Anda di halaman 1dari 6

J Kedokter Trisakti September-Desember 2003, Vol.22 No.

Sindrom terowongan karpal pada pekerja:


pencegahan dan pengobatannya

Lusianawaty Tana
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

ABSTRACT

Carpal tunnel syndrome (CTS) is a disorder caused by entrapment of medianus nerve in the carpal tunnel
at wrist. Many factors are related to CTS, such as intrinsic factors, over usage of hands in hobby or work, and
trauma. CTS can cause disability to the workers because the pain limits hand wrist functions. This condition will
decrease their productivity and increase cost. Prevention is needed and can be conducted by practicing the
principles of ergonomic in the workplace, tools, procedures and environments. Early treatment is very important
before the syndrome is getting worse.

Keywords : Carpal tunnel syndrome, worker, prevention

ABSTRAK

Sindrom terowongan karpal (STK) merupakan suatu kelainan akibat penekanan saraf medianus pada
terowongan karpal di pergelangan tangan. Beberapa faktor berhubungan dengan kelainan ini yaitu faktor intrinsik,
penggunaan tangan karena hobi, pekerjaan, dan trauma. STK dapat menimbulkan kecacatan pada pekerja,
karena selain menyebabkan rasa nyeri, dapat pula membatasi fungsi pergelangan tangan dan tangan sehingga
produktivitas menurun serta pengeluaran biaya meningkat. Tindakan pencegahan diperlukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip ilmu ergonomi pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur dan lingkungan kerja. Pengobatan
sangat penting di mulai pada fase permulaan sebelum kerusakan bertambah.

Kata kunci : Sindrom terowongan karpal, pekerja, pencegahan

LATAR BELAKANG

Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel sebesar 32% dan De Quervan’s syndrome 12%,
syndrome) merupakan salah satu jenis cumulative sedangkan epicondilitis sebesar 20%.(2) Mahoney
trauma disorders (CTD) yang disebabkan karena (1995) melaporkan bahwa lebih 50% dari seluruh
terjebaknya saraf medianus dalam terowongan penyakit akibat kerja di USA adalah CTD, dimana
karpal pada pergelangan tangan, yang ditandai oleh salah satunya adalah STK.(3)
gejala rasa kesemutan, nyeri, kebas pada jari-jari Di Indonesia, prevalensi STK dalam masalah
dan tangan di daerah persarafan saraf medianus.(1) kerja belum diketahui karena sangat sedikit
National Health Interview Study (NHIS) diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan.(4)
memperkirakan prevalensi sindrom terowongan Berbagai penelitian melaporkan bahwa STK
karpal (STK) yang dilaporkan sendiri di populasi merupakan salah satu jenis CTD yang paling cepat
dewasa besarnya1,55%.(1) Sebagai salah satu dari menimbulkan gejala pada pekerja. Penelitian pada
3 jenis penyakit tersering di dalam golongan CTD pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan
pada ekstremitas atas, prevalensi STK besarnya dan tangan mendapatkan prevalensi STK antara
40%, tendosinovitis yang terdiri dari trigger finger 5,6% - 14,8%.(5,6) Hasil penelitian menunjukkan ada

99
Tana Sindrom terowongan karpal

hubungan antara STK dan gerakan biomekanis Di dalam terowongan tersebut terdapat saraf
berulang pada pergelangan tangan dan tangan.(2) medianus yang berfungsi menyalurkan sensuri ke
Pekerjaan dengan tekanan biomekanis berulang ibu jari, telunjuk dan jari manis serta mempersarafi
adalah gerak berulang pada tangan, fungsi otot-otot dasar sisi dari ibu jari (otot tenar).
mempertahankan posisi tangan pada posisi ekstrim, Selain saraf medianus, di dalam terowongan
menggenggam alat dengan kuat, menjepit benda tersebut terdapat pula tendon-tendon yang berfungsi
dengan jari, tekanan langsung pada terowongan untuk menggerakkan jari-jari. Proses inflamasi yang
karpal atau penggunaan alat bantu genggam yang disebabkan stres berulang, cedera fisik atau keadaan
bergetar.(7-9) lain pada pergelangan tangan, dapat menyebabkan
STK menjadi pusat perhatian para peneliti jaringan di sekeliling saraf medianus membengkak.
disebabkan dapat menimbulkan kecacatan pada Lapisan pelindung tendon di dalam terowongan
pekerja. Selain menyebabkan rasa nyeri, dapat pula karpal dapat meradang dan membengkak. Bentuk
membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan ligamen pada bagian atas terowongan karpal
tangan sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan menebal dan membesar. Keadaan tersebut
sehari-hari. Di pihak pengusaha menimbulkan menimbulkan tekanan pada serat-serat saraf
kerugian akibat menurunnya produktivitas, medianus sehingga memperlambat penyaluran
pengeluaran meningkat dalam bentuk biaya rangsang saraf yang melalui terowongan karpal.
pengobatan dan pembayaran ganti rugi karena Akibatnya timbul rasa sakit, tidak terasa/kebas, rasa
keterbatasan dan kecacatan pekerja.(5) geli di pergelangan tangan, tangan dan jari-jari
(kecuali jari kelingking).(9,10)
SINDROM TEROWONGAN KARPAL
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
Sindrom terowongan karpal adalah suatu terjadinya STK
kelainan yang terjadi akibat penekanan saraf Penyebab utama STK sering sangat sukar
medianus di dalam terowongan karpal dengan gejala ditentukan, apakah karena kondisi kerja atau karena
utama berupa kesemutan dan rasa nyeri yang suatu penyakit.(9,10) Pada banyak pasien dengan
menjalar ke jari-jari serta tangan yang dipersarafi STK, penyebab dasar dari keluhan tidak dapat
oleh saraf medianus, disertai rasa kebas, kelemahan ditemukan. Menurut Tanaka, (1) mekanisme
otot, kekakuan dan kemungkinan atrofi otot.(1) patofisiologis terjebaknya saraf medianus adalah
Sindrom terowongan karpal yang berhubungan berbeda antara pekerja dan bukan pekerja, atau
dengan pekerjaan adalah suatu sindrom disebabkan untuk lebih tepat antara yang melakukan pekerjaan
oleh pekerjaan dengan tekanan biomekanis pada dengan gerak tangan berulang dan yang tidak.
pergelangan tangan dan tangan. Tekanan Tanaka membagi penyebab STK menjadi 3 faktor,
biomekanis tersebut dapat berupa gerakan berulang, yaitu: (1,11-13) (i) faktor intrinsik, (ii) faktor
gerakan menggenggam atau menjepit dengan kuat, penggunaan tangan (penggunaan tangan yang
posisi ekstrim pada pergelangan tangan misalnya berhubungan dengan hobi, dan penggunaan tangan
deviasi ulnar, tekanan langsung pada terowongan yang berhubungan dengan pekerjaan), (iii) faktor
karpal dan penggunaan alat bantu genggam yang trauma.
bergetar.(1,9,10) Faktor intrinsik terjadinya STK adalah
sekunder, karena beberapa penyakit atau kelainan
Terowongan karpal (carpal tunnel) yang sudah ada.(11) Beberapa penyakit atau kelainan
Terowongan karpal merupakan suatu celah yang merupakan faktor intrinsik yang dapat
yang terdapat pada lengan bawah sampai menimbulkan STK adalah:(1,10,11) (i) perubahan
pergelangan tangan. Dinding terowongan tersebut hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormon
terdiri dari dinding bagian bawah, kanan, dan kiri estrogen pada menopause, dapat berakibat retensi
yang dibentuk oleh tulang-tulang karpal sedangkan cairan dan menyebabkan pembengkakan pada
bagian atas dibentuk oleh jalinan ligamen yang lebar jaringan di sekeliling terowongan karpal, (ii)
dan kuat.(10) penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialisis yang

100
J Kedokter Trisakti Vol.22 No.3

berlangsung lama, penyakit multiple myeloma, kasus STK terjadi dari kombinasi beberapa faktor,
Walderstroom’s macroglobulinemia, limphoma non sebagai contoh seorang wanita yang minum pil KB,
Hodgkin, acromegali, virus (human parvovirus), bekerja dengan menggerakkan tangan berulang akan
pengobatan yang berefek pada sistem imun meningkatkan risiko menjadi STK dibandingkan
(interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah hanya satu faktor saja. Sebagai contoh lain
(warfarin), (iii) kegemukan (obesitas), (iv) keadaan kombinasi faktor stres pada pekerjaan, kejiwaan dan
lain seperti merokok, gizi buruk dan stres, (v) sosial.
adanya riwayat keluarga dengan STK, dan (vi) jenis
kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa STK yang berhubungan dengan pekerjaan
wanita mempunyai risiko mendapat STK lebih Diagnosis STK yang tepat sering sulit
tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki. ditentukan dan dibuat berdasarkan riwayat penyakit,
STK yang terjadi berhubungan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
penggunaan tangan karena hobi atau pekerjaan Gejala STK biasanya dapat dikenali dari riwayat
adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan penyakit berupa keluhan rasa baal, kesemutan, rasa
tenosinovial di dalam terowongan karpal. (12) geli atau nyeri di daerah pernafasan saraf medianus
Penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, yang menyebabkan penderita terbangun waktu
contohnya adalah pekerjaan rumah tangga malam atau pagi hari. Kadang-kadang rasa nyeri
(menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian, disertai sembab di tangan. Kemampuan untuk
dan olah raga.(11) merasakan rasa panas atau dingin hilang, tangan
Beberapa peneliti melaporkan bahwa lebih dari terasa sembab. Gejala ini terjadi tidak hanya saat
separuh penyebab STK adalah faktor di tempat tangan sedang dipergunakan tapi juga pada saat
kerja. Peneliti lain menyatakan beberapa kasus STK istirahat. Keluhan berkurang jika tangan digerak-
disebabkan karena kondisi pekerjaan dan ada gerakkan atau diangkat. Gangguan motorik saraf
hubungan antara STK dan gerakan biomekanis medianus akan menyebabkan kelemahan, kekakuan
berulang pada pergelangan tangan dan tangan.(2,14) serta kecanggungan gerak koordinasi ibu jari dan
Faktor pekerjaan (gerakan biomekanis berulang), telunjuk, dengan manifestasi timbulnya kesukaran
sikap, cara kerja dan kondisi tempat kerja yang membuka tutup botol, memutar kunci. Umumnya
dapat meningkatkan risiko terjadinya STK adalah:(7- pasien dengan kekuatan ibu jari yang menurun tidak
9)
menyadari bahwa telah terjadi atrofi otot tenar.
 Pekerjaan-pekerjaan dengan kombinasi antara Gejala STK biasanya memburuk secara
pemakaian tenaga yang kuat dan pengulangan perlahan dari beberapa minggu sampai beberapa
gerakan yang sama pada jari dan tangan, tahun. Pada beberapa kasus STK yang berhubungan
menggenggam alat dengan kuat, menjepit dengan pekerjaan, gejala terjadi pertama kali terasa
benda dengan jari, posisi/postur sendi tidak saat tidak bekerja sehingga pasien tidak
baik/ekstrim, tekanan langsung pada sendi, menghubungkan gejala tersebut dengan aktivitas
vibrasi/getaran serta peregangan yang yang berhubungan dengan pekerjaannya. Gejala
berlangsung lama. penyakit berhubungan dengan jenis tugas yang
 Posisi tubuh bagian belakang yang tidak baik. menimbulkan tekanan biomekanis berulang pada
 Faktor psikososial di tempat kerja, contohnya tangan dan pergelangan tangan seperti frekuensi,
mengejar batas akhir pelaksanaan kerja, kekuatan, pengulangan, posisi kerja yang tidak baik
hubungan antara teman kerja yang kurang dan getaran.
baik. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
Faktor trauma dapat berupa trauma fungsi sensorik, motorik, dan otonom. Pada
kecelakaan karena pekerjaan dan bukan pekerjaan. pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan
Kasus akut STK dapat terjadi karena trauma pada dengan alat elektro neurografi (ENG) dan
pergelangan tangan yang menyebabkan terjebaknya elektromiografi (EMG).(16) Pemeriksaan ENG dan
saraf medianus, sebagai akibat kecelakaan pada saat EMG sangat bermanfaat untuk diagnosis STK
bekerja atau ketika sedang berolah raga.(15) Banyak terutama bila pasien juga menderita kelainan

101
Tana Sindrom terowongan karpal

neuropati. Pemeriksaan ENG lebih banyak DAMPAK STK


membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis
terutama pada kasus STK terselubung dan tidak Kebanyakan kasus STK adalah ringan dan
khas, sedangkan EMG lebih berperan dalam beberapa hilang dengan sendirinya, misalnya ketika
evaluasi derajat STK. wanita hamil melahirkan. Penelitian melaporkan
bahwa kasus STK yang berhubungan dengan
Hubungan STK dengan pekerjaan pekerjaan merupakan salah satu jenis CTD yang
Setelah diagnosis STK ditetapkan, maka untuk paling cepat menimbulkan kelainan pada pekerja.(5,6)
menentukan apakah suatu STK berhubungan STK dapat menimbulkan kecacatan pada pekerja,
dengan pekerjaan dipakai beberapa petunjuk karena selain menyebabkan rasa nyeri, dapat pula
berikut, yaitu:(3,8) membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan
1. Ada pengulangan yang sering dari gerakan tangan sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan
yang sama/serupa pada tangan atau sehari-hari. Di pihak pengusaha dapat menimbulkan
pergelangan tangan pada sisi yang terkena. kerugian akibat menurunnya produktivitas,
2. Pekerjaan/tugas sehari-hari dengan tenaga pengeluaran meningkat dalam bentuk biaya
kuat pada tangan yang terkena. pengobatan dan pembayaran ganti rugi karena
3. Pekerjaan/tugas sehari-hari yang terus keterbatasan dan kecacatan pekerja.(5) Rasa sakit
menerus dengan posisi yang kurang baik pada karena STK bervariasi dari rasa sedikit tidak
tangan yang terkena. nyaman sampai kondisi tidak mampu mengerjakan
4. Pekerjaan/tugas sehari-hari yang memakai pekerjaan dengan tangan.
obat bantu genggam. Seorang pekerja dengan STK akan kehilangan
5. Tekanan yang lama atau sering di atas kemampuan untuk merasakan rasa panas atau
pergelangan atau pada dasar telapak tangan dingin, tidak hanya saat tangan sedang
yang terkena. dipergunakan tapi juga pada saat istirahat, dan
keluhan biasanya makin memburuk secara
Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko perlahan-lahan. Pekerja yang sudah merasakan sakit
terjadinya STK pada tangan mungkin mencoba tidak menghiraukan
Jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penyakitnya dan tetap bekerja seperti biasa, hal ini
peningkatan frekuensi STK adalah pekerjaan akan menambah stres pada pergelangannya,
sebagai tukang jagal, pengepak daging/ikan, sehingga penyakit menjadi lebih buruk. Pekerja yang
pemakai jack hammer dan mesin potong (chain menderita STK menjadi lebih mudah letih, merasa
saw), perakit mobil/pesawat terbang, pekerjaan sakit dan tidak nyaman. Oleh karena penyakit ini
dengan sistem ban berjalan, penjahit, penata kue, tidak terlihat dari luar, maka pekerja dengan STK
pengontrol bahan makanan, pekerja dalam bidang sering dianggap hanya ingin bolos kerja oleh rekan
kesehatan seperti dokter gigi dan teknisi gigi, pekerja kerja atau pemimpinnya.
bangunan, pekerja ban dan pekerja komputer.(15,5) Pada kasus berat yang tidak diobati maka otot-
Limabelas kategori pekerjaan yang menempati otot ibu jari dapat mengalami atrofi dan kemampuan
urutan teratas dari 42 kategori pekerjaan dengan untuk merasa pada jari mungkin hilang secara
prevalensi rata-rata STK yang tinggi adalah menetap, akibatnya pekerja tidak dapat melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan pekerjaan seperti biasa atau melakukan tugas yang
kesehatan, pembangunan/penggalian, perakitan/ sederhana di rumah, contohnya tidak dapat
produksi, pekerjaan yang membutuhkan ketepatan, mengendarai mobil/sepeda motor, mengangkat
operator mesin, sekretaris/penulis cepat/pengetik, barang berat dan olah raga (tenis, golf, naik sepeda).
operator/manajer peternakan, montir, proses Ketidakmampuan tersebut memaksa pekerja
mencatat keuangan, pendukung kegiatan menjalani operasi, kehilangan banyak hari kerja
administrasi lain, pelayanan kebersihan bangunan, bahkan tidak bekerja lagi bila fungsi tangan
penulis/artis/penghibur, pelayanan makanan, dan terganggu secara menetap. Dampak psikologis
teknisi alat kesehatan.(1) dapat terjadi pada pekerja dengan STK, karena

102
J Kedokter Trisakti Vol.22 No.3

seorang pekerja yang tidak dapat menggunakan pergelangan lurus. Kaki menginjak lantai pada
tangannya, dapat menjadi depresi dan menderita, footrest. Materi yang diketik berada pada ketinggian
atau mungkin terpaksa berhenti bekerja. mata sehingga leher tidak perlu menunduk saat
bekerja. Usahakan leher lentur dan kepala tegak
PENCEGAHAN untuk mempertahankan sirkulasi dan fungsi saraf
pada lengan dan tubuh. Buruknya desain perabot
Untuk pencegahan, hal yang perlu dilakukan kantor adalah penyumbang utama terhadap postur
adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu ergonomi buruk. Kursi harus dapat diatur tingginya dan
pada pekerjaan, peralatan kerja, prosedur kerja dan mempunyai sandaran.
lingkungan kerja sehingga dapat diperoleh Latihan berguna bagi pekerja yang bekerja
penampilan pekerja yang optimal. Rotasi kerja pada dengan gerak berulang. Latihan pada tangan dan
jangka waktu tertentu dapat dilakukan, yaitu dengan pergelangan tangan yang sederhana selama 4-5
merotasi pekerja pada tugas dengan risiko yang menit setiap jam dapat membantu mengurangi risiko
berbeda.(5) berkembangnya/mencegah STK. Peregangan dan
Penyesuaian peralatan kerja dapat latihan isometrik dapat memperkuat otot
meminimalkan masalah yang terjadi contohnya pergelangan tangan dan tangan, leher serta bahu,
penyesuaian peralatan yang ergonomik kepada sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah
pekerja. Beberapa tahun terakhir telah tersebut. Latihan harus dimulai dengan periode
dikembangkan pekerjaan sedemikian rupa, sehingga pemanasan yang pendek disertai periode istirahat
pekerja tidak perlu bekerja dengan rangsangan dan bila mungkin menghindari peregangan
berulang pada tangan dan pergelangan tangan. berlebihan pada otot tangan dan jari-jari.(5)
Untuk mengurangi efek beban tenaga pada Memberlakukan periode istirahat saat bekerja
pergelangan maka alat dan tugas seharusnya
dan memodifikasi pekerjaan dapat membantu
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
memecahkan permasalahan STK. Pemakaian alat
mengurangi gerakan menggenggam atau menjepit
pelindung diri berupa sarung tangan khusus yang
dengan kuat. Perancangan alat kerja contohnya
terbuat dari karet elastis, agar dapat menyangga
tinggi meja kerja yang dipakai sesuai dengan ukuran
dan membatasi pergerakan pergelangan tangan.(5)
antropometri pekerja, penggunaan alat pemotong/
gunting yang tajam sehingga mengurangi beban
PENGOBATAN DAN REHABILITASI
pada pergelangan tangan dan tangan.(5)
Pekerjaan dengan memegang suatu alat seperti
pensil, stir mobil, atau alat lain untuk waktu yang Sangat penting untuk memulai pengobatan
lama, maka pekerja harus menggenggam alat pada fase permulaan STK, sebelum kerusakan
tersebut senyaman mungkin. Pegangan alat-alat bertambah. Bila kelainan dicetuskan oleh pekerjaan,
seperti pemutar sekrup, peraut/peruncing dan maka aktivitas harus dikurangi, memodifikasi
penahannya dapat dirancang sedemikian rupa pekerjaan dan bahkan berhenti bekerja sementara.(7)
sehingga kekuatan genggaman dapat disalurkan Kalau mungkin pasien harus dilarang melakukan
melalui otot di antara dasar ibu jari dan jari aktivitas yang dapat menambah keluhan STK di
kelingking, tidak hanya pada bagian tengah telapak tempat kerja atau di rumah. Tangan dan pergelangan
tangan. Alat dan mesin seharusnya dirancang untuk yang sakit harus diistirahatkan lebih kurang 2
meminimalkan getaran. Pelindung alat seperti minggu, untuk mengurangi pembengkakan.
pemakaian shock absorbers, dapat mengurangi Pemakaian bidai/splint pada posisi netral akan
getaran yang ditimbulkan. mengurangi penekanan terhadap saraf medianus dan
Postur kerja yang baik sangat penting untuk mengurangi keluhan yang ada. Bidai dapat dipakai
mencegah STK, contohnya pada pengetik dan pada malam hari atau selama berolah raga. Bila
pengguna komputer. Operator keyboard seharusnya gejala sudah berkurang pasien boleh melakukan
duduk dengan tulang belakang bersandar pada kursi latihan dengan pengawasan dan disarankan untuk
dengan bahu rileks, siku ada di samping tubuh dan melakukan pelatihan relaksasi.

103
Tana Sindrom terowongan karpal

Pemakaian obat-obatan contohnya obat anti Nasional Surveilans Kesehatan Pekerja. Jakarta;
inflamasi non-steroid, injeksi setempat dengan 2001. p. 9.
steroid dapat diberikan bila perlu. Fisioterapi 5. Harsono WR. Carpal tunnel syndrome at workers
diberikan untuk memperbaiki vaskularisasi who were exposed by repeated biomechanical
pergelangan tangan. Pembedahan disarankan untuk pressures at hand and wrist in tire industry RSIN
kasus STK yang gagal dengan pengobatan secara Company (thesis). Universitas Indonesia, Jakarta;
konservatif, keluhan sangat mengganggu, terjadi 1995.
atrofi otot, pada pemeriksaan EMG terdapat tanda 6. Chiang HO. Prevalence of shoulder and upper
limbs disorders among workers in the fish
denervasi, STK akut dengan gejala berat. Kalau
processing industry. Scand J Work Environment
pekerja kembali bekerja lagi, perlu diperhatikan
Health 1993; 19: 126-31.
beberapa hal yaitu posisi kerja, manipulasi alat dan
7. Silvertein BA, Fins LJ. Occupational factors and
tempat kerja. CTS. Am J Ind Med 1987; 11: 343-58.
8. Gemne G. Diagnostics of hand arm system
KESIMPULAN disorders in workers who use vibrating tools.
Occup Environ Med 1997; 54: 90-5.
Pencegahan sangat penting dilakukan seperti 9. Young VL, Scaton MK. Detecting cummulative
bekerja dengan prinsip-prinsip ergonomi yang baik, trauma disorders in workers performing repitition
yaitu posisi dan sikap kerja yang benar, perbaikan tasks. J Ind Med Assoc 1995; 27: 419-31.
peralatan kerja, penyesuaian perabot kerja bagi 10. Havard Medical School. Carpal tunnel syndrome.
pekerja dengan tubuh yang tidak sesuai dengan 1998; 1-10. Available from URL: http://
ukuran standar. STK dapat menimbulkan kecacatan www.tifaq.com/html.
pada pekerja sehingga berpengaruh terhadap 11. Cannon L, Bernacki E, Walter S. Personal and
pekerjaan. occupational factors associated with carpal tunnel
syndrome. J Occup Med 1981; 23: 255-8.
Daftar Pustaka 12. Tanaka S, Mc Glothlim JD. A conceptual
quantitative model for prevention of work related
1. Tanaka S, Deanna KW, Seligman PJ. Prevalence carpal tunnel syndrome (CTS). Int J Indust Ergo
and work-relatedness of self reported carpal 1993; 11: 181-93.
tunnel syndrome among U.S. worker: analysis of 13. Braun RM, Davidson K, Doehr S. Provocative
the occupational health supplement data of 1988 testing in the diagnosis of dynamic carpal tunnel
National Health Interview Survey. Am J Ind Med syndrome. J Hand Surg 1989; 14A: 195-7.
1995; 27: 451-70. 14. Stock SR. Workplace ergonomic factors and the
2. Barbieri PG. Epidemic of musculotendernous development of musculosceletal disorders of the
pathologies of the upper limbs (cumulative trauma neck and upper limbs. A meta analysis. J Ind Med
disorders) in group of assembly workers. Med Lav Assoc 1991; 19: 87-107.
1993; 487-500. 15. Rempel DM, Harrison J, Barnhart S. Work related
3. Mahoney J. Cumulative trauma disorders and cumulative trauma disorders of the upper
carpal tunnel syndrome: sorting out the confusion. extremity. JAMA 1992; 12: 267: 838-42.
Can J Plast Surg 1995; 3: 185-9. 17. Phalen GS. Reflections on 21 years’ experience
4. Yanri Z. Evaluasi pelaksanaan pemeriksaan with the carpal tunnel syndrome. JAMA 1970;
kesehatan tenaga kerja di Indonesia. Seminar 212: 1365-7.

104

Anda mungkin juga menyukai