PK Karno KMB3
PK Karno KMB3
KELOMPOK 5 :
Della Eka Setia N (010116A019)
Erlin Khoriana (010116A030)
Marcelia Hikmatul (010116A052)
Widiyawati (010116A089)
Wahyu Farhatun (010116A085)
Poetra Septiansyah (010116A087)
Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yaitu Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah
membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam pembelajaran.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari cedera muskuloskeletal
2. Untuk mengetahui definisi dan macam macam cedera muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui etiologi kontusio, sprain, dan strain.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kontusio, sprain, dan strain.
5. Untuk mengetahui patofisiologi kontusio, sprain, dan strain.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari kontusio, sprain, dan
strain.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari cedera muskuloskeletal.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan cedera muskuloskeletal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2. Sprain
a. Definisi
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang
memberikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi
dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan
sendi. Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa
penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang
menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang
memberikan stabilitas sendi. Ligamen yang sobek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan
terjadilah edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri.
b. Etiologi
Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi
yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.
Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari
posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir
c. Manifestasi klinis
Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa
jam setelah cedera)
Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya.
d. Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu
masalah yang disebut dengan sprain yang terutama terjadi pada
ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya
serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal
tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah
edema; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam
setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.
e. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya;
pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan
yang terkoyak.
Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk
meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik
(codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
Elektromekanis.
1) Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C.
2) Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau
pengendongan (sung).
3) Posisi ditinggikan jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
4) Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri
hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10
hari tergantung jaringan yang sakit.
5) Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan
penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan
yang sakit.
3. Strain
a. Definisi
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,
peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan, serta terdapat
robekan mikriskopik tidak komplet dengan pendarahan kedalam
jaringan. Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri
mendadak dengan nyeri tekan lokal pemakaian obat dan kontraksi
isometrik.
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon
karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.
Strain adalah bentuk cedera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulo tendinous (Wahid, 2013).
b. Etiologi
Strains terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak
seperti pada pelari atau pelompat.
Adanya pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta
meliputi pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit dan
gerakan memutar.
Pada strains akut terjadi ketika otot terjulur dan berkontraksi secara
mendadak.
Strains kronik terjadi secara berkala oleh karena penggunaan
berlebihan atau tekana berulang-ulang menyebabkan terjadinya
tendonitis (perdangan pada tendon). (Wahid, 2013).
c. Manifestasi Klinis
Nyeri mendadak
Nyeri tekan lokal,kontraksi isometrik
Bengkak pada persendian yang terkena
Memar atau memerah lokal
d. Patofisologi
Strain dapat mencakup robekan atau ruptur jaringan. Inflamasi
terjadi pada cedera otot atau tendon yang menyebabkan nyeri dan
pembengkakan jaringan (Corwin,2008).
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma
langsung(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi
akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi,otot belum siap,terjadi pada
bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring(otot paha
bagian bawah), dan otot guadriceps, fleksibelitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memer dan membengkak (
Smelzher,2000).
e. Penatalaksanaan
Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol pembengkakan
Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan mempercepat
penyembuhan
Pemberian kompres dingin selama 20-30 menit. Selama 24-48 jam
pertama setelah cedera dapat menyebabkan vasokontriksi yang
akan mengurangi perdarahan, edema, dan ketidaknyaman
Pemasangan balut tekan elastis dapat mengontrol perdarahan,
mengurangi edema dan menyokong jaringan yang cedera
Status neuromuskular ekstremitas yang cedera dipantau sesering
mungkin
Pembedahan jika ada robekan serabut otot dan terputusnya
ligamen
Imobilisasi dengan gips
Latihan aktif dan pasif progresif boleh dimulai dalam 3-5 hari.
Strain berat mungkin perlu diimobilisasi 1-3 minggu sebelum la-
tihan perlindungan dimulai. Latihan awal yang berlebihan dalam
perjalanan terapi dapat memperlama penyembuhan. Strain dan
strain memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa
bulan untuk sembuh. Pembidaian diperlukan untuk mencegah
cedera ulang.
2.2 Pathway
sprain
Adanyan pukulan,
tendangan
Tidak bisa
Gangguan MK : Ansietas bergerak bebas
Nyeri Akut
Rasa
Nyaman
MK: hambatan
mobilitas fisik
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Dilihat adanya hematoma dan memar atau pendarahan pada
jaringan. Ada trauma, mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma
ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi baru, ada rasa sendi
keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuens
atau habitual.
a. Pemeriksaan klinis
1) Sinar – X. Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan
perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X
korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat
menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan
perubahan struktur sendi.
2) CT Scan (Computed Tomografi Scan). Menunjukkan rincian
bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk
mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum..
3) Deformitas
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid
yang raata pada dislokasi bahu.
Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior
sendi panggul)
Kedududukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul
endorotasi, flaksi dan edukasi.
4) Nyeri.
5) Function laesa, misalnya bahu tidak dapat enderotasi pada
dislokasi anterior bahu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap fungsi
sendi
Kolaborasikan dengan
ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan
menerapkan sebuah
program latihan
Tentukan level motivasi
pasien untuk
meningkatkan atau
memelihara pergerakan
sendi
Jelaskan pada pasien atau
keluarga manfaat dan
tujuan melakukan latihan
sendi
Inisiasi pengukuran
kontrol nyeri sebelum
memulai latihan sendi
Dukung latihan ROM
aktif, sesuai jadwal yang
teratur dan terencana
Dukung latihan ROM
pasif, dengan bantuan,
sesuai indikasi
Sediakan petunjuk
tertulis untuk melakukan
latihan
Dukung pasien untuk
melihat gerakan tubuh
sebelum memulai latihan
Dukung pasien untuk
duduk ditemmpat tiur ,
disamping tempat
tidur(“menjuntai”) atau
dikursi, sesuai toleransi
Dukung ambulasi, jika
memungkinkan
Sediakan dukungan
positf dalam melakukan
latihan sendi
DAFTAR PUTAKA