Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI

Oleh:

A. A. GDE RAKA KAYANAYA, SST., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI D IV GIZI

1
Satuan Acara Pembelajaran Konsultasi Gizi

I. Tujuan Konsultasi Gizi


Tujuan dari konsultasi gizi yaitu :
1. Meningkatkan keadaan gizi masyarakat untuk mencapai gizi seimbang, sehingga
menurunkan jumlah penduduk yang mengalami gizi kurang, gizi lebih, dan penyakit
tertentu.
2. Meningkatkan penganekaragaman dalam penyelenggaraan makanan dalam upaya
peningkatan status gizi menuju gizi seimbang khususnya pada penderita penyakit
tertentu.

II. Manfaat Konsultasi Gizi


Manfaat dari konsultasi gizi merupakan sistem pertolongan dalam bentuk diskusi untuk
mencapai tujuan berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan
perilaku (sikap) dalam lingkup pelayanan gizi khususnya untuk penderita penyakit tertentu
(diabetes melitus).

III. Langkah – Langkah Persiapan Konsultasi


1. Tahap Pelibatan (Involving)
Pada tahap ini, gunakan keterampilan komunikasi, sambut klien dengan baik dan
ramah, berdiri serta berikan salam kepada klien. Persilahkan klien untuk duduk dan
merasa nyaman. Disini konselor memperkenalkan nama dan memberikan waktu klien
untuk menceritakan identitas. Selain itu, konselor harus menunjukan kepercayaan diri
di depan klien dan menjelaskan tujuan dari konseling gizi yang akan diberikan.
Adapun data klien yang didapat sebagai berikut :
Nama Klien : Desak Putu Sutarti
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Alamat : Br. Munduk Ngandang, Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan,
Kabupaten Tabanan
Pekerjaan : Petani
Penyakit : Diabetes Melitus Tipe 2

2
2. Tahap Penjelasan / Menggali Permasalah (Exploring)
Pada tahap ini, konselor akan mengumpukan data, verifikasi, dan interpretasi data
yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai
dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan energi
dan zat gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi. Informasi yang
dapat dikaji berupa data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik data riwayat
makan serta data riwayat personal. Adapun data-data yang dimaksud perinciannya
sebagai berikut :
 Data Antropometri
Berat Badan (BB) : 69,0 kg
Tinggi Badan (TB) : 158,0 cm
IMT : 27,64 kg/m2
BBI : 52,2 kg

 Data Biokimia
Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2015
Jam Pemeriksaan : 12.07 AM
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan DM
Ref.
Test Type Conc. Unit Flags
Ranges
CHOL HDL SER 42,5 mg/dL - 40,0 – 80,0
DIRECT
CHOLESTEROL SER 251 mg/dL H 0 – 200
GLUCOSE (Puasa) SER 224 mg/dL H 70 – 120
TRIGLYCERIDES SER 135 mg/dL - 0 – 200
CHOL LDL SER 182 mg/dL H 0 - 150
Glukosa 2 Jam PP - 266 mg/dL H 70 – 140
Sumber: Hasil Pemeriksaan Instalasi Laboratorium Klinik Badan Layanan Umum
RSUD Kabupaten Badung.

 Kebutuhan Zat Gizi

3
- Menghitung kebutuhan energi dengan rumus Du Bois :
BMR = BBI x Jam x 0,9
= 52,2 x 24 x 0,9 = 1127,52 Kkal
Koreksi Tidur = BBI x 0,1 x 8
= 52,2 x 0,1 x 8 = 41,76 Kkal -
= 1085,76 Kkal
Aktivitas Fisik = 40% x 1085,76 = 434,30 Kkal +
= 1520,06 Kkal
SDA = 10 % x 1520,06 = 152,006 Kkal +
= 1672,07 Kkal
Dari hasil peerhitungan di atas, kebutuhan energi klien sehari adalah 1672,07 Kkal.

- Kebutuhan standar untuk protein:


Menurutkonsensuspengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein
untukdiabetisi 15% -20% dari total energi. Jadi dalam sehari, kebutuhan asupan
protein klien adalah sebagai berikut :
Protein = 15% x total energi sehari
= 15% x 1672,07 Kkal
= 250,81 Kkal
4
= 62,70 gram

- Kebutuhan standar untuk lemak :


Anjuranasupanlemak di Indonesia adalah 20% -25% dari totalenergi.Asupan lemak
dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10% energi dari lemak
tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60% – 70% total energi dari lemak
tidak jenuh tunggal dan karbohidrat.Jadi dalam sehari, kebutuhan asupan lemak
klien adalah sebagai berikut :
Lemak = 20% x total energi sehari
= 20% x 1672,07 Kkal
= 334,41 Kkal
9
= 37,16 gram
- Kebutuhan standar untuk karbohidrat :

4
Rekomendasi ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar
tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat
yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.Anjuran konsumsi karbohidrat
untuk diabetesi di Indonesia:
a. 45% -65% total asupan energi.
b. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
c. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat
tinggi.
d. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm).
e. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Berdasarkan anjuran di atas konselor menggunakan anjuran konsumsi 65% total
energi agar pertambahan persentase protein, lemak, dan karbohidrat menjadi 100%.
Dalam sehari kebutuhan asupan karbohidrat klien adalah sebagai berikut :
Karbohidrat = 65 % x total energi sehari
= 65 % x 1672,07 Kkal
= 1086,84 Kkal
4
= 271,71 gram

- Kebutuhan untuk tiap kali makan :


Tabel 2. Kebutuhan Zat Gizi Makro per Hari
Waktu Energi (Kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)
Pagi (35%) 585,22 21,94 13,01 95,1
Siang (35%) 585,22 21,94 13,01 95,1
Malam (30%) 501,62 18,81 11,15 81,51
Jumlah 1672,07 62,70 37,16 271,71

 Recall 24 Jam

5
Tabel 3. Hasil Recall 24 Jam
Waktu Banyaknya
No Nama Makanan Bahan Makanan
Makan URT gram
1 Pagi (Pukul - Kopi - Kopi bubuk, gula 1 sdm, 1 6,5
6.00 – 7.30) sdt
- Ubi Jalar Rebus - Ubi Jalar, garam ½ bj kcl 100
- Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 35
- Pindang - Ikan pindang ½ ekor sdg 25
- Pepes daging babi - Daging babi 1 ptg kcl

2 Selingan Pagi
- - - -
(Pukul 11.00)
3 Siang (Pukul - Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 100
13.30) - Pindang - Ikan pindang ½ ekor sdg 35
- Pepes daging babi - Daging babi 1 ptg kcl 25
4 Selingan Siang
- - - -
(Pukul 16.00)
5 Malam (Pukul - Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 100
20.00) - Tumis Sawi - Sawi Putih 1 prg kcl 50

Dari hasil recall 24 jam yang dilakukan, konselor menganalisis kandungan zat gizi total
dari bahan makanan yang sudah didata. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa
dalam sehari, asupan klien belum memenuhi kebutuhan yang dapat dilihat dari tabel di
bawah ini.
Tabel 4. Asupan Zat Gizi Sebelum Konseling
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Recall 24
879,30 26,17 26,165 129,60
Jam
Kebutuhan 1672,07 62,70 37,16 271,71
% Asupan 52,6 41,7 70,4 47,7

6
 Data Klinis dan Fisik
Keluhan : Banyak makan, sering lapar (polifagia), banyak minum, sering
haus (polidipsia), dan sering kencing (poliuria).
Pengamatan Fisik : Dilihat dari IMT, klien mengalami kegemukan.

 Riwayat Personal
Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dari orang tua atau
keluarga terdekat. Dapat disimpulkan bahwa klien menderita diabetes melitus tipe 2.
Selain itu, gejala – gejala yang timbul muncul setelah bertambahnya usia klien yaitu
pada saat klien berumur 40 tahun.

3. Tahap Pemacahan Masalah (Resolving)


Pada tahap ini, konselor harus mampu memberikan solusi sesuai dengan masalah
yang dihadapi dengan memberikan penjelasan berupa alternatif-alternatif
pemecahannya, yakni anjuran perencanaan diet dan olahraga.
Dalam perencanaan diet untuk diabetes melitus, hal yang perlu diperhatikan adalah
nilai indeks glikemik pada makanan. Indeks glikemik adalah perangkat yang berguna
dalam pengelolaan glukosa darah penderita diabetes dan juga menjadi cara
memperkirakan efek fisiologis karbohidrat terhadap kadar glukosa dalam darah.
Makanan-makanan seperti nasi merah, roti gandum, polong-polong (kacang rebus),
oatmeal dan pasta memiliki nilai indeks glikemik rendah. Makanan berindeks glikemik
rendah menyebabkan sedikit peningkatan glukosa darah untuk itu baik bagi klien.
Namun karena keadaan geografis tempat klien tinggal sulit untuk mendapatkan jenis
makanan tersebut, konselor menganjurkan lebih banyak mengonsumsi makanan
berindeks glikemik rendah dan bervitamin dari buah-buahan yang mudah didapatkan
seperti jeruk, apel, pir, dari sayuran seperti wortel, dan dari kacang-kacangan seperti
kacang tanah atau kacang kedelai. Porsi per harinya diatur sesuai berat badan dan tinggi
badan klien. Selain itu, klien harus membatasi konsumsi makanan karbohidrat
sederhana seperti gula, coklat, syrup, cake, biskuit, dsb.
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau mengendalikan
berat badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol yang mencakup:
- Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu
sekitar 3 jam.

7
- Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan indeks
kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput laut,
pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori
dan buah-buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.
- Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari
dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang rendah
kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.
- Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan
glukosa darah dalam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan
beberapa sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.
- Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau,
jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
- Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras
tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung.
- Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi
goreng dan perkedel kentang (karena ketiganya memiliki indeks glikemik yang
tinggi).
- Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi dan teh) dan makanan sereal.
- Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi
konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti daging
ayam atau ikan.
- Gunakan minyak goreng dalam jumlah terbatas (kurang lebih setengah sendok
makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus,
memepes, memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.
- Biasakan mengonsumsi makanan vegetarian pada waktu santap malam.
- Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti
dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak
diganti dengan saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap
diet dalam jumlah terbatas.
Berikut adalah menu sehari untuk klien sesuai dengan penyakit diabetes melitus
yang diderita :
Tabel 5. Rincian Menu Sehari untuk Klien

8
Total Zat Gizi Makro
Waktu Menu Energi Protein (gram) Lemak Karbohidrat
(Kkal) Hewani Nabati (gram) (gram)
Pagi - Nasi
(07.00) - Perkedel Tempe
- Cah Kangkung 414,1 0 14,91 7,665 75,655
- Pisang Segar
- Air Mineral
Selingan - Sup Buah
Pagi 82,95 0 0,59 0,315 21,6
(10.00)
Siang - Nasi
(13.00) - Pepes Ikan
Kemangi
- Sup Tahu 400,8 10,2 10,59 5,885 67,415
- Sayur Bening
- Jeruk Segar
- Air Mineral
Selingan - Pisang Rai
Siang - Air Mineral 129,8 0 2,08 0,93 29,22
(16.00)
Malam - Nasi
(19.00) - Ayam Bumbu
Merah
- Tempe Bacem 639,2 11,83 13,205 26,335 76,96
- Tumis Sayuran
- Apel Segar
- Air Mineral
Total 1666,9 63,405 41,13 270,85

Pada perencanaan menu, konselor mengatur bahan makanan yang beragam dan
sesuai dengan aturan dietetik untuk penderita diabetes melitus. Dengan mengatur
keberagaman, total kebutuhan sehari klien dapat terpenuhi. Selain itu, menambahkan

9
selingan makanan pada pagi dan siang hari juga dapat membantu kecukupan zat gizi
klien yang sebelumnya tidak terpenuhi karena klien tidak mengonsumsi selingan
makanan dalam seharinya (dapat dilihat dari hasil recall 24 jam).
Selain perencanaan diet, klien diharuskan untuk melakukan aktivitas mengingat
berat badan klien yang jauh dari berat badan ideal. Maka dari itu, klien dapat melakukan
aktivitas dengan berolahraga teratur. Hal ini sudah terlaksana dengan baik oleh klien
dikarenakan pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.

4. Tahap Kesimpulan (Concluding)


Pada tahap ini, konselor menyampaikan hasil konseling, menyimpulkan, dan
menekankan hal penting yang perlu dilakukan oleh klien kedepannya. Pada kasus ini,
klien menderita penyakit diabetes melitus yang dilihat dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Perencanaan diet yang dapat dilakukan antara lain memperbanyak
konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah dan membatasi konsumsi makanan
karbohidrat sederhana. Porsi makanan sehari diatur sesuai berat badan dan tinggi badan
klien. Selain perencanaan diet, klien harus melakukan aktivitas fisik setiap harinya
untuk menjaga tubuh tetap ideal dan bugar.

IV. Daftar Pustaka


Anonim. Tanpa tahun. Diabetes Melitus. Cited by: 5 November 2015. At:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37913/4/Chapter%20II.pdf

Aswar, Itha. 2013. Diet untuk Penyakit Diabetes Melitus. Cited by: 3 Desember 2015.
At:http://itha-aswar.blogspot.co.id/2013/06/diet-untuk-penyakit-diabetes-melitus.html

Katsilambros, Nikolaos, dkk. 2011. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: EGC

Rahayu Yogaprawati, Fitri. 2010. Manajemen Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus.
Cited by: 3 Desember 2015. At:
https://fitrirahayuyoga1979.wordpress.com/2010/12/28/manajemen-nutrisi-pada-
pasien-diabetes-melitus/

Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika

10
Umi. 2015. Cara Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus. Cited by: 5 November 2015.
At: http://spirit.web.id/cara-pencegahan-penyakit-diabetes-melitus

Utama, Hendra, dkk. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI

V. Lampiran
 Pengertian Diabetes Melitus
Berikutinidikemukakanbeberapapengertianmengenai Diabetes
Melitusolehbeberapa orang ahli, diantaranya :
 Diabetes melitusadalahpenyakitkronismetabolisme abnormal yang
memerlukanpengobatanseumurhidupdengan diet, latihan, danobat-obatan.
 Diabetes melitusmerupakansuatupenyakitkronik yang kompleks yang
melibatkankelainanmetabolismekarbohidrat, protein
danlemakdanberkembangnyakomplikasimakrovaskuler,
mikrovaskulerdanneurologis.
 Diabetes melitusadalahgangguankronis yang
ditandaidenganmetabolismekarbohidratdanlemak yang
diakibatkanolehkekurangan insulin atausecararelatifkekurangan insulin.
 Dibetesmelitusadalahgangguanmetabolisme yang
secaragenetisdanklinistermasukheterogendenganmanifestasiberupahilangnyatoler
ansikarbohidrat.
Berdasarkanpengertian-pengertian di atas, penulisdapatmenarikkesimpulanbahwa
diabetes melitusadalahpenyakitkronis yang
ditandaidengangangguanmetabolismekarbohidrat, protein danlemak yang
disebabkanolehdefisiensi insulin relatifatauabsolut.
Diagnosis diabetes dipastikan bila terdapat keluhan khas diabetes (poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya)
disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah
sewaktu ≥200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥126 mg/dl). Selain itu terdapat keluhan
khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua nilai pemeriksaan

11
glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau glukosa darah
puasa ≥126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang berbeda).

 Patogenesa Diabetes Mellitus


 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 1
Patogenesis diabetes tipe 1 adalah hasil interaksi dari genetik, lingkungan dan
faktor imunologi yang menyebabkan kerusakan dari sel beta pankreas dan
kekurangan insulin. Individu yang mempunyai sifat mudah terserang kelainan
genetik mempunyai massa sel beta yang normal pada saat lahir dan mulai
kehilangan massa sel beta secara sekunder karena adanya proses autoimun yang
terjadi dalam hitungan bulan sampai tahun. Proses autoimun ini dipicu oleh adanya
infeksi atau stimulus lingkungan dan terjadi spesifik pada molekul sel beta.
Gambaran diabetes belum terjadi sampai mayoritas sel beta rusak sekitar 80%.

 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2


Patogenesis DM tipe 2 adalah kompleks dan melibatkan interaksi genetik dan
faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan menunjukkan peranan penting
dalam perkembangan DM tipe 2 khususnya intake kalori yang berlebihan yang
mengakibatkan kegemukan dan gaya hidup modern. Dari patofisiologinya pasien
dengan DM tipe 2 akan memberikan 3 kelainan cardinal yaitu :
- resisten dari aksi insulin pada jaringan perifer khususnya pada otot dan lemak juga
hati.
- defek sel beta sehingga sekresi insulin berkurang, khususnya respon terhadap
stimulasi glukosa.
- Peningkatan produksi glukosa oleh hati.
Walaupun interaksi dari faktor genetik, lingkungan yang mengakibatkan onset
klinis DM tipe 2 belum dapat diketahui pasti, tapi proses ini berjalan bertahap dan
meningkat. Kelainan genetik dari DM tipe 2 adalah bentuk poligenik dan
disebabkan oleh kombinasi dari resistensi insulin dan sekresi insulin yang
abnormal. Tahap dari patogenesis DM tipe 2 adalah adanya gen predisposisi dari
obesitas dan kapasitas sel beta maka terjadi resistensi insulin dan dipengaruhi
lingkungan seperti tidak ada aktivitas fisik dan intake makanan yang berlebihan,
adanya resistensi insulin akan menyebabkan keadaan hiperglikemia ringan-

12
hiperinsulinemia dan terjadi dekompensasi sel beta dan akhirnya terjadi diabetes
melitus terjadi hiperglikemia berat dan hipoinsulinemia.
Terdapat dua disfungsi sel β pada diabetes tipe 2 yakni :
- Disfungsi kualitatif : kehilangan insulin pulsatile normal, pola naik turun sekresi
insulin dan peningkatan fase pertama dari sekresi insulin
- Disfungsi kuantitatif : pengurangan massa sel-sel β, degenerasi islet dan deposisi
amyloid islet
Mekanisme disfungsi sel Beta pada diabetes melitus tipe 2 antara lain :
1. Toksisitas Glukosa
Hiperglikemi kronis menyebabkan perubahan fungsi sel β, dengan berbagai
mekanisme, diantaranya :
- penyimpanan glukosa yang berlebihan
- Kegagalan transport glukosa ke dalam sel β
- Kegagalan aktivitas gliserol phosphat atau karboksilase pyruvat
- Defek aktivitas jalur ATP-sensitive
- Menurunnya ekspresi jalur voltage-dependent calcium
- Defek dari hidroksilasi membran phospholipid inositol
- Perubahan glukosa 6 phosphat kembali ke glukosa melalui peningkatan aktivitas
glukosa 6 phosphatase
- Perubahan aktivitas Na+K+ATP-ase dengan menurunkan ambilan mioinositol
- Kehilangan diferensiasi sel b.
2. Kelelahan sel β
3. Kegagalan biosintesa proinsulin
Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan berkurangnya aktivasi transkripsi
proinsulin, hal ini terjadi karena rendahnya ekspresi/ikatan aktivator PDX-1
(pancreatic duodenum homeobox factor-1 dan islet duodenum homeobox-1).
4. Lipotoxicity
Disfungsi sel b karena tingginya kadar trigliserida dan asam lemak bebas.

 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe Lain


- Defek genetik fungsi sel β Pancreas
Bentuk diabetes lain yaitu bentuk monogenik dimana terjadi mutasi dari
gen tunggal dalam suatu keluarga yang disebut maturity onset diabetes of the
young. Maturity onset diabetes of the young adalah bentuk diabetes melitus
13
yang mempunyai karakteristik diturunkan autosoma dominan dan terjadi pada
usia kurang dari 25 tahun dan sering terjadi pada anak dan remaja.Walaupun
prevalensi MODY tidak diketahui dengan tepat, diperkirakan terjadi 1%-5%
kasus diabetes di US dan negara industri lainnya. Beberapa karakteristik klinis
dapat membedakan pasien dengan MODY atau pasien dengan DM tipe 2. Pasien
dengan MODY sering salah didiagnosa sebagai DM tipe 1 terutama yang
dengan mutasi HNF-1α dan HNF-4α, dan sebagian sering salah didiagnosa
sebagai DM tipe2.

- Defek genetik aksi insulin


Defek genetik aksi insulin kasusnya sangat jarang, disebabkan mutasi
reseptor insulin (resistensi insulin tipe A) atau abnormalitas postreseptor dari
aksi insulin. Gangguan metabolik yang terjadi dari hiperinsulinemia dan
hiperglikemi ringan sampai diabetes berat. Sindrom Leprechaunism dan
Rabson-Mendenhall adalah dua kelainan pada anak yang jarang, diakibatkan
karena resistensi insulin yang diakibatkan oleh adanya mutasi pada dua alel
reseptor.

- Diabetes yang diakibatkan oleh penyakit di luar Pankreas


Setiap proses yang menyebabkan kerusakan difus atau paling tidak 2/3 dari
pancreas akan menyebabkan diabetes. Misalnya pancreatitis, trauma, infeksi,
carcinoma pancreas dan pancreatektomi. Hemokromatosis dan fibrosis kista
dapat juga mengganggu fungsi sel b dan dapat menyebabkan defesiensi sekresi
insulin.

- Endokrinopati
Produksi hormon-hormon tertentu yang berlebihan (hormon pertumbuhan
pada acromegaly, glukokortikoid pada sindrom / penyakit cushing,
cathekolamin pada pheokromositoma, hormon tiroid pada tirotoksikosis,
glukagon pada glukagonoma, atau somatostatin pancreatic pada
somatostatinoma) dapat menyebabkan diabetes dengan berbagai mekanisme.
Akan terjadi kegagalan respon perifer terhadap insulin, diikuti oleh
berkurangnya sekresi insulin dari sel β.

14
- Diabetes yang disebabkan oleh obat-obatan maupun zat kimia
Beberapa obat mempengaruhi pelepasan insulin dari sel β diantaranya
thiazid, fenitoin, beberapa menginduksi resistensi insulin (glukokortikoid, pil
kontrasepsi oral), dan beberapa menyebabkan destruksi sel b seperti vacor
(sajenis racun tikus).

- Infeksi
Beberapa virus menyebabkan destruksi sel β pancreas secara langsung,
diantaranya rubella, coxsackievirus B, cytomegalovirus, adenovirus, dan
mumps.

 Etiologi Diabetes Mellitus


 Diabetes melitus tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defesiensi insulin absolut
- Melalui proses imunologik
- Idiopatik

 Diabetes Melitus Tipe 2


Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.

 Diabetes Melitus Tipe Lain


- Penyakit pada pankreas yang merusak sel β, seperti hemokromatosis,
pankreatitis, fibrosis kistik.
- Sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan/atau menghambat kerja
insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan sindrom Cushing.
- Obat-obat yang mengganggu sekresi insulin (fenitoin [Dilantin]) atau
menghambat kerja insulin (esterogen dan glukokortikoid).
- Kondisi tertentu yang jarang terjadi seperti kelainan pada reseptor insulin.
- Sindrom genetik.

15
 Gambaran Klinik Diabetes Mellitus
Menurut Corwin (1996 : 546 – 547), terdapat 5 buah gambaran klinis dari DM,
yaitu:
a. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik,
katabolik protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan
berat badan.

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan
rasa haus.

c. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin), pada orang nondiabetes, semua glukosa


yang difiltrasi ke dalam urin akan diserap secara aktif kembali ke dalam darah.
Pengangkut-pengangkut glukosa di ginjal yang membawa glukosa keluar urin untuk
masuk kembali ke darah akan mengalami kejenuhan dan tidak dapat mengangkut
glukosa lebih banyak. Karena glukosa di dalam urin memiliki aktivitas osmotik, maka
air akan tertahan di dalam filtrat dan diekskresikan bersama glukosa dalam urin
sehingga terjadi poliuria.

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di dalam otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

e. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus,


gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

 Pencegahan Diabetes Melitus


 Pencegahan Primer
Pencegahan penyakit diabetes melitus secara primer ini dilakukan dengan tujuan
untuk tahap awal pencegahan terjadinya diabetes. Salah satunya selalu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit diabetes baik
secara genetik ataupun karena faktor lingkungan. Adapun cara pencegahan primer
diantaranya selalu menjaga pola makan sehari-hari, selalu melakukan olahraga

16
secara teratur, tidur yang cukup,dan menghindari obat-obatan yang dapat
menimbulkan penyakit diabetes.
 Pencegahan sekunder
Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran penyakit
diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit yang lain.
Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus dilakukan salah
satunya melakukan pendeteksi dini pada penderita diabetes melitus. Setelah
didapatkan hasil untuk memperkuat diagnosa dari perkembangan penyakit diabetes
melitus maka yang harus Anda lakukan untuk tahap pencegahan sekunder ini
adalah sebagai berikut.
a. Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh
b. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan
yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya.
c. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
Anda
 Cara pencegahan tersier
Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut telah
parah dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu Anda harus
melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut
a. Mencegah dari resiko terkana gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu
darah
b. Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik,
karena jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki
c. luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan
d. Mencegah resiko terkena peyakit stroke.
Penatalaksanaan gizi pada penderita diabetes mellitus yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Penilaian Kondisi Pasien
a. status gizi
Penilaian status gizi dengan menghitung Indeks masa Tubuh(IMT)=BB(kilogram)/TB2
(meter) untuk melihat apakah penderita DM mengalami kegemukan atau
obesitas,normal atau kurang gizi.IMT normal pada orang dewasa antara 18,5-25.

17
b. Toleransi Meski demikian, penderitaan diabetes tetap membutuhkan gula dalam
batas yang dibutuhkan tubuh. Keberadaan gula dalam tubuh dibutuhkan sel-sel untuk
menjalankan fungsinya. Gula bagi sel-sel tubuh merupakan energy yang menggerakkan
sel-sel. Dengan gula itu, sel-sel otot bisa bergerak, enzim bisa membuat enzim, sel darah
putih bisa melawan penyakit dan lain-lain.
c. Komplikasi lain
Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk mengetahui
apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik seperti kadar gula darah selalu
rendah atau selalu tinggi, komplikasi kepenyakit jantung, ginjal, hati, penbuluh darah,
saraf atau mata.

2. Perencanaan diet dan mendidik pasien DM


Mendidik pasien DM bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol gula darah,
mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri.
Perencanaan diet bertujuan agar cukup asupan kalori, protein, lemak, asam mineral dan
serat serta air dengan frekuensi makan sepanjang hari disesuaikan dengan pemberian
obat anti diabetes/injeksi insulin. Selain itu kebutuhan kalori dan serat gizi lain
disesuiakan dengan status gizi dan kondisi kesehatan penderita DM (misalnya bila
disertai hipertensi atau tekanan darah tinggi, harus mengikuti diet rendah garam).
Perencanaan diet dapat menggunakan daftar penukar bahan makanan, sehingga
penderita DM dapat menggunakan daftar makanan itu sendiri.

3. Olahraga
Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4
kali/minggu, setidaknya 20-30 menit misalnya jalan kaki cepat, senam. Olah arag bisa
meningkatkan kapasitas kerja jantung dan membantu kerja metabolism tubuh sehingga
membantu mengurangi kebutuhan insulin. Namun tetap saja perlu dipantau
kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau Hiperglikemia saat atau sudah berolah raga.
Karena itu, sebelum melakukan olah raga perlu diperhitungkan hal-hal seperti tingginya
gula darah, dosis insulin yang dipergunakan perlu tidaknya makanan tambahan sebelum
atau sesudahnya. Jenis olah raga yang dipilih, intensitas tingkat kebugaran serta
kebiasaan sehari-hari pasien.

18

Anda mungkin juga menyukai