Penyusun :
SURABAYA
2017
• IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Usia : 60 tahun
TTL : Bandung, 25 Juni 1977
Jenis Kelamin :L
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Jl. Sono Indah III / 107 Sidoarjo
MRS : 2 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2017 pk. 09.00
• RIWAYAT PSIKIATRI
• Keluhan Utama
Kejang, kaku leher
2.2 Keluhan Tambahan
Halusinasi pendengaran, pembauan dan pengelihatan, bicara ngelantur, sesak nafas,
sulit tidur
• Riwayat gangguan sekarang
Autoanamnesa dilakukan pada hari Rabu, 17 Mei 2017, di Pav. VI
Pemeriksa tiba di pav. VI sekitar pukul 09.00, pemeriksa bertemu pasien yang
sedang makan snack sendirian di kamar. Ekspresi pasien datar, pasien menggunakan
kaos berlengan pendek warna merah hitam, dan celana selutut jeans berwarna biru
muda. Pemeriksa memerkenalkan diri dan meminta ijin untuk melakukan
wawancara.
Pemeriksa menanyakan nama pasien, pasien mengaku bernama Tuta. Ketika
ditanya tentang tanggal lahir pasien, pasien mengaku berusia 16 tahun, lahir di
Banjarmasin 20 April 2001, dan sekarang berdomisili di Kediri.
Kemudian pemeriksa menanyakan tentang sekolah pasien, lalu pasien
mengaku bahwa ia merupakan pelajar kelas 8 di SMP PGRI Kediri. Pasien mengaku ia
menggemari pelajaran seni budaya dan IPA dengan nilai 80-90. Ia mengaku memiliki
banyak teman di sekolah, tapi belum memiliki pacar.
Pasien bercerita bahwa ia adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan
semuanya laki-laki. Adik-adiknya bernama Tio dan Tito. Pasien tidak bisa mengingat
usia adik-adiknya karena sudah lama tidak bertemu. Ayahnya bekerja di tambang dan
ibunya memiliki usaha catering di Kalimantan Timur. Ia tinggal bersama orangtuanya
dan adiknya hingga usia 12 tahun di Banjarmasin dan setelah itu pindah ke Kediri
untuk melanjutkan studi. Di Kediri, ia tinggal bersama neneknya bernama Mudjati.
Pasien mengatakan bahwa ia diantar oleh pamannya yang merupakan
perawat, bernama Tn. Wagiti dari Kediri ke rumah saudaranya di Surabaya untuk
berlibur. Dalam perjalanan, ia mengaku mengalami kejang dengan kepala yang kaku
menghadap ke atas ketika sampai di Jombang atau Mojokerto dan baru bisa kembali
normal setelah diberi suntikan di RSAL. Akan tetapi, ketika pemeriksa menanyakan
kembali pertanyaan serupa setelah topik yang lain, pasien mengaku bahwa ia pergi
ke Surabaya untuk berobat setelah menjalani pengobatan di Kediri. Ketika pemeriksa
menanyakan sudah berapa kali melakukan pengobatan, pasien mengaku tidak pernah
menjalani pengobatan apapun di Kediri dan mengaku selama ini tidak pernah sakit.
Pasien mengaku sering mendapat bisikan yang menyuruh pasien untuk tidak
tidur, mengikuti arah suara, menyuruh minum, dan sumber suaranya tidak hanya
satu dan merupakan suara orang asing bagi pasien, tetapi setelah minum obat dari
RSAL suara itu tidak terdengar lagi. Pasien mengaku sesekali mencium bau melati
ketika bersepeda melewati bambu dan mencium bau anyir seperti darah, juga pernah
melihat bayangan ketika sedang melamun.
Pemeriksa menanyakan riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan
bahwa ia sering mengalami sesak, pilek sudah lama, dan alergi daging kambing,
daging sapi, dan kacang-kacangan, tetapi ketika ditanya makanan sehari-hari, pasien
mengatakan bahwa ia suka makan tahu tempe. Pasien mengaku tidak pernah
mengkonsumsi alkohol dan narkoba, namun pasien menghabiskan rokok 1 bungkus
sehari (Surya) sejak SD hingga sekarang. Pasien mengaku pertama kali merokok
karena ajakan teman pada saat SD. Biasanya pasien merokok di sekolah dan ketika
kumpul bersama temannya.
Pasien mengaku sering sulit tidur sejak di rumah sakit karena sesak dan
gelisah hingga harus diberi obat tidur, sering begadang ketika dirumah maupun di
rumah sakit. Pasien mengaku rajin mandi 2-3x sehari. Saat diwawancara, pasien
mengeluh apa bisa wawancara dipercepat dalam beberapa kali dan meminta
digantikan dengan pasien lain karena berbagai alasan. Pasien juga mengaku setiap
minggu rajin ke gereja dan sudah dibaptis sejak kecil. Ketika ditanya mengenai
tempat tinggal pasien, ia tidak mampu mengingat alamatnya, baik di Kediri maupun
di Banjarmasin.
Heteroanamnesa dengan memeriksa rekam medis pasien pada tanggal 10
mei 2017 pukul 12.00 di pav VI RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Pasien datang diantar pamannya dengan keluhan sering melantur, tampak
gelisah, binggung, tidak bisa tidur, dan leher kaku mulai pagi pada hari ketika MRS (02
april 2017). Pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun pasien
memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
• Aktivitas sosial
Pada saat pemeriksa datang pasien sedang makan snack sendirian di kamarnya,
pemeriksa juga mendapati pasien beberapa kali sedang beraktivitas sendiri.
Namun ketika ditanya pasien mengau bahwa dia memiliki banyak teman baik
ketika berada di rumah maupun ketika di rumah sakit
• Faktor pencetus
Konsumsi obat-obatan terlarang
• Faktor penyebab
RTTGJ : anak laki-laki pertama, pergaulan tidak terkontrol, orang tua
cerai
Premorbid : introvert
Keturunan : disangkal
• DIAGNOSA MULTIAKSIAL
Axis I : Gangguan Mental Perilaku
Axis II : manipulatif,
Axis III : belum diketahui
Axis IV : hubungan antar individu (pergaulan degan teman)
Axis V : GAF 70-61 (gejala ringan disabilitas ringan)
• MANAJEMEN TERAPI
• Somatoterapi
• Psikoterapi
Memotivasi pasien agar mau minum obat teratur, memberikan edukasi untuk
bercerita jujur.
• Sosioterapi
Mengedukasi keluarga agar dapat menerima pasien dan membantu keteraturan
minum obat, mendukung pasien dalam perbaikan kondisi pasien
• MONITORING
• Monitoring perkembangan status psikiatri pasien selama minum obat
• Keteraturan minum obat
• Efek samping obat
• Keadaan lingkungan seitar pasien yang dapat mendukung/memperburuk