Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen
atautoksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas
prosesinflamasi. Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada penderita
trauma dan perwatan klinis pada semua manusia dan jenis kelamin. Infeksi pasca
traumasangat bergantung pada usia penderita, waktu antara trauma dan penanggul
angannya ,kontaminasi luka, jenis dan sifat luka, kerusakan jaringan, syok, jenis
tindakan,dan pemberian antibiotik. Makin lama tertunda penanggulangannya, mak
in besarkemungkinan infeksi. Meskipun telah mengalami kemajuan teknologi
penanganandalam neonatologi dan perawatan kritis pediatrik dan meluasnya
penggunaan spektrumluas agen anti mikroba, infeksi masih menjadi penyebab
utama morbiditas danmortalitas pada bayi dananak-anak. Infeksi mikroba
biasanya terjadi akibat kegagalanmekanisme pertahanan tubuh yang intrinsik
untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian urosepsis ?
2. Bagaimana anatomi dan fsiologi urosepsis ?
3. Apa etiologic urosepsis ?
4. Bagamana pathway urosepsis ?
5. Bagaimana manifestasi klinis urosepsis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan urosepsis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan urosepsis ?

3. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian urosepsis
2. Mengetahui anatomi dan fsiologi urosepsis
3. Mengetahui etiologic urosepsis

1
4. Mengetahui pathway urosepsis
5. Mengetahui manifestasi klinis urosepsis
6. Mengetahui penatalaksanaan urosepsis
7. Mengetahui asuhan keperawatan urosepsis

4. MANFAAT
1. Memberi pelajaran tentang pengertian urosepsis
2. Memberi pengetahuan anatomi dan fsiologi urosepsis
3. Memberi pengetahuan etiologic urosepsis
4. Memberi pengetahuan pathway urosepsis
5. Memeberi pengetahuan manifestasi klinis urosepsis
6. Memberi pengetahuan penatalaksanaan urosepsis
7. Memberi pengetahuan asuhan keperawatan urosepsis

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI UROSEPSIS
Sepsis adalah suatu keadaan di mana tubuh bereaksi hebat terhadap
bakteria atau mikroorganisme lain. Penyebab utama adalah adanya infeksi oleh
bakteri atau jamur,. Secara umum, penderita akan menunjukkan gejala menggigil,
penurunan kesadaran sehingga tidak dapat diajak bicara, demam penurunan suhu
tubuh, sakit kepala akibat tekanan darah yang menurun, denyut jantung meninggi,
bercak-bercak di kulit dan perdarahan juga dapat terjadi, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya Shock. Organ-organ tubuh termasuk jantung, ginjal,
hati, paru-paru dan susunan syaraf pusat berhenti bekerja dengan baik karena
terdapat aliran darah yang menurun.

Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic atau Insiden
urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari
komplikasi infeksi di traktus urinarius. Pasien yang beresiko tinggi urosepsis
adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan immunosupresif seperti penerima
transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang menerima obat-obatan antikanker
dan imunosupresan.

Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang berhubungan dengan


sepsis :

Obstruksi Kongenital: striktur uretra, fimosis, ureterokel,


policystic kidney disease
Didapat: calkulus, hipertrofi prostat, tumor
traktus urinarius, trauma, kehamilan, radioterapi

instrumentasi Kateter ureter, stent ureter, nephrostomy tube,


prosedur urologik.
Impaired voiding Neurogenic bladder, sistokel, refluk

3
vesikoureteral
Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,
neutropenia
Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena
itu pertolongan harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan
komplikasi lebih lanjut.3 Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman
penyebabnya sama dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius

2. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari:

a) Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,


b) Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih)
c) Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan
d) Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

4
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adanya lobus hepatis dexter yang besar.

Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah :
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.

Fascia Renalis
Fascia renalis terdiri dari :
a) fascia (fascia renalis),
b) Jaringan lemak peri renal
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan
erat pada permukaan luar ginjal

Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi

5
dua atau tiga calices renalis minores. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan
satu tubulus
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.

Proses Pembentukan Urin


1. Proses Filtrasi, di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan
pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen
glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan

6
gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior

Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:


a) Lapisan sebelah luar (peritoneum)
b) Tunika muskularis (lapisan berotot)
c) Tunika submukosa
d) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

7
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga
agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
3. Lapisan mukosa.

Urin (Air Kemih)


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015 - 1,020
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam)

8
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat
4. Pigmen (bilirubin dan urobilin)
5. Toksin
6. Hormon

Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:

1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang
belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem
saraf
simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna,
sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya
spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal


1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan
3. Baunya tajam.

9
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

4. ETIOLOGI
Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari beberapa situasi
antara lain :
 tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria
 abses renal
 pielonefritis akut
 Infeksi akibat obstruksi saluran kemih atau pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas
 bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien
dengan gangguan kekebalan imunitas.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya urosepsis selain
dari faktor-faktor resiko diatas, penyebab lain dari urosepsis antara lain :
 Benign Prostat hiperplasia
 Bladder Cancer
 Chlamydia
 Cystitis
 E-coli akibat keracunan makanan
 Lansia
 HIV / AIDS
 Kondisi kekurangan immune
 Batu ginjal
 Multiple Sclerosi

10
5. PATHWAY
cv
Mikroorganisme patogenik manula

Traktus urinarius

Infeksi saluran kemih

Hematogen, limfogen

asending hematgen

Wanita memiliki ureter yg lebih pendek  System imun rendah


 Mobilitas menurun
 Nutrisi yg sering kurang baik
 Hambatan pada saluran urine
 Tekanan urin saat miksi
 Hlangnya efek bakterisid dan sekresi
 Kontaminasi vekal
prostat
 Pemasangan kedlm traktus urinarius
 Adanya decubitus yg terinfeksi

Distensi Peningkatan
produksi urine
Refluks utrovesikel

Nyeri akutt hiperglikemia


Menyebarnya infeksi dari uretra

Melemahnya otot detrusor Perpindahan


cairan intraseluler
secara ostomik

Spasme pada area kandung kemih


Defisist volume
11
cairan
Spingter & otot dasar panggul terganggu
Pengsongan kandung kemih tidak sempurna

Inkontinensia urine

6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala urosepsis lebih sering diawali dengan adanya infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih yang simtomatik gejalanya bergantung pada umur
penderita dan lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Pada yang
asimtomatik dapat dijumpai riwayat infeksi sebelumnya tetapi pada saat itu tidak
dijumpai keluhan yang menyebabkan penderita datang untuk berobat. Beberapa
gejala yang sering muncul pada urosepsis antara lain:
a) Sakit saat BAK
b) Sering BAK karena rasa ingin BAK terus-menerus
c) Sakit pinggang
d) Demam dan sakit pada sudut kostovertebral
e) Enuresis diurnal ataupun nokturnal
f) Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi. Respon
sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :
 Temperatur > 38°C atau < 36°C
 Denyut nadi > 90 kali / min
 Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3
kPa)
 Leukosit > 12,000 sel/mm < 4,000 sel/mm atau 10% bentuk imatur
(batang).
g) Pada fase yang parah dapat terjadi perdarahan akibat penurunan trombosit
h) Sepsis syndrome
 Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.

12
7. PENATALAKSANAAN
Harus ada kerjasama antara ahli urologi dengan intensivist.
Tindakan umum :
a) Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium
penunjang. Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia,
perdarahan, gangguan jantung, anafilaktik dll.
b) Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
Ginjal
c) Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
d) Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,
kateter urin
e) Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
Tindakan khusus urologi :
a) Drainase semua obstruksi
b) Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.

8. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a) Pengkajian
Riwayat tanda dan gejala urinarius di dapatkan dari pasien yang di
duga mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih,
urgensi dan hesistancy serta perubahan dalam urine di kaji di
dokumentasikan, dan di laporkan. Pola berkemih pasien dikaji untuk
mendeteksi factor predisposisi terjadinya infeksi traktus urinarius.
Pengosongan kandung kemih yang tidka teratur, hubungan antara gejala
infeksi traktus urinarius dengan hubungan seksual, praktik kontraseptik dan
hygiene personal di kaji. Pengetahuan pasien tentang resep medikasi
antimicrobial dan tindakan pencegahan juga di kaji. Selain itu, urine pasien
di kaji dalam volume, warna, konsentrasi, keabu-abuan bauk yang semuanya
itu akan berubah dengan adanya bakteri dalam traktus urinarius.

13
b) Analisa Data

No Diagnosa Keperawatan Etiologi Masalah


1 Ds : Nyeri Akut
- Pasien menyatakan
nyeri
ketika berkemih
- Pasien merasa
tubuhnya selalu
kedinginan
- Pasien merasa nyeri
panggul
dan pinggang
- Pasien
menyatakan pusing

Do :
- Pasien merasa
badannya panas
- Pasien terlihat
sering mual dan
muntah

2 Ds : Inkontinensia Urine
- Psien merasakan
spasme pada
kandung kemih
- Pasien mengatakan
nyeri ketika

14
berkemih
- Pasien merasa nyeri
panggul dan
pinggang
Do :-
3 Do : Kekurangan
- Pasien terlihat volume cairan
lemah
- Pasien terlihat
demam

c) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan dapat mencakup
yang berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis) seperti inflamasi
dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain
2. Inkontinensia urine berhubungan dengan infeksi kandung kemih ditandai
dengan menyatakan keluarnya urine involunter dengan spasme kandung
kemih
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan kelemahan dan peningkatan suhu tubuh.

15
d) INTERVENSI

Nama Inisial klien : tn p Diagnosa Medis : urosepsis

No Rekam Medis : 1234 Bangsal : mawar

No D(x) PERENCANAAN
Keperawatan NOC Kriteria Hasil NIC Aktifitas
1. Nyeri akut b.d  Mampu Pain  Lakukan
agens cedera  Pain Level mengontrol Management pengkajian
(biologis)  Pain control nyeri (tahu nyeri secara
seperti  Comfort penyebab komprehensif
inflamasi dan level nyeri, termasuk
infeksi uretra, mampu lokasi,
kandung menggunak karakteristik,
kemih, dan an teknik durasi,
struktus nonfarmako frekuensi,
urinarius lain logi untuk kualitas dan
mengurangi faktor
nyeri, presipitasi
mencari  Observasi
bantuan) reaksi
 Melaporkan nonverbal dari
bahwa ketidaknyama
nyeri nan
berkurang  Gunakan
dengan teknik
menggunak komunikasi
an terapeutik
manajemen untuk
nyeri mengetahui
 Mampu pengalaman
mengenali nyeri pasien
nyeri  Kaji kultur
(skala, yang
intensitas, mempengaruh
frekuensi i respon nyeri
dan tanda  Evaluasi
nyeri) pengalaman
 Menyataka nyeri masa
n rasa lampau
nyaman  Evaluasi
setelah bersama
nyeri pasien dan tim
berkurang kesehatan lain
Tanda vital tentang

16
dalam ketidakefektif
rentang an kontrol
normal nyeri masa
lampau
 Bantu pasien
dan keluarga
untuk mencari
dan
menemukan
dukungan
 Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruh
i nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi
nyeri
 Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan inter
personal)
 Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
 Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
 Evaluasi

17
keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasi
 Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri

Analgesic
Administratio
 Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
 Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat
alergi
 Pilih analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika pembe
rian lebih dari
satu
 Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung

18
tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan
analgesik
pilihan,
rute pemberia
n, dan dosis
optimal
 Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
 Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
 Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda

2. Inkontinensia Bowel Kriteria Hasil : Bowel  Lakukan


urine berhubu Elimination  Menunjukan Incontinence latihan otot
ngan dengan Kontinensia Urine dasar panggul
infeksi Urine  Lakukan
kandung  Keadekuatan perawatan
kemih ditandai waktu untuk inkontinensia
dengan mencapai urine
menyatakan kamar kecil  Identifikasi
keluarnya antara penyebab
urine urgensi inkontinensia
involunter dan pengelu urine
dengan spasme aran urine  Jaga tempat
kandung  Pakaian tidur dan
kemih dalam tetap pakaian

19
kering tetap bersih
sepanjang  Pantau efek
hari samping
 Mampu berk pemberian
emih secara obat
mandiri
3 Kekurangan  Fluid balan Kriteria Hasil : Fluid  Timbang
Volume Cairan ce  Mempertah management popok/pemb
berhubungan  Hydration ankan urine alut jika
dengan  Nutritional output diperlukan
kehilangan Status : sesuai  Pertahankan
cairan aktif Food and dengan usia catatan
ditandai Fluid Intake dan BB, BJ intake dan
dengan urine output yang
kelemahan normal, HT akurat
dan peningkat normal  Monitor
an suhu tubuh  Tekanan status hidrasi
darah, nadi, (
suhu tubuh kelembaban
dalam batas membran
normal mukosa, nadi
 Tidak ada adekuat,
tanda tanda tekanan
dehidrasi, darah
Elastisitas ortostatik ),
turgor kulit jika
baik, diperlukan
membran  Monitor vital
mukosa sign
lembab,  Monitor
tidak ada masukan
rasa haus makanan /
yang berle cairan dan
bihan hitung intake
kalori harian
 Kolaborasika
n pemberian
cairan IV
 Monitor
status nutrisi
 Berikan
cairan IV
pada suhu
ruangan
 Dorong
masukan

20
oral
 Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai output
 Dorong
keluarga
untuk
membantu p
asien makan
 Tawarkan
snack ( jus
buah, buah
segar )
 Kolaborasi
dokter jika
tanda
cairan berle
bih muncul
meburuk
 Atur
kemungkina
n tranfusi
 Persiapan
untuk
tranfusi

21
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di


traktusurinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic.
Infeksi traktus urinarius disebabkan adanya mikro organisme patogenik
dalam traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang
seringmengalami infeksi adalah kandung kemih (sistitis), tetapi uretra (uretritis),
prostat(prostatitis) dan ginjal (pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus
urinariusdiatas uretra adalah steril.bakteri uria mengacu pada adanya bakteri
dalam urin ,infeksi setiap bagian traktus urinarius dapat terjadi selama beberapa
bulan atau bahkan tahun tanpa gejala dua sampai empat persen pasien – pasien ini
selanjutnya mengalami sepsis akibat bakter gram – negative.

2. SARAN
Melalui makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memberikan
asuhankeperawatan yang tepat dengan cara mengetahui penyebab penyakit
urosepsis serta cara pencegahan maupun pengobatannya.

Kami sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat berharap dengan


adanya askep ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang
pentingnya menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita, karena
penyakit urosepsis ini yang berasal dari infeksi traktus urinarius ini sering sekali
terjadi pada wanita dan laki - laki bisa juga pada lansia, oleh sebab itu tetap jaga
kebersihan itu sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.

22
DAFTAR PUSATAKA

1. Bahdarsyam. 2003. Spektrum bakteriologik pada berbagai jenis batu


Saluran kemih bagian atas
2. Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan, EGC, Jakarta.
3. Campbell’s urologi, 8th ED., Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, Wein AJ
I (eds), WB Saunders Coo. 2002.
4. Jurnal Urologi Indonesia (JURI). Vol IV No.2 Juli 1994, IAUI, Surabaya
5. Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.
6. Purnomo, Basuki. Dasar – dasar Urologi Edisi Kedua CV Sagung Seto,
Jakrta. 2008
7. Smith’s General Urology, 15 & 16 th Eds., Tanagho EA, McAninch JW
(eds.), Lange Medival Books/ Mc Graw – Hill, 2000 & 2004
8. Wyker, A. Method Of Urologi. William & Wilkins Copany Publisher

23

Anda mungkin juga menyukai