Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus III

VERTIGO VESTIBULAR PERIFER

Oleh :

dr. Endah Tri Astuti

Dokter Pendamping:

1. Dr Corry Christina H
2. Dr Richard Sabar Nelson Siahaan

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
PERIODE SEPTEMBER 2018 – SEPTEMBER 2019
1
Nama peserta : dr. Endah Tri Astuti
Nama wahana: RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Topik: Penyakit Paru Obstruktif Kronis Eksaserbasi Akut
Tanggal (kasus): 2O November 2018
Nama Pasien: Tn.B No. RM: 18114251

Tanggal presentasi: Nama pendamping:


12 Desember 2018 1. dr Corry Christina H
2. dr. Richard Sabar Nelson Siahaan

Tempat presentasi: Aula Komite Medik RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi □ Email □ Pos
dan diskusi
Data pasien: Nama: Tn.B, 565Tahun Nomor RM: 18114251

2
Nama klinik: RSUD dr Chasbullah Telp: - Terdaftar sejak: 20 November 2018
Abdulmadjid Kota Bekasi

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Vertigo / Pusing berputar dirasakan mendadak saat bangun tidur , pusing dirasakan terus – menerus dan merasa
dirinya berputar, berkeringan, pusing sampai menggung aktivitas pasien bahkan harus tiduran karena rasanya sampai akan jatuh, silau bila
melihat cahaya, mual (+), muntah (+) sebanyak 3 x, emam (-).

2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum berobat untuk keluhan sekarang.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya dan pasien memiliki hipertensi yang tak
terkontrol.

4. Riwayat Keluarga : HT (-), DM (-), Penyakit Jantung dan Paru (-), Penyakit Ginjal (-), Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan
seperti pasien.
5. Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien pensiunan PNS dan tinggal bersama istri dan anaknya yang sudah berkeluarga. Biaya pengobatan di
tanggung BPJS. Kebiasaan merokok (-), minum alcohol (-), minum obat-obatan (-).

Daftar pustaka:
1) Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
2) Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia (PERDOSSI). Vertigo patofisiologi, diagnosis dan terapi. Desantara Utama, Jakarta. 2013
3) Misbach, Jusuf; Abdul, Bar Hamid; Adre, Mayza; M. Kurniawan, Saleh. 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar
prosedur Operasional (SOP) Neurologi. PERDOSSI.

3
4) Dewanto, George; Wita, J. Suwono; Budi, Riyanto; Yuda, Turana. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta
: EGC.
5) Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician January 15, 2006. Volume 73, Number 2

Hasil pembelajaran :
1. Penegakkan Diagnosis Vertigo Vestibular Perifer
2. Tatalaksana Awal dan lanjutan Vertigo Vestibular Perifer
3. Edukasi komplikasi penyakit
1. Subjektif :
• Keluhan Utama: Pusing Berputar
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien dating diantar keluarganya ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan pusing berputar sejak bagun tidur ± 4 jam yang lalu.
Pusing dirasakan pada seluruh kepala dan terasa seperti diri pasien berputar terhaap lingkungannya.. Pusing dirasakan terus-menerus dan merasa
dirinya yang berputar. Pasien merasa pusing berkurang pada saat perubahan posisi, duduk, dan menutup mata, pusing terjadi semangkin sering
sampai mengganggu aktivitas pasien bahkan harus tiduran karena rasanya seperti akan jatuh, silau bila melihat cahaya. Pasien belum
mengonsumsi obat untuk meredakan keluhan pasien. Selain pusing berputar, pasien juga mengeluhkan rasa mual (+), Muntah (+) sebanyak 3
x, jumlah muntahan seperti yang dimakan. Keringat dingin (+), Demam disangkal, trauma kepala disangkal, telinga berdenging disangkal.

Objektif :
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : tampak sakit sedang,

4
 Kesadaran : Kompos Mentis, GCS E4M6V5=15
 Tekanan darah : 150/90 mmHg
 Nadi : 1o5 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 20 x/menit, kussmaul (-)
 Saturasi : 99%
 Suhu : 37,0 ºC (aksiler)
Status Generalis
 B Kepala : Normosefal
 Kulit : sawo matang, turgor kulit cukup, pucat (-), uremic frost (-)
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Reflek cahaya direk (+/+)
 Hidung : discharge (-/-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga : discharge (-/-)
 Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-), pursed lip breathing (-)
 Tenggorokan : tonsil T1-T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-)
 Leher : simetris, trakea di tengah, JVP R+3 cm, pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
 Thoraks: bentuk normal, retraksi intercostal (-), retraksi suprasternal (-)
 Pulmo depan
Inspeksi : paru kanan dan paru kiri simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vocal simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) , suara tambahan ronkhi -/- dan wheezing -/-
5
 Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba tidak kuat angkat
Perkusi : batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kiri : SIC IV linea midclavikula sinistra
Batas kanan: SIC IV linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I-II regular, Bising(-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit hepar (-)
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-), area traube timpani
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri ketok costovertebral (-) , HJR (+)
 Ekstremitas
Akral hangat, refilling kapiler baik, sianoi (-)

NERVUS KRANIALIS

N.I (OLFAKTORIUS)

Penciuman (kualitas) : Normosmia/Normosmia

Cavum nasi :Lapang/Lapang

N. II (OPTIKUS)

 Visus (secara kasar ):Baik/Baik


6
 Lihat warna :Baik/Baik
 Kampus (konfrontasi) : Sama dengan pemeriksa
 Funduskopi : Tidak dilakukan

N. III, IV, VI (OKULOMOTORIUS, Trokhlearis, Abdusen)

 Sikap bola mata : Simetris


 Ptosis : Tidak ada
 Strabismus : Tidak ada
 Nistagmus : Tidak ada
 Eksoftalmus : -/-
 Enoftalmus : -/-
 Diplopia : -/-
 Deviasi konjuge : Tidak ada
 Pergerakan Bola mata
 Lateral kanan : Baik, simetris
 Lateral kiri : Baik, simetris
 Atas : Baik, simetris
 Bawah : Baik, simetris
 Berputar : Baik, simetris
 Pupil
 Bentuk : Bulat
 Isokor : Isokor, 3mm/3mm
 Refleks Cahaya Kanan Kiri
 Langsung + +
 Tidak langsung + +
 Refleks Akomodasi + +

7
N. V (TRIGEMINUS)

 MOTORIK
 Membuka mulut : Baik
 Gerakan rahang : Baik
 Mengigit (palpasi) : Baik
 Maseter : Baik
 Temporalis : Baik

 SENSORIK
 Rasa raba : Kanan = kiri
 Rasa nyeri : Kanan = kiri
 Rasa Suhu : Tidak dilakukan
 Rasa selaput lender : Tidak dilakukan
 REFLEKS
 Refleks kornea : +/+
 Refleks maseter : +
N. VII (FASIALIS)

 Sikap wajah (dalam istirahat) : Simetris


 Mimik : Biasa
Kanan Kiri

 Angkat Alis : baik baik


 Kerut dahi : baik baik
 Lagoftalmus : - -
 Kembung pipi : baik baik
 Menyeringai : baik baik

8
 Rasa kecap (2/3 depan) : tidak dilakukan
 Fenomena “chovstek : (+)
N.VIII (VESTIBULOKOHKLEAR)

Vestibula

 Nistagmus : +/+
 Vertigo : (+)

Kokhlearis
 Suara bisik : baik kanan = kiri
 Gesekan Jari : baik kanan = kiri
 Tes Rinne : +/+
 Tes Weber : tidak ada lateralisasi
 Tes Schwabach : sama dengan pemeriksa
N.IX,X (GLOSOFARINGEUS,VAGUS)

 Arcus Faring : simetris


 Palatum Mole : intak
 Disfoni : -
 Rinolali : -
 Disfagi : tidak dilakukan
 Batuk : -
 Menelan : baik
 Reflek Faring : (+)
 Reflek Okulokardiak : (+)
 Reflek Sinus Karotikus : (+)
N.XI (ASESORIUS)
9
 Menoleh (kanan,kiri,bawah) : baik
 Angkat Bahu : baik
N.XII (HIPOGLOSSUS)
 Sikap lidah dalam mulut : ditengah
 Julur lidah : baik
 Gerakan lidah : baik
 Tremor : (-)
 Fasikulasi : (-)
 Tenaga otot lidah : Baik
MOTORIK

Derajat Kekuatan Otot (0-5)

Kanan Kiri

Lengan :

 Atas : 5 5
 Bawah : 5 5
 Lengan : 5 5
 Jari : 5 5
Tungkai :

 Atas : 5 5
 Bawah : 5 5
 Kaki : 5 5
 Jari : 5 5
Tonus Otot (hiper, normo, hipo, atoni)

10
Kanan Kiri

 Lengan :
 Fleksor : Normotonus Normotonus
 Ekstensor : Normotonus Normotonus
 Tungkai:
 Fleksor : Normotonus Normotonus
 Ekstensor : Normotonus Normotonus
 Trofi Otot
 Lengan : Eutrofi Eutrofi
 Tungkai : Eutrofi Eutrofi
Gerakan Spontan Abnormal

 Kejang : (-)
 Tetani : (-)
 Tremor : (-)
 Khorea : (-)
 Atetosis : (-)
 Balismus : (-)
 Diskinesia : (-)
 Mioklonik : (-)
KOORDINASI

STATIS

 Duduk : baik
 Berdiri : tidak baik
 Tes Romberg : +

11
DINAMIS

 Telunjuk hidung : tidak baik


 Jari-jari : tidak baik
 Tremor Intensi : (-)
 Disdiadokinesis : (-)
 Dismetri : (-)
 Disartri : (-)
 Menulis : baik
REFLEKS TENDO
 Biceps : ++/++
 Triceps : ++/++
 APR : ++/++
 KPR : ++/++
REFLEKS PATOLOGIS
 Babinski : -/-
 Hoffman Trommer : -/-
 Chaddock : -/-
 Klonus Lutut : -/-
 Oppenheim : -/-
 Klonus Kaki : -/-
 Gordon : -/-
 Schaeffer : -/-
 Mendel Bechterew : -/-
 Rossolimo : -/-

12
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: Tanggal 20 dan 21 Mei 2018
Hematologi
Hasil Hasil
Nama Pemeriksaan Rujukan
20/11/2018 21/11/2018
Hematologi
Leukosit 9,400 10.700 5-10 ribu / ul
Hemoglobin 10,3 11,5 12-14 gr/dl
Hematokrit 30.4 35.1 37-47%
Trombosit 218.000 319.000 150ribu-400 ribu/ul
Elektrolit
Nama Pemeriksaan 22/11/2018 Rujukan
Natrium (Na) 130 135-145 mmol/L
Kalium (K) 5.0 3.5-5.0 mmol/L
Clorida (Cl) 114 94-111 mmol/L
Glukosa
Nama Pemeriksaan 20/11/2018 Rujukan
GDS 145 60-110 mg/dL

13
Tinjauan Pustaka
Definisi
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering
juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa
berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.

Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem
optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik.

Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu,

14
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan tubuh :

 Teori rangsang berlebihan (overstimulation)


Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu;
akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

 Teori konflik sensorik


Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut
menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau
sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang
berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

 Teori neural mismatch


Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak
lagi timbul gejala.

 Teori otonomik

15
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

 Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

 Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di
awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

Etiologi
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi :
Labirin, telinga dalam
 vertigo posisional paroksisimal benigna
 pasca trauma

16
 penyakit menierre
 labirinitis (viral, bakteri)
 toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
 oklusi peredaran darah di labirin
 fistula labirin
Saraf otak ke VIII
 neuritis iskemik (misalnya pada DM)
 infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
 neuritis vestibular
 neuroma akustikus
 tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah
 Otitis media
 Tumor
SENTRAL
Supratentorial
 Trauma
 Epilepsi
Infratentorial
 Insufisiensi vertebrobasiler

17
OBAT

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid,
diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian
juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler
antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat
supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan
antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.

Klasifikasi Vertigo

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).

 Psikogenik : sindrom fobia


 Patologik : - sentral

- perifer

 Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.


VERTIGO SENTRAL

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah
terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.

18
VERTIGO PERIFER

Lamanya vertigo berlangsung :

 Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik


Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan
kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di
telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
 Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
 Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu
pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral

Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam, saraf perifer) Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak,
serebelum)

19
Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), iskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma,
penyakit maniere, neuronitis vestibuler, migren basiler
labirintis, neuroma akustik, trauma

Gejala gangguan Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi
SSP motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Jadi cape Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

Telinga Kadang-kadang Tidak ada


berdenging dan
atau tuli
Nistagmus + -
spontan

20
Gejala Klinik

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput
(tipis).

ANAMNESIS
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga
keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan. Profil waktu: apakah timbulnya akut atau
perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik.
Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan
seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemi,
penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik

PEMERIKSAAN FISIK

Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler; dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo
adalah untuk menentukan penyebab apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri,
serebelum,batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik. Selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang dapat
mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung,hipertensi, hipotensi, gagal jantung

21
kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian
penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama
(denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada:

1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. Pada kelainan vestibuler hanya
pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebellar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun mata tertutup.

22
b. Tandem Gait:

penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada tes ini penderita
berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan
dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.

c. Uji Unterberger.

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

23
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler
akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

24
Fungsi Vestibuler
a. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver
Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur
dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi
dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus

25
b. Tes kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar
bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf).
Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah
suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri
(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya
nistagmus berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit,
telinga ke-2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada
penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal
hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik.
Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah
keadaan labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi.

c. Elektronistagmografi

Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pada tes kalori, dikembangkan pemeriksaan elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat
ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dapat dicatat pada kertas, menggunakan tekhnik
yang mirip dengan elektrokardiografi.

d. Posturografi

26
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik.
Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :

 Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa (normal)
 pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes romberg)
 pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input
visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
 pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari
badan bagian bawah dapat diganggu.
 mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
 pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik
lainnya untuk input (informasi)

Penatalaksanaan
 Terapi kausal
Obati penyebab dasarnya
 Terapi simptomatik (medikamentosa)
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut,
seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah
beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan :

27
ANTIHISTAMIN

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat,
difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin
sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).
Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
 Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
 Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis
25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.

28
ANTAGONIS KALSIUM

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah
15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
FENOTIAZINE
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine
(Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis
12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai
ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
OBAT SIMPATOMIMETIK
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
29
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
OBAT PENENANG MINOR
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam : Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
- Diazepam : Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

OBAT ANTI KHOLINERGIK

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

 Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6
mg, 3 – 4 kali sehari.
 Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat
atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah :

30
 Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
 Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
 Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan :

 Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.


 Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
 Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
 Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
 Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
 Jalan menaiki dan menuruni lereng.
 Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
 Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.

31
TerapiFisikBrand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Keterangan Gambar :
 Ambil posisi duduk
 Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk.
 Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakkan lamanya sekitar 1 menit, dapat dilakukan
berulang kali.
 Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah

DIAGNOSIS AWAL
 Vertigo Tipe Ferifer

32
 Plan :
TERAPI AWAL (Tatalaksana awal di IGD)
IP Dx : O : Darah rutin, elektrolit, GDS
Ip Rx :
 IVFD RL 20 tetes permenit
 Injeksi Ondancentron 2 x 4 mg
 Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
 Betahistin tab 3 x 6 mg PO
 Flunarizine tab 2 x 5 mg PO
 Amlodipine tab 1 x 10 mg PO
Mx : Keadaan umum, tanda vital, deficit neurologi
Ex :
 Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang penyakit pasien, penyebab, faktor pencetus dan penatalaksanaan
 Menjelaskan kepada keluarga dan pasien untuk latihan mobilisasi jika keluha mereda
 Mengedukasi kepada penderita agar membatasi aktivitas, aktivitas sesuai kemampuan pasien
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien perlu dirawat inap
TERAPI AWAL DI IGD (Konsul dr. Yudo Sp.S)
 IVFD RL 20 tetes permenit
 Injeksi Ondancentron 2 x 4 mg
 Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
 Betahistin tab 3 x 6 mg PO
33
 Flunarizine tab 2 x 5 mg PO
 Dimenhidrinat 3 x 50 mg PO
 Amlodipine tab 1 x 10 mg PO
 Rawat Bangsal Neuro / Bangsal Sakura

DIAGNOSIS KERJA
 Vertigo Tipe Perifer

CATATAN KEMAJUAN PASIEN (Tanggal 20 November s.d 22 November 2018)


TANGGAL PEMERIKSAAN FISIK DAN PROBLEM TERAPI DAN PROGRAM
21 November 2018 S : Pusing berputar (+),mual(+), muntah(+), batuk(-) TERAPI
pukul 20.00 wib, Hari O: Visit dr Yudo Sp.S
Rawat ke-2  KU : tampak sakit sedang  IVFD RL 20 tetes permeni
 TD : 140/90 mmHg  Injeksi Ondancentron 2 x 4 mg
 N : 70x/menit  Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
 RR : 20 x/menit  Betahistin tab 3 x 6 mg PO
 S : 36ºC  Flunarizine tab 2 x 5 mg PO
 Kepala: normocephal  Dimenhidrinat 3 x 50 mg PO
 Thorax : SNV +/+ Rh -/- Wh -/- , BJ I – II reguler  Amlodipine tab 1 x 10 mg PO
murmur (-) gallop (-)
 Abdomen : supel , bising usus (+) MONITORING :

34
 Ekstremitas : CRT <2 detik, - Keadaan umum
A: - Tanda vital/6 jam
1. Vertigo Tipe Perifer - Defisit Neurologi

22 Oktober 2018, Hari S : Pusing (+),mual (-) muntah(-), TERAPI


Rawat ke-3 O: Visit dr Yudo Sp.S
 KU : tampak sakit sedang  IVFD RL 20 tetes permeni
 TD : 140/90 mmHg  Injeksi Ondancentron 2 x 4 mg
 RR : 20 x/menit  Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
 N : 74 x/menit  Betahistin tab 3 x 6 mg PO
 S : 36.6ºC  Flunarizine tab 2 x 5 mg PO
 Kepala: normocephal  Dimenhidrinat 3 x 50 mg PO
 Thorax : SNV +/+ Rh -/- Wh -/- , BJ I – II reguler  Amlodipine tab 1 x 10 mg PO
murmur (-) gallop (-)  Edukasi pasien : rutin minum obat dan control
 Abdomen : supel , bising usus (+)
 Ekstremitas : CRT <2 detik, Pasien Boleh Pulang

A:
1. Vertigo Tipe Perife

35

Anda mungkin juga menyukai