Drama Bulan Dan Kerupuk
Drama Bulan Dan Kerupuk
IPAH dan JALU adalah sepasang suami isteri yang memiliki kehidupan yang tak seindah khayalan JALU.
IPAH seorang isteri yang cerewet, banyak tingkah dan tengah mengandung 4 bulan. Tapi dibalik
kecerewetannya itu IPAH merupakan sosok yang tak menyerah pada keadaan dan menjadi penopang
hidup keluarganya. Sementara JALU hanya seorang suami dengan segudang khayalan yang tak kunjung
jadi nyata. Bukannya mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidup mereka, JALU malah semakin banyak
berkhayal untuk mendapatkan bahagianya kehidupan dengan cara instan.
Kehidupan mereka semakin sulit saat bencana melanda. Hujan turun dengan deras, banjir mulai
menyeret harta benda mereka, yang mereka miliki hanya jasad dan pakaian yang mereka pakai.
Kehidupan mereka sekarang hanya tinggal impian, kepasrahan mulai terasa. JALU dan IPAH mulai
berkhayal untuk tinggal dibulan. “Makan apa nanti kita dibulan?” Tanya IPAH. “Kita makan kerupuk”
Jawab JALU. Alur kehidupan membawa mereka menyusuri jalan sulit. LEMBULAN dan MENTALI menjadi
saksi perjalanan mereka, menghubungkan masa lalu saat kedua orangtua IPAH dan JALU tak mengijinkan
mereka, namun cinta mereka akhirnya menyatu juga.
Bagaimanakah akhir perjalanan mereka? Akankah mereka bahagia di akhir cerita? Apakah anak mereka
akan lahir dengan selamat?
Para Pemain :
Sejuta bayi dilahirkan di muka bumi dan sejuta bayi tak lagi bernama bayi tetapi bernama manusia
Kali ini seperti hal-halnya kemarin dan kali-kali esok, manusia berkisah dan ber-ber yang lainnya.
Para Koor
Jalu : Saya melihat melihat harta karun di dasar sumur itu neng Ipah.
Ipah : Jangan mengajakku bermimpi lagi Jalu, saya sudah bosan kamu ajak terus berlama-lama
tenggelam dalam mimpi. Menghayal, setiap hari kit menghayal. Bukannya usaha biar mimpi menjadi
nyata, Kalau begini terus kita tidak akan maju-maju Jalu.
Jalu : Gerimis Ipah, Sebentar lagi hujan akan turun, Dan kamu lihat Ipah? Kita tidak sedang
menunggu atau mencari datangnya hujan, tapi hujan tetap datang juga. Saya ingin nasib baik kita juga
datang tiba-tiba seperti hujan.
Jalu : Semuanya hanyut, habis segala milik kita Ipah, Jalu sekarang sudah tidak punya apa-apa selain
kamu neng Ipah.
Ipah : Bukan hanya dipikir Jalu, tapi dicari. Dengan kita mencari maka banyak pula harapan yang akan
kita raih. Jika kita diam saja maka harapan itu akan membusuk seperti bangkai, sedangkan sang waktu
terus berpacu bagaikan jutaan ekor kuda yang berlari terus tiada henti.
Ipah dan Jalu bingung harus tinggal dimana
Ipah : Kerupuknya habis, kita mati. Tidak Jalu, neng Ipah tidak mau mati konyol dan saya tidak mau
kebulan, bulan hanya punya cahaya tapi bulan belum tentu punya harapan. Jangankan dibulan, disini saja
kita susah dapat makan, satu-satunya yang dapat kita makan hanyalah air mata kita sendiri.
Emak & Rama : Sudah berulang kali saya peringatkan, jangan lagi kamu berhubungan dengan tetangga
sebelah kita, mereka itu bukan level kita. Catat !!! Derajat kita lebih tinggi dibanding mereka, ibarat
gedung MPR dan sikat WC.
Ipah & Jalu : Tapi cinta suci kami sudah tidak dapat lagi dipisahkan sekalipun oleh ganasnya
samudera Hindia sekalipun, juga tidak dapat dihalangi oleh Tembok Cina. Kami sudah seiring, sejalan dan
seirama. Kesetiaanku terhadapnya tak ada bandingannya bagai sang Surya menyinari dunia.
Rembulan : Aku berada dimasa kini ketika mereka sedang asik bercumbu dibawah remang-remang
cahayaku.
Mentari : Aku berada dimasa lalu tatkala orang tua mereka sedang asik bercumbu dibawah sinarku
yang terang benderang.
Ipah & Jalu : Oh Manisku, mari kita tidur. Rembulan telah bosan menemani kita, lihatlah ia seolah-olah
melambaikan tangannya dan berkata selamat tidur Ipah, selamat tidur Jalu
Jalu : Ipah, perutmu semakin bertambah besar. Mungkin sebentar lagi ia akan lahir dan kita akan
punya keturunan.
Ipah : Bayi ini bergerak-gerak terus dari kemarin, pasti dia tidak menemukan makanan di dalam perut
saya. Karena saya belum makan apa-apa dari kemarin. Saya akan mencari makan, dan saya akan berbuat
apa saja agar bisa mendapatkan sesuap nasi.
Ipah : Kita harus nekad jika ingin tetap bertahan hidup, manusia penuh tekad hidupun harus nekad.
Jalu : Biar saya saja yang mencari makan, dan kamu tunggulah disini.
Jalu : Kuno ? Suami kerja cari makan untuk isterinya kamu bilang kuno ?
Ipah : Dengar Jalu, kalau kamu mencari makan sendiri dan meninggalkanku disini. Bisa-bisa aku mati
kelaparan sebelum kamu kembali pulang. Sudahlah ayo kita cari sama-sama.
Koor
Jalu : Kamu dengar Ipah ? Saya mendengar langit menangis, meratap sambil merasakan segala
kesengsaraan dan kenelangsaan kita.
Ipah : Tidak Jalu, saya mendengar langit tertawa. Ia menertawakan segala penderitaan kita.
Jalu : Iya, saya dengar. Mereka mengeluarkan suara-suara kebencian terhadap kita, seolah-olah kita
ini sesuatu yang paling menjijikan.
Koor : Percuma saja kalian minta tolong, mereka tidak akan mendengarkan.
Ipah & Jalu : Apa kalian kira kami sengaja memiskinkan diri ? yang jelas kami telah dimiskinkan oleh
nasib, oleh kisah dan oleh sang pengatur.
Ipah melahirkan
Ipah : Mana mau mereka mengasuh anak gembel ini Jalu, mereka juga pasti akan pilih-pilih.
Jalu : Iya Ipah, Bagaimana jika kita menghanyutkannya ke dalam sungai, Ayo kita cari Sungai Ipah.
Jalu : Gerhana Ipah, ya… sebelum kita hanyutkan bayi ini ke sungai,
Ipah pun berhasil melahirkan anaknya dengan selamat, tetapi karena ekonomi mereka yang tidak
mencukupi akhirnya Ipah dan Jalu memutuskan untuk menghanyutkan anaknya ke sungai. Ipah dan Jalu
merasa sangat sedih tetapi hanya satu pesan yang mereka ucapkan "Jangan sampai di dunia ini ada Ipah-
ipah dan Jalu-jalu yang lainnya"