Anda di halaman 1dari 6

KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

MASA KERJA DAN SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP NYERI PUNGGUNG

Herry Koesyanto

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Angka prevalensi kejadian nyeri punggung yaitu 7,6% sampai 37% per tahun, masalah
Diterima 8 Januari 2013 nyeri punggung pada pekerja umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak
Disetujui 26 Februari 2013 prevalensi kelompok usia 25-60 tahun. Masalah penelitian adalah bagaimana hubungan
Dipublikasikan Juli 2013
masa kerja dan sikap kerja duduk terhadap nyeri punggung pekerja tenun sarung di Desa
Keywords: Wanarejan Utara Pemalang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
Working period; masa kerja dan sikap kerja duduk terhadap nyeri punggung. Metode penelitian cross
Work position; sectional. Populasi penelitian adalah pekerja tenun sarung berjumlah 92 pekerja dan
Back pain. sampel berjumlah 46 pekerja. Instrumen penelitian yang digunakan kuesioner, lembar
penilaian REBA, dan meteran gulung. Hasil penelitian menunjukkan hubungan tiap
variabel bebas dengan nyeri punggung sebagai berikut: (1) usia (p=0,04; OR=4,583); (2)
masa kerja (p=0,02; OR=5); dan (3) sikap kerja duduk (p=0,43). Simpulan penelitian,
nyeri punggung berhubungan dengan usia, masa kerja, dan sikap kerja.

WORKING PERIOD AND SITTING POSITION TO BACK PAIN

Abstract
Incidence of back pain prevalence rate of 7.6% to 37% every year, the problem of back
pain in workers generally begins in young adulthood with a peak prevalence age group
25-60 years old. Research problem was how relationships work period and sitting posi-
tion towards back pain in workers woven sarong in North Wanarejan village, Pemalang
. Research purpose was to determine the relationship of work period and sitting position
towards back pain. Cross-sectional research method. Population study were woven sarong
workers amounts 92 workers and samples were 46 workers. Research instrument used
questionnaires, REBA assessment sheets, and roll meter. The results showed the relationship
of each independent variables with back pain as follow : (1) age (p=0.04; OR=4.583), (2)
working period (p=0.02; OR=5), and (3) sitting position (p=0.43). The conclusion, back
pain associated with age, working period, and work position.

© 2013 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: dhim45ku@yahoo.co.id
Herry Koesyanto / KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

Pendahuluan tegas. Otot rangka biasanya dikaitkan pada


dua tempat tertentu, tempat yang terkuat diam
Riset yang dilakukan badan dunia ILO disebut origo dan yang dapat lebih bisa bergerak
tentang kecelakaan kerja menunjukkan setiap disebut insertio (Rahman, 2010; Louw, 2007).
hari rata-rata 6.000 orang meninggal berkaitan Otot rangka merupakan sekelompok otot un-
dengan pekerjaan mereka. Angka ini berarti tuk menggerakan berbagai bagian kerangka.
setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau Setiap kelompok berlawanan dengan yang lain
2,2 juta orang meninggal per tahun akibat disebut antagonis. Muskuluskeletal dibentuk
sakit atau kecelakan kerja. Sementara itu ang- oleh sejumlah serat berdiameter sekitar 10-80
garan untuk kecelakaan dan penyakit akibat mikrometer. Masing-masing serat tersebut dari
kerja yang terbanyak yaitu penyakit muskulo- rangkaian sub unit yang lebih kecil (Gross,
skeletal sebanyak 40%, penyakit jantung 16%, 2005; John, 2006).
kecelakaan 16%, dan 19% penyakit saluran Keluhan pada punggung atau keluhan
pernafasan (ILO, 2003). muskuloskeletal merupakan keluhan pada otot
Diperkirakan setidaknya 70% manusia skeletal yang dirasakan dengan intensitas nyeri
menderita sakit punggung, baik kronis maupun yang berbeda-beda, dari nyeri yang ringan sam-
sporadis. Di Negara Inggris dan melaporkan pai nyeri yang sangat sakit. Otot yang menerima
17,3 juta orang Inggris pernah mengalami nyeri beban statis secara berulang-ulang dan dalam
punggung pada suatu waktu dan dari jumlah waktu yang lama dapat menyebabkan keluhan
tersebut 1,1 juta mengalami kelumpuhan aki- berupa kerusakan pada sendi, ligament dan
bat nyeri punggung. di Indonesia diperkirakan tendon (Tarwaka, 2004:117). Pada umumnya
angka prevalensi 7,6% sampai 37%. Masalah keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada
nyeri punggung pada pekerja pada umumnya usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Dimana keluhan
dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak pertama dirasakan pada umur 35 tahun dan
prevalensi pada kelompok usia 25-60 (Steven, keluhan terus meningkat seiring bertambahnya
2005). umur. Nyeri adalah sensasi yang penting bagi
Jenis alat dan sarana kerja yang kurang tubuh. Sensasi penglihatan, pendengaran,
nyaman sering menimbulkan masalah-masalah bau, rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan
kesehatan pada pekerja yang menggunakanya, hasil stimulasi reseptor sensorik. Provokasi
jika digunakan dalam jangka waktu yang lama saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi
dalam per-harinya memberikan efek negatif ketidaknyamanan, distress, atau menderita.
pada kesehatan yang memicu timbulnya penyakit Pengalaman nyeri yang paling hebat adalah
akibat hubungan kerja (Cris, 2012). Selain hal nyeri akut yang kemudian dapat menghilang.
tersebut sikap punggung yang membungkuk Penyebab timbulnya nyeri punggung tidak
dalam bekerja, membungkuk sambil me- selalu bisa ditentukan, tapi tempat munculnya
nyamping, Posisi duduk yang kurang baik dan rasa sakit berlangsung dapat digunakan untuk
di dukung dengan desain kursi yang buruk, be- menunjukkan penyebab nyeri. Nyeri punggung
resiko menyebabkan penyakit akibat hubungan juga bisa disebabkan oleh bergesernya salah
kerja berupa gangguan muskuloskeletal yang satu bantalan di antara tulang belakang atau
dapat menyebabkan kekakuan dan kesakitan terjadi tekanan pada saraf panggul (Simon,
pada punggung. Serta jika sikap kerja dengan 2008; Eugene, 2005).
posisi duduk dengan frekuensi yang lama pada Terdapat 2 faktor yang ada pada manusia
kursi yang kurang ergonomi akan menimbul- keterkaitanya dengan aspek ergonomi yang
kan masalah kesehatan pada pekerja, kontaksi berpengaruh keluhan muskuloskeletal yaitu
otot akan menjadi statis the load pattern lebih faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor
kuat dibanding kontraksi dinamis (Laura, 2005; dari dalam antara lain seperti usia, jenis kelamin,
Swinkels, 2006; Hurwitz, 2005). kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh dan
Otot muskuluskeletal adalah otot lainya. Sedangkan faktor dari luar seperti penyakit,
bergaris yang menempel pada tulang-tulang status gizi, lingkungan kerja, adat-istiadat dan
dan menghasilkan kekuatan gerak saat dibu- lainya.
tuhkan untuk memikul kekuatan keluar yang Desa Wanarejan Utara merupakan suatu

10
Herry Koesyanto / KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

desa yang berada di wilayah Kecamatan Taman terus menerus untuk waktu yang lama bisa
Kabupaten Pemalang. Desa tersebut salah satu timbul perubahan bentuk tubuh. Penelitian
desa yang memiliki industri penenunan sarung ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dengan Alat Tenun bukan Mesin atau ATBM masa kerja dan sikap kerja pada terhadap nyeri
dan masih bersifat tradisional (home indus- punggung pekerja sarung tenun ATBM di Desa
try), segi ergonomi dan penerapan mengenai Wanarejan Utara Pemalang.
kesehatan kerja belum sepenuhnya diterapkan.
Hal ini dapat dilihat dari sikap kerja yang tidak Metode
alamiah, seperti sikap kerja duduk dan peng-
gunaan desain kursi dalam bekerja, karena Jenis penelitian yang digunakan ada-
sikap badan yang tidak benar dalam melaku- lah observasional analitik dengan rancangan
kan pekerjaan dan lain-lain yang kesemuanya cross sectional, yaitu dengan menjelaskan ada
menimbulkan kelelahan fisik dan gangguan tidaknya hubungan antar variabel dimana
kesehatan bahkan lambat laun dapat terjadi observasi dan pengumpulan data dilakukan
perubahan fisik tubuh pekerja atau kecacatan. sekaligus dalam satu saat. Variabel bebas dalam
Adapun proses dalam pembuatan sarung penelitian ini, yaitu usia, masa kerja, sikap
tenun di Desa Wanarejan Utara ada tiga ta- kerja duduk, dan desain kursi kerja dengan
hapan, yaitu Persiapan, Pembuatan dan tahap variabel terikat, yaitu keluhan subjektif pada
Pengemasan. Tahap awal atau tahap persiapan punggung pekerja tenun. Populasi dalam
dimulai dari pembuatan baki, yaitu pensusu- penelitian ini adalah keseluruhan subjek atau
nan benang berwarna putih yang membentang semua pengrajin tenun sarung di Desa Wa-
secara rapi, dimana baki ini sebagai dasar pem- narejan Utara Pemalang sebanyak 92 orang,
buatan pola sarung yang akan di tenun, sesudah sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
membuat pola pada baki, pola yang sudah jadi data yang diambil dari keseluruhan objek yang
di cuci dan kemudian di jemur, setelah kering, dianggap mewakili populasi. Teknik pengam-
baki tersebut disusun untuk membuat dijadi- bilan sampel yang digunakan adalah purposive
kan pakan. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan, sampling dengan kriteria: 1) Memilih sampel
dimana benang pakan tersebut disusun meng- yang tidak mempunyai riwayat penyakit yang
gunakan mesin tenun untuk dijadikan sarung, berkaitan dengan nyeri punggung (rheuma-
setelah proses tersebut kemudian lanjut pada tik, osteoporosis, kifosis, dan lordosis) karena
tahap pengemasan, dimana sarung yang sudah penyakit tersebut berhubungan dengan sakit
jadi dijahit pada tepinya agar menyatu dengan punggung, 2) Memilih sampel yang berjenis
tepi lainya, dan kemudian dikemas dalam kelamin laki-laki, karena jenis kelamin laki-laki
karung untuk dipasarkan. memiliki risiko lebih sedikit mengalami nyeri
Berdasarkan hasil obeservasi awal pada 9 punggung dibandingkan dengan wanita, 3)
April 2012 dengan menggunakan Nordic Body Memilih sampel yang tidak melakukan lembur
Map (NBM) pada pekerja tenun Desa Wanare- karena waktu kerja yang melebihi kemampuan
jan Utara dari 20 pekerja tenun 17 diantaranya lama kerja kecenderungan terjadinya gang-
mengalami nyeri di daerah punggung setelah guan kesehatan dan 4) Memilih sampel yang
bekerja selama sehari dan jam kerja dimulai tidak mempunyai cidera atau patah (fraktur)
dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB di bagian tulang punggung, sehingga diperoleh
dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada sampel dalam penelitian ini sebanyak 46 orang.
pukul 12.00-13.00 WIB. Penenunan sarung Dalam penelitian ini instrumen yang
dilakukan pekerja dengan posisi duduk terus digunakan adalah kuesioner, lembar penila-
menerus diatas kursi, yang menimbulkan rasa ian REBA, dan meteran gulung. Pengambilan
nyeri pada pekerja, yang berpotensi mengaki- data pada penelitian ini dilakukan dengan
batkan keluhan nyeri punggung. Karena pada wawancara menggunakan kuesioner sebagai
dasarnya pelaksanaan pekerjaan yang tidak panduanya, serta pengukuran dengan meteran
benar dan tidak sesuai dengan norma-norma gulung sebagai alat ukurnya, sedangkan lembar
ergonomi, dapat menyebabkan kelelahan dan penilain REBA digunakan untuk sikap kerja
gangguan muskuloskletal, bila berlangsung duduk pekerja tenun sarung. Analisis dilaku-

11
Herry Koesyanto / KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

kan secara univariat dan bivariat menggunakan responden dari 30 responden usia berisiko dan
uji chi square. 10 responden dari 16 responden usia tidak
berisiko tidak mengalami keluhan subjektif
Hasil dan Pembahasan pada punggung. Hasil ini selaras dengan pe-
nelitian penelitian ini sesuai dengan penelitian
Berdasarkan tabel 1, frekuensi responden Nikmah (2002:56), bahwa ada hubungan yang
terbesar menurut usia adalah pada rentang usia bermakna antara faktor usia dengan keluhan
25-39 tahun dengan 39 responden (84.8%). pada punggung, dengan p value sebesar 0,01,
Pada karakteristik masa kerja sebagian besar dimana usia yang berisiko memiliki risiko 2
responden mempunyai masa kerja ≥ 4 tahun, kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia
yaitu berjumlah 26 responden (56,5%). Karak- muda atau usia tidak berisiko.
teristik responden sikap kerja duduk terbesar, Usia berbanding lurus dengan kapasi-
yaitu pada sikap kerja duduk yang ergonomi tas fisik sampai batas tertentu dan mencapai
dengan jumlah 30 responden (65%). Karakteris- puncaknya pada usia 25-39 tahun. Seseorang
tik responden yang mengalami keluhan nyeri dengan usia 50-60 tahun memiliki kekuatan
pada punggung sebanyak 28 responden (60%) otot munurun hingga 25% dan kemampuan
mengalami keluhan, sedangkan 18 responden kerja fisik seseorang yang berusia 60 tahun
(40%) tidak mengalami keluhan nyeri pada tinggal mencapai 50% dari orang usia 25 ta-
punggung. hun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
mayoritas responden pada usia berisiko. Pada
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik umumnya nyeri keluhan pada muskuloskeletal
Responden mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65
Karakteristik Jumlah % tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan
Usia (Tahun) pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan
25-39 39 84,8 terus meningkat sejalan bertambahnya umur.
40-49 5 10,9 Hal ini dikarenakan kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun, sehingga risiko terjadinya
50-60 2 4,3
keluhan muskuloskletal meningkat. Dari hal
Masa Kerja (Tahun)
tersebut maka usia mempengaruhi terjadinya
≥4 26 56,5 keluhan subjektif pada punggung.
<4 20 43,5 Dalam penelitian ini diketahui bahwa
Sikap Kerja Duduk ada hubungan anatara masa kerja dengan ke-
Ergonomi 30 65 luhan subjektif pada punggung pekerja tenun
Tidak Ergonomi 16 35 sarung. Jumlah responden yang mengalami
Keluhan Nyeri Punggung keluhan subjektif pada punggung sebanyak
Ada Keluhan 28 60 20 responden dari 26 responden masa kerja
Tidak Ada Keluhan 18 40 berisiko dan 12 responden dari 20 responden
masa kerja tidak berisiko tidak mengalami
Berdasarkan tabel di atas, terdapat keluhan subjektif pada punggung. Hasil ini
hubungan antara usia dengan keluhan subjektif sesuai dengan penelitian yang menyatakan
pada punggung pekerja tenun sarung dengan p bahwa terdapat hubungan yang bermakna
value 0,04. Jumlah responden yang mengalami antara masa kerja dengan nyeri punggung pada
keluhan subjektif pada punggung sebanyak 22 operator komputer di Kecamatan Bandar Jaya

Tabel 2. Hubungan antara Usia dengan Keluhan Subjektif pada Punggung


Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
Usia
∑ % ∑ %
Berisiko 22 73,4 8 26,6
Tidak ber- 0,05 0,04
6 37,5 10 62,5
isiko
Total 28 60,8 18 39,2

12
Herry Koesyanto / KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

Tabel 3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan Subjektif pada Punggung
Ada Keluhan Tidak ada keluhan α Ρ Value
Masa Kerja
∑ % ∑ %
Berisiko 20 76,9 6 23,1
0,05 0,02
Tidak berisiko 8 40.0 12 60,0
Total 28 60,8 18 39,2

Kabupaten Lampung, dengan nilai p value 0,04 dengan kontraksi dinamis. Pekerjaan yang
dan OR 7,6. monoton, ukuran sarana kerja, dan antropo-
Masa kerja merupakan akumulasi aktivi- metri yang tidak sesuai dapat menyebabkan
tas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka sikap kerja yang tidak alamiah, memberikan
waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut beban kerja tambahan dan akhirnya dapat me-
dilakukan terus-menerus akan mengaki- nyebabkan keluhan subjektif.
batkan gangguan pada tubuh. Tekanan fisik Sikap kerja duduk tidak terdapat
pada suatu kurun waktu tertentu mengakibat- hubungan dengan keluhan subjektif yang di-
kan berkurangnya kinerja otot, dengan gejala karenakan bekerja dengan sikap kerja duduk
makin rendahnya gerakan. Tekanan-tekanan meminimalkan beban yang ditopang oleh
akan terakumulasi setiap harinya pada suatu tubuh, mengurangi besarnya beban otot statis
masa yang panjang, sehingga mengakibatkan paa kaki, meregangkan otot sendi yang ada,
memburuknya kesehatan yang disebut juga derajat stabilitas yang tinggi, serta sikap kerja
kelelahan klinis atau kronis kronis. duduk tidak membutuhkan energi yang banyak
Semakin lama kerja seseorang dapat me- dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
nyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya ta- Bekerja dengan sikap kerja duduk da-
han otot dan tulang secara fisik maupun psikis. pat mengurangi terjadinya tekanan langsung
Menurut hendra dan Suwandi Rahardjo dalam pada jaringan otot lunak, misalnya pada posisi
jurnal nasional IX ergonomi (2009:7) bahwa duduk tulang punggung akan menopang tubuh
pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari dimana otot lunak pada punggung tidak terjadi
4 tahun mempunyai risiko gangguan musku- penekanan langsung dari berat tubuh. Selain
loskeletal 2,775 kali lebih besar dibanding- itu, adanya kebiasaan pekerja tenun sarung
kan dengan pekerja dengan masa kerja ≤ 4 yang sesekali berdiri beberapa saat untuk
tahun. Menurut Boshuzen dalam Mayrika dkk. meregangkan otot-otot tubuh jika sudah mera-
(2009:65), usia lebih dari 5 tahun lebih berisiko sakan lelah dan kembali duduk. Hal tersebut
terkena nyeri punggung dibandingkan dengan dilakukan untuk mengurangi rasa lelah pada
responden dengan masa kerja kurang dari 5 ta- punggung pekerja tenun sarung. Skap tubuh
hun. Hal ini terjadi pada pekerja tenun sarung yang buruk sewaktu bekerja dan berlangsung
Desa Wanarejan Utara Pemalang, karena ting- lama menyebabkan adanya beban otot dan efek
kat endurance otot seiring digunakan untuk negatif pada kesehatan (Sundari, 2010:57).
bekerja akan menurun seiring lamanya sese- Adanya status gizi yang baik pada peker-
orang bekerja. Semakin lama bekerja, semakin ja tenun sarung Desa Wanarejan Utara berpen-
tinggi risiko untuk terjadinya keluhan subjektif garuh dengan kondisi kesehatan pekerja, ka-
pada punggung. rena pada dasarnya status gizi yang baik dapat
Dalam penelitian ini diketahui bahwa mencukupi zat-zat gizi yang dibututuhkan oleh
tidak ada hubungan anatara masa kerja dengan tubuh. Hal ini memungkinkan meningkatkan
keluhan subjektif pada punggung dengan nilai kemampuan bekerja dan kesehatan secara
p value 0,432. Hal ini tidak sesui dengan teori umum pada para pekerja tenun sarung. Dalam
Tarwaka (2004:134) bahwa kerja dengan posisi penelitian ini sikap kerja duduk pekerja tenun
duduk secara terus menerus mengakibatkan sarung Desa Wanarejan Utara belum sepe-
kontraksi otot cepat menjadi statis dan the nuhnya berpengaruh dengan terjadinya kelu-
load pattern menjadi lebih kuat dibandingkan han subjektif pada pungggung tenun sarung.

13
Herry Koesyanto / KEMAS 9 (1) (2013) 9-14

Penutup Company. Bandung: Rajawali.


John, R. 2006. Low back pain and musculoskeletal
Keluhan nyeri punggung yang dialami symptoms among Kansas farmers. American
Journal of Industrial Medicine, 49(7): 547–556
oleh pekerja tenun sarung di Desa Wanarejan
Laura, P. 2005. Estimating the global burden of
Utara Pemalang berhubungan dengan usia dan
low back pain attributable to combined oc-
masa kerja. Sedangkan Keluhan nyeri pung- cupational exposures. American Journal of
gung tidak berhubungan dengan sikap kerja Industrial Medicine, 48(6): 459–469
duduk. Seseorang yang berusia 40-60 tahun Louw, Q.A. 2007. The Prevalence of low back pain
lebih berisiko terkena keluhan nyeri punggung in Africa: a systematic review. BMC Muscu-
daripada yang berusia 25-39 tahun. Sedangkan, loskeletal Disorders, 8: 105
masa kerja ≥ 4 tahun lebih berisiko terkena Mayrika, P.H., Setyaningsih, Y. Kurniawan, B. &
keluhan nyeri punggung dibandingkan masa Martini. 2009. Beberapa Faktor Yang Ber-
kerja < 4 tahun. pengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Pung-
gung Pada Penjual Jamu Gendong, Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1): 61-67.
Ucapan Terimakasih
Nikmah, K. 2002. Faktor yang Berpengaruh pada
Nyeri Punggung di Poli Neurologi RSPAD
Atas kelancaran dan keberhasilan dalam Gatot Subroto Jakarta Pusat. Yogyakarta:
kegiatan penelitian ini, maka peneliti mengucap- Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
kan terimakasih kepada para pengrajin tenun Rahman, S. 2010. The Association Between Obesity
sarung di Desa Wanareja Utara Kabupaten Pe- and Low Back Pain: A Meta-Analysis. Am. J.
malang. Terutama kepada para pengrajin tenun Epidemiol, 171(2): 135-154
sarung yang terlibat langsung sebagai sampel Simon, D. 2008. A systematic review of low back
penelitian. pain cost of illness studies in the United
States and internationally. The Spine Journal,
8(1): 8–20
Daftar Pustaka
Steven, J.L. 2005. Do psychological factors increase
the risk for back pain in the general popula-
Cris, P. 2012. Masa Kerja, Sikap Kerja dan Kejadian tion in both a cross-sectional and prospective
Sindrom Karpal pada Pembatik. Jurnal Ke- analysis?. European Journal of Pain, 9(4): 355
mas, 7(2): 170-176 Sundari, K.N. 2010. Tinjauan Ergonomi terhadap
Hendra & Rahardjo, S. 2009. Risiko Ergonomi Dan Sikap Kerja Petani diBanjar Tengah, Desa
Keluhan Muskuloskeletal Disorder Pada Peguyangan, Denpasar Utara. Metris: Jurnal
Pekerja Panen Kelapa Sawit. Makalah disa- Mesin, Elektro, Industri dan Sains, 11(2): 71-
jikan dalam Prosiding Seminar Nasional Er- 76.
gonomi IX Semarang, 17-18 November 2009 Swinkels, M. 2006. Fear-Avoidance Beliefs, Disabil-
Hurwitz, E.L. 2005. Effects of Recreational Physical ity, and Participation in Workers and Non-
Activity and Back Exercises on Low Back workers With Acute Low Back Pain. Clinical
Pain and Psychological Distress: Findings Journal of Pain, 22(1): 45-54
From the UCLA Low Back Pain Study. Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
American Journal of Public Health, 95(10): Kesehatan dan Produktivitas. Surakarta:
1817-1824 UNIBA Press.
ILO. 2003. International Labour Organitation for

14

Anda mungkin juga menyukai