Anda di halaman 1dari 3

Mengapa Aku Tidak Boleh Bermimpi?

Angeline Tancherla SMA I MIA B

"Anak-anak, apakah kalian mempunyai mimpi?"


"Punya, bu!"
"Jadi, apa mimpi kalian?"
"Saya ingin jadi dokter, bu!"
"Aku mau pergi keliling dunia!"
"Aku mau jadi orang kaya!"
.......

Ingatan itu tiba-tiba muncul di layar pikiranku pada saat aku sedang
latihan meninju. Namanya masa kecil, pasti mimpi kita banyak dan bermacam-
macam, bahkan kelihatan tidak mungkin tercapai. Sejak kecil, kita sudah diajak
untuk mempunyai mimpi. Sering ku renungkan apa itu mimpi.

"Apa sih mimpi itu?"


"Sesuatu yang ingin kau capai."
"Namanya juga mimpi, berarti cuma hal yang kamu inginkan tetapi nggak
mungkin bisa terkabul."
"Sesuatu yang memotivasi kita untuk mencapainya."
"Ya pas tidur kita semua mim....."

"Hei, Li! Bu guru sudah datang loh!", seru Ririn

Ku segera keluar dari pikiranku yang menumpuk dengan pertanyaan dan


jawaban, jadi teringat dengan es gunung yang ditaburi sirup dan buah-buahan
yang ku santap tadi waktu istirahat. Segera ku kembali ke kelas. Kemudian kita
berdiri dan menyapa Bu guru.

"Selamat Siang, Bu Tia....."


"Siang nak, silahkan duduk."
"Terima kasih Bu Tia......"

Seperti biasa, kita sedang belajar di sekolah. Bu Tia adalah guru Bahasa
Indonesia kita. Sesungguhnya sih, pelajaran Bahasa Indonesia itu pelajaran yang
paling membosankan. Bukan pidato, ya pantun, puisi, cerpen atau apa gitu. Dan
hari ini, seperti yang sudah ku 'harapkan'....

"Sekarang kita belajar untuk mengekspresi diri di depan umum. Nah,


untuk itu, saya sudah menyiapkan topik untuk kalian, yaitu Mimpiku.
Setiap orang menceritakan sesuatu tentang topik tersebut di depan
kelas."
"Bu, mimpinya yang nggak realistis boleh ga?", tanya si Apin
"Boleh-boleh aja.", jawab Bu Tia
"Ibu, kalau nggak punya mimpi gimana?", tanya Ejo
"Masa sih udah besar gini nggak punya mimpi?", jawab Bu Tia
Ku langsung masuk kembali ke pikiranku tadi. Tetapi aku lupa dimanakah
terakhir ku berada... Mimpiku banyak dan seolah-olah berubah selama masa
kecil. Pernah ku mimpi menjadi dokter, ilmuwan, arsitek, desainer, pelukis, dan
lain-lain. Sesungguhnya, kalau kau tanya apakah mimpiku sekarang, aku tidak
tahu apa yang aku inginkan. Lebih tepatnya lagi, terlalu banyak yang ku inginkan,
hingga ku tidak tahu apa yang sebenarnya aku mau.

"Li, mimpi mu apa?", tanya Ririn


"Nggak tau ah....", jawabku
"Beuh, masa nggak tau? Lah, nanti gimana?", Ririn bingung
"Ya apa adanya saja lah...", jawabku
"Mau tau ga mimpiku apa?", tanya Ririn, mengharap sesuatu
"Nggak, nggak ingin tau.", balasku dengan nada bercanda
"Aku mau jadi model!", seru Ririn dengan penuh percaya diri
"Buahahahahaahahah!"
"Kau serius? Dengan wajah tampanmu dan tubuhmu yang begitu
sempurna?", sindirku
"Heh, apa maksudmu? Aku ini serius. Daripada kau, tiap hari kerjanya
cuman melamun atau nggak meninju menendang nggak jelas", jelas Ririn
"Dasar, untung aja kau cewek, atau nggak ku tendang!", marah aku

Janganlah terkejut, aku ini orangnya memang begitu. Selain melamun, aku
sering menggerakkan tubuhku. Maksudnya, aku suka berolahraga, terutama
meninju dan bela diri. Tetapi sebagai perempuan, aku disebut sebagai gadis
kelaki-lakian. Dan karena kegemaran aku yang dianggap aneh ini, orang tuaku
selalu menyuruhku untuk bertingkah lebih feminim.

"Li, janganlah meninju menendang terus... Masa cewek kasar gitu..", ujar
ibu
"Iya Li, belajar seni bela diri itu baik, tapi jangan pula tergila-gila sampai
begitu", kata Ayah

Aku hanya diam-diam saja mendengarkan percakapan mereka, karena


aku nggak bisa mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran saya. Sebenarnya aku
melakukan tinju untuk melampiaskan kekesalan yang ku alami, baik di rumah
maupun di sekolah. Selain itu, meninju membuatku merasa lebih tenang dan
aman. Aku khawatir, jika aku memberitahu mereka, mereka akan tidak
menyetujui, tidak memperbolehkan saya untuk melakukan apa yang aku
inginkan. Mereka pasti akan terkejut. Aku merasa bahwa tidak ada yang
mengerti, tidak ada yang peduli apa yang aku pikirkan. Tetapi sebenarnya
masalahnya ada pada diri ku sendiri.

Suatu hari, nggak tahu mengapa, aku ternyata memperoleh keberanian


untuk melakukannya.

"Ibu... aku ingin....", aku berkata dengan pelan


"Apa? Udah lapar ya? Mau makan?", tanya Ibu
"Nggak, aku ingin ibu tahu, bahwa aku ingin menjadi seorang petinju...",
aku berkata dengan pelan
"Apa??? Kau lagi bercanda kan? Hahaha...", ketawa Ibu
"Nggak bu, saya serius. Aku ingin jadi petinju wanita yang terhebat!", seru
aku
"Kamu sedang mimpi ya, Li?", tanya Ayah
"Ini lah mimpiku.", ku berkata dengan yakin

Sejak hari itu, aku sudah yakin bahwa aku akan mencapai mimpiku.
Tetapi, orang-orang disekitarku tidak menyetujui, mereka menganggap bahwa
mimpi itu tak akan tercapai, terutama orang tuaku. Aku mengerti bahwa ayah
dan ibu melakukan semua ini untuk kebaikkan ku. Mereka tidak ingin anaknya
untuk dipukul dan terluka. Tapi aku punya pikiran dan keinginan sendiri. Dan
aku harus mempertahankannya.

"Li, coba ceritakan kedepan mimpimu", perintah Bu Tia

Ku baru sadar bahwa teman-temanku sudah selesai menceritakan di depan


kelas, dan sekarang giliranku. Dengan gugup ku jalan ke depan kelas dan berdiri
tegak. Kemudian aku menghirup napas sedalam-dalamnya.

"Selamat siang teman-teman. Hari ini aku akan menceritakan tentang


Mimpiku. Setiap orang mempunyai mimpi, dan bahkan banyak. Tetapi apakah
kalian mengerti apa itu mimpi? Mimpi bagi saya adalah sesuatu yang kamu
inginkan, baik yang bisa dicapai maupun tidak. Tadi kudengar ada beberapa
teman yang mempunyai mimpi untuk menjadi penyanyi, model, insinyur dan
lain-lain. Dan mimpiku adalah menjadi seorang petinju wanita. "

"Aku tahu kalau kalian semua pasti kaget mendengarnya. Tetapi ini
memang benar. Sebagai seorang perempuan, karir petinju kelihatan sangat
impossible. Kalian mungkin berpikir, tidak mungkin perempuan bisa meninju,
berkelahi di arena. Perempuan dianggap sebagai kaum lemah. Tetapi kalian
salah. Perempuan bukanlah kaum lemah, justru perempuanlah yang lebih
berkuasa. Perempuan mempunyai kemampuan yang lebih banyak dari laki-laki.
Dan inilah mimpiku, aku ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa kuat,
berkuasa dan dapat melindungi diri sendiri."

"Bagi seorang remaja, kita mempunyai hak untuk bermimpi. Kita tidak
bisa dipaksa untuk mengikuti mimpi orang lain, karena bukan itulah yang kita
mau. Kita semua punya pikiran dan pendirian masing-masing. Hidupku adalah
milikku sendiri. Dan mengapa aku tidak boleh bermimpi?"

Anda mungkin juga menyukai