Anda di halaman 1dari 6

PUTIHKU, PUTIH ABU-ABU

Karya : Reni Zahkiani


Putihku, Putih Abu-Abu
Masih putih memang..
Seputih kapas yang diterpa angin lembut
Terbang bersama sang angin
Kemanapun ia berhembus

Putihku, Putih Abu-Abu


Seputih tingkah polosku mengenal dunia..
Mengenal hal-hal baru..
Bersama seragam putih abu-abuku...

Putih Abu-Abu...
Putih...
Seputih salju..
Dalam dinginnya salju ia mampu memberikan keindahan...
Keindahan tuk dilalui bersama mimpi indah..
Mimpi yang telah kuukir bersama mereka,,,
Teman putih abu-abuku...

Putih abu-abu..
Ya,,,abu-abu
Dan belum hitam..
Masih abu-abu...
Putih tingkahku bercampur hitamnya dunia ini
Jadilah aku abu-abu...
Abu-abu penuh tanda tanya..
Tanda tanya besar akan jadi apakah aku...
Akankah aku menjadi putih....?
Atau...
Akan menjadi hitam??

OH TIDAK!!!
Aku dan mereka,,
Anak putih abu-abu,
Harus berjuang!
Berjuang sekuat tenaga
Berjuang untuk menentukan hidup di masa depan
Hidup seputih seragam putihku...

Dan abu-abu itu akan ku lepas...


Ku hempas bersama mimpi burukku...
Dan yang tersisa hanyalah putih...
Seputih, sesuci, dan secerah masa depanku...
Masa depan anak putih abu-abu....
HAMASA!!!!

Sajak Perpisahan

Banyak yang ingin kupahat


Di dinding batu
Di atas senja yang enggan menyapa
Tentang serantai kepedihan hati
Tiada tumppuan punggung
Tak rebah bahu
Tuk saling bersandar
Kita yang memilih untuk berbeda
Lalu, siapa yang akan kau tuju?

Tiadakah sadar?
Jika berlabuh pada mimpi
Akan membuatmu mengakui sesal
Mungkin tidak sekarang
Mungkin esok
Lusa
Besoknya besoknya besoknya

Atau entah kapan


Sampai akhirnya
Kau akan memuja elok
Pada robekan kalimat usangku
Kekasih…

Oy!

Sandal jepit Nipponmu yang mana?


Yang ini yang ini yang ini; ataukah yang itu
Aku mencarinya berulang dalam sepetak ketidaktahuan
Eleh, tahu apa aku
Bingung, menyisihkannya antara lampau nafas waktu

Baju koko garis merah di kerahnya milikmu yang mana?


Apa kau masih ingat di mana kesemrawutan pikirmu
Meletakkan?
Atau (hanya dugaan sementara)
Jangan-jangan kau lupa mengambilnya dari karat jemuran
Belakang Malik-Malikan?
Mungkin juga
Kemarin sudah kau serah terimakan pengantin pada lambaian melodi
Daun bakung agar mereka kembali menyucikannya...
Ah, tega benar

Sarung corak hitam polos yang mana lagi?


Ehm apa kau lupa
Bukankah jelaga sunyi mengepakkan sayap
Terbawa sarungmu
Dan hilang
Dan menghindar
Dan menyamar
Menjauh dari ramah sentuhmu!
Selesai. Tugasku selesai
Dan aku pulang membawa sepuluh ribu

Sajak Sahabat

Seriang embun fajar shadiq kembali bertasbih


kini sempat membelai remang mentari walau singgah sebentar
gerimis kemarin tak lupa menyapamu, sobat...
tentang sejuta keinginan yang kan capaikan olehmu
menimba ilmu pada semerbak tanah seberang; dari tanah yang kita pijaki sekarang
tlah lama kau ceritakan di malam-malam tarawih dua tahun yang lalu
sehampar daratan rindu yang akan kau kunjungi beserta kecerdasan Sang Maha Cinta
yang curahkan padamu
pulau Jawa yang begitu kau impikan keberadaannya dalam harimu nantinya!
lalu, bagaimana jika kita berangkat bersama?
bolehkah?

Lantaran kau katakan: "sekarang aku sudah di Farmasi, Man"


lantas ,apa kau sudah melupakan tentang seikat janji yang rampung kita sulam dulu;
di tanah Pesantren
bukankah langit perantauan kan kita taklukkan dengan aroma tanah etam?
aku terlalu cengeng menghadapinya seorang diri...

Lihat kilauan warna pelangi di atas sana


lengkung senyumnya coba bersenda denganmu, sobat...
tentang elok yang mereka titipkan
diri ini pun sungguh tak dapat memaksa
dan kini kau ingin kembali lagi ke sini?
benarkan begitu, sobat?

sesal tentu takkan berguna lagi jika kau figurakan di dinding hatimu
pesanku:
"jalani, dan baik-baiklah di sana..."
langit Mahakam tentu tak lelah menanti kedatangan kita
menyambut dengan riaknya yang tersenantiasa merindumu dan aku...
Sajak Amtsilati

benarkan letak kopiahmu!


kantuk merayu, bawa ke belakang dengan seriak lumuran setinta wudhu

seperti biasanya malam di sepertiga arah pendek jarum jam separuh menengadah ke arah kiri
tepat detik terakhir angka enam terbalik
bersama menuju mushalla dengan sisa iringan tawa yang belum tertuntaskan semenjak memijakkan
kaki ke luar asrama
ada yang menyembunyikan terompah kawannya
ada yang mengomel terkena jadwal mengambil segalon air panas di dapur
malam-malam begini!
ada juga yang menyerapah sendiri dikarena kitab Ta'lim yang tak kunjung temu
kegaduhan yang menguak; bercampur menjadi keributan yang membuatku tersenyum lucu

benarkan letak kopiahmu!


kantuk merayu, bawa ke belakang dengan seriak lumuran setinta wudhu

tersandar lelah berpencar ke pojokpojok sudut rumah Tuhan


saling bertatap hadapan; tak bercakap, menggerutu, bergurau sia, apalagi bercerita ria dengan
ceritacerita konyol murahan
kami riuh menyetorkan hapalan, kawan!
meluapkan segala ingatan sesuai kesepakatan perjanjian yang pernah diikrarkan dulu
sebelum dijamakkan dengan sebuah ruangan khusus
asrama amtsilati para santri sering menyebutnya...

harus berapa kali kukatakan?


benarkan letak kopiahmu, apa tak sadar sudah sembilan puluh derajat termiring kiri?

maka, lepaskan segera jerat kantukumu!


kakak pengajar datang kakak pengajar datang
sebem beliau mengajari kita pada bab ke lima sedangkan kau menopang kantukmu
dengan berdiri di tempat

Setengah Sadar, 30 April 2011

Debat Sakral

Kita bahaskan tentang kepongahan cakap saling berhadap


Merentetkan pada satu tema yang mengundang kesimpangsiuran
Omong bersahut perkutut
Sungguh, aku tak bisa berlamalama berdebat!
Terpikul beban hebat menyekapku dalam resah tanpa segeretak suara
Memang, sebelum hari itu datang
“Ustadz ulun kada bisa, yang lain aja,” suatu kali pintaku
(tetap tak berguna)

Bantu ketidakmampuanku: juri, paman sampah, penjaga stand bazar, kucing, kerikil, panggung,
lelah, tenda, catering, penjual pentol; semuanya
Izinkan hengalku memekik menuju pojok sepi
Agar tak seorang pun mendapatiku walau sehelai bulu mata
Mencari cara bagaimanapun!
Menyelam ke dalam kolam Mujair di samping akomodasi kafilah Banjarbaru
Oh, tak ada cara lain…

Darul Ilmi, Mei 2011


(Untuk peserta Debat Bahasa MQK Tingkat Provinsi Kal-Sel)

Kisah I

Boleh kuceritakan?
dulu, dulu sekali--aku lupa entah itu kapan
sempat ku berpikiran sebelum akhirnya kata perpisahan terucap; tumpah pada sekurumunan
rerumput ilalang yang daunnya bermekaran mementaskan beribu impian tak terelakkan sesal oleh
lamunan diri di petang kemarin sore
jika rasa kecewa memang harus benar-benar disemayamkan di atas retakan pusara pecah berserakan
yang kembang bunganya tak lagi semerbak mengitari aroma tanah pekuburan gunung tunggal
dua sisi kehidupan, jalan pikir, keinginan, yang terkadang--bahkan terlampau sering--saling bertolak
belakang!
adakah jalan untuk perseteruan hati?
terlebih saat di mana kau mengatakan tentang ketidaksukaanmu terhadap puisi-puisi atau apapun
yang berbentuk romansa 'bodoh'
ya, begitulah kau menganggapnya...
terhantam di lembab wajah, air mata yang membasahi atap-atap rumah kamarmu subuh sendu tadi
juga di batang meranti yang baru saja kau sapakan rindu
di sini aku menunggu!

Martapura, 20 Mei 2011

Pesanan

Kesalahanku mau kau apakan?


Bukankah kau pandai meramu segala cela makian
Bagaimana jika kau olah saja menjadi serentet panganan:
Nasi kuning, mie kuah, capcay, batagor, sate, lalapan; sebutkan
Aku pesan satu!

Kesedihanku mau kau apakan?


Bukankah kau pandai mengadon busuk gunjingan
Saranku, lebih baik kau olah saja lagi menjadi:
Es cendol, es campur, jus alpukat, dawet, teler pun seteler-telernya
Aku pesan satu!

Kini, seluruhnya tlah terhidang


Tapi maaf aku kenyang duluan
Terpuaskan dengan olokolokanmu
Terima kasih, akhirnya aku dapat menertawakan rinai kedukaanku
Sehari

Hiks…
PERPISAHAN SANTRI
Oleh Holliwod

Sejauh mataku memandang


Sejauh pula hatiku mengenang
Kerinduan akan selalu membayang
Pada kawan kawanku yang tersayang

Lembaran tangan terasa pilu didada


Hingga tak mampu berkata kata
Yang ada hanya air mata
Sebagai ganti ucap pelipur lara

Terasa enggan kakiku melangkah


Tiada enggan tinggalkan DARUL FALAH
Namun bagaimanapun kita harus berpisah
Untuk kembali pulang kerumah

Kawanku disana aku di sini


Seiring debaran jantungku menanti
Kapan kitakan berjumpa lagi
Seperti masa masa yang kita lalui

Anda mungkin juga menyukai