BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor
paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan
oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat di kendalikan. Terjadinya kanker
ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra
kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia
skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Tidak seperti kanker lainnya, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, paparan atau inhalasi jangka panjang suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik seperti batuk darah, batuk
kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijumpai pada jenis
penyakit paru lain. Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang
terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki
stage II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah
berada pada stage lanjut. Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada
subyek dengan risiko tinggi yaitu:
. Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok;
. Paparan industri tertentu
3
4
Disertai dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas,
nyeri dada dan berat badan menurun. Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah
perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang
dengan gejala klinik yaitu: batuk darah, batuk kronih sakit dada, penurunan berat
badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang
menderita kanker paru iuga perlu jadi faktor pertimbangan.
2.1.3. Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,
SCLC) 16,8 % dan kanker paru bukan sel kecil (non-small lung cancer, NSCLC)
80%. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam
golongan kanker paru bukan sel kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-
tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
A. Kanker Paru Sel Kecil
4
5
ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit
sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan.
Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh
dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan
biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan. Jenis kanker paru ini
tumbuh lebih cepat dari pada jenis kanker paru bukan sel kecil, akan tetapi
pertumbuhan kanker paru sel kecil lebih dapat terkendali dengan
kemoterapi.
5
6
Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh.
6
7
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.
7
8
2.1.4. Diagnosis
a. Anamnesa
Gambaran penyakit kanker paru terdiri dari keluhan subjektif dan gejala
objektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit,
serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis.
8
9
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
1. Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi adalah salah satu pemeriksaan penunjang
yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan
metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM.
Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin
CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis.
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan
dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1
9
10
10
11
2. Pemeriksaan Khusus
a. . Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya,
berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah
berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan
tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau
kerokan bronkus.
b. Biopsi Aspirasi Jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan,
misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin
berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum,
karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina)
pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan
informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan
informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus
dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB
dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih
kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB
dengan tuntunan CTscan.
11
12
f. Biopsi Lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran
KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi
KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB
supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi
Daniels dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB
suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi
tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan
jika ada efusi pleura.
g. Torakoskopi Medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura
viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan
dibiopsi.
h. Sitologi Sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah
dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di
perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum
dapat ditingkatkan. Semua bahan yang diambil dengan
pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan
berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal
alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi
dalamformalin 4%
12
13
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”,
misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain
adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru
dengan sindroma vena kava superiror berat. Luas reseksi atau pembedahan
tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga
dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan
paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan
demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :
a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang
berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas
dengan satu paru.
b. Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan
pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru.
Radioterapi dapat dilakukan pada KPKSK stadium awal atau karena kondisi
tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada
bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan
umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri
13
14
tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau
otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3. Leukosit > 3000/dl
.
c. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum
diberikan pada KPKSK atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah
bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat
digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan
mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi
diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk
membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam
satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu
atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih (ASCO, 2010).
Syarat standar yang harus dipenuhi sebe/um kemoterapi
1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut,
dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu.
14
15
e. Terapi Gen
Tehnik dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.
2.1.7 Komplikasi
- Gagal Nafas
- Efusi Pleura
- Infark Vasculer
- Pneumothoraks
- Emboli paru
15
16
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesa
- Keluhan Utama
Batuk berdarah sebelum masuk rumah sakit.
- Riwayat Penyakit Sekarang
o Batuk berdarah dialami pasien sebelum masuk rumah sakit, pada
saat batuk pasien mengeluarkan cairan seperti nanah bercampur
darah sebanyak setengah sendok makan. Batuk berdarah hanya 1
kali.
o Batuk kering hilang timbul dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
o Nyeri dada dirasakan hilang timbul dan tidak menjalar ke
punggung.
o Tidak ada sesak nafas.
o Terdapat benjolan di dada bagian kiri, nyeri saat bernafas dan
ditekan.
o Sakit kepala hilang timbul 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
o Nafsu makan menurun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
o Ada penurunan berat badan, tapi tidak tau berapa penurunannya
o Keringat malam tidak ada.
o Demam tidak ada
o BAB dan BAK normal.
16
17
17
18
- BB : 52 Kg
- TB : 167 cm
b. Kepala dan Leher
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : tidak ada pembesaran KGB
c. Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada asimetris paru kiri lebih tinnggi dari
kanan.
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari
dada kanan.
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri menurun dari paru kanan.
- Perkusi : Sonor pada paru kanan dan redup pada bagian atas
paru kiri.
- Auskultasi : Rhonki (-/-), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)
d. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari medial linea
midclavikularis sinistra RIC V
- Perkusi : Dalam batas normal
- Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, asites (-), sikatrik (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi: Bising usus (+) normal
f. Ekstremitas
- Akral hangat (+/+)
18
19
Susp. TB paru
3.7 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi :
- Bedrest,
- kurangi aktivitas
b. Farmakoterapi :
- IVFD NaCl 9% 12 jam/kolf
- Curcuma tab 3 x 200 mg
- Paracetamol tablet 3x500mg
- Vitamin K tablet 3x10mg
3.8 Pemeriksaan Anjuran
- Rontgen toraks
- TCM
- Bronkoskopi
19
20
FOLLOW UP
Rabu, 21 November 2018
Anamnesis
Sesak nafas :-
Demam :-
Batuk/batuk berdarah :-
Nyeri dada : Ada, nyeri bertambah saat batuk
Nafsu makan : Mulai membaik
Pemeriksaan Fisis
- KU : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : CMC
- TD/nadi : 100/60 mmHg, 90x/menit
- Nafas : 25 x/menit
Paru
- Inspeksi :
- Statis : Dinding dada simetris kiri dan kanan
- Dinamis : Pergerakan dinding dada kiri sedikit tertinggal dari
dada kanan
- Palpasi : Fremitus taktil paru kiri menurun dari paru kanan.
- Perkusi : Sonor pada paru kanan dan redup pada paru kiri.
- Auskultasi : Rhonki (-/-), wheezing (-/-),
ekspirasi memanjang (-/-)
Kesan
Susp. Tumor Paru
\
20
21
Terapi
Non Farmakologi
- Bedrest, kurangi aktivitas
- Minum obat secara teratur
Farmakoterapi :
- IVFD NaCl 9% 12 jam/kolf
- Curcuma tab 3 x 200 mg
- Paracetamol tablet 3x500mg
21
22
BAB IV
ANALISA KASUS
22
23
sianosis (-), clubbing fingers(-), CRT <2 detik. Pemeriksaan Laboratorium, darah
rutin haemoglobin : 14,2 g/dL, leukosit : 3.330/uL, trombosit : 187.000/uL.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Kanker Paru, Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
Sudoyo,Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing
Tanto, Cris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius
24