Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CEDERA


MUSKULOSKELETAL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III
Dosen Pengampu : Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

KELOMPOK 5 :
Della Eka Setia N (010116A019)
Erlin Khoriana (010116A030)
Marcelia Hikmatul (010116A052)
Widiyawati (010116A089)
Wahyu Farhatun (010116A085)
Poetra Septiansyah (010116A087)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan


rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Dengan Cedera Muskuloskeletal”, disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yaitu Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam pembelajaran.

Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan
terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ungaran, Agustus 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera pada satu bagian system musculoskeletal biasanya
menyebabkan cedera atau disfungsi struktur disekitarnya dan struktur yang
dilindungi atau disangganya. Bila tulang patah, otot tak bisa berfungsi, bila
saraf tak dapat menghantarkan implus ke otot seperti pada paralisis, tulang
tak dapat bergerak, bila permukaan sendi tak dapat berartikulasi dengan
normal, baik tulang maupun otot tak dapat berfungsi dengan baik.
Gangguan muskuloskeltal merupakan salah satu masalah utama
kesehatan diseluruh dunia dengan prevalensi 35-50% (Lindgren dkk, 2010).
Gangguan muskuloskeletal diantaranya fraktur, dislokasi, sprain, strain dan
konstusio.
Dikehidupan sehari hari yang semakin padat dengan aktifitas masing
masing manusia dan untuk mengejar perkembangan zaman, manusia tidak
akan lepas dari fungsi normal muskuloskeletal terutamatulang yang menjadi
alat gera utama bagi manusia, tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagian tubuh dan tempat untuk melekatnya otot otot yang
menggerakan kerangka tubuh, namun dari ulah manusia itu sendiri, fungsi
tulang dapat terganggu karena mengalami fraktur.
Penanganan cedera sistem musculoskeletal meliputi pemberian
dukungan pada bagian yang cedera samapai penyembuhan selesai. Dukungan
dapat di peroleh secara eksternal dengan pemberian balutan, plester, bidai,
atau gips. Setelah efek cedera segera dan nyeri telah hilang, usaha
penanganan di fokuskan pada pencegahan fibrosis dan kekauan pada struktur
tulang dan sendi yang cedera. Latihan yang baik dapat melindungi terhadap
terjadinya kecacatan tersebut. Pada beberapa keadaan, dukungan yang
diberikan memungkinkan aktivitas awal. Proses penyembuhan dan
pengembalian fungsi dapat dipercepat dengan berbagai bentuk terapi fisik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari cedera muskuloskeletal ?
2. Apa saja definisi dan macam-macam cedera muskuloskeletal?
3. Apa etiologi kontusio, sprain, dan strain ?
4. Apa manifestasi klinis kontusio, sprain, dan strain ?
5. Bagaimana patofisiologi kontusio, sprain, dan strain?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, dan strain ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari cedera muskuloskeletal ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan cedera muskuloskeletal ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari cedera muskuloskeletal
2. Untuk mengetahui definisi dan macam macam cedera muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui etiologi kontusio, sprain, dan strain.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kontusio, sprain, dan strain.
5. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio, sprain, dan strain.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, dan
strain.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari cedera muskuloskeletal.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan cedera muskuloskeletal.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Cedera musculoskeletal adalah suatu cedera yang dapat mencederai


fisik maupun psikis. Cedera jaringan lunak musculoskeletal dapat berupa
vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio), regangan atau robekan parsial
(sparain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah
dan gangguan saraf.
Cedera pada tulang menimbulkan patah tulang (fraktur) dan dislokasi.
Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler)yang
sekaligus menimbulkan dislokasi sendi. Fraktur ini juga disebut fraktur
dislokasi. Adapun macam- macam cedera muskulokeletal :
1. Kontusio
a. Definisi
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera
pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma
tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan,
atau jatuh (Arif Muttaqin,2008)
b. Etiologi
 Benturan benda keras
 Pukulan
 Tendangan jatuh
c. Manifestasi klinis
 Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture
pembuluh darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur.
 Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
 Hiperkalemia
d. Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa
ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh
darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah
pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan,
kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio
memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia
juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi
pembuluh darah ikut menurun. Endapan sel darah pada jaringan
kemudian mengalami fagositosis dan di daur ulang oleh makrofaga.
Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio merupakan
hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut
bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna
kecoklatan. Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk
cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel
darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik.
Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan
terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut
terganggu.
e. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wahid 2013, penatalaksanaan pada cedera kontusio
adalah sebagai berikut:
 Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan
pendarahan kapiler.
 Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat
pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
 Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan.

2. Sprain
a. Definisi
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang
memberikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi
dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan
sendi. Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa
penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Ligamen yang sobek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri.
b. Etiologi
 Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi
yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
 Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari
posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir
c. Manifestasi klinis
 Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
 Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
 Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa
jam setelah cedera)
 Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya.

d. Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu
masalah yang disebut dengan sprain yang terutama terjadi pada
ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya
serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal
tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah
edema; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam
setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.

e. Penatalaksanaan Medis
 Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya;
pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan
yang terkoyak.
 Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk
meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik
(codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
 Elektromekanis.
1) Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C.
2) Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau
pengendongan (sung).
3) Posisi ditinggikan jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
4) Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri
hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10
hari tergantung jaringan yang sakit.
5) Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan
penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan
yang sakit.

3. Strain
a. Definisi
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,
peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan, serta terdapat
robekan mikriskopik tidak komplet dengan pendarahan kedalam
jaringan. Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri
mendadak dengan nyeri tekan lokal pemakaian obat dan kontraksi
isometrik.
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon
karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo tendinous (Wahid, 2013).

b. Etiologi
 Strains terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak
seperti pada pelari atau pelompat.
 Adanya pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta
meliputi pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit dan
gerakan memutar.
 Pada strains akut terjadi ketika otot terjulur dan berkontraksi secara
mendadak.
 Strains kronik terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekana berulang-ulang menyebabkan terjadinya
tendonitis (perdangan pada tendon). (Wahid, 2013).

c. Manifestasi Klinis
 Nyeri mendadak
 Nyeri tekan lokal,kontraksi isometrik
 Bengkak pada persendian yang terkena
 Memar atau memerah lokal
d. Patofisologi
Strain dapat mencakup robekan atau ruptur jaringan. Inflamasi
terjadi pada cedera otot atau tendon yang menyebabkan nyeri dan
pembengkakan jaringan (Corwin,2008).
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma
langsung(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi
akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi,otot belum siap,terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring(otot paha
bagian bawah), dan otot guadriceps, fleksibelitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memer dan membengkak (
Smelzher,2000).

e. Penatalaksanaan
 Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol pembengkakan
 Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan mempercepat
penyembuhan
 Pemberian kompres dingin selama 20-30 menit. Selama 24-48 jam
pertama setelah cedera dapat menyebabkan vasokontriksi yang
akan mengurangi perdarahan, edema, dan ketidaknyaman
 Pemasangan balut tekan elastis dapat mengontrol perdarahan,
mengurangi edema dan menyokong jaringan yang cedera
 Status neuromuskular ekstremitas yang cedera dipantau sesering
mungkin
 Pembedahan jika ada robekan serabut otot dan terputusnya
ligamen
 Imobilisasi dengan gips
 Latihan aktif dan pasif progresif boleh dimulai dalam 3-5 hari.
Strain berat mungkin perlu diimobilisasi 1-3 minggu sebelum la-
tihan perlindungan dimulai. Latihan awal yang berlebihan dalam
perjalanan terapi dapat memperlama penyembuhan. Strain dan
strain memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa
bulan untuk sembuh. Pembidaian diperlukan untuk mencegah
cedera ulang.
2.2 Pathway

sprain

Adanyan pukulan,
tendangan

Ligamen Permukaan sendi tulang


terpelintir yang membentuk sendi
Terputusnya banyak tak lagi anatomis
pembuluh darah Berolahraga
Peregangan
Serabut otot berlebihan
terganggu Subluksasi = dislokasi
permukaan
Pendarahan jaringan
persendian
lunak
Terjadi
Cedera di tarikan otot
otot
Ekimiosis, memar Terputusnya
Pasien merasa
kontinuitas
cemas dengan
Strain tulang
Rasa nyeri keadaannya
Kontusi

Tidak bisa
Gangguan MK : Ansietas bergerak bebas
Nyeri Akut
Rasa
Nyaman

MK: hambatan
mobilitas fisik
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Dilihat adanya hematoma dan memar atau pendarahan pada
jaringan. Ada trauma, mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma
ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi baru, ada rasa sendi
keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuens
atau habitual.
a. Pemeriksaan klinis
1) Sinar – X. Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X
korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat
menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan
perubahan struktur sendi.
2) CT Scan (Computed Tomografi Scan). Menunjukkan rincian
bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk
mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum..
3) Deformitas
 Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid
yang raata pada dislokasi bahu.
 Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior
sendi panggul)
 Kedududukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul
endorotasi, flaksi dan edukasi.
4) Nyeri.
5) Function laesa, misalnya bahu tidak dapat enderotasi pada
dislokasi anterior bahu.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Landasan Teori Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Ada tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang
mengalami gangguan muskuloskeletal yaitu :
1) Deskripsi Nyeri PQRST
 Position : dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
 Quality : adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk,
panas, dan lain-lain
 Radiation : penjalaran nyeri
 Severity : tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan dengan
gangguan Activity Daily Living (ADL).
 Timing : kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu
istirahat, dan lain-lain

2) Perubahan bentuk (Deformitas)


 Bengkak : biasanya karena radang, tumor, pasca trauma, dan
lain-lain.
 Bengkok misanya pada varus, bengkok keluar valgus, bengkok
kedalam seperti kaki X Genu varum, kaki seperti O, pendek,
dapat dibandingkan dengan kontralateral yang normal.

3) Gangguan Fungsi (Disfungsi)


 Afungsi ( Tak bisa digerakkan sama sekali).
 Kaku (stiffnesss).
 Cacat (disability).
 Gerakan tak stabil (instability)

c. Pengkajian Riwayat Kesehatan


d. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Pemeriksan umum dan TTV
2) Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang
3) Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datang
e. Pemeriksaan tonus otot
f. Pemeriksaan atrofi otot
g. Pemeriksaan Fisik Regional
1) Pemeriksaan Palpasi :
 Suhu dibandingkan dengan anggota gerak kontralateral.
 Nadia tau pulsasi terutama pada tumor.
 Nadi distal (trauma pada fraktur).
 Nyeri tekan dan nyeri sumbu terutama pada fraktur.
 Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi.
 Fungsi saraf : sensorik, motorik, dan reflex.
2) Pemeriksaan Sendi
 Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda
radang, dan lain-lain.
 Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-
lain.
 Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif.
 Adanya bunyi “klik” krepitasi.
 Adanya kontraktur sendi.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik dan kimiawi yang
ditandai dengan sikap melindungi area nyeri
b. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan

No Nanda NOC NIC


1 (00132) Nyeri Akut (1605) Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Nyeri akut adalah Definisi: Tindakan pribadi untuk Definisi: Pengurangan atau
pengalaman sensori dan mengontrol nyeri reduksi nyeri sampai pada
emosional tidak Setelah diberikan tindakan tingkat kenyamanan yang
menyenangkan yang muncul keperawatan selama 3x24 jam dapat diterima ole pasien
akibat kerusakan jaringan diharapkan dengan Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas:
aktual atau potensial atau  Lakukan pengkajian nyeri
 Menggali kapan nyeri terjadi,
yang digambarkan sebagai komprehensif yang
dipertahankan pada skala 2 atau
kerusakan (International meliputi lokasi,
ditingkatkan ke skala 4.
Association for the Study of karakteristik, onset/durasi,
 Menggunakan jurnal harian untuk
Pain); awitan yang tiba-tiba frekuensi, kualitas,
memonitor gejala dari waktu ke
atau lambat dari intensitas intensitas atau beratnya
waktu, dipertahankan pada skala 3
ringan hingga berat dengan nyeri dan faktor pencetus.
atau ditingkatkan ke skala 4.
akhir yang dapat di antisipasi  Pastikan perawatan
 Menggunakan tindakan
atau diprediksi. analgesik bagi pasien
pengurangan nyeri tanpa analgesic,
dilakukan dengan
dipertahankan pada skala 2, atau
pemantauan yang ketat
ditingkatkan ke skala 4
 Gali bersama pasien faktor
 Melaporkan nyeri yang terkontrol,
faktor yang dapat
dipertahankan di skala 3 di
menurunkan atau
tingkatkan di skala 5
memperberat nyeri
 Dorong pasien untuk
(2102) Tingkat Nyeri memonitor nyeri dan

Definisi: Keparahan dari nyeri yang menangani nyeri dengan

diamati atau dilaporkan tepat


 Dorong pasien
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam menggunakan obat obatan
diharapkan dengan Kriteria hasil penurun nyeri yang adekuat
 Dukung istirahat/tidur yang
 Nyeri yang dilaporkan,
adekuat untuk membantu
dipertahankan di skala 2
penurunan nyeri
ditingkatkan di skala 4.
 Panjangnya episode nyeri,
dipertahankan diskala 2 di
tingkatkan di skala 4
 Mengerang dan menangis, di
pertahankan di skala 3 di tingkatkan
di skala 4
 Ekspresi nyeri wajah, di
pertahankan di skala 2 ditingkatkan
di skala 4
 Tidak bisa beristirahat,
dipertahankan di skala 3
ditingkatkan di skala 4.
 Agitasi, dipertahankan di skala 2
ditingkatkan di skala 4.
 Ketegangan otot, dipertahankan di
skala 3 ditingkatkan di skala 4

2 (00146) Ansietas (1211) Tingkat Kecemasan (5820) Pengurangan


Definisi: perasaan tidak Definisi: Keparahan dari tanda tanda Kecemasan.
nyaman atau kekawatiran ketakitan, ketegangan, atau kegelisahan Definisi: Mengurangi tekanan,
yang samar disertai respon yang berasal dari sumber yang tidak ketakutan, firsat, maupun
autonom (sumber sering kali dapat diindetifikasi. ketidaknyamanan terkait
tidak spesifik atau tidak Setelah diberikan tindakan dengan sumber sumber bahaya
diketahui oleh iindividu): keperawatan selama 3x24 jam yang tidak teriidentifikasi
perasaan takut yang diharapkan dengan Kriteria hasil: Aktivitas aktivitas
disebabkan oleh antisipasi  Tidak dapat beristirahan  Gunakan pendekatan ysng
terhadap bahaya. Hal ini dipertahankan pada skala 2 tenang dan menyakinkan
merupakan isyarat ditingkatkan pada skala 4  Nyatakan dengan jelas
kewaspadaan yang  Meremas remas tangan harapan terhadap perilaku
memperingatkan individu dipertahankan pada skala 3 pasien
akan adanya bahaya dan ditingkatkan pada skala 4  Berikan informasi faktual
kemampuan individu untuk  Distres dipertahankan pada skala 2 terkait diagnosis,
bertindak menghadapi ditingkatkan pada skala 4 perawatan dan prognisis
ancaman.  Persaan gelisah dipertahankan pada  Dorong keluarga untyk
Faktor yang berhubungan : skala 2 ditingkatkan pada skala 4 mendampingi klien
 Ancaman pada situasi  Serangan panik dipertahankan pada dengan cara yang tepat
terkini skala 2 ditingkatkan pada skala 4  Dorong aktivitas yang
 Hubungan  Rasa cemas yang disampaikan tidak kompetitif secara
interpersonal secara lisan dipertahankan pada tepat
 Kebutuhan yang tidak skala 2 ditingkatkan pada skala 4  Dengarkan klien
dipenuhi  Peningkatan tekanan darah  Bantu klien
 Konflik tentang tujuan dipertahakan pada skala 2 mengidentifikasi situasi
hidup ditingkatkan pada skala 4 yang memicu kecemasan
 Krisis situasi  Kaji untuk tanda verbal
 Perubahan besar dan non verbal kecemasan
 Stresor
3 (00085) Hambatan (0201) Ambulansi: kursi roda Terapi Latihan: Ambulasi
Mobilitas Fisik Definisi : tindakan personal ber[indah (0221)
Definisi: keterbatasan dalam dari satu tempat ke tempat lain dengan
 Beri pasien pakaian yang
gerakan fisik atau satu atau menggunakan kursi roda.
tidak mengekang
lebih ekstremitas secara Setelah diberikan tindakan
 Bantu pasien untuk
mandiri dan terarah keperawatan selama 2x24 jam
menggunakan alas kaki
Batasan Karakteristik: diharapkan dengan Kriteria hasil:
yang memfasilitasi pasien
 Perpindahan dan dari kursi
 Penurunan kemampuan untuk berjalan dan
melakukan keterampilan roda, di pertahankan di skala 3 mencegah cidera
motorik kasar. di tingkatkan di skala 5  Sediakan tempat tidur
 Keterbatasan rentang  Menjalankan kursi roda dengan berketinggian rendah,
gerak. aman, dipertahankan di skala 2 yang sesuai
ditingkatkan di skala 4  Dorong untuk duduk di
 Menjalankan kursi roda dalm tempat tidur, disamping
jarak dekat, Dipertahankan di tempat tidur atau kursi,
skala 2 ditingkatkan di skala 4 sebagaimana yang dapat
 Menjalankan kursi roda dalam ditoleransi pasien
jarak sedang, dipertahankan di  Konsultasikan pada ahli
skala 2 di tingkatkan di skala 4 terapi fisik mengenai
 Menjalankan kursi roda dalam rencana ambulasi, sesuai
jarak jauh, pertahankan di skala kebutuhan
3 di tingkatkan di skala 4  Instruksikan pasien untuk
memposisikan diri
Pergerakan (0208)
sepanjang proses
 Keseimbangan, dipertahankan di
pemindahan
skala 3 ditingkatkan di skala 4
 Monitor penggunaan kruk
 Koordinasi, dipertahankan di skala
pasien atau alat bantu
3 ditingkatkan di skala 4
berjalan lainnya
 Cara berjalan, dipertahankan di
 Bantu pasien untuk berdiri
skala 3 ditingkatkan di skala 4
dan ambulasi dengan jarak
 Gerakan otot, dipertahankan di
tertentu dan dengan
skala 2 ditingkatkan di skala
semjumlah staf tertentu
 Gerakan sendi, dipertahankan di
 Bantu pasien untuk
skala 2 ditingkatkan di skala 4
membangun pencapaian
 Kinerja pengaturan tubuh,
yang realistis untuk ambil
dipertahankan di skala 2
jarak
ditingkatkan di skala 4
 Dorong pasien untuk
 Kinerja transfer, dipertahankan di
“bagkit sebanyak dan
skala 2 ditingkatkan di skala 4 sesering yang diinginkan”
(up ad lib), jika sesuai

Terapi Latihan : Mobilitas


(Pergerakan) Sendi ( 0224)

 Tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap fungsi
sendi
 Kolaborasikan dengan
ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan
menerapkan sebuah
program latihan
 Tentukan level motivasi
pasien untuk
meningkatkan atau
memelihara pergerakan
sendi
 Jelaskan pada pasien atau
keluarga manfaat dan
tujuan melakukan latihan
sendi
 Inisiasi pengukuran
kontrol nyeri sebelum
memulai latihan sendi
 Dukung latihan ROM
aktif, sesuai jadwal yang
teratur dan terencana
 Dukung latihan ROM
pasif, dengan bantuan,
sesuai indikasi
 Sediakan petunjuk
tertulis untuk melakukan
latihan
 Dukung pasien untuk
melihat gerakan tubuh
sebelum memulai latihan
 Dukung pasien untuk
duduk ditemmpat tiur ,
disamping tempat
tidur(“menjuntai”) atau
dikursi, sesuai toleransi
 Dukung ambulasi, jika
memungkinkan
 Sediakan dukungan
positf dalam melakukan
latihan sendi
DAFTAR PUTAKA

Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aolikasi Pada


Praktik Klinik Keperawatan. EGC: Jakarta

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


EGC: Jakarta

Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai