Fix Pigmentasi
Fix Pigmentasi
Fix Pigmentasi
oleh:
Rama Dia Dara, S.KG
04074881517023
Dosen Pembimbing:
drg. Tyas Hestiningsih
PENDIDIKAN PROFESI
SMOKER’S MELANOSIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
Pigmentasi adalah perubahan warna mukosa rongga mulut yang terjadi akibat
akumulasi material berwarna (pigmen) dalam jumlah abnormal yang terletak pada
jaringan superfisial. Pigmentasi pada membran mukosa dapat berupa pengurangan kadar
pigmen (hipopigmentasi) atau dapat juga penambahan kadar pigmen (hiperpigmentasi).1
Hiperpigmentasi berhubungan dengan berbagai faktor etiologi eksogen dan
endogen. Faktor eksogen dapat berasal dari deposisi metal, makanan, ataupun obat.
Sedangkan pigmentasi akibat faktor endogen umumnya disebabkan oleh lima pigmen
utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain itu
coklat diffuse, berbentuk datar dan tidak teratur dengan diameter kurang dari 1 cm.
Biasanya dijumpai pada gingiva anterior labial, mukosa pipi, mukosa bibir, palatum dan
lidah.1,2 Derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda sampai tua. Smoker’s
melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, jenis
rokok, dan lamanya merokok. Lesi ini tidak mempunyai gejala dan perubahan yang
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia yang terdiri dari komponen
gas dan komponen partikel. Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida,
partikel terdiri dari tar, indol, nikotin, karbarzol dan kresol. Zat-zat tersebut beracun
perokok ringan, merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang, merokok
10-20 batang per hari, dan perokok berat, merokok lebih dari 20 batang per hari.8
Tidak ada perawatan khusus untuk kasus smoker’s melanosis selain memotivasi
pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Pigmentasi melanin pada
membran mukosa adalah suatu lesi yang bersifat reversible. Pigmentasi biasanya
biasanya hilang dan kembali normal dalam waktu 3 tahun setelah berhenti merokok.8
pigmentasi (depigmentasi). Teknik depigmentasi atau ablasi gingiva terdiri dari beberapa
cara yaitu teknik bedah konvensional menggunakan pisau bedah (scalpel), abrasi gingiva
gingivektomi dengan free gingival graft, electrosurgery, cryosurgery, dan sinar laser.9,10
Prinsip dasar dari depigmentasi adalah pengambilan deposit pigmen melanin yang terjadi
pada stratum basal maupun stratum spinosum, dimana batas gingival thickness pada
gingiva yang akan didepigmentasi ketebalannya < 0,5 mm. Depigmentasi gingiva harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pengambilan gingiva berlebihan yang dapat
yang buruk.11,12
B. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Rendi Dinata
Tempat/tanggal lahir : Prabumulih / 23 Desember 1990
Suku : Melayu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Gotong royong, Kecamatan alang-alang lebar, Palembang
Telepon rumah/Hp : 081373667628
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. Rekam Medik : 1077786
Peserta Asuransi :-
Alergi √ HIV/AIDS √
D. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Seorang pasien laki-laki berusia 28 tahun datang ke poli gigi RS Mohammad Hoesin
Palembang mengeluhkan gusi bagian depan rahang atas dan rahang bawahnya berwarna
coklat kehitaman, yang disadarinya sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Pasien tidak
merasakan sakit pada gusi tersebut, namun pasien merasa kurang percaya diri saat
tersenyum sehingga pasien ingin gusinya dirawat.
Keluhan Tambahan: Tidak ada
c. Kebiasaan Buruk:
Pasien memiliki riwayat kebiasaan merokok sejak tahun 2008 dengan jumlah rokok
± 10 batang perhari. Sejak awal tahun 2018, pasien sudah mulai mengurangi jumlah
konsumsi rokok perharinya.
Riwayat Sosial:
Pasien adalah seorang karyawan swasta dengan keadaan ekonomi menengah.
G. DIAGNOSIS
Smoker’s Melanosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa yaitu adanya perubahan warna
pada gusi menjadi coklat kehitaman yang disadari pasien 2 tahun yang lalu, serta
berdasarkan pemeriksaan klinis yaitu berupa perubahan warna pada mukosa gingiva
yang lebih gelap dibandingkan daerah sekitarnya, dan adanya faktor etiologi merokok
berperan penting dalam menegakkan diagnosa. Sehingga didapatkan diagnosa dari kasus
ini adalah smoker’s melanosis.
H. DIAGNOSIS BANDING
Hiperpigmentasi Fisiologis
Ras atau etnik telah diketahui menjadi salah satu penyebab pigmentasi melanin pada
rongga mulut. Pada individu keturunan Afrika maupun Asia Timur, ditemukan jumlah
melanin yang lebih banyak dan prevalensi terjadinya pigmentasi gingiva lebih tinggi.
Sedangkan pada individu berkulit putih, umumnya mempunyai lebih sedikit melanin
dibandingkan individu yang berkulit gelap. Pigmentasi fisiologis dapat disebabkan
karena faktor genetik dan aktivitas melanosit, dimana pada individu yang berkulit gelap
terjadi peningkatan produksi melanin.5,6
Pigmentasi fisiologis biasanya ditemukan pada gingiva, tetapi juga bisa terjadi
diseluruh rongga mulut. Secara klinis, perlu dibedakan antara kondisi hiperpigmentasi
yang bersifat fisiologis dengan yang non fisiologis, misalnya pada smoker’s melanosis.
Gambaran klinis hiperpigmentasi fisiologis adalah sebagai berikut:3
Bersifat simetris.
Dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada kecenderungan pada jenis kelamin
tertentu.
Pigmentasi biasanya ditemukan pada gingiva, dimulai dari beberapa milimeter
dari tepi free gingival margin, dengan bentuk seperti pita di gingiva cekat,
berbatas jelas dan dapat juga ditemukan di mukosa bukal.
Berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman.
Addison Disease
Addison disease merupakan defisiensi adrenokortikal yang disebabkan karena
destruksi korteks adrenal. Addison disease adalah penyakit yang jarang ditemui yang
disebabkan oleh berbagai agen termasuk tuberkulosis dan infeksi jamur. Gejala klinis
akan muncul jika sekitar 90% kelenjar adrenal mengalami destruksi. Pasien merasa lelah,
mual, muntah, nafsu makan berkurang, dan kehilangan berat badan.4,5
Pigmentasi oral adalah gejala awal dari Addison disease yang ditandai dengan area
biru kehitaman atau coklat gelap yang sering muncul pada area mukosa bukal dan labial,
namun juga dapat muncul pada mukosa gingiva. Tidak ada pola atau distribusi yang khas
dalam pigmentasinya. Diagnosis memerlukan adanya tanda produksi kortisol adrenal yang
berkurang dan tidak bisa didasarkan hanya pada pigmentasi saja.6
Melanoma Maligna
Melanoma maligna atau biasa disebut juga sebagai melanoma adalah tumor ganas
yang terbentuk karena proliferasi sel-sel melanosit. Melanoma dalam rongga mulut
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi dan sering ditemukan pada fase lanjut karena
lokasinya yang tersembunyi, serta gejala awalnya yang asimtomatis. Melanoma dapat
ditemukan di semua lokasi pada rongga mulut, tetapi paling sering ditemukan pada
palatum dan gingiva regio maksila. Gambaran klinis melanoma dapat berupa lesi makula,
papula ataupun nodula yang asimetris, tepi tidak teratur, dan ukurannya semakin
membesar. Lesi biasanya berwarna coklat tua, abu-abu, atau hitam. Pada tahap lanjut,
lesi mudah berdarah dan membentuk ulserasi.13
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperlukan dan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
J. RENCANA PERAWATAN
FASE I (ETIOTROPIK)
FASE II (BEDAH)
Pro Konservasi: Tumpatan resin komposit pada gigi 16, 26, 27, 28, 37, 36, 46
FASE IV (MAINTENANCE)
1. Anastetikum lokal
2. Povidone iodin 10%
3. Larutan salin
4. Periodontal pack (dressing)
Persiapan pasien :
1. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kondisi tubuh, mengatur diet seimbang, dan
istirahat yang cukup menjelang pembedahan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur bedah yang akan dilaksanakan dan
informed consent
3. Pemeriksaan vital sign (denyut nadi, tekanan darah, pernafasan, dan refleks pupil
mata).
Persiapan Operator :
Smoker’s Melanosis
No.
1 Foto Klinis
M. PEMBAHASAN
Smoker’s melanosis terjadi akibat adanya peningkatan deposit pigmen melanin pada
lapisan basal epitel gingiva yang distimulasi oleh rokok. Meningkatnya pigmentasi
gingiva berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok (banyaknya jumlah rokok
yang dihisap setiap hari, jenis rokok yang dihisap, dan lamanya merokok). Pigmentasi
gingiva meningkat sebanding dengan konsumsi tembakau.
Pada kasus ini, smoker’s melanosis disebabkan karena kebiasaan merokok pasien.
Berdasarkan anamnesa, diketahui bahwa pasien telah merokok sejak 10 tahun yang lalu
dengan jumlah rokok ± 10 batang per hari. Pada pemeriksaan klinis, ditemukan lesi
pigmentasi berupa makula berwarna coklat kehitaman, permukaan rata, berbatas tidak
jelas, tersebar merata disepanjang gingiva cekat rahang atas dan rahang bawah bagian
bukal dari gigi molar kanan ke molar kiri, ukuran bervariasi, serta tidak sakit saat
dipalpasi.
Smoker’s melanosis dapat dihilangkan dengan cara depigmentasi gingiva, akan
tetapi pasien tidak bersedia untuk dilakukan pembedahan. Oleh karena itu, pada kasus ini
pasien diberikan edukasi, motivasi, serta instruksi untuk menghentikan kebiasaan
merokok serta menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya. Smoker’s
melanosis biasanya akan menghilang secara bertahap dan kembali normal dalam waktu
3 tahun setelah berhenti merokok.
Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena
merokok. Nikotin yang terdapat dalam rokok akan menstimulasi melanosit yang terletak
disepanjang sel-sel basal epitel untuk menghasilkan melanosom sehingga mengakibatkan
peningkatan deposit melanin. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan
jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap, serta lamanya merokok.
Perawatan yang dilakukan untuk kasus ini adalah edukasi pasien untuk berhenti
merokok. Pigmentasi melanin pada membran mukosa adalah suatu lesi yang bersifat
reversible. Secara bertahap lesi akan menghilang dan mukosa kembali normal dalam
waktu 3 tahun setelah kebiasaan merokok dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Orkin, Milton MD, Howard I. Maibach, MD, Mark V. Dahl, MD. 1990.
Dermatology. California: Appleton&Lange.
2. Wood, Norman K, Paul W. Goaz. 1997. Differential Diagnosis of Oral and
Maxilofacial Lessions, 5th Edition. USA: Mosby.
3. Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine, 12th edition. USA: People’s Medical
Publishing House; 2015:134
4. Silverman, Sol, L. Roy Eversole, Edmond Truelove. 2001. Essential of Oral
Medicine. London: BC Decker.
5. Ghom, Anil Govindrao. Texbook of Oral Medicine, 2th edition. India: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2010:513
6. Langlais, Robert P., dkk. Atlas Berwarna: Lesi Mulut yang Sering Ditemukan Edisi
4. Jakarta: EGC; 2014:148.
7. Yerger VB, Malone RE. Melanin and Nicotine: A Review of The Literature. Nicotine
and Tobacco Research. 2006: 8(4): 487-98.
8. Laskaris, George. Pocket Atlas of Oral disease, 2nd Edition. New York: Thieme;
2006: 86
9. Fawzani N, Triratnawati A. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat).
Makara Kesehatan; 2005: 9(1): 15-22.
10. Nurcahyani FH, Nurfitri B., Rachmania D. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok
dan Kejadian Hipertensi di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat. Bina Widya.
2011; 22(4): 185-90.
11. Alqahtani, Saad M. Management of Gingival Hyperpigmentation by The Surgical
Abrasion: A Case Report. International Journal of Medical and Dental Case Reports;
2015: 1-3.
12. Prasad SSV, Agrawal N, Reddy NR. Gingival Depigmentation: A Case Report.
People’s Journal of Scientific Research; 2010: 3(1): 27-9.
13. Ebenezer J. Malignant melanoma of the oral cavity. Indian J Dent Res. 2006; 17: 94-
6.