
HALAMAN PERNYATAAN A1\TI PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya
saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasii kar:1'a criiirg i:liii bitii- *eii;p;
tulisan, data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi,
akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik
yang lain.
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi pendidikan dokter Fakultas
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis
3. Direktur RSUD Daya Kota Makassar dan staf pegawai yang telah memberikan
izin dan bantuan kepada kami untuk melakukan pengambilan data rekam
5. Dr. Rizalinda Sjahril M.Sc,Ph.D dan dr.Firdaus Hamid Ph.D selaku dosen
penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk perbaikan
vi
6. Teman-teman kelompok belajar penulis (glomerulus) yang senantiasa
pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung maupun tidak
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang terlibat
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
sehingga dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi
Penulis
vii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOVEMBER 2017
A.Ayu Selvia
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya
Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
ABSTRAK
Pendahuluan : Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering
menjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab
utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui
feses. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu
berkisar 411 penderita per 1000 penduduk. Menurut data WHO tahun 2013 setiap
tahunnya terjadi kematian akibat diare sebesar 760.000 jiwa dan lebih banyak terjadi
pada anak berumur di bawah lima tahun dan 21% terjadi kematian pada anak-anak
karena diare di negara berkembang, salah satunya di Indoneisa. Menurut hasil
riskesdas tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (
31,4%) dan pada balita ( 25,2 %).
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, melalui
penggunaan rekam medik pasien diare pada balita sebagai data penelitian. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampling.
Hasil : Jumlah penderita diare pada balita di RSUD Daya Kota Makassar periode
Januari-Desember 2016 didapatkan sebanyak 120 orang. Diketahui bahwa secara
keseluruhan kelompok penderita umur 7-24 bulan mencatat angka tertinggi yaitu 73,3
%, laki-laki mencatat angka tertinggi yaitu 63,3 %, sebagian besar memiliki status gizi
normal yaitu 68,3 %, banyak pasien dengan skor dehidrasi ringan yakni 46,7%, semua
pasien mengalami diare selama < 14 hari, sebagian besar pasien datang dengan
keluhan bab encer disertai demam dan muntah yakni 42,5 %, pasien yang melakukan
pemeriksaan lab paling banyak dengan hasil leukositosis yakni 5,8 %, sebagian besar
pasien mendapat terapi antibiotik yaitu 61,7 % dan hampir seluruh pasien pulang
dengan keadaan sembuh yaitu 99,2 %.
Kesimpulan : Sebagian besar kasus diare pada balita yang dirawat inap di RSUD
Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016 adalah umur 7-24 bulan, laki-
laki, status gizi normal, dehidrasi ringan, mengalami diare < 14 hari. Selain itu,
sebagian besar dari mereka datang dengan keluhan bab encer disertai demam dan
muntah, mendapat terapi antibiotik, mengalami leukositosis dan pulang dalam keadaan
sembuh.
Kata kunci : Karakteristik , diare, balita, rawat inap, RSUD Daya Kota Makassar
viii
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
NOVEMBER 2017
A.Ayu Selvia
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
Characteristics of under-five diarrhea patients who are hospitalized in RSUD
Daya Makassar City within period of January-December 2016
ABSTRACT
Introduction: Diarrhea is one of the health issues that are still often into Extraordinary
Events (KLB) because it can cause death. The primary cause of death of diarrhea is
dehydration due to fluid and electrolyte losses through the feces. According to the
World Health Organization (WHO), diarrhea is the number one cause of infant
mortality worldwide and diarrhea morbidity in 2011 is around 411 people per 1000
population. According to WHO data in 2013 every year there are diarrhea deaths of
760,000 people and more common in children under five years old and 21% of deaths
occur in children due to diarrhea in developing countries, one of them in Indonesia.
According to the results of riskesdas in 2007, diarrhea is the number one cause of death
in infants (31.4%) and for toddler (25.2%).
Method: This research is descriptive with cross sectional design using medical record
of diarrhea patient in under five as research data. Sampling technique used is total
sampling
Results: The number of diarrhea sufferers in under-five at RSUD Daya Kota Makassar
period January-December 2016 was found as many as 120 people. It is known that the
whole group of patients aged 7-24 months recorded the highest number which is
73.3%, men recorded the highest number of 63.3%, mostly, they have normal
nutritional status of 68.3%, many patients with mild dehydration score ie 46.7%, all
patients had diarrhea for <14 days, most patients came with defecate which is dilute
complaint with fever and vomiting ie 42.5%, patients who did most lab tests with
leukocytosis yields 5.8%, partially large patients received antibiotic therapy that is
61.7% and almost all patients returned with a state of cure that is 99.2%.
Conclusions: Most cases of diarrhea in under five children admitted to RSUD Daya
Kota Makassar during January-December 2016 are 7-24 months old, male, nomral
nutritional statys, mild dehydrarion, diarrhea < 14 days. In addition, most of them
come with a watery complaints accompanied by fever and vomiting , antibiotic
therapy, leukocytosis and home healing.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1. PENDAHULUAN
x
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 4
2.7.1. Anamnesis.................................................................. .. 15
2.7.4. Penatalaksanaan......................................................... .. 18
2.7.5. Komplikasi................................................................. .. 21
2.7.6. Prognosis.................................................................... .. 22
xi
3.4 Definisi Operasional.............................................................. . 25
xii
4.7.3. Penyajian Data............................................................ .. 30
5.1. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016 ............................................................................................... 34
5.2. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016................................................................... ............................. 35
5.3 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
5.4. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016 ................................................................................................ 39
5.5. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016 ................................................................................................ 40
5.6. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
gejala masuk rumah sakit di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-
xiii
5.7. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
Januari-Desember 2016.................................................................. 45
5.8. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
5.9. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
5.10. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016 ................................................................................................ 55
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SKEMA
3.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 24
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GRAFIK
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
9. Biodata peneliti
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
air besar lebih dari 3 kali sehari berupa tinja berbentuk cair atau setengah cair dan
dapat disertai lendir dan darah.1 Diare masih sering menjadi Kejadian Luar Biasa
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara
penyebab lainnya adalah disentri, gizi dan infeksi.2 Menurut World Health
Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh
dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu berkisar 411 penderita per
1000 penduduk. Menurut data WHO tahun 2013 setiap tahunnya terjadi kematian
akibat diare sebesar 760.000 jiwa dan lebih banyak terjadi pada anak berumur di
bawah lima tahun dan 21% terjadi kematian pada anak-anak karena diare di negara
berkembang.3,4
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
Menurut hasil riskesdas tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor
satu pada bayi ( 31,4%) dan pada balita ( 25,2 %), sedangkan pada golongan semua
tahun 2012, angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1000
penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1000 penduduk.5 Survei
1
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB di Indonesia yang tersebar di 6 Propinsi, salah
satunya Sulawesi Selatan dengan period prevalence diare 10,1 % dan insiden diare
pada balita di indonesia berkisar 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare
tertinggi pada balita adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%),
Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB
NTT dan Jawa Timur), 6 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 2.549 orang
Sulawesi Selatan menjadi salah satu propinsi dengan KLB diare terbesar pada
tahun 2014 di mana angka kesakitan diare tertinggi terjadi di kota Makassar, Gowa,
kelompok umur maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada kelompok umur <
5 tahun sebanyak 93.560 kasus. Dari kasus tersebut, angka kesakitan diare tertinggi
2
terjadi di kota Makassar dengan 26.485 kasus dari seluruh jumlah penduduk
seperti sanitasi lingkungan, sosial ekonomi dan faktor gizi serta tata laksana diare
yang kurang cepat dan tepat. Jika melihat kondisi yang terjadi, angka kesakitan
diare bisa diturunkan dengan adanya intervensi pencegahan yang efektif seperti
penyediaan dan penggunaan air bersih, pengelolaan makanan dengan bersih dan
kematian. Oleh karena itu, penting untuk diketahui bagaimana karakteristik diare
dan gejalanya agar bisa diinformasikan ke masyarakat sehingga diare bisa cepat
maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat karakteristik diare pada balita
di kota Makassar khususnya yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis berniat
penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar pada
3
1.3 Tujuan Penelitian
yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar pada periode Januari –Desember
2016.
umur
pemeriksaan laboratorium
diberikan.
sewaktu pulang.
RS
kejadian
4
1.4 Manfaat Penelitian
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak
upaya promotif dan preventif dalam menangani kasus diare di masa yang akan
datang.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan serta acuan rujukan bagi penelitian
mengenai Diare.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair ( setengah padat), kandungan air lebih besar 200 gram atau 200ml/24
jam.1 definisi lain dari diare adalah pasase feses dengan konsistensi lebih encer
dan frekuensi lebih sering ( >2x dalam satu hari ).9 Berdasarkan
kronik ( berlangsung >14 hari) dan diare persisten yang merupakan istilah yang
dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare diare akut ( peralihan antara diare akut dan
kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari
penyebab organik). 1
2.2 Etiologi
diare yaitu :
a. Infeksi
6
-Bakteri : Shigella sp.,Escherichia coli.,Vibrio sp.,Salmonella
Clostridium perfringens.
Coronavirus, Echovirus
Cryptosporidium parvum.
(susu sapi dan protein kedelai ),efek obat-obatan dan sebab lain.1
Escherichia coli, Salmonella dan Yersinia sp. juga dapat menyebabkan diare
7
Tabel 2.2.1 Data Virus Penyebab Diare pada Anak
Prodromal/
Usia
Virus Genom Cara penularan penularan lama
penjamu
sakit
bulan ke orang
dan ke orang
dewasa
enteric tahun
orang hari
Gejala
Organisme Masa inkubasi
dan Tanda
Escherichia coli
8
Enteroinvasive 48-72 jam Disentri
Escherichia coli
Escherichia coli
Cara penularan diare melalui faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya
9
3. Penyimpanan/penyediaan makanan yang tidak higienis.
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai dan kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk. Menurut Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor
antara lain : Umur anak, kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk,
2.4 Klasifikasi
a. Diare sekretorik
b. Diare osmotik
10
Tabel 2.4.1 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi
sadar
(>2 detik)
cekung
11
Tabel 2.4.2 Skor Derajat Dehidrasi
Skor
Penilaian
1 2 3
ok
140x/menit
Skor :
6 = tanpa dehidrasi
12
2.5 Patofisiologi
bawah ini: 1
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya fungsi absorpsi dari usus. Bakteri dalam usus akan mengeluarkan
toksin yang mana toksin tersebut akan menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang
Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik ( antara lain
MgSO4. Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
osmotik ditegakkan bila osmotic gap feses > 125 mosmol/kg (normal <50
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
13
d. Diare infeksi
Jenis diare yang paling sering terjadi adalah diare karena infeksi, seperti infeksi
rotavirus, protozoa dan fungi. Dilihat dari sudut kelainan usus yang terjadi pada
diare oleh bakteri dibagi atas non invasif ( tidak merusak mukosa) dan invasif
( merusak mukosa usus). Bakteri non invasif dapat menyebabkan diare karena
toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
(AMP siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif dari anion klorida
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium serta kalium. Diare
karena bakteri yang invasif biasanya merusak dinding usus, kerusakan brush
border disertai ulseratif dan nekrosis. Karakteristik berupa feses dengan lendir
Infeksi di usus halus biasanya tidak invasif, sementara infeksi di kolon bersifat
invasif. Diare karena kelainan usus halus biasanya banyak, cair, sering
dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
14
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dehidrasi hipotonik. 16
bercampur darah segar, nyeri perut dan atau kejang perut. Komplikasi yang
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat
adalah kematian. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan menurun, mata cekung, bibir kering dan turgor kulit menurun. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh karena terjadinya deplesi air yang cepat. Karena
lebih dalam ( pernapasan kusmaul ). Imbalance natrium dan kalium pada diare
akut juga dapat menyebaban aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
terjadi oligouria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
frekuensi diare, volume diare, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidaknya lendir
15
dan darah, disertai muntah atau tidak, ada demam atau tidak. Tanyakan pula
tingkah laku anak (rewel,gelisah, lemah), buang air kecil, riwayat makan dan
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, tinja seperti air yang
sedikit tapi sering , bercampur darah dan adanya tenesmus ( sensasi ingin ke
belakang). Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam, tinja sering malabsorptif atau berdarah
bergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus
tidak invasif dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang
terjadi beberapa jam sejak mengkonsumsi makanan akan mengarahkan kita pada
atau tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, air mata berkurang/tidak ada,
16
3. Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, glukosa darah, analisa gas darah,
a. Pemeriksaan makroskopik
bau, adanya lendir, adanya darah dan adanya busa. Tinja yang berbusa
menunjukkan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang
dapat dilakukan untuk menentukan adanya kejadian asam dan basa dalam
tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang
17
Bila Ph tinja <6 dapat dianggap sebagai malabsorpsi laktosa. Ph normal tinja
6-6,5. 19
b. Pemeriksaan mikroskopik.
berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl kemudian diperiksa
2.7.4 Penatalaksanaan
4. Antibiotik selektif
1. Oralit
tangga dengan memberikan oralit dengan osmolaritas rendah dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur atau air
18
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran merupakan oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan
diare untuk mengganti cairan yang hilang. Akan tetapi bila penderita tidak
cc/KgBB
19
II. Zinc
kuat dan tumbuh dengan baik serta mencegah kehilangan berat badan.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI sedangkan
anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
dicerna dan diberikan lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
20
IV. Pemberian Antibiotik
Bakteri Antibiotik
Aeromonas Trimetoprim/sulfametoksasol
(TMP/SMX)
Campylobacter Eritromisin
21
Salmonella Ampisili/kloramfenikol /cefotaxim
Shigella TMP/SMX,cefixim,ciprofloxacin
TMP/SMX
b. muntah berulang
c. sangat haus
e. demam
f. berak berdarah
2.7.5 Komplikasi
1. Gangguan elektrolit
Hipernatremia
22
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan terjadinya
edema otak. 18
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan edema.
Hiperkalemia
Hipokalemia
2. Asidosis Metabolik
23
3. Penurunan Berat Badan
4. Kematian
2.7.6 Prognosis
diare.
24
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
yang disebabkan oleh diare khususnya yang terjadi pada balita. Banyak faktor
yang dapat mendorong terjadinya diare. Faktor tersebut antara lain sanitasi
lingkungan, sosial ekonomi dan faktor gizi serta ketersediaan air bersih.
karakteristik penderita diare pada balita seperti: umur, jenis kelamin, status gizi
25
3.2 Kerangka Teori
Etiologi
1. Infeksi :
bakteri,virus,parasit
,jamur
2. Non infeksi :
Malabsorpsi
keracunan makanan
alergi Kejadian diare pada balita
efek obat-obatan
sebab lain
Faktor risiko
1. Faktor Perilaku
-Pemberian ASI eksklusif
-Kebiasaan cuci tangan
-Penyimpanan/
penyediaan makanan
yang tidak higienis
2. faktor lingkungan
dan penderita
- Ketersediaan air bersih
-Kebersihan lingkungan
-Umur anak
-Kurang gizi/malnutrisi
-Imunodefisiensi
- Campak
Variabel independen
1.umur
2 jenis kelamin
3. status gizi
4. skor dehidrasi
5. lama kejadian Variabel
6. hasil pemeriksaan lab dependen
7. terapi yang diberikan
8. keadaan sewaktu DIARE
pulang
9. Gejala masuk RS 26
3.4 Definisi Operasional
a. Umur
Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur anak balita yang
I. 0-6 bulan
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah sifat jasmani dan rohani yang membedakan dua
mahkluk sebagai pria dan wanita. Jenis kelamin di sini tercatat dalam
status pasien
-laki-laki
-perempuan
c. Status Gizi
Yang dimaksud dengan status gizi balita dalam penelitian ini adalah
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan RI. Status Gizi anak yang dinilai
Gemuk : > 2 SD
27
Kurus : -3 SD sampai <-2 SD
d. Skor dehidrasi
e. Lama kejadian
dialami penderita, yaitu akut (<14 hari ) atau kronik (>14 hari ) terhitung
mulai saat pasien mengalami bab encer hingga pasien tidak lagi
yang tercatat dalam rekam medik pasien seperti pemeriksaan darah rutin
dan elektrolit.
Yang akan dinilai adalah terapi antibiotik yang diberikan pada balita
penderita diare yang diawat inap dan tercatat dalam rekam medik
terhitung mulai dari saat masuk rumah sakit sampai sebelum pasien
28
Keadaan pasien saat meninggalkan rumah sakit atau tidak lagi menjalani
- Sembuh klinis
- Meninggal
Keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien saat pertama kali masuk
j. Waktu kejadian
29
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian deskriptif, yang mana pengukuran variabel dilakukan pada saat tertentu
yang sama untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat
inap di RSUD Daya kota Makassar dengan menggunakan data rekam medik sebagai
data penelitian.
Penelitian ini direncanakan diadakan di bagian rekam medik di RSUD Daya Kota
Makassar
Data Penelitian ini direncanakan diambil mulai tanggal 1 Januari 2016 hingga 31
Desember 2016. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Agustus sampai bulan
Oktober 2017.
Populasi adalah pasien balita penderita diare yang dirawat inap di RSUD
Sampel penelitian adalah pasien balita penderita diare yang dirawat inap
di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016 yang memenuhi
30
4.4.3 Cara Pengambilan Sampel
sampling yaitu semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai
sampel.
1. Balita yang berusia 0-60 bulan penderita diare yang menjalani rawat
Balita yang berusia 0-60 bulan yang di diagnosis Diare dan menjalani
rawat inap dengan catatan medik yang tidak lengkap dari variabel yang
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
penelitian ini yaitu tabel-tabel tertentu untuk mencatat data yang dibutuhkan dari
rekam medik.
31
4.7 Manajemen Penelitian
seluruh jumlah status pasien penderita diare usia balita dalam rentang waktu
Data diolah secara manual dengan bantuan sistem pencatatan SPSS 16.0
kalkulator dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang
diharapkan.
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan/atau diagram
medik, sehinga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
sebelumnya.
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016.
Pengumpulan data dimulai pada bulan September hingga Oktober 2017. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik penderita diare pada
balita yang dirawat inap pada periode waktu tersebut. Pada penelitian ini, sampel yang
Sampel yang telah diambil dari data rekam medik RSUD Daya kota Makassar
diare berdasarkan umur, jenis kelamin, skor dehidrasi, status gizi, lama kejadian, gejala
klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, terapi yang diberikan dan keadaan sewaktu
pulang, sehingga diketahui distribusi dari penderita diare pada balita yang dirawat inap
33
5.1 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
2016.
Tabel 5.1.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
25-60 bulan 12 10
Grafik 5.1.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
umur
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0-6 bulan 7-24 bulan 25-60 bulan
umur
34
Berdasarkan tabel dan grafik 5.1.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya kota makassar periode Januari-Desemeber 2016
banyak pada kelompok umur 7-24 bulan yaitu sebanyak 88 orang atau 73,3 % ,
diurutan kedua yang terbanyak adalah pada kelompok umur 0-6 bulan yaitu 20 orang
atau 16,7 % dan yang terendah ada pada kelompok umur 25-60 bulan yaitu sebanyak
12 orang atau 10 %.
5.2 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan jenis
Tabel 5.2.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Laki-laki 76 63,3
Perempuan 44 36,7
Grafik 5.2.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
35
jenis kelamin
70
60
50
40
30
20
10
0
laki-laki perempuan
jenis kelamin
Berdasarkan tabel dan grafik 5.2.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak pada laki-laki yaitu 76 orang atau 63,3 % sedangkan perempuan
Umur n (%)
Jenis kelamin
0-6 bulan 7-24 bulan 25-60
Dari tabel 5.2.2 dapat dilihat bahwa laki-laki dan perempuan paling banyak
terkena diare di usia 7-24 bulan yaitu sebanyak 57 laki-laki ( 47,5%) dan 31
perempuan (25,8%). Dalam rentang usia 7-24 bulan, paling banyak mengalami diare
di usia 12 bulan yaitu sebanyak 15 orang dan diusia 24 bulan sebanyak 14 orang. Hal
36
ini disebabkan karena pada usia tersebut, balita sudah mulai mendapatkan makanan
pendamping ASI di mana saluran pencernaan perlu beradaptasi terhadap bentuk dan
zat makanan yang masuk setelah sebelumnya balita tersebut hanya mendapatkan ASI.
Selain itu, makanan pendamping ASI juga merupakan salah satu faktor masuknya
kuman ke dalam tubuh akibat penyajian makanan yang kurang bersih. Sebagian besar
juga balita mendapatkan asupan susu formula di mana berdasarkan kepustakaan yang
ada, sebagian besar balita alergi terhadap susu sapi maupun protein kedelai sehingga
5.3 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Status
Tabel 5.3.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Gemuk 1 0,8
Kurus 24 20
Normal 82 68,3
37
Grafik 5.3.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Status Gizi
80
70
60
50
40
30
20
10
0
gemuk kurus normal sangat kurus
Status Gizi
Berdasarkan tabel dan grafik 5.3.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak memiliki status gizi normal/baik yaitu sebanyak 82 orang atau 68,3 % ,
diurutan kedua penderita diare memiliki status gizi kurus yaitu sebanyak 24 orang atau
20% kemudian disusul dengan status gizi sangat kurus yaitu 13 orang atau 10,8 % dan
yang terendah adalah status gizi gemuk sebanyak 1 orang atau 0,8 %.
38
5.4 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Skor
Tabel 5.4.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Grafik 5.4.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
skor dehidrasi
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
dehidrasi berat dehidrasi ringan dehidrasi sedang tidak dehidrasi
skor dehidrasi
39
Berdasarkan tabel dan grafik 5.4.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak mengalami dehidrasi ringan yaitu sebanyak 56 orang atau sebesar 46,7
% , diurutan kedua penderita diare pada balita tidak mengalami dehidrasi sebanyak 44
orang atau 36,7 %, yang mengalami dehidrasi berat sebanyak 11 orang atau sebesar
9,2 % dan hanya sebanyak 9 orang atau 7,5 % yang mengalami dehidrasi sedang.
5.5 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Lama
Tabel 5.5.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
>14 hari 0 0
40
Grafik 5.5.1 karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
lama kejadian
120
100
80
60
40
20
0
<14 hari >14 hari
lama kejadian
Berdasarkan tabel dan grafik 5.5.1 dapat dilihat bahwa semua penderita diare pada
balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 mengalami kejadian diare < 14 hari yaitu sebanyak 120 orang atau sebesar 100%
41
5.6 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Gejala
Desember 2016.
Tabel 5.6.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
42
Grafik 5.6.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
40
35
30
25
20
15
10
0
bab encer bab encer bab encer bab encer bab encer bab encer bab encer bab encer
demam demam muntah muntah muntah muntah nyeri perut
muntah demam demam nyeri perut demam
nyeri perut sesak
Berdasarkan tabel dan grafik 5.6.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
masuk rumah sakit dengan gejala tertinggi adalah bab encer disertai muntah dan
demam sebanyak 51 orang atau 42,5 %, bab encer disertai muntah sebanyak 36 orang
atau 30 % , bab encer disetai demam sebesar 18 orang atau 15 % , bab encer sebanyak
10 orang atau 8,3 %, bab encer disertai demam muntah dan nyeri perut sebanyak 2
orang atau 1,7 %, dan tiga terendah dengan gejala bab encer disertai muntah demam
dan sesak sebanyak 1 orang atau 0.8 %, bab encer disertai muntah dan nyeri perut
sebanyak 1 orang atau 0,8 % dan bab encer disertai demam dan nyeri perut sebanyak
43
1 orang atau 0,8 %. Dari 51 pasien yang mengalami gejala bab encer disertai demam
dan muntah, sebanyak 25 orang menglami diare ≤ 3 hari dan 26 orang mengalami diare
> 3 hari.
Berdasarkan distribusi gejala masuk rumah sakit yang paling banyak adalah bab
encer disertai muntah dan demam sedangkan skor dehidrasi paling tinggi adalah
dehidrasi ringan. Sehubungan dengan hal tersebut, dibuatlah tabel untuk melihat
distribusi gejala terhadap skor dehidrasi. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
pasien dengan gejala bab encer disertai muntah dan demam paling banyak mengalami
dehidrasi ringan ( 20,8 %). Pasien dengan gejala bab encer disertai muntah dengan
44
dehidrasi ringan dan tidak dehidrasi mempunyai perbandingan yang sama ( 11,6 %)
dan hanya 4 orang yang mengalami dehidrasi berat (3,3%). Pasien dengan bab encer
disertai demam paling banyak mengalami dehidrasi ringan (8,3%). Dari hasil tersebut,
sehubungan dengan teori yang ada bahwa pasien yang mengalami diare disertai
muntah dan demam cenderung mengalami dehidrasi mulai dari ringan hingga berat.
Hal ini disebabkan karena pasien lebih banyak kehilangan sejumlah ion natrium,
klorida, bikarbonat melalui tinja dan muntah, terlebih jika disertai demam maka tubuh
juga bisa kehilangan cairan melalui permukaan kulit sehingga dapat menambah
terjadinya dehidrasi.
5.7 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan hasil
Desember 2016.
Tabel 5.7.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Anemia 6 5
Leukopenia 2 1,7
Anemia+leukopenia 1 0,8
Leukositosis 7 5,8
45
Leukositosis + anemia +
trombositosis 1 0,8
Normal 3 2,5
Trombositosis 1 0,8
Grafik 5.7.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
46
Berdasarkan tabel 5.9 dan grafik 5.7 dapat dilihat bahwa penderita diare pada
balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 menunjukkan ada 94 orang atau 78.3 % yang tidak mempunyai hasil pemeriksaan
laboratorium sebanyak 24 orang dengan hasil yang cukup beragam. Hasil pemeriksaan
atau 5,8 %, kemudian anemia sebanyak 6 orang atau 5 % , leukositosis disertai anemia
sebanyak 4 orang atau 3,3 %, hasil normal sebanyak 3 orang atau 2,5 %, dan tiga hasil
terendah adalah anemia disertai trombositopeni sebanyak 1 orang atau 0,8 %, anemia
disertai leukopenia sebanyak 1 orang atau 0,8 % , leukositosis disertai anemia dan
trombositosis sebanyak 1 orang atau 0,8 %, dan trombositosis 1 orang atau 0,8 %.
laboratorium.
47
Berdasarkan distribusi hasil pemeriksaan laboratorium, sebanyak 94 orang tidak
laboratorium merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang amat penting dalam
mengetahui penyebab diare dan seberapa berat dehidrasi yang dialami pasien
dibanding hanya mencari penyebab melalui pengamatan terhadap gejala klinis yang
dialami pasien. Selain itu, penyebab diare juga dapat diketahui melalui pemeriksaan
mikrobiologi. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan adanya hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
Pada tabel distribusi gejala klinis menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak
adalah bab encer disertai muntah dan demam sebanyak 51 orang.. Dari tabel 5.7.2
dapat dilihat bahwa sebanyak 40 orang pasien dengan gejala bab encer disertai muntah
dan demam tidak mempunyai hasil pemeriksaan laboratorium. Padahal, pasien dengan
gejala ini cenderung mengalami dehidrasi sehingga dianggap sangat perlu melakukan
mengetahui keadaan elektrolit pasien sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat
sesuai kondisi yang dialami penderita diare. Ketepatan terapi terhadap pasien diare
dapat mencegah pasien mengalami komplikasi dan lama perawatan di rumah sakit
48
5.8 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan terapi
2016.
Tabel 5.8.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Terapi yang
Frekuensi %
diberikan
Antibiotik+probiotik 60 50
Probiotik + zinc 36 30
Probiotik 5 4,2
Antibiotik 15 12,5
Zinc 4 3,3
Grafik 5.8.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
49
terapi yang diberikan
60
50
40
30
20
10
0
antibiotik antibiotik + probiotik + zinc probiotik zinc
probiotik
Berdasarkan tabel dan grafik 5.8.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak mendapatkan terapi berupa antibiotik +probiotik yaitu sebanyak 60 orang
atau 50 % dan yang mendapatkan terapi probiotik + zinc yaitu sebanyak 36 orang atau
30 %, yang mendapat antibiotik saja sebanyak 15 orang atau 12,5 , yang mendapat
probiotik sebanyak 5 orang atau 4,2 % dan yang hanya mendapatkan zinc sebanyak 4
Antibiotik Frekuensi %
Sulfonamid 61 81,3
Total 75 100
50
Tabel diatas menjabarkan golongan antibiotik yang digunakan sebagai terapi diare
antibiotik yaitu sebanyak 61 orang diterapi dengan sulfonamid dari total 75 orang yang
adalah cotrimoxazole. Sedangkan golongan lain yang digunakan adalah beta laktam
sebanyak 14 orang dari total 75 orang yang diberi antibiotik dengan uraian 8 orang
dengan demam, berdarah, suspek kolera, leukosit pada feses dan infeksi berat lainnya
diare akibat Enterohemorrhagic E.coli yang menyebabkan diare berdarah. Saat ini,
telah banyak laporan kasus bahwa EHEC telah resisten terhadap antibiotik. Salah satu
golongan beta laktam, fosfomisin dan quinolon. Resistensi antibiotik bisa terjadi akibat
penggunaan antibiotik yang tidak rasional seperti dosis yang tidak tepat,waktu
penggunaan yang tidak diperhatikan dam pemilihan antibiotik tidak sesuai dengan
penyebab infeksi. Penelitian juga menyatakan bahwa antibiotik yang masih sensitif
antibiotik agar tepat sasaran dan mencegah terjadinya resistensi terhadap antibiotik.
51
Tabel 5.8.3 distribusi terapi antibiotik+probiotik pada pasien diare
Antibiotik
Frekuensi %
+ probiotik
Total 60 100
Terapi yang digunakan sebagai terapi diare bukan hanya antibiotik namun ada
sebanyak 49 orang dan beta laktam + L bio sebanyak 11 orang.. Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah adekuat dapat memberikan
dampak positif bagi kesehatan pejamu. Pemberian probiotik dianggap efektif karena
Selain kombinasi antibiotik dan probiotik, ada pula pasien yang diberikan
kombinasi berupa probiotik dan zinc sebanyak 36 orang tanpa pemberian antibiotik.
Zinc merupakan salah satu prinsip penatalaksanaan diare pada balita yang berperan
dalam proses epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan selama terjadi diare.
52
Tabel 5.8.4 Distribusi terapi antibiotik terhadap lama kejadian
Dari tabel 5.8.4 dapat dilihat bahwa penggunaan antibiotik beta laktam diberikan
kepada 14 pasien. Dari 14 pasien, ada 5 orang yang mengalami diare ≤ 3 hari sekaligus
mengalami perbaikan ≤ 3 hari dengan gejala masuk rumah sakit berupa bab encer
demam pada 3 orang dan 2 orang mengalami bab encer demam dan muntah.
Sedangkan 9 orang lainnya mengalami perbaikan > 3 hari dengan gejala masuk rumah
sakit dengan bab encer, demam dan muntah sebanyak 4 orang, bab encer 1 orang, bab
encer muntah 3 orang dan bab encer demam muntah sesak sebanyak 1 orang. Pasien
yang menggunakan sulfonamid lebih banyak yang mengalami diare ≤ 3 hari yaitu
sebanyak 34 orang dengan sebagian besar gejalanya adalah bab encer,demam dan
muntah. Sedangkan 26 orang lainnya mengalami diare > 3 hari dengan .gejala pada
53
5.9 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
Desember 2016.
Tabel 5.9.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
Keadaan sewaktu
Frekuensi %
pulang
Meninggal 1 0,8
Grafik 5.9.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
100
80
60
40
20
0
sembuh meninggal
54
Berdasarkan tabel dan grafik 5.9.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
hampir seluruhnya pulang dalam keadaan sembuh yaitu sebanyak 119 orang atau 99,2
Pasien yang pulang dalam keadaan sembuh paling banyak mengalami kejadian
diare selama 3 hari dan hanya 1 orang yang mengalami diare selama 12 hari. Pasien
yang keluar rumah sakit dengan keadaan meninggal mengalami diare selama 4 hari.
5.10 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan waktu
2016
Tabel 5.10.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
BULAN N
Januari 18
Februari 4
Maret 21
April 16
Mei 5
Juni 13
Juli 38
Agustus 45
55
September 51
Oktober 85
November 59
Desember 25
Berdasarkan waktu kejadian menurut bulan dalam tahun, angka kejadian diare
pada balita yang dirawat inap paling banyak pada bulan oktober sebanyak 85
56
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya kota Makassar periode Januari – Desember 2016 telah dilakukan mulai
dari bulan September -Oktober 2017 di RSUD Daya Kota Makassar. Penelitian ini
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diare berdasarkan umur, jenis
kelamin, status gizi, skor dehidrasi, lama kejadian, gejala masuk rumah sakit, hasil
pemeriksaan laboratorium, terapi yang diberikan dan keadaan sewaktu pulang. Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya Kota Makassar sebanyak 120 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan
6.1 Umur
Presentasi kasus diare pada balita berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada
tabel 5.1.1 yang menunjukkan bahwa kejadian diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar paling banyak terjadi pada kelompok umur 7-24 bulan
(73,3 % ) dan paling sedikit terjadi pada kelompok umur 25 – 60 bulan (10 %). Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap anak di
RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa
kejadian diare pada anak banyak terjadi pada kelompok umur 7- 24 bulan dan paling
sedikit terjadi pada kelompok umur > 2 tahun. Tingginya angka kejadian diare pada
kelompok umur 7-24 bulan berkaitan dengan daya tahan tubuh anak di mana anak usia
57
kurang dari 5 tahun khususnya umur 7-24 bulan masih memiliki daya tahan tubuh yang
rendah, berbeda dengan balita yang hanya mendapatkan ASI pada usia 0-6 bulan yang
masih memiliki kadar antibodi dari ibu sehingga masih mendapatkan proteksi dari
berbagai macam infeksi. Selain itu anak yang sudah memasuki umur 7 bulan ke atas
sudah mulai mendapatkan makanan pendamping ASI di mana saluran cerna anak perlu
beradaptasi terhadap bentuk dan zat makanan yang masuk setelah selama ini hanya
mendapatkan ASI sebagai asupan nutrisi. Di samping itu, makanan pendamping ASI
yang didapatkan anak memiliki peluang lebih besar terkontaminasi dengan mikroba
yang bisa menyebabkan infeksi dan anak yang sudah mulai mendapatkan makanan
pendamping ASI juga sudah mulai aktif bermain misalnya merangkak dan memainkan
benda-benda di sekitarnya sehingga resiko terkena infeksi lebih besar dibanding anak
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120 sampel penderita diare
pada anak yang dirawat inap diperoleh angka kejadin diare paling banyak terjadi pada
balita laki-laki yaitu 63,3 % sedangkan pada perempuan sebanyak 36,7 %. Hasil
seperi penelitian di ruang perawatan anak RS kandou Manado yang juga mendapatkan
hasil bahwa anak laki-laki lebih banyak terkena diare (73,5 % ) dibanding anak
perempuan (26,5%).23 Begitu pula dengan penelitian kejadian diare yang dilakukan di
puskesmas Tamamaung pada tahun 2014 yang menggambarkan angka kejadian diare
58
pada balita banyak terjadi pada anak laki-laki ( 56,4 %) sedangkan perempuan (43,6
%) dari jumlah penderita diare yang datang berobat di puksesmas Tamamaung. 24.
antara anak laki-laki dan perempuan yang terkena diare pada usia balita.
Pada penelitian ini, presentasi status gizi penderita diare dapat dilihat pada grafik
5.3.1 yang menunjukkan bahwa pasien diare yang dirawat inap di RSUD Daya paling
banyak masuk rumah sakit dengan keadaan status gizi baik/normal yaitu 68,3 %
kemudian disusul dengan status gizi kurus/kurang (20%) dan status gizi sangat
kurus/buruk sebesar 10 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fahmi pada tahun 2013 di puskesmas karanganyar Surakarta pada
tahun 2013 yang menggambarkan bahwa pasien diare yang datang berobat ke
puskesmas lebih banyak berstatus gizi baik/normal.25 Namun, hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanette di RSU Kandou Manado
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasien diare banyak yang datang ke
Berdasarkan kepustakaan yang ada, anak dengan status gizi kurang atau gizi buruk
lebih rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah. Anak dengan status
gizi kurang atau buruk yang terkena diare dapat meningkatkan beratnya penyakit dan
lamanya penyakit.
59
6.4 Skor dehidrasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya paling banyak mengalami dehidrasi ringan ( 46,7 %), tidak dehidrasi
sebesar 36,7 % dan paling sedikit mengalami dehidrasi sedang ( 7,5 %). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman yusuf di RSUD Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh yang menunjukkan bahwa paling banyak pasien diare mengalami
Dehidrasi merupakan salah satu keadaan yang sering menyertai diare. Dehidrasi
dapat terjadi karena kehilangan air dan elektrolit yang disebabkan oleh tinja yang
keluar mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Dehidrasi adalah
keadaan yang paling berbahaya dan paling sering menyebabkan kematian pada pasien
diare.26
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kejadian diare pada semua balita yang
dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar adalah < 14 hari (100%). Hal ini berarti
bahwa semua balita yang menderita diare mengalami diare akut berdasarkan lama
kejadiannya. Menurut penelitian Yusuf tahun 2011, diare yang paling banyak dialami
Lamanya kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status gizi dan
terapi. Kejadian diare pada balita dengan Status gizi kurang dapat lebih lama karena
terjadi perlambatan dalam perbaikan sel –sel di mukosa usus halus. 28 Terapi yang tepat
dan cepat dapat mengurangi durasi diare, salah satu terapi yang berpengaruh terhadap
60
lama kejadian diare adalah probiotik.29 Pengetahuan mengenai langkah penanganan
dini terhadap diare pada anak juga perlu diketahui oleh orang tua sehingga dapat
dilakukan penanganan awal sebelum anak dibawa ke rumah sakit sehingga hal ini bisa
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan durasi diare bisa lebih singkat.
Pasien diare yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar paling banyak
mengalami diare atau bab encer disertai muntah dan demam (42,5 %) dan paling
sedikit diare disertai sesak napas dan nyeri perut. (0,8 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di ruang perawatan
anak RS kandou Manado yang menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak
menyertai diare adalah muntah dan demam sebanyak 73,3 %. Gejala yang dialami
penderita diare tergantung pada penyebabnya. Pada umumunya diare akut karena
infeksi menunjukkan gejala berupa muntah, demam, nyeri perut bahkan kejang.
Penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar tidak
semua menjalani pemeriksaan laboratorium. Dari 120 sampel, ada 94 orang yang tidak
laboratorium, hasilnya yang paling banyak adalah leukositosis (5,8 %). Menurut
yang terjadi adalah diare karena infeksi khusunya apabila neutrofil yang meningkat
61
menunjukkan adanya reaksi tubuh dalam melawan infeksi yang bersifat akut. Dari
hasil penelitian di RSUD Daya, penderita diare yang mengalami leukositosis rata-rata
pasien didominasi gizi kurang sehingga sistem imun yang menurun akan
6.8 Terapi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi yang diberikan paling banyak berupa
penggunaan antibiotik sebagai terapi diare pada balita masih merupakan hal rutin yang
dilakukan.29
Antibiotik yang sering digunakan pada penelitian ini adalah cotrimoxazole yang
digunakan adalah golongan beta laktam seperti cefadroxil, cefotaxim, amoxicilin dan
ceftriaxon. Untuk pasien yang tidak mendapatkan terapi antibiotik, mereka diberikan
diare dengan demam, berdarah, suspek kolera, leukosit pada feses dan infeksi berat
terbukti tidak efektif. Antibiotik diberikan hanya jika terdapat tanda-tanda infeksi baik
62
infeksi intestinal maupun ekstra-intestinal. Jika dalam tinja didapatkan darah, segera
menyatakan bahwa terapi antibiotik dapat digunakan sebagai terapi empiris dan
doxyciclin, cotrimoxazole dan eritromisin dengan jangka waktu atau lama pemberian
antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari . Setelah itu, maka harus segera dievaluasi
berdasarkan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan seperti lab dan mikrobiologi.
empiris harus mencakup jenis bakteri patogen yang pada umumnya diketahui sebagai
penyebab diare, antibiotik yang dipilih tidak menimbulkan efek samping pada organ
mikroorganisme patogen dalam usus sehingga dapat menurunkan durasi diare akut
pada anak-anak sedangkan zinc sendiri merupakan salah satu prinsip penatalaksanaan
diare pada balita yang mempunyai peran dalam proses epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan baik secara morfologi dan fungsinya selama terjadi diare.
Pasien diare pada balita yang dirawat inap paling banyak pulang dalam keadaan
sembuh (99,2 %) dan hanya ada 1 anak yang pulang dalam keadaan meninggal. Tidak
ada data yang cukup jelas yang dapat menjelaskan penyebab anak tersebut meninggal.
Pasien yang meninggal tersebut masuk dalam keadaan diare disertai sesak dan tidak
63
membaik setelah diberi penanganan di rumah sakit. Keadaan lain yang mungkin terjadi
pada pasien adalah adanya komplikasi lain misalnya dehidrasi makin memberat
maupun adanya infeksi lain yang memperberat keadaan pasien sehingga pasien tidak
dapat tertolong. Selain itu, kemungkinan skoring dehidrasi yang tidak dilakukan
penanganan yang cepat dan tepat serta keadaan ketika pasien masuk rumah sakit tidak
terlalu berat, kondisi sebelum dibolehkan pulang sudah membaik dan sudah tidak
penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya paling banyak pada bulan
oktober yaitu sebanyak 85 orang dan paling sedikit pada bulan februari yaitu 4 kasus.
Jika dilihat dari musim yang ada di indonesia, pada bulan oktober hingga maret maka
curah hujan cukup tinggi dalam artian terjadi musim hujan di indoensia sedangkan
pada bulan april hingga september merupakan periode terjadinya musim kemarau di
Indonesia. Bedasarkan tabel 5.10.1 angka kejadian diare mulai meningkat pada bulan
agustus dan mulai menurun pada bulan Januari. Penelitian ini menunjukkan bahwa
secara umum angka kejadian diare cukup banyak pada musim hujan dan menurun pada
musim kemarau.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh syafei dan rini pada tahun 2014
mengenai pengaruh curah hujan terhadap penyakit diare ditemukan bahwa curah hujan
64
berpengaruh terhadap kejadian diare. Faktor cuaca merupakan salah satu faktor yang
melalui kecukupan dan kebersihan/kesehatan air. Curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan banjir di suatu wilayah sehingga akses air di wilayah tersebut menjadi
tercemar akibat banjir, sedangkan apabila curah hujan rendah maka kebutuhan air
bersih menjadi kurang dan berdampak buruk terhadap sanitasi air dan lingkungan.
Selain itu, menurut putri wijayanti dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu
penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri yang dibawa
oleh lalat. Lalat sangat suka hinggap ditempat lembab dan kotor seperti sampah,
kelembaban yang optimal. Hal –hal inilah yang mempengaruhi tingginya angka
65
BAB 7
7.1 Kesimpulan
pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari –
umur pada balita yang paling banyak terkena diare adalah 7-24 bulan atau
2. Berdasarkan kriteria jenis kelamin penderita diare diperolah hasil bahwa laki-
laki lebih banyak terkena diare dibanding perempuan yakni sebanyak 76 orang
3. Berdasarkan kriteria status gizi penderita diare diperoleh hasil bahwa yang
paling tinggi adalah pasien dengan status gizi normal yakni sebanyak 82 orang
adalah dehidrasi yang paling banyak dialami oleh penderita diare yang dirawat
inap yakni 56 orang atau 46,7 % di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
5. Berdasarkan kriteria lama kejadian diare diperoleh bahwa semua pasien yang
dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016 mengalami diare < 14
66
6. Berdasarkan kriteria gejala masuk rumah sakit diperoleh bahwa yang paling
tinggi adalah gejala bab encer disertai demam dan muntah sebanyak 51 orang
atau 42,5 % yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
balita yang dirawat inap paling banyak mendapatkan terapi antibiotik yakni
pulang dengan keadaan sembuh yakni 119 orang atau sebesar 99,2 % dan
7.2 Saran
1. Bagi masyarakat
yang perlu dilakukan jika anak diare sebelum membawa anak ke pusat
pelayanan kesehatan agar tidak timbul komplikasi yang lebih lanjut. Selain itu,
tidak menunda membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan jika anak terkena
diare. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar dapat mencegah berbagai
67
2. Bagi Instansi Kesehatan
Mengisi data rekam medik dengan lengkap dengan pengisisan yang mudah
dibaca, serta menyimpan data rekam medik di tempat yang aman dan disimpan
dengan rapi dan teratur agar tidak ada data rekam medik yang hilang dan
mudah didapatkan ketika data tersebut dibutuhkan. Jika perlu, data rekam
medik juga disimpan dalam bentuk soft file di komputer. Selain itu, untuk kasus
68
Daftar Pustaka
1. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
pada balita di kelurahan saung naga kecamatan baturaja barat tahun 2014.
7. Syahrir, et al. 2015. Profil kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2014. Makassar:
8. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
10. Behrman, kliegman, Arvin. 2012. Ilmu kesehatan Anak. Edisi 15 vol 2. Jakarta:
EGC.
69
11. Claudio F.L,et al. 2013. Global causes of Diarrhea Disease Mortality in
13. Kumar,Abbas, Fausto. 2010. Dasar Patologis Penyakit Robins & Cotran. Edisi
15. Abel HI, Mwate M.,Veronica M. 2011. Diarrhea is a Major Killer Of children
Zambia
17. Tanto,chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essensial of medicine. Edisi
18. Subagyo B, Santoso NB. 2010. Diare akut dalam Buku Ajar
19. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakarta:
70
20. Suratmaja S. 2007. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita selekta
lingkungan 2011.
23. Jeanette,manopo . 2010. Profil diare akut dengan dehidrasi berat di ruang
Oktober
25. Afif,fahmi. 2013.Hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita usia
27. Noviana, hera. 2004. Pola kepekaan antibiotik Eschericia coli yang diisolasi
71
29. Pramita. 2005. Pola tatalakasana diare akut di beberpa rumah sakit swasta di
30. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2011. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter
31. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
32. Fithria,risha dan di`fai, akroman. 2015. Rasionalitas terapi anitbiotik pada
pasien diare akut anak usia 1-4 tahun di rumah sakit banyumanik semarang
33. Wibisono, ekky. 2015. Korelasi status gizi dan durasi diare pada balita dengan
diare akut di ruang rawat inap anak RSUD arifin achmad Provinsi Riau. JOM
FK vol 2 no 2.
34. Riandari,F dan Priyantini, Sri. 2011. Perbedaan lama rawat inap balita diare
35. Syafei dan rini. 2014. Pengaruh ketinggian tempat dan curah hujan pada
diare.FKMUI.depok
72
Lampiran 1 Tabel data penelitian
cotrimoxazole
tdk 5 berak encer
2 190509 12 laki-laki kurus 0 zinc sembuh
dehidrasi hari muntah
L-bio
berak encer
tdk 3 cotrimoxazole
3 199772 48 laki-laki normal muntah leukositosis sembuh
dehidrasi hari
demam
cotrimoxzole
tdk 3 bab encer
4 119890 48 perempuan normal 0 L Bio sembuh
dehidrasi hari muntah
zinc
cotrimoxazole
bab encer
sangat 5
6 202138 14 laki-laki D.ringan muntah normal sembuh
kurus hari L Bio
demam
zinc
cotrimoxazole
4 bab encer
7 20337 9 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari muntah demam
L BIO
cefadroxil
bab encer
7 leukopenia L bio
10 201447 7 laki-laki D.ringan normal demam sembuh
hari zinc
muntah
IVFD
bab encer
4 L-bio
13 2E+06 7 laki-laki D.ringan kurus muntah 0 sembuh
hari zInc
demam
bab encer leukopenia
tdk sangat 3 L-BIO
14 203450 8 laki-laki muntah anemia sembuh
dehidrasi kurus hari zinc
demam
bab encer
tdk 2
17 203779 6 laki-laki normal muntah 0 L bio sembuh
dehidrasi hari
demam
cotrimoxazole
4 bab encer
18 201311 7 perempuan D.ringan normal 0 L bio sembuh
hari muntah
zinc
bab encer
cotrimoxazole
tdk 3 muntah
21 201035 24 perempuan normal 0 L bio sembuh
dehidrasi hari demam
zinc
nyeri perut
bab encer
sangat 2 demam
25 204112 24 laki-laki D.ringan 0 cotrimoxazole sembuh
kurus hari muntah
nyeri perut
cotrimoxazole
tdk sangat 6
26 200448 24 laki-laki bab encer 0 zinc sembuh
dehidrasi kurus hari
L bio
cotrimoxazole
3 bab encer
27 200450 18 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari
L bio
bab encer
4 muntah leukopenia
28 200653 4 laki-laki D.ringan normal cefotaxim Meninggal
hari demam
sesak
cotrimoxazole
tdk 7
30 200470 3 perempuan normal bab encer 0 L bio sembuh
dehidrasi hari
zinc
bab encer
4 ceftriaxone
31 200855 15 laki-laki D.ringan kurus muntah anemia sembuh
hari L bio
demam
bab encer
2 L bio
32 173666 7 laki-laki D.ringan normal muntah 0 sembuh
hari
demam
bab encer
cefadroxil
2 demam leukositosis
34 202236 12 laki-laki D.ringan normal zinc sembuh
hari kejang
L bio
batuk
bab encer
5 zinc
37 117353 36 laki-laki D.ringan kurus demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
bab encer
tdk 3 muntah
39 202501 20 laki-laki kurus 0 cotrimoxazole sembuh
dehidrasi hari demam
batuk
bab encer
3 zinc
40 203294 18 laki-laki D.ringan kurus demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
3 zinc
46 217087 18 laki-laki D.berat kurus bab encer 0 sembuh
hari L bio
bab encer
3 L bio
49 216887 8 perempuan D.sedang normal muntah 0 sembuh
hari zinc
demam
cotrimoxazole
5 bab encer
50 216172 24 perempuan D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari muntah
l bio
3 bab encer cotrimoxazoleL
51 203023 12 perempuan D.berat kurus 0 sembuh
hari muntah bio zinc
cotrimoxazole
6
54 198768 17 perempuan D.ringan normal bab encer 0 zinc sembuh
hari
L bio
cotrimoxazole
6 bab encer
55 198660 5 laki-laki D.ringan normal 0 L bio sembuh
hari demam
zinc
bab encer
3 cotrimoxazole
56 198306 2 perempuan D.berat normal demam 0 sembuh
hari domperidon
muntah
2 bab encer
64 197766 2 perempuan D.ringan normal 0 L Bio sembuh
hari muntah
bab encer
tdk 3 L bio
65 181888 10 laki-laki kurus muntah leukositosis sembuh
dehidrasi hari zinc
demam
bab encer
tdk 3
66 197841 22 perempuan kurus muntah 0 cotrimoxazole sembuh
dehidrasi hari
demam
2 bab encer
67 197131 1 laki-laki D.sedang normal 0 zinc sembuh
hari muntah
bab encer
2
68 196935 24 perempuan D.berat normal demam 0 zinc sembuh
hari
muntah
cotrimoxazole
3 bab encer
70 196446 3 perempuan D.ringan normal leukositosis L bio sembuh
hari demam
zinc
2 bab encer
71 195107 12 laki-laki D.ringan normal leukositosis zinc L bio sembuh
hari demam
bab encer
4 zinc
72 194719 3 perempuan D.ringan normal demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
sangat 4 zinc
73 195512 19 laki-laki D.ringan bab encer 0 sembuh
kurus hari L bio
cotrimoxazole
4 bab encer
74 192891 24 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari demam
L bio
bab encer
sangat 2 zinc
75 194948 21 perempuan D.ringan demam 0 sembuh
kurus hari L bio
muntah
4 bab encer
76 194941 6 laki-laki D.ringan kurus 0 zinc sembuh
hari muntah
cefotaxim
9 bab encer
77 195094 13 perempuan D.ringan kurus normal L bio sembuh
hari muntah
zinc
cotrimoxazole
sangat 3 bab encer leukositosis
78 194984 11 laki-laki D.ringan zinc sembuh
kurus hari muntah anemia
L bio
cefadroxil
tdk 9
79 194789 4 perempuan normal bab encer leukositosis L bio sembuh
dehidrasi hari
zinc
cotrimoxazole
6 bab encer zinc
81 194148 12 perempuan D.ringan normal 0 sembuh
hari demam
L bio
bab encer
2 zinc
84 195262 9 laki-laki D.ringan normal demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
cotrimoxazole
2 bab encer
85 195380 7 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
bab encer
4 zinc
86 195257 4 laki-laki D.ringan normal demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
cotrimoxazole
4 bab encer
87 218072 18 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
3 bab encer zinc
88 210651 48 laki-laki D.ringan normal 0 sembuh
hari muntah L bio
cotrimoxazole
2 bab encer
89 199642 13 laki-laki D.berat normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
cotrimoxazole
2 bab encer
90 218150 16 laki-laki D.berat normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
bab encer
3 cefadroxil
91 206858 36 laki-laki D.ringan normal demam leukositosis sembuh
hari L bio
muntah
bab encer
2
93 218202 8 laki-laki D.ringan normal demam 0 pct sembuh
hari
muntah cotrimoxazole
bab encer
tdk 3
94 199714 7 laki-laki normal demam 0 cefadroxil sembuh
dehidrasi hari
muntah
bab encer
tdk 4 zinc
95 200313 8 laki-laki normal demam 0 sembuh
dehidrasi hari L bio
muntah
bab encer
sangat 4 zinc
96 192021 22 perempuan D.ringan demam 0 sembuh
kurus hari L bio
muntah
bab encer
3 zinc
97 195215 3 perempuan D.ringan normal demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
4 cotrimoxazole L
98 195118 15 perempuan D.ringan kurus bab encer 0 sembuh
hari bio zinc
tdk 4 bab
100 204886 7 perempuan normal 0 L bio sembuh
dehidrasi hari muntah
zinc
bab encer
8 zinc
103 205344 12 perempuan D.sedang normal demam 0 sembuh
hari L bio
muntah
bab encer
tdk 5
104 206505 12 laki-laki normal demam 0 amoxicilin sembuh
dehidrasi hari
muntah
cotrimoxazole
5 bab encer
105 206909 36 laki-laki D.sedang normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
cotrimoxazole
2 bab encer
107 194358 18 laki-laki D.sedang kurus 0 L bio sembuh
hari muntah
zinc
bab encer
tdk 4 cotrimoxazole
108 206589 11 laki-laki kurus muntah 0 sembuh
dehidrasi hari L bio
demam
cotrimoxazole
2 anemia
109 177270 24 laki-laki D.ringan normal bab encer L bio sembuh
hari leukositosis
zinc
cotrimoxazole
tdk 2 bab encer
110 207285 7 perempuan normal 0 L bio sembuh
dehidrasi hari muntah
zinc
zinc
5 bab encer
111 206333 11 laki-laki D.sedang normal 0 L bio sembuh
hari muntah
cefadroxil
tdk 2
112 206860 20 perempuan normal bab encer 0 L bio sembuh
dehidrasi hari
cotrimoxazole
tdk 4 bab encer
114 187816 12 laki-laki normal 0 zinc sembuh
dehidrasi hari muntah
L bio
cotrimoxazole
3 bab encer
115 197555 18 laki-laki D.ringan normal 0 zinc sembuh
hari muntah
L bio
bab encer
6 L bio
118 206232 9 laki-laki D.ringan normal muntah 0 sembuh
hari zinc
demam
bab encer
3 L Bio
119 206333 11 laki-laki D.sedang normal muntah 0 sembuh
hari zinc
demam
Makassar, 2l Maret2}l7
Pembimbing,
,l-
,4ff\
E4\\)
dr. Lisa Tenriesa M.MMedSc
^\
NrP 1 98303 042A12122403
Lampiran 7 . Lembar Persetujuan Hasil
Pembimbing,
Pengalaman Organisasi :
1. BEM KEMA FK UNHAS periode 2015/2016 – 2016/2017