PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen
atautoksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas
prosesinflamasi. Sepsis merupakan penyebab kematian tersering pada penderita
trauma dan perwatan klinis pada semua manusia dan jenis kelamin. Infeksi pasca
traumasangat bergantung pada usia penderita, waktu antara trauma dan penanggul
angannya ,kontaminasi luka, jenis dan sifat luka, kerusakan jaringan, syok, jenis
tindakan,dan pemberian antibiotik. Makin lama tertunda penanggulangannya, mak
in besarkemungkinan infeksi. Meskipun telah mengalami kemajuan teknologi
penanganandalam neonatologi dan perawatan kritis pediatrik dan meluasnya
penggunaan spektrumluas agen anti mikroba, infeksi masih menjadi penyebab
utama morbiditas danmortalitas pada bayi dananak-anak. Infeksi mikroba
biasanya terjadi akibat kegagalanmekanisme pertahanan tubuh yang intrinsik
untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian urosepsis ?
2. Bagaimana anatomi dan fsiologi urosepsis ?
3. Apa etiologic urosepsis ?
4. Bagamana pathway urosepsis ?
5. Bagaimana manifestasi klinis urosepsis ?
6. Bagaimana penatalaksanaan urosepsis ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan urosepsis ?
3. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian urosepsis
2. Mengetahui anatomi dan fsiologi urosepsis
3. Mengetahui etiologic urosepsis
1
4. Mengetahui pathway urosepsis
5. Mengetahui manifestasi klinis urosepsis
6. Mengetahui penatalaksanaan urosepsis
7. Mengetahui asuhan keperawatan urosepsis
4. MANFAAT
1. Memberi pelajaran tentang pengertian urosepsis
2. Memberi pengetahuan anatomi dan fsiologi urosepsis
3. Memberi pengetahuan etiologic urosepsis
4. Memberi pengetahuan pathway urosepsis
5. Memeberi pengetahuan manifestasi klinis urosepsis
6. Memberi pengetahuan penatalaksanaan urosepsis
7. Memberi pengetahuan asuhan keperawatan urosepsis
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI UROSEPSIS
Sepsis adalah suatu keadaan di mana tubuh bereaksi hebat terhadap
bakteria atau mikroorganisme lain. Penyebab utama adalah adanya infeksi oleh
bakteri atau jamur,. Secara umum, penderita akan menunjukkan gejala menggigil,
penurunan kesadaran sehingga tidak dapat diajak bicara, demam penurunan suhu
tubuh, sakit kepala akibat tekanan darah yang menurun, denyut jantung meninggi,
bercak-bercak di kulit dan perdarahan juga dapat terjadi, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya Shock. Organ-organ tubuh termasuk jantung, ginjal,
hati, paru-paru dan susunan syaraf pusat berhenti bekerja dengan baik karena
terdapat aliran darah yang menurun.
Urosepsis adalah infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di traktus
urinarius sehingga menyebabkan bakteremia dan syok septic atau Insiden
urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian septikemia dan lebih sering berasal dari
komplikasi infeksi di traktus urinarius. Pasien yang beresiko tinggi urosepsis
adalah pasien berusia lanjut, diabetes dan immunosupresif seperti penerima
transplantasi, pasien dengan AIDS, pasien yang menerima obat-obatan antikanker
dan imunosupresan.
3
vesikoureteral
Imunodefisiensi Pasien dengan obat-obatan imunosupresif,
neutropenia
Mortalitasnya mencapai 20-49 % bila disertai dengan syok. Oleh karena
itu pertolongan harus cepat dan adekuat untuk mencegah kegagalan organ dan
komplikasi lebih lanjut.3 Karena merupakan penyebaran infeksi, maka kuman
penyebabnya sama dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius
2. ANATOMI FISIOLOGI
4
Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena
adanya lobus hepatis dexter yang besar.
Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah :
a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
Fascia Renalis
Fascia renalis terdiri dari :
a) fascia (fascia renalis),
b) Jaringan lemak peri renal
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan
erat pada permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak
kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi
5
dua atau tiga calices renalis minores. Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan
satu tubulus
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri
interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen
glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan
6
gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena cava inferior
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke
dalam kandung kemih.
7
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
8
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat
4. Pigmen (bilirubin dan urobilin)
5. Toksin
6. Hormon
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
9
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
4. ETIOLOGI
Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari beberapa situasi
antara lain :
tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria
abses renal
pielonefritis akut
Infeksi akibat obstruksi saluran kemih atau pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas
bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien
dengan gangguan kekebalan imunitas.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya urosepsis selain
dari faktor-faktor resiko diatas, penyebab lain dari urosepsis antara lain :
Benign Prostat hiperplasia
Bladder Cancer
Chlamydia
Cystitis
E-coli akibat keracunan makanan
Lansia
HIV / AIDS
Kondisi kekurangan immune
Batu ginjal
Multiple Sclerosi
10
5. PATHWAY
cv
Mikroorganisme patogenik manula
Traktus urinarius
Hematogen, limfogen
asending hematgen
Distensi Peningkatan
produksi urine
Refluks utrovesikel
Inkontinensia urine
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala urosepsis lebih sering diawali dengan adanya infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih yang simtomatik gejalanya bergantung pada umur
penderita dan lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Pada yang
asimtomatik dapat dijumpai riwayat infeksi sebelumnya tetapi pada saat itu tidak
dijumpai keluhan yang menyebabkan penderita datang untuk berobat. Beberapa
gejala yang sering muncul pada urosepsis antara lain:
a) Sakit saat BAK
b) Sering BAK karena rasa ingin BAK terus-menerus
c) Sakit pinggang
d) Demam dan sakit pada sudut kostovertebral
e) Enuresis diurnal ataupun nokturnal
f) Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi. Respon
sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :
Temperatur > 38°C atau < 36°C
Denyut nadi > 90 kali / min
Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3
kPa)
Leukosit > 12,000 sel/mm < 4,000 sel/mm atau 10% bentuk imatur
(batang).
g) Pada fase yang parah dapat terjadi perdarahan akibat penurunan trombosit
h) Sepsis syndrome
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.
12
7. PENATALAKSANAAN
Harus ada kerjasama antara ahli urologi dengan intensivist.
Tindakan umum :
a) Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium
penunjang. Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia,
perdarahan, gangguan jantung, anafilaktik dll.
b) Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
Ginjal
c) Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
d) Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,
kateter urin
e) Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
Tindakan khusus urologi :
a) Drainase semua obstruksi
b) Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.
13
b) Analisa Data
Do :
- Pasien merasa
badannya panas
- Pasien terlihat
sering mual dan
muntah
2 Ds : Inkontinensia Urine
- Psien merasakan
spasme pada
kandung kemih
- Pasien mengatakan
nyeri ketika
14
berkemih
- Pasien merasa nyeri
panggul dan
pinggang
Do :-
3 Do : Kekurangan
- Pasien terlihat volume cairan
lemah
- Pasien terlihat
demam
c) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan dapat mencakup
yang berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis) seperti inflamasi
dan infeksi uretra, kandung kemih, dan struktus urinarius lain
2. Inkontinensia urine berhubungan dengan infeksi kandung kemih ditandai
dengan menyatakan keluarnya urine involunter dengan spasme kandung
kemih
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan kelemahan dan peningkatan suhu tubuh.
15
d) INTERVENSI
No D(x) PERENCANAAN
Keperawatan NOC Kriteria Hasil NIC Aktifitas
1. Nyeri akut b.d Mampu Pain Lakukan
agens cedera Pain Level mengontrol Management pengkajian
(biologis) Pain control nyeri (tahu nyeri secara
seperti Comfort penyebab komprehensif
inflamasi dan level nyeri, termasuk
infeksi uretra, mampu lokasi,
kandung menggunak karakteristik,
kemih, dan an teknik durasi,
struktus nonfarmako frekuensi,
urinarius lain logi untuk kualitas dan
mengurangi faktor
nyeri, presipitasi
mencari Observasi
bantuan) reaksi
Melaporkan nonverbal dari
bahwa ketidaknyama
nyeri nan
berkurang Gunakan
dengan teknik
menggunak komunikasi
an terapeutik
manajemen untuk
nyeri mengetahui
Mampu pengalaman
mengenali nyeri pasien
nyeri Kaji kultur
(skala, yang
intensitas, mempengaruh
frekuensi i respon nyeri
dan tanda Evaluasi
nyeri) pengalaman
Menyataka nyeri masa
n rasa lampau
nyaman Evaluasi
setelah bersama
nyeri pasien dan tim
berkurang kesehatan lain
Tanda vital tentang
16
dalam ketidakefektif
rentang an kontrol
normal nyeri masa
lampau
Bantu pasien
dan keluarga
untuk mencari
dan
menemukan
dukungan
Kontrol
lingkungan
yang dapat
mempengaruh
i nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi
nyeri
Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan inter
personal)
Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
Evaluasi
17
keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan
istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasi
Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
Analgesic
Administratio
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika pembe
rian lebih dari
satu
Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
18
tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan
analgesik
pilihan,
rute pemberia
n, dan dosis
optimal
Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda
19
kering tetap bersih
sepanjang Pantau efek
hari samping
Mampu berk pemberian
emih secara obat
mandiri
3 Kekurangan Fluid balan Kriteria Hasil : Fluid Timbang
Volume Cairan ce Mempertah management popok/pemb
berhubungan Hydration ankan urine alut jika
dengan Nutritional output diperlukan
kehilangan Status : sesuai Pertahankan
cairan aktif Food and dengan usia catatan
ditandai Fluid Intake dan BB, BJ intake dan
dengan urine output yang
kelemahan normal, HT akurat
dan peningkat normal Monitor
an suhu tubuh Tekanan status hidrasi
darah, nadi, (
suhu tubuh kelembaban
dalam batas membran
normal mukosa, nadi
Tidak ada adekuat,
tanda tanda tekanan
dehidrasi, darah
Elastisitas ortostatik ),
turgor kulit jika
baik, diperlukan
membran Monitor vital
mukosa sign
lembab, Monitor
tidak ada masukan
rasa haus makanan /
yang berle cairan dan
bihan hitung intake
kalori harian
Kolaborasika
n pemberian
cairan IV
Monitor
status nutrisi
Berikan
cairan IV
pada suhu
ruangan
Dorong
masukan
20
oral
Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai output
Dorong
keluarga
untuk
membantu p
asien makan
Tawarkan
snack ( jus
buah, buah
segar )
Kolaborasi
dokter jika
tanda
cairan berle
bih muncul
meburuk
Atur
kemungkina
n tranfusi
Persiapan
untuk
tranfusi
21
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Melalui makalah ini mahasiswa keperawatan dapat memberikan
asuhankeperawatan yang tepat dengan cara mengetahui penyebab penyakit
urosepsis serta cara pencegahan maupun pengobatannya.
22
DAFTAR PUSATAKA
23