Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PNEUMONIA

DI RUANGAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PADANG PARIAMAN TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jurusan Keperawatan 2019

OLEH :

RATNA DEWITA
NIM 183241096

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SOLOK
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang

disebabkan pengisian rongga alveoli eksudat (Somantri Irman : 2009). Beberapa

penyebab tinngginya morbilitas dan mortalitas pneumoni pada anak - balita di

negara berkembang yaitu kemiskinan yang meluas, derajat kesehatan yang rendah,

status social ekonomi yang buruk, pembiayaan kesehatan yang kecil, proporsi anak

lebih rendah. Peyebab pneumonia mikrobiologik, pada balita Steptococcus

pneumonia dan hemophilus influenza staphylococcus aureus dan klebsiela pneumonia

Dan tanda klinik sederhana pada pasien Pneumonai menurut World Health

Organization (WHO) adalah sesak napas, nafas cepat, sionosis dan bahaya yang

butuh perawatan (Kemenkes RI.2010).

Penyakit yang paling mematian didunia bagi anak yang berusia dibawah 5

tahun dibanding diare, malaria, HIV/AIDS, maupun campak pneumonia mendapat

julukan nomor satu, didaerah berkembang begitu banyak anak meninggal karna

pneumonia meskipun dapat dihindarkan, namun pneumonia hanya dapat sedikit

perhatian dari masyarakat global (Kemenkes RI.2010)

Pada Tahun 2015 World Health Organization (WHO) melaporkan hamper 6

juta anak di meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut sebabkan oleh pneumonia

sebagai pembunuh nomor satu di dunia, berdasarkan data PBB untuk anak anak pada

tahun 2015 terdapat kurang lebih dari 14% dari 147.000 anak di bawah usia 5 tahun
meninggal karna pneumonia, jadi dapat di artikan sebanyak 2-3 anak di bawah usia 5

tahun meninggal karna pneumonia setiap jamnya, hal itu menyebab kematian utama

bagi anak di bawah usia 5 tahun (IDAI,2016)

Data dan profil kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

2017, menemukan penderita pneumonia pada balita di Indonesia tercatat 503.738

jiwa (57,84%) dan jumlah kematian 551 jiwa (0,11%). (Kemenkes Ri.2017).

Di Sumatera Barat penderita pneumonia pada tahun 2017 sebanyak 10.576

orang. Jumlah kematian 28 orang karena pneumonia, sedang pada tahun 2016 jumlah

pneumonia 13868 orang. Jumlah kematian 30 orang, (Kemenkes RI. 2018).

Berdasarkan dari hasil pengumpulan data di rumah sakit Parit Malintag

padang pariaman penderita pneumonia di ruangan anak berjumlah 15 orang tahun

2018, sementara angka kejadian pada tahun 2016 adalah 13 orang

Dan dalam proses perawatan, masalah keperawatan yang sering muncul

adalah yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, dan

kekurangan volume cairan,Intolentransi aktifitas dan kurang pengetahuaan orang tua.

(Kusuma hardi & Nurarif HD. 2015).

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien pneumonia dengan

ialah fisioterapi dada, pemberian oksigen, melakukan suction, posisi semi fowler dan

cairan intravena (Sudddarth & Brunet 2002).

.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menyajikan studi

kasus mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Pneumonia Di Ruangan

Anak Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman Tahun 2019”.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan

pada pasien dengan Pneumonia di ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang

Pariaman Tahun 2019 ”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan keperawatan pada pasien

pneumonia ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menggambarkan pengkajian pada pasien pneumonia di ruangan

anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman Tahun 2019.

b. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien pneumonia

di ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman. Tahun 2019.

c. Mampu menggambarkan intervensi keperawatan pada pasien pneumonia

di ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman Tahun 2019.

d. Mampu menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien

pneumonia di ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman Tahun

2019.
e. Mampu menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien pneumonia di

ruangan anak Rumah Sakit Umum Padang Pariaman Tahun 2019.

C. Manfaat

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi masyarakat / Klien

Memperoleh pengetahuan tentang pneumonia serta meningkatkan

kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan

bagi keluarga untuk mencegah terjadinya kekambuhan penyakit.

2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan pada

pasien pneumonia

3. Bagi institusi

Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi yang

berharga bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi perawat di Rumah Sakit dalam mengambil

langkah – langkah kebijakan dalam upaya peningkatan mutu keperawatan

khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia.

5. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pada pasien pneumonia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang biasanya

berhubungan dengan Peningkatan cairan alveolar dan interstisial Haws (black

Joycem, Howsk Janr Hokanson Howks 2009).

Sedangkan menurut Amin Huda Nurarif & hardhi Kusuma (2015:65)

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkin paru yang

biasanya dari satu infeksi aluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.

Price). Dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan agen

infeksius seperti virus, bakteri mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi

asing, berupa radang paru – paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan

dapat dilihat melalui gambaran rtadiologis.

2. Etiologi

Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015:65) penyebaran infeksi

terjadi melalui droplet dn sering disebabkan oleh staphylococcus pneumonia,

melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian

ventilator oleh Paeruginoas dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena

perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan anti biotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru

paru organism bermultiaplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan

mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab terjadi

pneumonia sesuai pengelolaan yaitu :

a. Bacteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptokokus

hemolytieus, Streptoccus aurens, hemophilus influenza, Mycobacterium

tuberkolosis, Bacillus Friedlander.

b. Virus : Respiratory syncytical virus, Adeno virus, V. Sitomegalitik, dan V

influenza

c. Mycoplasma pneumonia

d. Jamur : Hitoplasma Capsulatum. Cryptococcus Neuroformans,

Blastomyces Dematitides, Coccidodies Immitis, Aspergilus Species,

Candid Albicans.

e. Aspirasi : Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, dan

benda asing

f. Pneumonia Hipostatik

g. Sindrom loeffler.

Ada beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan terjadinya kasus

pneumonia pada balita adalah :

a. Asupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk kejadian dan

kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan, perbaikan gizi

seperti pemberian ASI ekslusif dan pemberian mikro-nutrien bisa


membantu pencegahan penyakit pada anak. Pemberian ASI sub-

optimal mempunyai risiko kematian karena infeksi saluran napas

bawah sebesar 20%

b. Program pemberian vitamin A setiap 6 bulan untuk balita telah

dilaksanakan di Indonesia. Vitamin A bermanfaat untuk meningkatkan

imunitas dan melindungi saluran pernapasan dari infeksi kuman, Hasil

penelitian Sutrisna di Indramayu (1993) menunjukkan peningkatan

risiko kematian pneumonia pada anak yang tidak mendapatakan

vitamin A.

c. Penelitian di beberapa Negara Asia Selatan menunjukkan bahwa

suplementasi Zinc pada diet sedikitnya 3 bulan dapat mencegah

infeksi saluran pernapasan bawah.

d. Berat bayi lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko untuk

meningkatnya ISPA, dan perawatan di rumah sakit penting untuk

mencegah BBLR.

e. Pemberian imunisasi dapat menurunkan resiko untuk terkena

pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit

pneumonia adalah imunisasi pertusis (DTP.

f. Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di dalam

rumah mempunyai peran pada resiko kematian balita di beberapa

Negara berkembang. Hasil penelitian juga menunjukkan anak yang

tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas


cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang

tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak

tanah dan kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga

berperan sebagai faktor resiko. Anak dari ibu yang merokok

mempunyai kecendrungan lebih sering sakit ISPA daripada anak yang

ibunya tidak merokok (16% berbanding 11%).

g. Faktor lain yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ISPA

adalah pendidikan ibu dan status sosio-ekonomi keluarga. Makin

rendah pendidikan ibu, makin tinggi prevalensi ISPA pada balita.

3. Klasifikasi Pneumonia

a. Klasifikasi berdasarkan anatomi (IKA FKUI)

 Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu

atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai

pneumonia bilateral atau “Ganda”.

 Pneumonia Lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir

bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat ,mukopurulen untuk membentuk

bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga

pneumonia loburalis.

 Pneumonia Interstitial (bronkiolitis) jaringan peribronkial serta interlobural

(Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015 : 65).


b. Berdasarkan berat atau tidaknya penyakit pneumonia terbagi menjadi

pneumonia berat, pneumonia tidak berat, dan bukan pneumonia.

Tabel 2.1 Klasifikasi Pneumonia Pada Anak Balita

Kelompok Umur Klasifikasi Gejala


Tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (Chest in drawing) Napas cepat
sesuai dengan golongan umur 2 bulan
Pneumonia berat sampai 11 bulan bernapas 50 kali atau
2 bulan - < 5 Tahun Pneumonia lebih per menit, 12 bulan sampai 5
Bukan Pneumonia tahun bernapas 40 kali atau lebih per
menit.
Tidak ada napas cepat dan tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam.
Napas cepat > 60 kali per menit atau
tarikan kuat dinding dada bagian
< 2 bulan Pneumonia berat bawah ke dalam (Chest in drawing).
Bukan pneumonia Tidak ada napas cepat atau tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam
Sumber : Kemenkes RI.2010. Buletin Jendela Epidemiologi : Pneumonia pada balita

4. Patofisiologi

Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru – paru oleh

mikroorganisme dan respon system imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari

seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari

mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering
pneumonia adalah virus dan bakteri, penyebab yang jarang menyebabkan infeksi

pneumonia ialah fungsi dan parasit.

Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus

masuk kedalam paru – paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan

hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering

menunjukkan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu

tipe penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika system imun (DL leukosit

meningkat) merespon terhadap infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah

putih, sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat

cairan masuk ke dalam alveoli kumpulan dari sel yang rusak .

Leukosit fibrin mengalami konsolidasi leukositosis yang mengakibatkan

peningkatan suhu tubuh (resiko kekurangan volume cairan hipertemi).

Stopilokukus masuk kedalam rongga paru dapat mengakibatkan terjadi

pembekuan darah dan pembentukan toksin (racun) sehingga lampisan fleura tertutup

tebal oleh eksodut pada vena fulmonalis yang disebut abses pneumotocele (kerusakan

jaring parut (ketidak efektifan pola nafas). Akibat terjadinya nekrosis hemoragit

produksi sputum meningkat (ketidak efektifan jalan nafas). Organism virus masuk

kedalam tubuh saluran pernafasan bronkioli terminalis merusak sel epitelbeerselia sel

goblethal ini menyebabkan penumpukan cairan. Leukosit meningkat kearah alveoli

sehingga terjadi konsolidasi paru menyebabkan menurunnya pungsi paru, jika terjadi
pendarahaan terjadilah penurunan kesadaran (intoleransi aktifitas).Amin huda Nurarif

& Hardhi Kusuma(2015).

WOC

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Sel napas bag bawah Stapilokokus / Mg


pneumokokus

Kuman pathogen
Eksudat masuk ke alveoli Trombus
mencapai bronkoli
terminalis merusak sel
goblet Alveoli
Toksin, coagulase
Cairan edema + leukosit Sel darah merah
ke alveoli Leukosit, pneumokokus Permukaan lapisan pleura
mengisi alveoli
tertutup tebal eksudat
Konsolidasi paru thrombus vena pulmonalis
leukositosis
Kapasitas vital,
Nekrosis hemoragik
compliance menurun,
hemoragik Suhu tubuh meningkat

Intoleransi aktivitas Resiko kekurangan


volume cairan
Defsiensi pengetuhan hipertermi

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan bersihan Ketidakefektifan pola napas


jalan napas
5. Manifestasi klinis

Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015), tanda – tanda umum

pneumonia pada anak yaitu :

a. Demam, sering tampak sebagai tand infeksi yang pertama

b. Meningismus, yaittu tanda – tanda mengineal tanpa infeksi meninges

c. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa

kanak – kanak

d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

merupakan petunjuk untuk awitan infeksi.

e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum.

g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi yang mudah tersumbat oleh

pembengkakan mukosa dan eksudasi dapat mempengaruhi pernafasan dan

menyusu pada bayi.

h. Keluaran nasal seing menyertai infeksi pernafasan.

i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.

j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, merokok. Auskultasi terdengar

mengi, krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan, keluhan yang sering terjadi pada anak yang

lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per

oral.

l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan / minum atau

memuntahkan semua, kejang letargis atau tidak sadar, sianosis, distress

pernafasan berat.

m. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja.

 Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan : lebih dari 50 kali / menit

 Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : lebih dari 40 kali / menit

6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang

dilakukan ialah sebagai berikut :

a. Sinar x : mengidentifikasikan distribusi structural (missal : lobar, brochial,

dapat juga menyatakan abses).

b. Biopsi paru untuk menetapkan diagnosis

c. Pemeriksaan gram / kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi

semua mekanisme yang ada.

d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organism

khusus

e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru – paru, menetapkan berat

luas penyakit dan membantu diagnosis keadaan.


B. Kebutuhan Oksigebasu Dengan Gangguan Pneumonia

1. Definisi

Menurut Poston kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis

dasar bagi semua manusia untuk kelangsungan sel dan jaringan serta

metabolism tubuh. Kebutuhan oksigen anak lebih tinggi dibandingkan orang

dewasa. Kebutuhan oksigenasi dapat ditentukan dengan ke adekuatan dari

system pernapasan dan system kardiovaskuler.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan sebagai kelangsungan metabolism sel tubuh dalam

mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Andarmoyo

sulistyo. 2012)

Oksigen merupakan zat terpenting bagi kehidupan manusia, setiap sel

tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk melaksanakan fungsi metabolism

tubuh. Mempertahankan oksigenasi adalah upaya untuk memastikan

kecakupan pasokan oksigen kejaringan atau sel (Semedi & Hardionao, 2012)

Dari beberapa definisi diatas,maka dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan oksigenasi merupakan suatu zat yang paling penting bagi manusia

untuk kelangsungan sel dan jaringan serta proses metabolism tubuh.

Kebutuhan oksigenasi dapat ditentukan dengan melihat keadekuatan dari

system pernapasan dan system kardiovaskuler.

2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan Oksigenasi


Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri dari

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

a. Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring

(tenggorokan), dan epiglottis.

b. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus

dan paru – paru. (ondarmoyo susityo 2012)

Gambar. Sistem Pernafasan (Sumber : http//systempernafasan.com)

3. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh terdiri dari 3 tahap yaitu :

a. Ventilasi

Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau

alveoli ke atmosfer disebut ventilasi. Proses ventilasi dipengaruhi oleh

beberapa hal, yaitu :

 Perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru – paru

 Kemampuan torak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekpansi


 Jalan napas

 Complience dan recoil (mengembang dan mengempis)

 Medulla oblongata dan pons, CO2 dapat merangsang pusat pernapasan.

Peningkatan Co2 dalam batas 60mmHg dapat merangsang pusat

pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80mmHg dapat

menyebabkan depresi pusat pernapasan.

b. Difusi

Pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO 2 di kapiler

dengan alveoli

c. Transportasi gas

Proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh

ke kapiler. Pada proses transportasi, oksigen akan berikatan dengan

hemoglobin (Ondarmoyo sulistyo.2012)

4. Masalah Kebutuhan Oksigenasi dengan gangguan pneumonia

Gambar. Pneumonia pada anak (sumber : http//paru-paru.commencegah-pneumonia-pada-anak)


Penumonia adalah penyakit yang menyerang system pernapasan dan menyebabkan

gangguan pada kebutuhan oksigenasi. Kebanyakan kasus pneumonia terdapat pada

anak dan menyebabkan kematian terutama anak dibawah 5 tahun yang menyebabkan

system imun belum terbentuk secara sempurna. Menurut Andarmoyo Sulistyo. (2012)

ada beberapa masalah yang terjadi pada kebutuhan oksigenasi dengan pneumonia

diantaranya :

a. Hipoksemia

b. Hipoksia

c. Perubahan pola pernapasan

d. Obstruksi jalan napas, dapat menghambat pemenuhan suplai oksigen ke otak

dan sel – sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan dalam waktu yang lama keadaan

ini akan menyebabkan hipoksemia lalu terus berkembang menjadi hipoksia

berat dan penurunan kesadaran.

e. Pertukaran gas

5. Penatalaksanaan Keperawatan Pada Penumonia Dengan Gangguan

Kebutuhan Oksigenasi

a. Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan

oksigen ke dalam paru – paru melalui saluran pernapasan dengan

menggunakan alat bantu oksigen 1-2 liter / menit. Dalam pemberianya

terdapat tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan

mencegah terjadinya hipoksia dan memenuhi kebutuhan oksigen


b. Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang dirancang untuk

meningkatkan efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru,

kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi secret yang berasal dari system

pernapasan.

Fisioterapi terdiri dari beberapa tindakan yaitu postural drainage, clapping,

dan vibrasi. Fisioterapi dada bertujuan untuk membantu klien agar bernapas

lebih bebas dan mendapatkan oksigen untuk keperluan metabolism tubuh.

 Postural drainage merupakan teknik pengaturan posisi tubuh dengan

memanfaatkan gaya gravitasi bumi dalam membersihkan jalan napas

 Perkusi adalah memberikan pukulan yang teratur pada dinding dengan

menggunakan tangan yang dikuncupkan selama 1-2 menit.

 Vibrasi adalah pemberian getaran pada dinding dada dimana tujuanya

sama dengan perkusi yaitu meluruhkan secret pada saluran

pernapasan.

c. Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang

dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir

secara mandiri seperti pada anak balita. Tujuanya adalah untuk membebaskan

jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen.

d. Inhalasi (nebulizer) adalah suatu alat yang dapat mengubah cairan menjadi

droplet aerosol sehingga dpaat dihirup oleh pasien. Tujuan pemberian inhalasi

(nebulizer) yaitu untuk membantu pengenceran secret, membuat rileksasi dari


spasme bronchial, melancarkan jalan napas dan melembabkan saluran

pernapasan. (Andarmoyo Sulistyo, 2012).

WOC

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Sel napas bag bawah Stapilokokus / Mg


pneumokokus

Kuman pathogen
Eksudat masuk ke alveoli Trombus
mencapai bronkoli
terminalis merusak sel
goblet Alveoli
Toksin, coagulase
Cairan edema + leukosit Sel darah merah
ke alveoli Leukosit, pneumokokus Permukaan lapisan pleura
mengisi alveoli
tertutup tebal eksudat
Konsolidasi paru thrombus vena pulmonalis
leukositosis
Kapasitas vital,
Nekrosis hemoragik
compliance menurun,
hemoragik Suhu tubuh meningkat

Intoleransi aktivitas Resiko kekurangan


volume cairan
Defsiensi pengetuhan hipertermi
Produksi sputum Abses pneumatocele
meningkat (kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan bersihan Ketidakefektifan pola napas


jalan napas

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Penumonia Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi.

Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau tahap praktik keperawatan

yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien di berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan memiliki komponen – komponen yang

terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan dan

implementasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari dara

primer maupun dara sekunder. Macam – macam data yang diperoleh berupa

dat dasar, data focus, data subjektif dan data objektif.

a. Pengkajian

1. Identitas terdiri dari identitias pasien (nama, umur, agama, jenis

kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal


masuk, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnose medis), dan

identitas penanggung jawab (nama, umur, hubungan dengan pasien,

pekerjaan, dan alamat)

2. Keluhan utama

Hal yang perlu dikaji :

a. Keluhan yang paling dirasakan pasien

3. Riwayat kesehatan saat ini

Menanyakan tentang perjalanan penyakit mulai keluhan sampai dikaji

saat ini.

4. Riwayat penyakit terdahulu.

Hal yang perlu dikaji yaitu :

a. Pernah menderita ini sebelumnya

b. Riwayat terjadi aspirasi

c. Sebutkan sakit yang pernah dialami

5. Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia / yang berhubungan dengan

penyakit pernapasan.

6. Pengkajian psikososial

a. Psikologi

 Persepsi / tanggapan klien terhadap penyakitnya

 Pengaruh sakit terhadap cara hidup


 Perasaan klien terhadap sakit dan terapinya

 Tanggapan keluarga tentang masalah yang dihadapi

Pola aktifitas sehari hari(ADL)

a. Pola nutrisi dan metabolic

Biasanya muncul aneroksia (akibat respon sistemik melalui control

saraf pusat), mual dan muntah (peningkatan ransgangan gaster

sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme)

b. Pola eliminasi

Bagaimana produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses

evaporasi karena demam.

c. Pola istirahat – tidur

Bagaimana kenyamanan tidur pasien

Data fisikologis

d. Pola kognitif persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan

biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada

otak

e. Pola persepsi diri - konsep diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang

bersahabat, tidak suka bermain, katakutan


f. Pola peran – hubungan

Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam

dan selalu bersama orang tuanya.

g. Pola seksual – reproduksi

Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah pubertas

mungkin tergangguan menstruasi

h. Pola toleransi strees – koping

Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak

menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah

mudah tersinggung

Data spiritual

Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan

untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

Data social:Pasien termasuk keluarga yang tidak mampu

Pemeriksaan penunjang

 Foto rontgen dada

 ABGS – Abnormalins mungkin timbul bergantung pada

luasnya kerusakan paru


 Kultur sputum dan darah/gram stain

 Pemeriksaan fungsi paru.

 Led

 Hitung darah lengkap

 Eledrolit

 Bilirubin

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan terdiri dari klasifikasi data dan analisa data. Pada

penyakit pneumonia, diagnose keperawatan yang muncul dalam masalah pemenuhan

kebutuhan oksigenasi ialah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan

napas: mucus berlebih

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.

c. Kekurangan volume cairan b/d intake oral tidak adekuat takipncudeman

d. Intoleransi aktifitas berhubungan isolasi respiratory

e. Deferensi pengetahuan orang tua

3. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


NOC NIC

1 Ketidakefektifan NOC NIC


bersihan jalan napas
Definisi :  Respiratory status : ventilation Airway suction
Ketidakmampuan untuk  Respiratory status : Airway - Pastikan
membersihkan sekresi patency kebutuhan
atau obstruksi dari Kriteria hasil : oral/trachela
saluran pernafasan untuk  Mendemonstrasikan batuk suctioning
mempertahankan efektif dan suara nafas yang - Auskultasi suara
kebersihan jalan nafas. bersih, tidak ada sianosis dan nafas sebelum
dyspneu (mampu mengeluarkan dan sesudah
Faktor – faktor yang sputum, mampu bernafas suctioning
berhubungan : dengan mudah, tidak ada pursed - Informasikan
Lingkungan lips) pada klien dan
- Perokok pasif  Menunjukkan jalan nafas yang keluarga tentang
- Mengisap asap paten(klien tidak merasa sctioning
- Merokok tercekik, irama nafas, frekuensi - Berikan O2
Obstruksi jalan nafas pernapasan dalam rentang dengan
- Spasme jalan nafas normal, tidak ada suara nafas menggunakan
- Mokus dalam jumlah abnormal) nasal untuk
berlebihan  Mampu mengidentifikasi dan memfasilitasi
- Eksudat dalam jalan mencegah faktor yang dapat suksion
alveoli menghambat jalan nafas nastrakeal
- Materi asing dalam - Gunakan alat
jalan napas yang steril
- Adanya jalan napas setiap
buata melakukan
- Sekresi bertahan / tindakan
sisa sekresi - Monitor status
- Sekresi dalam bronki oksigen pasien
Fisiologis - Ajarkan
- Jalan napas alergik keluarga
- Asma bagaimana cara
- Penyakit paru melakukan
obstruktif kronik suction
- Hiperplasi dinding - Hentikan
brongkial suksion dan
- Infeksi berikan oksigen
- Disfungsi apabila pasien
neuromuscular menunjukkan
bradikarel
peningkatan
saturasi O2, dll

Airway
Management
- Buka jalan
nafas, gunakan
teknik chin lift
atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
- Pasang mayo
bila perlu
- Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu.
2 Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas

Definisi : Inspirasi dan /  Respiratory status : Airway


atau ekspresi yang tidak Ventilastion Management
member ventilasi  Respiratory status : Airway - Posisikan pasien
Batasan karakteristik : patency untuk
 Perubahan kedalaman  Vital sign status memaksimalkan
pernapasan Kriteria Hasil ventilasi
 Perubahan ekskursi  Mendemonstrasikan batuk - Pasang mayo
dada efektif dan suara nafas yang bila perlu
 Mengambil posisi tiga bersih, tidak ada sianosis dan - Lakukan
titik dyspneu (mampu fisioterapi dada
 Bradipneu mengeluarkan sputum, mampu jika perlu
 Penurunan tekanan bernafas dengan mudah, tidak - Keluarkan secret
ekspirasi ada prsed lips) dengan batuk
 Penurunan ventilasi  Menunjukkan jalan nafas yang atau suction
semenit paten (klien tidak merasa - Auskultasi suara
tercekik, irama nafas, nafas, catat
 Penurunan kapasitas
frekuensi pernafasan dalam adanya suara
vital
rentang normal, tidak ada suara tambahan
 Dipneu
nafas abnormal) - Lakukan suction
 Peningkatan diameter
anterior – posterior  Tanda tanda vital dalam pada mayo
 Pernapasan cuping rentang normal (tekanan darah, - Berikan
hidung nadi, pernafasan) bronkodilator
 Ortopneu bila perlu
 Fase ekspirasi - Berikan
memanjang pelembab udara
 Pernapasan bibir kassa basa NaCl
 Takipneu lembab
 Penggunaan otot - Atur intake
aksesoris untuk untuk cairan
bernapas mengoptimalkan
Faktor yang berhubungan keseimbangan
- Monitor
 Ansietas
respirasi dan
 Posisi tubuh
status O2
 Deformitas tulang
 Defoormitas dinding Oxygen therapy
dada - Bersihkan
 Keletihan mulut, hidung
 Hiperventilasi dan secret trakea
 - Pertahankan
jalan nafas yang
paten
- Atur peralatan
oksigenasi
- Monitor lairan
oksigen
- Pertahankan
posisi pasien
- Observasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign
Monitoring
- Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
- Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat
pasien
berbaring, duduk
atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
tangan dan
bandingkan
- Monitor TD,
nadi, RR
sebelum,
selama, dan
setelah aktifitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernapsan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
- Monitor anosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
berdikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign.

3 Kekurangan volume NOC NIC


cairan

Definisi : penurunan  Fluid balance Fluid management


cairan intravascular,  Hydration - Timbang popok/
interstisial, dan / atau  Nutritional status : food and pembalut jika
intraseluler, ini mengacu Fluid diperlukan
pada dehidrasi,  Intake - Pertahankan
kehilangan cairan saa Criteria Hasil : catatan intake
tanpa perubahan pada  Mempertahankan urine output dan output yang
natrium sesuai dengan usia dan BB, BJ akurat
Batasan karakteristik urine normal, HT normal - Monitor status
 Perubahan status  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh hidrasi
mental dalam batas normal (kelembaban
 Penurunan tekanan  Tidak ada tanda tanda dehidrasi membrane
darah  Elastisitas turgor kulit, baik mukosa, nadi
 Penurunan tekanan membrane mukosa lembab, adekuat,
nadi tidak ada rasa haus yang tekanan darah
 Penurunan volume berlebihan. ortostatik) jika
nadi diperlukan
 Penurunan turgor - Monitor vital
kulit sign
 Penurunan turgor - Monitor
lidah masukan
makanan/ cairan
 Penurunan haluaran
dan hitung
urin
intake kalori
 Penurunan pengisian
harian
vena
- Kolaborasikan
 Membrane mukosa pemberian
kering
cairan IV
 Kulit kering - Monitor status
 Peningkatan nutrisi
hematokrit - Berikan cairan
 Peningkatan suhu IV pada suhu
tubuh ruangan
 Peningkatanfrekuensi - Dorong
nadi masukan oral
 Peningkatan - Berikan
konsentrasi urin menggantian
 Penurunan berat neogatrik sesuai
badan output
 Tiba – tiba (kecuali - Dorong
pada ruang ketiga) keluarga untuk
 Haus membantu
 Kelemahan pasien makan
Faktor yang - Tawarkan snack
berhuibungan (jus buah, buah
 Kehilanagan cairan segar)
aktif - Kolaborasikan
 Kegagalan dengan dokter
mekanisme regulasi - Atur
kemungkinan
transfuse
- Persiapan untuk
transpusi
Hypovolemia
Management
- Monitor status
cairan termasuk
intake dan
output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda
vital
- Monitor
responpasien
terhadap
penambahan
cairan
- Monitor berat
badan
- Dorong pasien
untuk
menambah
intake oral
- Pemberian
cairan IV
monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya
tanda gagal
ginjal
4 Intoleransi Aktivitas NOC NIC

Definisi :  Energy conservation Activity therapy


Ketidakcakupan energy  Activity tolerance - Kolaborasikan
psikologis atau fisiologi  Self care : ADls dengan tenaga
untuk melanjutkan atau Kriteri hasil rehabilitasi
menyelesaikan aktifitas  Berpartisipasi dalam aktivitas Medik dalam
kehidupan sehari – hari fisik tanpa disertai peningkatan merencanakan
yang harus atau yang tekanan darah, nadi dan RR program terapi
ingin dilakukan.  Mampu melakukan aktivitas yang tepat
Batasan karakteristik : sehari hari (ADLs) secara - Bantu klien
 Respon tekanan darah mandiri untuk
abnormal terhadap  Tanda tanda vital normal mengidentifikas
aktivitas  Energy psikomotor i aktivitas yang
 Respon frekwensi  Lebel kelemahan mampu
jantung abnormal  Mampu berpindah dengan atau dilakukan
terhadap aktifitas tanpa bantuan alat - Bantu untuk
 Peruibahan EKG yang  Status kardiopulmunari memilih
mencerminkan aritmia adekuat aktivitas
 Perubahan EKG yang  Sirkulasi status baik konsiten yang
mencerminkan iskemia  Status respirasi:pertukanan gas sesuai dengan
 Ketidaknyamanan dan ventilasi adekuat kemampuan
setelah beraktivitas fisik, psikologi
 Dipsnea setelah dan social
beraktivitas - Bantu untuk
mengidentifikas
 Menyatakan merasa
i dan
letih
mendapatkan
 Menyatakan merasa
sumber yang
lemah
diperlukan
untuk aktivitas
Faktor yang
yang diinginkan
berhubngan
- Bantu untuk
 Tirah baring atau mendapatkan
imobilisasi
 Kelemahan umun alat bantuan
 Ketidakseimbangan aktivitas seperti
antara suplei dan kursi roda, krek
kebutuhan oksigen - Bantu untuk
 Imobilitas mengidentifikas
 Gaya hidup monoton i aktifitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien /
keluarga untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktifitas
- Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
- Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual
5 Definisi pengetahuan NOC NIC

Definisi : ketiadaan atau  Knowledge disease process Teaching : disease


defisiensi informasi  Knoladge helath behavior Process
kognitif yang berkaitan Kriteria hasil - Berikan
dengan topic tertentu  Pasien dan keluarga menyatakan penilaian
Batasan karakteristik pemahamn tentang penyakit, tentang tingkat
 Perilaku hiperbola kondisi, prognosis, dan program pengetahuan
 Ketidakakuratan pengobatan pasien tentang
mengikuti perintah  Pasien dan keluarga mampu proses
 Ketidakakuratan melaksanakan prosedur yang penyakit yang
melakukan tes dijelaskan secara benar spesifik
 Perilaku tidak tepat  Pasien dan keluarga mampu - Jelaskan
(mis : hysteria, menjelaskan kembali apa yang partofisiologi
bermusuhan, agitasi, dijelaskan perawat / tim dari penyakit
apatis) kesehatan lainnya dan bagaimana
 Pengungkapan hal ini
masalah berhubungan
 Keterbatasan kognitif dengan
 Salah interprestasi anatomi dan
informasi fisiologi
 Kurang pajanan dengan cara
yang tepat
 Kurang minat dalam
- Gambarkan
belajar
tanda dan
 Kurang dapat
gejala yang
mengingat
biasa muncul
 Tidak familiar dengan pada penyakit
sumber informasi dengan cara
yang tepat
- Gambarkan
proses
penyakit
dengan cara
yang tepat
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
dengan cara
yang tepat
- Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi,
dengan cara
yang tepat
- Hindari
jaminan yang
kosong
- Sediakan bagi
keluarga atau
SO informasi
tentang
kemajuan
pasien dengan
cara yang tepat
- Diskusikan
perubahan
gaya hidup
yang mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi
dimasa yang
akan datang
dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
- Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
- Dukung pasien
untuk
mengeskploras
i atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
- Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas
local, dengan
cara yang tepat
- Instruksikan
pasien
mengenai
tanda dan
gejala untuk
melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat

4. Impelemntasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan keperawtaan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah memberikan tindakan

keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini diantara lain

keterampilan kognitif keterampilan interpersonal dan fsikomotor

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif

dan objektif yang akan ditunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah

dicapai atau belum langkah awal bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah

awal dan identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai