Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Berlakang

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru


sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan
lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker
dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972
memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % menjadi 4,5
% pada 19901 . Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah
jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok
kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada
perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan
jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam
stadium awal penyakit.

Sekitar 2% dari seluruh kasus tumor paru, biasanya ditemukan secara


kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor jinak jarang menimbulkan gejala,
keluhan dan pertumbuhannya lambat. Meskipun tumor jinak pada paru tidak
menimbulkan gejala yang berati, namun dapat mengakibatkan komplikasi akibat
lesi oksidatif yang menjadi faktor predisposisi terjadinya hemoptisis, atelektasis,
pneumonia pada pasien.

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 TUJUAN UMUM

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat


Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian Paru di Rumah Sakit Umum Daerah
Solok.

1
2

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

Mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan Tumor Paru


mulai defenisi hingga penatalaksanaan.

1.3 MANFAAT PENULISAN


1. Sebagai sumber media informasi mengenai Tumor Paru.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang Tumor
Paru.
3. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik senior di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Solok 2018.

2
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor Paru

2.1.1. Definisi

Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor
paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan
oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat di kendalikan. Terjadinya kanker
ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.

2.1.2. Faktor Resiko dan Etiologi

Tidak seperti kanker lainnya, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, paparan atau inhalasi jangka panjang suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik seperti batuk darah, batuk
kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijumpai pada jenis
penyakit paru lain. Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang
terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki
stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah
berada pada stage lanjut. Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada
subyek dengan risiko tinggi yaitu:
. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok;
. Paparan industri tertentu

3
4

Disertai dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas,
nyeri dada dan berat badan menurun. Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah
perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang
dengan gejala klinik yaitu: batuk darah, batuk kronih sakit dada, penurunan berat
badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang
menderita kanker paru iuga perlu jadi faktor pertimbangan.

2.1.3. Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,
SCLC) 16,8 % dan kanker paru bukan sel kecil (non-small lung cancer, NSCLC)
80%. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam
golongan kanker paru bukan sel kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-
tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
A. Kanker Paru Sel Kecil

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu


pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru
dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker

4
5

ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit
sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan.
Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh
dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan
biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan. Jenis kanker paru ini
tumbuh lebih cepat dari pada jenis kanker paru bukan sel kecil, akan tetapi
pertumbuhan kanker paru sel kecil lebih dapat terkendali dengan
kemoterapi.

B. Kanker Paru Bukan Sel Kecil

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik


kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel
bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat
merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor.
Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan
menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih
sering pada laki-laki daripada perempuan.
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini
timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial
kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan
gejala-gejala.
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe
adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.

5
6

Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh.

TNM klasifikasi kanker paru karsinoma bukan sel kecil :

6
7

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

7
8

2.1.4. Diagnosis

a. Anamnesa

Gambaran penyakit kanker paru terdiri dari keluhan subjektif dan gejala
objektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit,
serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis.

Keluhan utama dapat berupa :

• Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)


• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Nyeri dada
• Sulit / sakit menelan
• Benjolan di pangkal leher
• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
• Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil


yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan.
Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran
normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai

8
9

atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan


vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga
dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran
KGB atau tumor diluar paru. Pada pasien kanker paru dapat ditemukan
demam, kelainan suara pernafasan pada paru, pembesaran hepar,
pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, atau pergelangan kaki, nyeri pada
tulang, kelemahan otot regional atau umum, perubahan kulit seperti rash,
daerah kulit menghitam, atau bibir dan kuku membiru, pemeriksaan fisik
lainnya yang mengindikasikan tumor primer ke organ lain.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.

b) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru


pada organ-organ lainnya.

c) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru


pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh
karena metastasis.

1. Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan
metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin
CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis.
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan
dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1

9
10

cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang


ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada
foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada,
efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner.
Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit
ditentukan dengan foto toraks saja.

b. .CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan


kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-
scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1
cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses
keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila
terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial,
atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi
invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.
Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang
sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena
pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga
ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis
intrapulmoner.

c. .Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks


dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah
terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan
radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi
metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau
bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan
tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya
metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam
rongga perut.

10
11

2. Pemeriksaan Khusus
a. . Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,
berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah
berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan
tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau
kerokan bronkus.
b. Biopsi Aspirasi Jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan,
misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin
berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum,
karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina)
pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan
informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan
informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus
dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB
dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih
kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB
dengan tuntunan CTscan.

11
12

f. Biopsi Lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran
KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi
KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB
supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi
Daniels dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB
suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi
tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan
jika ada efusi pleura.
g. Torakoskopi Medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura
viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan
dibiopsi.
h. Sitologi Sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah
dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di
perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum
dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan
pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan
berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal
alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi
dalamformalin 4%

2.1.5. Diagnosis Banding


- Ca Mediastinum

12
13

2.1.6 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”,
misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain
adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru
dengan sindroma vena kava superiror berat. Luas reseksi atau pembedahan
tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga
dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan
paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan
demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang
berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas
dengan satu paru.

b. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan
pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru.
Radioterapi dapat dilakukan pada KPKSK stadium awal atau karena kondisi
tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada
bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan
umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri

13
14

tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau
otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
.
c. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada KPKSK atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan
mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi
diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk
membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam
satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu
atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih (ASCO, 2010).
Syarat standar yang harus dipenuhi sebe/um kemoterapi
1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut,
dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu.

14
15

2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut,


meski Hb < 10 g% tidak pertu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi
sesuai dengan penyebab anemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3 5. Fungsi hati baik 6. Fungsi ginjal baik
(creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit).

d. Imunoterapi dan Hormonoterapi


Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada
hasil penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya.

e. Terapi Gen
Tehnik dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.

2.1.7 Komplikasi
- Gagal Nafas
- Efusi Pleura
- Infark Vasculer
- Pneumothoraks
- Emboli paru

15
16

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 19 November 2018
No. RM : 177739

3.2 Anamnesa
- Keluhan Utama
Batuk berdarah sebelum masuk rumah sakit.
- Riwayat Penyakit Sekarang
o Batuk berdarah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit, pada
saat batuk pasien mengeluarkan cairan seperti nanah bercampur
darah sebanyak setengah sendok makan. Batuk berdarah hanya 1
kali.
o Batuk kering hilang timbul dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
o Nyeri dada dirasakan hilang timbul dan tidak menjalar ke
punggung.
o Tidak ada sesak nafas.
o Terdapat benjolan di dada bagian kiri, nyeri saat bernafas dan
ditekan.
o Sakit kepala hilang timbul 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
o Nafsu makan menurun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
o Ada penurunan berat badan, tapi tidak tau berapa penurunannya
o Keringat malam tidak ada.
o Demam tidak ada
o BAB dan BAK normal.

16
17

- Riwayat Penyakit Dahulu


o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat Operasi keganasan disangkal.
o Riwayat asma disangkal.
o Riwayat diabetes melitus disangkal.
o Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat minum OAT disangkal
o Riwayat diabetes melitus disangkal
o Riwayat hipertensi disangkal
o Riwayat jantung disangkal
o Riwayat asma disangkal
- Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan:
o Pekerjaan: petani padi
o Kebiasaan:
 Merokok
Usia : 10 tahun
Berhenti merokok : 54 tahun
Jumlah batang/hari : 24 batang
Indeks brinkman : 1.056 (Perokok Berat)
 Narkoba : (-)
 Alkohol : (-)

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Fisik Umum
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : CMC
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 94 x/menit
- Nafas : 23 x/menit
- Suhu : 36,6°C

17
18

- BB : 52 Kg
- TB : 167 cm
b. Kepala dan Leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : tidak ada pembesaran KGB
c. Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada asimetris paru kiri lebih tinnggi dari
kanan.
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari
dada kanan.
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri menurun dari paru kanan.
- Perkusi : Sonor pada paru kanan dan redup pada bagian atas
paru kiri.
- Auskultasi : Rhonki (-/-), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)
d. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari medial linea
midclavikularis sinistra RIC V
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, asites (-), sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Bising usus (+) normal
f. Ekstremitas
- Akral hangat (+/+)

18
19

- Edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing finger (-/-)


- CRT <2 detik

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


- Darah Rutin:
o Hemoglobin : 14,2 g/dL
o Leukosit : 3.330 /uL
o Trombosit : 187.000/uL

3.5 Diagnosis Kerja


Susp. Tumor Paru

3.6 Diagnosis Banding

Susp. TB paru

3.7 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi :
- Bedrest,
- kurangi aktivitas
b. Farmakoterapi :
- IVFD NaCl 9% 12 jam/kolf
- Curcuma tab 3 x 200 mg
- Paracetamol tablet 3x500mg
- Vitamin K tablet 3x10mg
3.8 Pemeriksaan Anjuran
- Rontgen toraks
- TCM
- Bronkoskopi

19
20

FOLLOW UP
Rabu, 21 November 2018
Anamnesis
Sesak nafas :-
Demam :-
Batuk/batuk berdarah :-
Nyeri dada : Ada, nyeri bertambah saat batuk
Nafsu makan : Mulai membaik

Pemeriksaan Fisis
- KU : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : CMC
- TD/nadi : 100/60 mmHg, 90x/menit
- Nafas : 25 x/menit

Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada simetris kiri dan kanan
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari
dada kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri menurun dari paru kanan.
- Perkusi : Sonor pada paru kanan dan redup pada paru kiri.
- Auskultasi : Rhonki (-/-), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)

Kesan
Susp. Tumor Paru
\

20
21

Terapi
Non Farmakologi
- Bedrest, kurangi aktivitas
- Minum obat secara teratur
Farmakoterapi :
- IVFD NaCl 9% 12 jam/kolf
- Curcuma tab 3 x 200 mg
- Paracetamol tablet 3x500mg

21
22

BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang laki-laki, berumur 54 tahun bekerja sebagai petani padi datang ke


Bangsal Paru kiriman dari IGD RSUD Solok dengan keluhan batuk darah pada
Senin, 19 November 2018. Dengan Diagnosa: Susp. Tumor Paru.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesa ditemukan keluhan Batuk berdarah dialami pasien sebelum masuk
rumah sakit, pada saat batuk pasien mengeluarkan cairan seperti nanah bercampur
darah sebanyak setengah sendok makan. Batuk berdarah hanya 1 kali. Batuk
kering hilang timbul dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri dada dirasakan
hilang timbul dan tidak menjalar ke punggung. Tidak ada sesak nafas. Terdapat
benjolan di dada bagian kiri, nyeri saat bernafas dan ditekan Sakit kepala hilang
timbul 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nafsu makan menurun sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Ada penurunan berat badan, tapi tidak tau berapa
penurunannya. Keringat malam dan demam tidak ada. BAB dan BAK normal.

Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan riwayat minum OAT disangkal,


Riwayat diabetes melitus disangkal. Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat asma
disangkal. Pasien bekerja sebagai petani padi, kebiasaan merokok sejak usia 10
tahun, berhenti merokok 54 tahun, 24 batang / hari, indeks brinkman 1.056
(perokok berat), narkoba disangkal, alkohol disangkal.

Pemeriksaan fisik yang didapatkan keadaan Umum tampak sakit sedang


kesadaran: Compos Mentis, tekanan darah : 100/60 mmHg, nadi : 94 x/menit
nafas: 23 x/menit, suhu: 36,6°C, BB : 52 Kg, TB: 167 cm. Pada pemeriksaan paru
didapatkan Inspeksi Statis:Dinding dada asimetris paru kiri lebih tinnggi dari
kanan. Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari dada kanan.
Palpasi : Fremitus taktil paru kiri menurun dari paru kanan. Perkusi : Sonor pada
paru kanan dan redup pada bagian atas paru kiri. Auskultasi :Rhonki(-/-),
wheezing (-/-), ekspirasi memanjang (-/-). Ekstremitas: akral hangat, edema (-),

22
23

sianosis (-), clubbing fingers(-), CRT <2 detik. Pemeriksaan Laboratorium, darah
rutin haemoglobin : 14,2 g/dL, leukosit : 3.330/uL, trombosit : 187.000/uL.

Farmakoterapi yang diberikan adalah : IVFD NaCl 9% 12 jam/kolf,


Curcuma tab 3 x 200 mg, Paracetamol tablet 3x500mg, Vitamin K tablet 3x10mg.

Pada pasien dianjurkan untuk dilakukan rontgen toraks, TCM dan


bronkoskopi.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Kanker Paru, Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.

Mason, Robert J; et al.2010. Murray and Nadel’s Textbook of Respiratory


Medicine 5th Ed. SudersElsevier.

Djojodibroto, R Darmanto.2009. Respirologi ( Respiratory Medicine ).Jakarta:


EGC

Sudoyo,Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing

Tanto, Cris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius

24

Anda mungkin juga menyukai