Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan pada Dengue Fever/ Demam Dengue

di Ruang Kartika Rumah Sakit DKT Bengkulu

Disusun Oleh:

MELI HERIYANTI

NPM: 1526010038

PRESEPTOR CO. PRESEPTOR

( ) ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES TRI MANDIRI SAKTI

KOTA BENGKULU

2019
1. TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DD) adalah penyakit
yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan
tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leucopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia ringan, dan petekie spontan.
Demam berdarah dengue ( atau dengue haemorrhagic fever, selanjutnya
disingkat DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat
DSS) adalah penyakit DBD yang disertai renjatan.

B. Epideomologi
Vektor pembawa dengue di Indonesia akan menyebar secara luas dan
cepat sehingga epidemiologi demam dengue adalah salah satu masalah
kesehatan utama di Indonesia.
Global
Menurut WHO, dengue merupakan penyakit yang menjadi beban
kesehatan, ekonomi dan sosial pada populasi di daerah endemik. Dalam
waktu 50 tahun terakhir ini, insidensi dengue telah meningkat 30 kali di
seluruh dunia. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
pembawa penyakit virus dengue adalah yang paling cepat ke seluruh
dunia, karena dapat hidup dan berkembang biak bukan hanya pada daerah
tropis tapi juga pada daerah subtropis. Di samping itu, adanya urbanisasi
yang tidak ditata dengan baik, pertumbuhan populasi dunia, percepatan
dan mudahnya mobilitas penduduk melalui jalur udara, darat dan laut
mengakibatkan mudahnya pula perpindahan penyakit ini ke daerah lain.
C. Patogenesis
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi
yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai DD. Apabila orang itu
mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan
menimbulkan reaksi yang berbeda.
DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama
kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi
di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke
system retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen.
Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah
sehingga akan mengaktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannya
anafilaktoskin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah
meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP,
trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas
kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi kapiler
intravaskuler. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan
menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah.
D. Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue, perlu
diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti tertera pada tabel 1.

Tabel: Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue (WHO, 1997).

DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium


DD Demam disertai 2 Leucopenia Serologi
atau lebih tanda: Trombositopenia, Dengue
sakit kepala, nyeri tidak ditemukan Positif
retro-orbital, bukti kebocoran
mialgia, artralgia. plasma

DBD I Gejala di atas Trombositopenia,


ditambah uji (<100.000
bendung positif sel/mm3), bukti
ada kebocoran
plasma

DBD II Gejala di atas Trombositopenia,


ditambah perdarahan (<100.000
spontan sel/mm3), bukti
ada kebocoran
plasma

DBD III Gejala di atas Trombositopenia,


ditambah kegagalan (<100.000
sirkulasi (kulit sel/mm3), bukti
dingin dan lembab ada kebocoran
serta gelisah) plasma

DBD IV Syok berat disertai Trombositopenia,


dengan tekanan (<100.000
darah dan nadi tidak sel/mm3), bukti
terukur. ada kebocoran
plasma

DBD derajat III dan IV juga disebut sindrom syok dengue (SSD).

E. Etiologi
Virus dengue dan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penularnya
merupakan etiologi demam dengue.

Etimologi
Kata dengue berasal dari bahasa Spanyol. Kemungkinan kata ini
diturunkan dari bahasa Swahili, Afrika Timur, dinga, atau sebagai frasa
Ka-dinga pepo, yang melukiskan penyakit ini sebagai akibat dari roh jahat.
Jaman dahulu kala, para budak di Hindia barat, daerah Atlantik utara
samudera Karibia, yang mengidap dengue dikatakan memiliki postur dan
cara berjalan seperti dandy, sehingga kemudian penyakit ini dikenal
dengan istilah “dandy fever”. Seiring dengan perkembangan dunia
kedokteran istilah penyakit ini berubah dari waktu ke waktu. Istilah
dengue fever secara umum mulai digunakan sejak tahun 1828.

Agen

DF disebabkan oleh virus dengue (DENV). DENV merupakan single-


stranded RNA virus dengan panjang sekitar 11 kilobases, golongan family
Flaviviridae, genus Flavivirus. DENV memiliki 4 serotipe yang
berhubungan satu sama lain tapi secara antigen berbeda: DENV-1, DENV-
2, DENV-3 dan DENV-4. Tiap serotipe ini mempunyai beberapa genotipe
tersendiri. Jadi infeksi virus dengan genotipe dan serotipe tertentu, dan
rentetan infeksi dengan serotipe yang berbeda akan memengaruhi tingkat
keparahan penyakit ini.
Vektor

Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai


vektor penular dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan
penyakit ini adalah Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes
scutellaris. Serangga penyebar penyakit ini masuk ke dalam klasifikasi
ilmiah dalam filum Arthropoda, sehingga virus dengue ini juga dinamakan
sebagai Arbovirus.

F. Patofisiologi
Viremia virus dengue dan respon imunologi-hematologi yang terjadi
akibatnya merupakan dasar patofisiologi demam Dengue.
Manusia merupakan inang (host) utama terhadap virus dengue ini.
Nyamuk Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang
yang sedang mengalami viremia virus tersebut. Dalam kelenjar liur nyamuk,
virus dengue akan bereplikasi. Replikasi ini berlangsung selama 8─12 hari.
Namun, replikasi ini tidak mempengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk.
Kemudian, serangga ini akan mentransmisikan virus dengue jika dengan
segera menggigit manusia lainnya. Selanjutnya, orang tersebut akan berstatus
infeksius selama 6─7 hari. Masa hidup nyamuk Aedes aegypti biasanya 21
hari, atau berkisar 15─65 hari. Virus dengue, yang bersama saliva nyamuk
akan masuk ke dalam peredaran darah orang yang digigitnya, lalu menginvasi
lekosit untuk bereplikasi.
Leukosit akan merespon adanya viremia ini dengan mengeluarkan protein
cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-
gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot. Masa inkubasi
biasanya 4─7 hari, kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus bertambah banyak,
dapat masuk ke dalam organ hati dan sumsum tulang. Sel-sel stroma pada
sumsum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga mengakibatkan
menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan trombosit ini
akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF.
Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia,
purpura, ekimosis, hematemesis dan melena. Replikasi virus yang terjadi pada
hati, akan menyebabkan pembesaran hati dan nyeri tekan, namun tidak
dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini berlanjut, terjadi pelepasan zat
anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein berakibat
permeabilitas dinding kapiler akan meningkat. Kemudian akan diikuti
terjadinya ektravasasi cairan intravaskular ke kedalam jaringan ekstravaskular.
Akibatnya, volume darah akan turun, disertai penurunan tekanan darah,
selanjutnya suplai oksigen ke organ dan jaringan tubuh akan menurun. Pada
keadaan inilah akral tubuh akan terasa dingin disebabkan peredaran darah dan
oksigen yang berkurang. Hal ini berkenaan dengan diutamakannya peredaran
darah untuk disalurkan ke organ-organ vital tubuh.
Ektravasasi yang berlanjut akan menyebabkan hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan ini, penderita memasuki
fase DSS.
G. Pathway

Nyamuk Aedes aegepty


Petekie,
Masuk ke dalam darah Virus dengue purpura

Trombosit ↓ perdarahan Ekimosis

Leukosit ↓ Suhu ↑
Hematemesis,
epistaksis

Nyeri otot Muntah dan Bradikardi


(nyeri perut) mual

Anoreksia
Nyeri

Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh
H. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis bervariasi, dari yang ringan, sedang, seperti DD, sampai
ke DBD dengan manifestasi akut, perdarahan, serta cenderung terjadi renjatan
yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue anatar 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari.
Pada DD terdapat peningkatan secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri
yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntah, dan batuk ringan.
Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut
ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva,
lakrimasi, dan fotopobia. Otot-otot disekitar mata terasa pegal.
Eksanterm dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan
dada, berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kemabali pada hari ke 3-6
berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu
turun normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, berkas-berkasnya
kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu bifasik.
Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan.
Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat
pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa
penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar.
Pada pasien DBD dapat terjadi perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa
petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati
umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan
beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit
yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada
ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan
darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun
antara hari ke-3 dan hari ke-7 penyakit.

I. Diagnosis
Kriteria klinis DD, adalah:
1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda
4. Nyeri tekan terutama di otot otot dan persendian
5. Adanya ruam-ruam pada kulit
6. Leucopenia

Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986, adalah:

1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun
secara lisi. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia,
malaise, nyeri pada punggung, tulang persendian dan kepala.
2) Manifestasi perdarahan, sepereti uji turniket positif, petekie,
purpura, ekimosis, episaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
melena.
3) Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
4) Dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam
biasanya mempunyai prognosis yang buruk.
5) Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.

Diagnosis klinis perlu didukung pemeriksaan serologi.

J. Pemeriksaan Penunjang
i. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya
limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell
culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-
PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena
teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya
antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun
IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

 Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat


ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total
leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
 Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
 Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
 Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
 Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
 SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
 Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
 Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
 Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan
diberikan transfusi darah atau komponen darah. Imuno serologi
dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
 IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai
minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
 IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari
ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-
2.
 Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta
saat pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan
surveilans. (WHO, 2006)
ii. Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG. (WHO, 2006)

K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirop) atau air tawar
ditambah garam
3. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hipereksia dapat
diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin atau
dipiron, dan jangan diberi asetosal karena bahaya perdarahan
4. Antibiotik diberikan bila ada kemungkinan infeksi sekunder

Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:

1. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi


2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
tiap jam serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya
tiap 24 jam.

Pada pasen DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,
seperti NaCl, ringer laktat yang dipertahankan 12-48 setelah renjatan teratasi.
Bila tak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau
dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29/kg BB dan dipertahankan 12-
48 setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan Hb dan Ht
turun maka dilakukan transfusi darah.
L. Prognosis
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS,
mortalitasnya (angka kematian) cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di
Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dari
perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak.

M. Komplikasi
Pada Demam Dengue, perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus
peptik, trombositopenia hebat, dan trauma.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Anamnesa.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.

2. Riwayat penyakit
i. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual
dan nafsu makan menurun. 3. Riwayat penyakit sekarang
ii. Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan
nafsu makan menurun.

iii. Riwayat penyakit terdahulu


Tidak ada penyakit yang diderita secara specifik.

iv. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat adanya penyakit DF/DHF pada anggota keluarga yang
lain sangat menentukan, karena penyakit DF/DHF adalah penyakit
yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides aigepty.

v. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

vi. Riwayat Tumbuh Kembang


3. Pengkajian Per Sistem
 Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.

 Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta
pada grade IV dapat trjadi DSS

 Sistem Kardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

 Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.

 Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

 Sistem Integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus
dengue.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake/output tidak adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7725567/ASUHAN_KEPERAWATAN_KLIE
N_ DEMAM _DENGUE_DF_Diagnosis

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/
epidemiologi

Nurarif, A.H., H. Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai