Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN I

Rangkaian Penguat Operasional


Hanif Fahmizal (13116055)
Asisten : Fauzan Ghozi Al Ayubi (13115021)
Tanggal Percobaan : 21/04/2018
EL2202 Praktikum Rangkaian Elektrik II
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

Abstrak— Pada praktikum kali ini kita melakukan


percobaan tentang rangkaian penguat operational, yang
bertujuan untuk mengetahui penggunaan op-amp, dan
dapat menggunakan rangkaian-rangkaian standar op-amp.
Pada praktikum ini ada 4 percobaan yang akan dilakukan
yang yaitu rangkaian penguat inverting, rangkaian penguat
non-inverting, rangkaian integrator, dan rangkaian
differensiator. Op-amp adalah penguat differensial dengan
Gambar 1 : Simbol penguat operasional
dua masukan yang tinggi, yaitu dalam orde 10 5. Pada
percobaan ini kita menggunakan IC 741.
Gambar di atas menunjukkan dua input, output, dan
Kata Kunci— Op-amp, inverting, non-inverting, koneksi catu daya pada op-amp. Simbol ”‐” menunjukkan
integratpr, differensiator, IC. inverting input dan ”+” menunjukkan non‐inverting input.
Koneksi ke catu daya pada op-amp tidak selalu
I. PENDAHULUAN digambarkan dalam diagram, namun harus dimasukkan
pada rangkaian yang sebenarnya. [3]
O perational Amplifier atau op-amp (dari kata operational
amplifier) adalah penguat diferensial dengan dua masukan
dan satu keluaran yang mempunyai penguatan tegangan yang
Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik
yang dibuat dari bahan semi conductor, dimana IC
amat tinggi, yaitu dalam orde 105. Dengan penguatan yang amat merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti
tinggi ini, penguat operational dengan rangkaian balikan kebih Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah
banyak digunakan daripada dalam lingkar terbuka. terintegrasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil,
Pada masa kini op-amp dibuat dalam bentuk rangkaian
IC digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan
terpadu atau IC (Intergrated Circuit), dimana dalam satu
elektronik agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang
potongan Kristal siliko dengan luas kurang lebih dari 1 mm2
terkandung rangkaian penguat lengkap terdiri dari banyak berukuran relatif kecil.
transistor, diode, resistor dan kadang-kadang kapasitor. [1] Sebelum adanya IC, hampir seluruh peralatan elektronik
Adapun tujuan pada praktikum kali ini sebagai berikut : dibuat dari satuan-satuan komponen(individual) yang
1. Dapat menyusun rangkaian pada breadboard dihubungkan satu sama lainnya menggunakan kawat atau
2. Memahami penggunaan operational amplifier kabel, sehingga tampak mempunyai ukuran besar serta tidak
3. Dapat menggunakan rangkaian-rangkaian standar praktis. [4]
operational amplifier pada komputasi analog sederhana.

II. LANDASAN TEORETIS


Op-amp adalah sebuah piranti berbentuk rangkaian
terintegrasi yang cukup rumit, terdiri dari transistor, resisror,
diode, kapasitor, yang semuanya terangkai dalam satu chip.
Walaupun rangkaiannya rumit, op-amp dapat dimoselkan
dengan suatu karakteristik i-v yang agak sederhana. [2] Gambar 2 : Konfigurasi pin IC Op amp 741
IC op amp yang digunakan pada percobaan ini ditunjukkan input tapi memiliki penguatan yang tergantung dari besarnya
pada Gambar 3‐2. Rangkaian op amp ini dikemas dalam hambatan feedback dan hambatan input.
bentuk dual in‐line package (DIP). DIP memiliki tanda bulatan
atau strip pada salah satu ujungnya untuk menandai arah yang
benar dari rangkaian. Pada bagian atas DIP biasanya tercetak
nomor standar IC. Perhatikan bahwa penomoran pin
dilakukan berla‐ wanan arah jarum jam, dimulai dari bagian
yang dekat dengan tanda bulatan/strip.
Pada IC ini terdapat dua pin input, dua pin power supply,
satu pin output, satu pin NC (no connection), dan dua pin offset
null. Pin offset null memungkinkan kita untuk melakukan Gambar 4 : Rangkaian Penguat Non-Inverting
sedikit pengaturan terhadap arus internal di dalam IC untuk
memaksa tegangan output menjadi nol ketika kedua input Penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input
bernilai nol. Pada percobaan kali ini kita tidak akan non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian
menggunakan fitur offset null. Perhatikan bahwa tidak terdapat ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Rumus dari
pin ”ground” pada op amp ini, amp menerima referensi ground rangkaiaan non-inverting dideskripsikan oleh persamaan di
dari rangkaian dan komponen eksternal. [3] bawah ini: [5]
A. Rangkaian Penguat Inverting
Rangkaian penguat inverting merupakan rangkaiaan
elektronika yang berfungsi untuk memperkuat dan membalik
polaritas sinyal masukan. Jadi, ada tanda minus pada rumus
penguatannya. Penguatan inverting amplier adalah bisa lebih C. Rangkaian Integrator
kecil nilai besaran dari 1. Penguat Integrator berfungsi mengintegralkan tagangan
input terhadap waktu. Penggunanan integrator juga sebagai
tapis lulus bawah (Low Pass Filter).

Gambar 3 : Rangkaian Penguat Inverting

Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif


untuk membalik dan menguatkan sebuah tegangan. Resistor
Gambar 5 : Rangkaian Integrator
Rf melewatkan sebagian sinyal keluaran kembali ke masukan.
Karena keluaran tak sefase sebesar 180 derajat, maka nilai D. Rangkaian Differensiator
keluaran tersebut secara efektif mengurangi besar Differensiator berfungsi mendiferensialkan tagangan input
masukan. Rumus dari rangkaiaan inverting dideskripsikan oleh terhadap waktu. Penggunanan diferensiator juga sebagai tapis
persamaan di bawah ini: lulus atas (High Pass Filter). [6]

B. Rangkaian Penguat Non-Inverting


Gambar 6 : Rangkaian Differensiator
Penguat non-inverting amplier merupakan kebalikan dari
penguat inverting, dimana input dimasukkan pada input non-
inverting sehingga polaritas output akan sama dengan polaritas
III. METODOLOGI Rangkaian Penguat Inverting
A. Alat dan Bahan Susun rangkaian
seperti pada gambar
Adapun alat dan bagan yang digunakan pada percobaan ini kerja

adalah sebagai berikut : ukur dan catat nilai aktual resisitor


yang digunakan
Sambungkan Vp ke
1. Power supply DC (2 buah) titik A, B, lalu catat
nilai Vin dan Vout
apa hubungan Vout dan
2. Generator sinyal (1 buah) Pasang generator sinyal sebgai Vin
Vin ? Catat dan
lakukan analisa
3. Osiloskop (1 buah) dengan frekuensi 500Hz. Atur
keluaran generator sinyal sehingga
menghasilkan output op-amp
4. Kabel BNC – probe jepit (2 buah) (Vout) sebesar 4Vpp

5. Kabel BNC – BNC (1 buah)


Catat besar tegangan Vin peak
6. Kabel 4mm – 4mm (max. 5 buah) to peak. setting osiloskop
menggunakan DC coupling
7. Kabel 4mm – jepit buaya (max. 5 buah)
8. Multimeter Digital (2 buah) Rangkaian Summer(Penjumlah)
9. Breadboard (1 buah)
10. Kabel jumper (1 buah) Modifikasi rangkaian
inverting dan non-
inverting dengan
11. IC op-amp 741 (7 buah) menambahkan input lain
(Vin2) dari generator
12. Kapasitor 1nF (1 buah) sinyal

13. Resistor 1kΩ (6 buah) ukur dan catat nilai aktual resisitor
yang digunakan
14. Resistor 1.2kΩ (2 buah) pasang generator sinyal
dengan frekuensi 500Hz.
Sambungkan Vp ke
15. Resistor 2.2kΩ
Atur keluarn sehingga
(7 buah) menghasilkan keluaran 4Vpp titik A dan titik B.
catat nilai Vin dan Vo.
16. Resistor 3.3kΩ (4 buah) Pastikan setting
osiloskop
menggunkan DC
coupling

B. Langkah Kerja
Bagaimana hubungan antara Vout
Memulai percobaan dan Vi ? Catat dan lakukan analisa

Isi dan tanda tangani


lembar penggunaan
meja yang tertempel
Rangkaian Integrator

Periksa kelengkapan dan susun rangkaian pada


kondisi alat ukur breadboard sesuai
gambar kerja
Perhatikan spesifikasi alat
ukur yang digunakan Rangkain Vs dengan sinyal
kotak menggunkan generator
sinyal pada frekuenso 1kHz
0.5Vpp
Amati gelombang output
dengan menggunkan
osiloskop.
Periksa kembali rangkaian
percobaan sebelum dijalankan

BagLakukan dari step awal


Rangkaian Penguat Non-Inverting rangkaian integrator dengan
mengubah amplitudo 0.1Vpp.
bandingkan hasilnya!!
Susun rangkaian
seperti pada gambar
kerja
Contoh Aplikasi persamaan differensial dengan rangkaian
ukur dan catat nilai aktual
resisitor 1kΩ
Op-Amp untuk Oscillator.
Sambungkan Vp ke titik A, Susun rangkaian seperti
B, C, D, lalu catat nilai Vin pada gambar kerja
dan Vout

catatlah frekuensi yang dihasilkan di


titik C
Ubah R1 dan R2 = 6.8kΩ
amati sinyal yang muncul di
apa hubungan Vout dan Vin ? titik C dan catat frekuensinya
Catat dan lakukan analisa Ubah R1 dan R2 =ke
awal. lalu ubah nilai
C1 menjadi 470pF.
amati sinyal dan catat
frekuensinya

kembalikan C1 ke awal dan ubah


nilai r4 menjadi 12kΩ. amati
sinyal dan catat frekuensinya
Mengakhiri Percobaan Tabel 3. Percobaan Rangkaian Non-Inverting berdasarkan
simulasi
Rapikan meja
praktikum Titik Vin (V) Vo (V)

Vp A 8.999 11.112
Periksa lembar
penggunaan meja
Vp B 6.999 11.112

Vp C 5 10.001

Pastikan asisten Vp D 3 6.002


menandatangani catatan
percobaan pada buku
Catatan Praktikum anda

Perhitungan :
IV. HASIL DAN ANALISIS
Adapun hasil dari percobaan yang telah dilakukan adalah Vin dan Vout dititik C
sebagai berikut :
2.2 𝑘Ω + 3.3𝑘Ω
𝑉𝑖𝑛 𝐶 = × 12
A. Rangkaian penguat non-inverting 3.3 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω + 3.3𝑘Ω
Pada percobaan ini nilai R1 aktual adalah 997Ω, dan R2 5.5 𝑘Ω
aktual 980Ω. 𝑉𝑖𝑛 𝐴 = × 12
5.5 𝑘Ω + 7.7𝑘Ω
Adapun hasil yang kami dapatkan pada percobaan ini 𝑉𝑖𝑛 𝐵 = 5 𝑉
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Percobaan Rangkaian Non-Inverting berdasarkan 𝑅2


pengukuran 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐶 = (1 + ) × 𝑉𝑖𝑛𝐶
𝑅1

Titik Vin (V) Vo (V) 1 𝑘Ω


𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐶 = (1 + ) ×5
1𝑘Ω
Vp A 8.992 10.455
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐴 = 10 𝑉
Vp B 7.007 10.455
Analisis :
Pada percobaan ini telah dilakukan pengujian pada
Vp C 4.985 10.046
rangkaian non-inverting. Setelah rangkaian disusun sesuai
dengan gambar kerja, selanjutnya rangkaian di hubungkan
Vp D 3 6.052
dengan power supply sebesar 12V. Kemudian hubungan
switch ke titik A dan ukur nilai Vin dan Vout nya. Kemudian
pindahkan switch ke titik B lalu ukur nilai Vin dan Vout nya
Tabel 2. Percobaan Rangkaian Non-Inverting berdasarkan juga. Kemudian lakukan hal tersebut dengan titik C dan D
perhitungan juga.
Dalam menghitung dengan persamaan rangkaian non-
Titik Vin (V) Vo (V) inverting, Vout yang didapatkan pada rangkaian non-inverting
sebesar 2 kali lipat dari nilai Vin . Namun pada pengukuran
Vp A 9 18 kami mendapatkan nilai Vout yang didapatkan 1.5-2 kali lipat
dari nilai Vin untuk titik B, C, dan D, sedangkan untuk nilai
Vp B 7 14 Vout pada titik A sama dengan nilai Vin nya. Pada simulasi
yang telah kami lakukan nilai Vin dan Vout sama dengan nilai
Vp C 5 10 pengukuran yaitu nilai Vout yang didapat 1.5-2 kali lipat dari
nilai Vin untuk titik B, C, dan D, sedangkan untuk nilai Vout
Vp D 3 6 pada titik A sama dengan nilai Vin nya. Hal ini disebabkan
oleh beberapa factor seperti factor dari IC, factor op-amp
yang tidak ideal, dan factor dari nilai toleransi IC maupun
resistor. Namun secara garis besar yang yang didapat pada
nilai Vin dan Vout dapat dikatakan bahwa hasil yang 1.2 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω
𝑉𝑖𝑛 𝐵 = × 12
didapatkan membuktikan persamaan rangkaian penguat non- 3.3 𝑘Ω + 1.2 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω
inverting.
3.3 𝑘Ω
𝑉𝑖𝑛 𝐴 = × 12
6.7𝑘Ω
B. Rangkaian penguat inverting
Pada percobaan ini nilai R1 aktual adalah 997Ω, dan R2 𝑉𝑖𝑛 𝐵 = 6 𝑉
aktual 2.197kΩ.
𝑅2
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐵 = −( ) × 𝑉𝑖𝑛𝐴
Adapun hasil yang kami dapatkan pada percobaan ini 𝑅1
adalah sebagai berikut :
2.2𝑘Ω
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐴 = −( ) ×6
Tabel 5. Percobaan Rangkaian Inverting berdasarkan 1𝑘Ω
pengukuran
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐴 = −13.2 𝑉
Titik Vin (V) Vo (V)
Analisis :
Vp A 2.936 0.698 Dari percobaan pengukuran rangkaian penguat inverting
didapatkan nilai yang tidak sesuai. Pada pengukuran yang
kami lakukan, kami melakukan kesalahan saaat merangkai
Vp B 6.31 0.728
rangkaian penguat inverting, sehingga data yang didapatkan
tidak sesuai. Pada perhitungan nilai Vout yang didapatkan
sebesar 2-3 kali lipat dari nilai Vin . Sedangkan pada saat
Tabel 6. Percobaan Rangkaian Inverting berdasarkan
kami melakukan simulasi nilai Vout didapatkan sebesar 2 kali
perhitungan
lipat dari nilai Vin nya. Jika dilihat dari nilai simulasi yang
didapatkan secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
Titik Vin (V) Vo (V)
dapat membuktikan persamaan rangkaian penguat inverting.
Vp A 3 -8.8
C. Rangkaian Summer (Penjumlah)
Vp B 6 -13.2 Pada percobaan ini nilai R1 aktual adalah 3.23kΩ, dan
R2 aktual 1.192kΩ, dan R3 aktual 2.193kΩ.

Tabel 7. Percobaan Rangkaian Inverting berdasarkan Tabel 9. Percobaan Rangkaian summer berdasarkan
simulasi pengukuran

Titik Vin (V) Vo (V) Titik Vin (V) Vo (V)

Vp A 1.591 -3.497 Vp A 7.97 120

Vp B 2.277 -5.007 Vp B 2.69 43.7

Gambar 8: Hasil titik B


Gambar 7 : Sinyal Rangkaian penguat Inverting

Perhitungan :

Vin dan Vout dititik B


Analisis :
Gambar pada osiloscop untuk gelombang input yaitu berupa
sinyal kotak sedangkan pada osiloscop untuk gelombang output
kotak yang memiliki kemiringan seperti sinyal segitiga. Diman
pada rangkaian integrator nilai Vin lebih besar dari nilai Vout
nya. Karena pada rangkaian integrator yang terjadi penguatan
Gambar 9: Hasil titik A ada pada bagian inputnya sedangkan pada output sebaliknya.

Perhitungan : E. Contoh Aplikasi persamaan differensial dengan rangkaian


Op-Amp untuk Oscillator.
Vin dan Vout dititik B

2.2 𝑘Ω Tabel 11. Percobaan Rangkaian oscillator berdasarkan


𝑉𝑖𝑛 𝐵 = × 12 simulasi
3.3 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω

2.2 𝑘Ω Frekuensi di titik C(Hz)


𝑉𝑖𝑛 𝐴 = × 12
5.5 𝑘Ω
R1, R2 = 6.8kΩ 999.774
𝑉𝑖𝑛 𝐵 = 4.8 𝑉
R1, R2 = 12kΩ 1011
2.2 𝑘Ω C = 12pF
𝑉𝑖𝑛 𝐵 = × 12
3.3 𝑘Ω + 2.2 𝑘Ω R4 = 12kΩ 990.171
C = 1nF
2.2 𝑘Ω
𝑉𝑖𝑛 𝐴 = × 12
5.5 𝑘Ω Analisis :
Pada simulasi didapatkan data yaitu pada saat kapasitor
𝑉𝑖𝑛 𝐵 = 4.8 𝑉 bernilai 1nF, nilai frekuensi yang didapatkan sebesar 990.171
Hz. sedangkan saat kapasitor diubah nilainya dengan 12pF,
frekuensi yang dihasilkan sebesar 1.011 kHz. Hal ini
𝑉1 𝑉2 𝑉𝑛 menunjukan bahwa semakin kecil nilai kapasitor maka nilai
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐵 = 𝑅𝑓( + +⋯ )
𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛 frekuensi yang didapatkan akan semakin besar.
6 4.8 V. SIMPULAN
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 2.2𝑘Ω( + )
1𝑘Ω 1𝑘Ω
Setelah dilakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝐴 = 23.76 𝑉
1. Praktikan dapat menyusun rangkaian pada breadboard.
Analisis : 2. Praktikan dapat memahami penggunaan op-amp.
Pada pengukuran rangkaian summer didapatkan hasil yang 3. Praktikan dapat menggunakan rangkaian-rangkaian
standar op-amp pada komputasi analog sederhana.
sebagai mana mestinya, yaitu nilai Vin dan Vout pada titik A dan
B adalah pernjumlahan dari keduanya. Jadi hubungan V in dan
REFERENSI
Vout pada rangkaian summer ini adalah saling menjumlahkan
tegangan pada titik A dan B sehingga hasil penjumlahan dari
keduanya akan mendapatkan nilai Vout yang nantinya lumayan [1] Sutrisno.1985. Elektronika. Bandung : Institut Teknologi
besar. Bandung.

[2] Sudirman, Sudaryatno.2002. Analisis Rangkaian Listrik.


D. Rangkaian Integrator Bandung : Institut Teknologi Bandung.

[3] Kananda, Kiki, dkk. 2018. Praktikum Rangkaian Elektrik


II. Lampung Selatan. Institut Teknologi Sumatera

[4]http://nie-ic.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-ic-
integrated-circuit.html. Akses kamis, 26 april 2018

[5]http://komputasirobotic.blogspot.co.id/2013/04/rangkaiaan-
Gambar 10: Hasil pada osiloscop op-amp.html. Akses kamis, 26 april 2018
[6] http://nie-ic.blogspot.co.id/2011/11/pengertian-ic-
integrated-circuit.html. Akses kamis, 26 april 2018

Anda mungkin juga menyukai