Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan

alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk

kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar

terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Setiawan A, 2009).

Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain

kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI

eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum

menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan

membantu menjarangkan kelahiran (Depkes, 2003). Manfaat lain yang tidak kalah penting dari

ASI eksklusif seperti yang telah disebutkan di atas karena ASI bergizi tinggi, terjangkau dan

dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death

Syndrome). Namun, menciptakan pemberian ASI sejak hari pertama tidak selalu mudah karena

banyak ibu menghadapi masalah dalam melakukannya. Kejadian yang sering terjadi pada hari

pertama menyusui adalah sulitnya ASI keluar. Hal ini membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka

tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti menyusui dan

menggantinya dengan susu formula. Di samping itu, ada juga ibu yang merasa takut dan

menghindar menyusui, akibatnya akan terjadi pembendungan dan statis ASI karena akan
mengurangi isapan bayi pada payudara, maka jumlah ASI yang dikeluarkan sedikit. Sedangkan

di negara berkembang, banyak ibu merasa cemas dan menggunakan jadwal dalam pemberian

ASI, sehingga kuantitas ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi (Nainggolan M,

2009).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah efektivitas Jantung Pisang Batu,

daun bangun-bangun (daun mint), buah papaya, kacang hijau dan daun katuk untuk

meningkatkan produksi ASI?

C. Tujuan

1. Menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian peningkatan produksi ASI

2. Menjelaskan pengaruh penerapan evidence based yang tepat terhadap pemberian

asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Jantung Pisang Batu

Jantung pisang batu merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum

memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti

alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam

meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal

untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi

rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini

diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus

ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada

kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI

(Murtiana, 2011). Pemanfaatan jantung pisang pada masyarakat sudah banyak

ditemui, seperti menyembuhkan luka lecet pada kaki, memberikan perasaan kenyang

yang lebih lama, digunakan untuk membuat sayur karena kandungan protein dan

vitamin, serta dimakan untuk memperlancar dan memperbanyak produksi ASI.

Pengolahan jantung pisang pada masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus,

diurap, dikukus dan dioseng-oseng. Jantung pisang menjadi bahan makanan yang

memiliki banyak manfaat dan mudah didapatkan oleh masyarakat karena bisa dengan

mudah ditanam di pekarangan rumah. Dengan pemanfaatan jantung pisang batu yang

dapat meningkatkan produksi ASI, dapat membantu keberhasilan program

pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya pemberian ASI Eksklusif. Hasil

penelitian sejalan dengan teori Lingga dalam Murtiana (2011), yang menyatakan
bahwa jantung pisang batu memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan

produksi dan kualitas ASI. Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya

polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli

yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan

bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh hormon oksitosin.

Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung

pisang batu yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan

sebelum mengkonsumsi jantung pisang batu. Oksitosin merupakan hormon yang

berperan untuk mendorong sekresi air susu (milk let down). Peran oksitosin pada

kelenjar susu adalah mendorong kontraksi sel-sel miopitel yang mengelilingi alveolus

dari kelenjar susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel miopitel isi dari alveolus

akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong dan

memacu untuk sintesis air susu berikutnya.

B. Daun Banun-Bangun (Mint)

Tanaman bangunbangun (Coleus amboinicus L). Berbagai penelitian yang telah

dilakukan tentang daun bangun-bangun terkait dengan fungsinya sebagai laktagogum

masih difokuskan pada penggalian dan pembuktian secara ilmiah fungsi daun

bangun-bangun sebagai laktagogum dalam bentuk olahan secara tradisional, yaitu

sebagai sayuran atau sop (Santosa 2001; Damanik et al. 2001; 2006; Permana 2008;

Rumetor 2008). Daun bangun-bangun sangat potensial untuk dikembangkan baik

dari segi manfaatnya sebagai laktagogum maupun dari segi sifat tanaman tersebut

yang sangat mudah tumbuh dengan umur panen yang singkat. Meskipun demikian,

pemanfaatannya masih terbatas dikalangan masyarakat suku Batak dengan bentuk


olahan hanya sebagai sayuran atau sop. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan

pengembangan produk makanan tambahan fungsional bagi ibu menyusui yang

mengandung daun bangunbangun dalam bentuk produk siap saji. Bentuk produk

tersebut akan memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan bentuk olahan

tradisional.

C. Buah Pepaya

Buah papaya, buah pepaya merupakan jenis tanaman yang mengandung

laktagogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin

seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif

dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara

hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting payudara ibu,

terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini

diteruskan ke hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus

ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada

kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI

(Murtiana, 2011). Pemanfaatan buah pepaya muda pada masyarakat sudah banyak

ditemui, seperti baik untuk kesehatan mata, baik untuk pencernaan, digunakan untuk

membuat sayur karena kandungan protein dan vitamin, serta dimakan untuk

memperlancar dan memperbanyak produksi ASI. Pengolahan buah pepaya muda pada

masyarakat biasa dilakukan dengan cara direbus, diurap, dikukus dan dioseng-oseng.

Buah pepaya menjadi bahan makanan yang memiliki banyak manfaat dan mudah

didapatkan oleh masyarakat karena bisa dengan mudah ditanam di pekarangan rumah.

Dengan pemanfaatan buah pepaya yang dapat meningkatkan produksi ASI, dapat
membantu keberhasilan program pemerintah (Kementerian Kesehatan) dalam upaya

pemberian ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan

dan tetap diberikan ASI sampai usia anak 2 tahun yang ditambah dengan makanan

pendamping ASI (MPASI).

D. Kacang Hijau

Kacang hijau (phaseolus radiates) yang juga biasa disebut mungbean merupakan

tanaman yang dapat tumbuh hampir disemua tempat di Indonesia. Berbagai jenis

makanan (olahan) asal kacang hijau seperti bubur kacang hijau, minuman kacang

hijau, kue tradisional, dan kecambah kacang hijau telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Secara tradisi ibu hamil di Indonesia sering dianjurkan minum kacang

hijau agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Dalam 100 gram kacang

hijau mengandung 124 mg kalsium dan 326 mg fosfor, bermanfaat untuk memperkuat

kerangka tulang. Serta 19,7-24,2 % protein dan 5,9-7,8 % besi dapat menghasilkan

ASI dalam jumlah yang maksimal (Shohib, 2006). Sari kacang hijau bukan

merupakan obat dari bendungan ASI tetapi bisa membantu proses penyembuhan dari

bendungan ASI. Jadi untuk penderita bendunga ASI atau ASInya tidak keluar dengan

banyak dan lancar tidak ingin periksa kebidan atau dokter, dapat menggunakan sari

kacang hijau sebagai alternatif dari pengobatan bendungan ASI dan ASI yang tidak

keluar dengan lancar dan banyak. Selain harganya yang terjangakau, sari kacang hijau

juga dapat dibuat sendiri atau dapat juga membeli sari kacang hijau yg sudah dalam

kemasan, hal ini membuat para ibu-ibu yang merasa kesulitan menyusui anaknya

karena ASI yang keluar tidak banyak semakin tertarik dan ingin mencobanya.
E. Daun Katuk

Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin |K, pro-

vitamin A ( beta karotin Vitmin B dan C. Mineral yang dikandung adalah Kalsium

(2,8%) zat besi, kalium, fisfor dan magnesium. Perlu diketahui bahwa daun katuk ini

juga mengandung papaverina, yaitu suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu

(opium). Konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti

keracunan papaverina. Warna daun katuk yang hijau gelap menunjukkan kadar

klorofil yang tinggi. Daun katuk mempunyai sifat yang khas yaitu manis,

mendinginkan dan membersihkan darah, khasiat antipiretik dan laktagog. Menurut

penelitian yang dipublikasikan oleh Media Litbang Kes RI disebutkan bahwa daun

katuk memiliki kandungan sterol dan alkaloid yang bisa merangsang kelenjar susu

untuk memproduksi ASI lebih banyak. Selain itu daun katuk juga sumber yang baik

untuk vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, kalsium, zat besi, dan fosfor

yang mendukung produksi ASI.


BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian Elly Wahyuni, Sri Sumiati, Nurliani tahun 2012 terlihat bahwa

distribusi frekuensi rata-rata sebelum mengkonsumsi pisang batu pada ibu menyusui hanya 5,7

kali, sedangkan sesudah mengkonsumsi jantung pisang batu meningkat menjadi 9,75 kali.

Kolerasi antara dua variabel sebesar 0,793, perbedaan nilai rata-rata peningkatan produksi ASI

dengan nilai sig 0,000. Hal ini menunjukkan ada peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui

yang diberi jantung pisang batu selama 7 hari berturut-turut. Hasil penelitian sejalan dengan teori

Lingga dalam Murtiana (2011), yang menyatakan bahwa jantung pisang batu memiliki beberapa

senyawa yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI. Peningkatan produksi ASI

dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk

merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga

menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh hormon oksitosin.

Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang batu

yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengkonsumsi

jantung pisang batu. Oksitosin merupakan hormon yang berperan untuk mendorong sekresi air

susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu adalah mendorong kontraksi sel-sel

miopitel yang mengelilingi alveolus dari kelenjar susu, sehingga dengan berkontraksinya sel-sel

miopitel isi dari alveolus akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi

kosong dan memacu untuk sintesis air susu berikutnya.


Berdaarkan penelitian Hidayat Syarief, Rizal Martua Damanik, Tiurma Sinaga,Tetty

Herta Doloksaributahun 2014yang berdasarkan pengujian sifat fisik terhadap produk yang

dihasilkan ternyata formulasi bahan dasar yang sama dengan faktor peubah jumlah daun

bangunbangun 120 dan 150 g tidak menunjukkan perbedaan sifat fisik yang signifikan.

Pengujian secara mikrobiologi juga menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan masih dalam

batas toleransi sehingga aman untuk dikonsumsi. Analisis kandungan gizi dari produk yang

dihasilkan menunjukkan bahwa 100 g produk dengan penambahan daun bangun-bangun

mengandung energi sebesar 375,18 kkal dan protein 11,71 g. Sedangkan 100 g produk dengan

penambahan daun bangun-bangun 150 g mengandung energi sebesar 376,09 kkal dan protein

12,15 g. Rata-rata kesukaan panelis terhadap mutu oganoleptik kedua produk tidak berbeda

signifikan (p > 0,05). Persentase penerimaan panelis terhadap kedua produk secara keseluruhan

(overall) cukup baik, yaitu lebih dari 90% panelis dapat menerima kedua produk tersebut.

Dengan demikian, produk yang dipilih sebagai makanan tambahan fungsional bagi ibu menyusui

adalah produk dengan penambahan daun bangun-bangun 150 g.

Berdasarkan penelitian Sri Banun Titi Istiqomah, Dewi Triloka Wulanadari, Ninik Azizah tahun

2015 dapat dilihat bahwa seluruh ibu menyusui yang belum mengkonsumsi buah pepaya tidak

mengalami peningkatan produksi ASI, sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya seluruh

ibu menyusui mengalami peningkatan produksi ASI. Produksi ASI sebelum konsumsi buah

pepaya rata-rata frekuensi menyusui adalah 5,7 kali dengan standar deviasi 0,80131 dan setelah

mengkonsumsi buah pepaya rata-rata frekuensi menyusui mengalami peningkatan menjadi 9,75

kali dengan standar deviasi 0.78640. Kolerasi antara dua variabel adalah sebesar 0,793 dan

perbedaan nilai rata-rata peningkatan produksi ASI pada ibu yang tidak mengkonsumsi dan yang

mengkonsumsi buah pepaya adalah 4,05000 dengan sig 0,000. Karena sig < 0,05, maka berarti
bahwa rata-rata produksi ASI sebelum dan sesudah konsumsi buah pepaya adalah berbeda.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian buah pepaya dapat mempengaruhi

peningkatan produksi ASI ibu menyusui di Desa Wonokerto di wilayah Puskesmas Peterongan

Kabupaten Jombang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Triloka Wulandari dan Siti Roudhotul

Jannah tahun 2015 didapatkan ASI yang keluar sebelum diberikan sari kacang hijau yaitu 4

responden (57,1 %) mengalami pengeluaran ASI yang keluar sedikt. Dari tabel 2 dapat diketahui

bahwa yang paling banyak mengalami kesulitan dalam pengeluaran ASI adalah Primi sebanyak 5

responden (71,4 %). Hal ini sesuai dengan teori dari Syherni (2009) yang mengatakan bahwa

salah satu penyebab kenapa ASI tidak bisa keluar dengan maksimal selain dari faktor nutrisi

yang dikonsumsi oleh ibu adalah faktor berapakali ibu tersebut sudah pernah menyusui.

Biasanya ibu yang primi lebih sering mendapati kesulitan tentang pengeluaran ASI yang tidak

bisa maksimal. Pada penelitian ini terjadi kelancaran pengeluaran ASI sesudah diberikan sari

kacang hijau, dan pada penilaian akhir didapatkan responden yang pengeluaran ASInya banyak

dan lancar sebanyak 4 responden (57,1 %). Sedangkan responden yang pengeluaran ASInya

sedikit atau kurang lancar sebanyak 3 responden (42,9 %). Dari hasil uji Chi Square yang

dilakukan menggunakan pre dan post SPSS Versi 13 α< 0,05 maka H0 ditolak berarti H1

diterima yang berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu Nifas dengan

kelancaran produksi ASI. Menurut pendapat peneliti tidak adanya kesenjangan antara teori dan

fakta, karena pada kenyatannya sari kacang hijau dapat membantu kelancaran proses

pengeluaran ASI sesuai dengan teori yang telah disebutkan diatas. Dari 4 responden yang

awalnya mengalami pengeluaran ASI yang sedikit atau tidak lancar setelah diberikan sari kacang

hijau selama 7 hari pengeluaran ASI menjadi banyak dan lancar.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Suwanti, Kuswati tahun 2016 yang

dilakukan di BPM yang berada di wilayah Kab Klaten dengan hasil sebagai berikut: 1. Analisis

Univariat Dari analisis univariat didapatkan bahwa responden kelompok intervensi dengan

diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul mendapatkan

hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%). Sedang pada kelompopk

kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa responden yang produksi ASI nya melebihi

kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan bayi

(20%). Responden kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katu dilakukan

monitoring setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan

dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang mengalami pusing,

mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu membantu memperbanyak produksi ASI dan tidak

mengalami keracunan. 2. Analisis Bivariat Analisis dilakukan dengan uji statitik menggunakan

uji Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya

lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu (ρ = 0.000).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sa’roni, dkk (2004) menunjukan bahwa kelompok ibu

melahirkan dan menyusui bayinya yang diberikan ekstrak daun katuk dengan dosis 3 x 300

mg/hari selama 15 hari terus menerus mulai hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan dapat

meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak

diberi ekstrak daun katu.


BAB IV

ANALISIS DATA

No Identifikasi Tujuan Metode Hasil Kesimpulan

1 Pengaruh Konsumsi Tujuan umum dari Metode penelitian yang Produksi ASI Frekuensi ibu

Jantung Pisang Batu penelitian ini adalah digunakan adalah metode sebelum konsumsi menyusui sebelum

Terhadap Peningkatan untuk mengetahui eksperimen dengan jantung pisang batu mengkonsumsi

Produksi Asi Di Wilayah pengaruh jantung menggunakan rancangan rata-rata frekuensi jantung pisang batu

Puskesmas Srikuncoro, pisang batu terhadap sebelum dan sesudah menyusui adalah 5,7 yaitu rata-rata 5,7

Kecamatan Pondok peningkatan produksi intervensi menggunakan kali dengan standar kali dan mengalami

Kelapa, Bengkulu Tengah ASI pada Ibu satu kelompok. deviasi 0,80131 dan peningkatan

Tahun 2012) Menyusui di Wilayah setelah produksi ASI

Puskesmas Srikuncoro mengkonsumsi setelah konsumsi

Oleh Elly Wahyuni, Sri Kecamatan Pondok jantung pisang batu jantung pisang batu

Sumiati, Nurliani Kelapa Bengkulu rata-rata frekuensi yaitu rata-rata


Tengah Tahun 2012, menyusui menyusui menjadi

dengan tujuan khusus mengalami 9,75 kali. Adanya

adalah: peningkatan pengaruh yang

1) Diketahui menjadi 9,75 kali signifikan terhadap

gambaran produksi dengan standar peningkatan

ASI pada ibu deviasi 0.78640. produksi ASI pada

menyusui yang tidak Kolerasi antara dua ibu sebelum

mengkonsumsi variabel adalah konsumsi jantung

jantung pisang batu. sebesar 0,793 dan pisang batu dengan

2) Diketahui perbedaan nilai rata- peningkatan

gambaran produksi rata peningkatan produksi ASI pada

ASI pada ibu produksi ASI pada ibu setelah

menyusui yang ibu yang tidak konsumsi jantung

mengkonsumsi mengkonsumsi dan pisang batu sebesar

jantung pisang batu. yang mengkonsumsi 0,793 kali. Jantung

3) Diketahui pengaruh jantung pisang batu pisang batu


produksi ASI pada ibu adalah 4,05000 merupakan jenis

menyusui yang dengan sig 0,000. makanan yang

mengkonsumsi Karena sig < 0,05, mengandung

jantung pisang batu maka berarti bahwa Laktogogum yaitu

rata-rata produksi suatu zat gizi yang

ASI sebelum dan dapat meningkatkan

sesudah konsumsi dan memperlancar

jantung pisang batu produksi ASI

adalah berbeda. terutama pada ibu

Dengan demikian yang mengalami

dapat dinyatakan masalah dalam

bahwa pemberian produksi ASI.

jantung pisang batu

dapat

mempengaruhi

peningkatan
produksi ASI di

wilayah Puskesmas

Srikuncoro

Kabupaten

Bengkulu Tengah

2 Pemanfaatan Daun Tujuan dari penelitian pengujian sifat fisik Ibu menyusui Berdasarkan

Bangun-Bangun dalam ini adalah terhadap produk yang membutuhkan zat- pengujian sifat fisik

Pengembangan Produk mengembangkan dihasilkan bahan dasar zat gizi yang lebih terhadap produk

Makanan Tambahan produk sebagai banyak dari ibu yang dihasilkan

Fungsional untuk Ibu makanan tambahan yang tidak ternyata formulasi

Menyusui) fungsional bagi ibu menyusui. Menurut bahan dasar yang

menyusui melalui WNPG 2004, sama dengan faktor

Oleh Hidayat Syarief, pemanfaatan fungsi Angka Kecukupan peubah jumlah daun

Rizal Martua Damanik, laktagogum yang Gizi (AKG) pada bangunbangun 120

Tiurma Sinaga,Tetty Herta dimiliki daun bangun- golongan umur dan 150 g tidak

Doloksaribu bangun yang sama, ibu menunjukkan


menyusui bayi pada perbedaan sifat fisik

enam bulan pertama yang signifikan.

dibandingkan Pengujian secara

dengan ibu yang mikrobiologi juga

tidak menyusui menunjukkan

membutuhkan bahwa produk yang

tambahan dihasilkan masih

kecukupan energi dalam batas

sebesar 500 kkal toleransi sehingga

dan protein 17 g. aman untuk

Oleh karena itu, dikonsumsi.

secara perhitungan, Analisis kandungan

konsumsi produk gizi dari produk

tiga kali sehari (100 yang dihasilkan

g) oleh ibu yang menunjukkan

menyusui bayi umur bahwa 100 g produk


kurang dari enam dengan penambahan

bulan akan daun bangun-

berkontribusi bangun

terhadap mengandung energi

pemenuhan sebesar 375,18 kkal

tambahan energi dan protein 11,71 g.

sebesar 75% dan Sedangkan 100 g

pemenuhan produk dengan

tambahan protein penambahan daun

sebesar 70%. bangun-bangun 150

Hasil uji g mengandung

organoleptik oleh energi sebesar

40 orang ibu 376,09 kkal dan

menyusui sebagai protein 12,15 g.

panelis Rata-rata kesukaan

menunjukkan panelis terhadap


bahwa rata-rata mutu oganoleptik

kesukaan panelis kedua produk tidak

terhadap kedua berbeda signifikan

produk tidak (p > 0,05).

berbeda signifikan Persentase

dan secara penerimaan panelis

keseluruhan hampir terhadap kedua

semua panelis dapat produk secara

menerima kedua keseluruhan

produk (overall) cukup

baik, yaitu lebih

dari 90% panelis

dapat menerima

kedua produk

tersebut. Dengan

demikian, produk
yang dipilih sebagai

makanan tambahan

fungsional bagi ibu

menyusui adalah

produk dengan

penambahan daun

bangun-bangun 150

g.

3. Pengaruh Buah Pepaya untuk mengetahui Metode penelitian yang Dari Tabel 1 dapat Frekuensi ibu

Terhadap Kelancaran pengaruh buah pepaya digunakan adalah metode dilihat bahwa menyusui sebelum

Produksi Asi Pada Ibu terhadap peningkatan eksperimen dengan seluruh ibu mengkonsumsi buah

Menyusui Di Desa produksi ASI pada Ibu menggunakan rancangan menyusui yang pepaya yaitu rata-

Wonokerto Wilayah Menyusui di Desa sebelum dan sesudah belum rata 5,7 kali dan

Puskesmas Peterongan Wonokerto Wilayah intervensi menggunakan mengkonsumsi buah mengalami

Jombang Tahun 2014 Puskesmas Peterongan satu kelompok. Desain pepaya tidak peningkatan

Disusun oleh : Sri Banun Kab. Jombang Tahun penelitian menggunakan mengalami produksi ASI
Titi Istiqomah1, Dewi 2014, dengan tujuan one group before and peningkatan setelah konsumsi

Triloka Wulanadari2, khusus adalah: 1) after intervention design, produksi ASI, buah pepaya yaitu

Ninik Azizah3 Diketahui gambaran atau pre and post test sedangkan sesudah rata-rata menyusui

produksi ASI pada ibu design. Dalam design ini, mengkonsumsi buah menjadi 9,75 kali.

menyusui yang belum satu-satunya unit pepaya seluruh ibu Adanya pengaruh

mengkonsumsi buah eksperimen tersebut menyusui yang signifikan

pepaya 2) Diketahui berfungsi sebagai mengalami terhadap

gambaran produksi kelompok eksperimen peningkatan peningkatan

ASI pada ibu dan sekaligus kelompok produksi ASI. produksi ASI pada

menyusui yang sudah kontrol. Berdasarkan Tabel ibu sebelum

mengkonsumsi buah 2 dapat dilihat konsumsi buah

pepaya 3) Diketahui bahwa produksi ASI pepaya dengan

analisa pengaruh sebelum konsumsi peningkatan

mengkonsumsi buah buah pepaya rata- produksi ASI pada

pepaya terhadap rata frekuensi ibu setelah

produksi ASI pada ibu menyusui adalah 5,7 konsumsi buah


menyusui. kali dengan standar pepaya sebesar

deviasi 0,80131 dan 0,793 kali. Buah

setelah pepaya merupakan

mengkonsumsi buah jenis makanan yang

pepaya rata-rata mengandung

frekuensi menyusui Laktogogum yaitu

mengalami suatu zat gizi yang

peningkatan dapat meningkatkan

menjadi 9,75 kali dan memperlancar

dengan standar produksi ASI

deviasi 0.78640. terutama pada ibu

Kolerasi antara dua yang mengalami

variabel adalah masalah dalam

sebesar 0,793 dan produksi ASI.

perbedaan nilai rata-

rata peningkatan
produksi ASI pada

ibu yang tidak

mengkonsumsi dan

yang mengkonsumsi

buah pepaya adalah

4,05000 dengan sig

0,000. Karena sig <

0,05, maka berarti

bahwa rata-rata

produksi ASI

sebelum dan

sesudah konsumsi

buah pepaya adalah

berbeda. Dengan

demikian dapat

dinyatakan bahwa
pemberian buah

pepaya dapat

mempengaruhi

peningkatan

produksi ASI ibu

menyusui di Desa

Wonokerto di

wilayah Puskesmas

Peterongan

Kabupaten

Jombang.

4 PENGARUH Penelitian ini Metode yang digunakan Hasil uji Chi Square Kesimpulan bahwa

PEMBERIAN SARI bertujuan untuk dalam penelitian ini yang dilakukan semakin sering

KACANG HIJAU PADA mengetahui Hubungan adalah penelitian Pra- menggunakan pre mengkonsumsi sari

IBU NIFAS DENGAN Pengaruh Pemberian Experimental Designs dan post SPSS kacang hijau maka

KELANCARAN Sari Kacang hijau dengan menggunakan Versi 13 α< 0,05 ASI akan semakin
PRODUKSI ASI DI BPM pada Ibu Nifas dengan One Group Pra Post Test maka H0 ditolak lancar keluarnya.

YUNI WIDARYANTI, Kelancaran Produksi Design Jenis sampling berarti H1 diterima

Amd. Keb ASI di BPM Yuni total yaitu 7 orang yang berarti ada

SUMBERMULYO Widaryanti, Amd.Keb Pengumpulan data pengaruh pemberian

JOGOROTO JOMBANG Sumbermulyo dengan menggunakan sari kacang hijau

Jogoroto Jombang. check list observasi pada ibu Nifas

secara langsung dengan kelancaran

kemudian produksi ASI. Hasil

diinterpretasikan dalam penelitian

kriteria kelancaran menunjukkan

produksi ASI. bahwa 4 (57,1%)

responden yang

ASInya keluar

dengan lancar,

sedangkan 3

(42,9%) responden
yang ASInya tidak

bisa keluar dengan

lancar.

5 Pengaruh Konsumsi Tujuan penelitian Penelitian ini merupakan Dari analisis Hasil penelitian ini

Ekstrak Daun Katuk adalah untuk penelitian dengan jenis univariat menunjukkan

Terhadap Kecukupan Asi mengetahui pengaruh Quasi experiment with didapatkan bahwa bahwa :

Pada Ibu Menyusui Di konsumsi ekstrak daun control. responden 1. Setelah

Klaten katuk terhadap kelompok intervensi mengkonsumsi

Endang Suwanti, Kuswati kecukupan ASI, di dengan diberikan ekstrak daun katu

BPM wilayah Klaten. ekstrak daun katu ibu yang menyusui

selama 30 hari mengalami

dengan dosis 2 kali kenaikkan produksi

sehari 1 kapsul ASI sampai

mendapatkan hasil melebihi kebutuhan

bahwa sebagian bayinya (70%)

besar 2. Ibu-ibu yang


ASI melebihi tidak

kebutuhan bayi mengkonsumsi

(70%). Sedang pada ekstrak daun katu

kelompopk kontrol mengalami

(tanpa perlakuan) kenaikkan produksi

didapatkan data ASI sampai

bahwa responden melebihi kebutuhan

yang produksi ASI bayinya hanya

nya melebihi sebagian kecil saja

kebutuhan bayinya (6,7%) 3. Ada

hanya 6,7% dan pengaruh yang

masih didapatkan signifikan

yang kurang konsumsi ekstrak

memenuhi daun katu terhadap

kebutuhan bayi kecukupan ASI ( p

(20%). = 0,000)
dapat disimpulkan

bahwa ibu yang

mengkonsumsi

ekstrak daun katu

membantu

memperbanyak

produksi ASI dan

tidak mengalami

keracunan

Analisis dilakukan

dengan uji statitik

menggunakan uji

Chi-Square, dapat

diketahui bahwa

ibu-ibu yang

mengkonsumsi
ekstrak daun katu

ASI nya lebih

banyak

dibandingkan

dengan ibu yang

tidak

mengkonsumsi

ekstrak daun katu (ρ

= 0.000). Hal ini

sesuai dengan hasil

penelitian Sa’roni,

dkk (2004)

menunjukan bahwa

kelompok ibu

melahirkan dan

menyusui bayinya
yang diberikan

ekstrak daun katuk

dengan dosis 3 x

300 mg/hari selama

15 hari terus

menerus mulai hari

ke-2 atau ke-3

setelah melahirkan

dapat meningkatkan

produksi ASI 50,7%

lebih banyak

dibandingkan

dengan kelompok

ibu yang tidak

diberi ekstrak daun

katuk
BAB V

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai