Oleh:
1
Satuan Acara Pembelajaran Konsultasi Gizi
2
2. Tahap Penjelasan / Menggali Permasalah (Exploring)
Pada tahap ini, konselor akan mengumpukan data, verifikasi, dan interpretasi data
yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mendapatkan informasi atau data yang lengkap dan sesuai
dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi yang terkait dengan masalah asupan energi
dan zat gizi atau faktor lain yang dapat menimbulkan masalah gizi. Informasi yang
dapat dikaji berupa data antropometri, data biokimia, data klinis dan fisik data riwayat
makan serta data riwayat personal. Adapun data-data yang dimaksud perinciannya
sebagai berikut :
Data Antropometri
Berat Badan (BB) : 69,0 kg
Tinggi Badan (TB) : 158,0 cm
IMT : 27,64 kg/m2
BBI : 52,2 kg
Data Biokimia
Tanggal Pemeriksaan : 13 Agustus 2015
Jam Pemeriksaan : 12.07 AM
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan DM
Ref.
Test Type Conc. Unit Flags
Ranges
CHOL HDL SER 42,5 mg/dL - 40,0 – 80,0
DIRECT
CHOLESTEROL SER 251 mg/dL H 0 – 200
GLUCOSE (Puasa) SER 224 mg/dL H 70 – 120
TRIGLYCERIDES SER 135 mg/dL - 0 – 200
CHOL LDL SER 182 mg/dL H 0 - 150
Glukosa 2 Jam PP - 266 mg/dL H 70 – 140
Sumber: Hasil Pemeriksaan Instalasi Laboratorium Klinik Badan Layanan Umum
RSUD Kabupaten Badung.
3
- Menghitung kebutuhan energi dengan rumus Du Bois :
BMR = BBI x Jam x 0,9
= 52,2 x 24 x 0,9 = 1127,52 Kkal
Koreksi Tidur = BBI x 0,1 x 8
= 52,2 x 0,1 x 8 = 41,76 Kkal -
= 1085,76 Kkal
Aktivitas Fisik = 40% x 1085,76 = 434,30 Kkal +
= 1520,06 Kkal
SDA = 10 % x 1520,06 = 152,006 Kkal +
= 1672,07 Kkal
Dari hasil peerhitungan di atas, kebutuhan energi klien sehari adalah 1672,07 Kkal.
4
Rekomendasi ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar
tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat
yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.Anjuran konsumsi karbohidrat
untuk diabetesi di Indonesia:
a. 45% -65% total asupan energi.
b. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
c. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat
tinggi.
d. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm).
e. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Berdasarkan anjuran di atas konselor menggunakan anjuran konsumsi 65% total
energi agar pertambahan persentase protein, lemak, dan karbohidrat menjadi 100%.
Dalam sehari kebutuhan asupan karbohidrat klien adalah sebagai berikut :
Karbohidrat = 65 % x total energi sehari
= 65 % x 1672,07 Kkal
= 1086,84 Kkal
4
= 271,71 gram
Recall 24 Jam
5
Tabel 3. Hasil Recall 24 Jam
Waktu Banyaknya
No Nama Makanan Bahan Makanan
Makan URT gram
1 Pagi (Pukul - Kopi - Kopi bubuk, gula 1 sdm, 1 6,5
6.00 – 7.30) sdt
- Ubi Jalar Rebus - Ubi Jalar, garam ½ bj kcl 100
- Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 35
- Pindang - Ikan pindang ½ ekor sdg 25
- Pepes daging babi - Daging babi 1 ptg kcl
2 Selingan Pagi
- - - -
(Pukul 11.00)
3 Siang (Pukul - Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 100
13.30) - Pindang - Ikan pindang ½ ekor sdg 35
- Pepes daging babi - Daging babi 1 ptg kcl 25
4 Selingan Siang
- - - -
(Pukul 16.00)
5 Malam (Pukul - Nasi - Nasi Beras Giling 1 prg 100
20.00) - Tumis Sawi - Sawi Putih 1 prg kcl 50
Dari hasil recall 24 jam yang dilakukan, konselor menganalisis kandungan zat gizi total
dari bahan makanan yang sudah didata. Setelah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa
dalam sehari, asupan klien belum memenuhi kebutuhan yang dapat dilihat dari tabel di
bawah ini.
Tabel 4. Asupan Zat Gizi Sebelum Konseling
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
Recall 24
879,30 26,17 26,165 129,60
Jam
Kebutuhan 1672,07 62,70 37,16 271,71
% Asupan 52,6 41,7 70,4 47,7
6
Data Klinis dan Fisik
Keluhan : Banyak makan, sering lapar (polifagia), banyak minum, sering
haus (polidipsia), dan sering kencing (poliuria).
Pengamatan Fisik : Dilihat dari IMT, klien mengalami kegemukan.
Riwayat Personal
Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dari orang tua atau
keluarga terdekat. Dapat disimpulkan bahwa klien menderita diabetes melitus tipe 2.
Selain itu, gejala – gejala yang timbul muncul setelah bertambahnya usia klien yaitu
pada saat klien berumur 40 tahun.
7
- Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan indeks
kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput laut,
pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori
dan buah-buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.
- Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari
dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang rendah
kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.
- Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan
glukosa darah dalam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan
beberapa sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.
- Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau,
jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
- Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras
tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung.
- Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi
goreng dan perkedel kentang (karena ketiganya memiliki indeks glikemik yang
tinggi).
- Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi dan teh) dan makanan sereal.
- Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi
konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti daging
ayam atau ikan.
- Gunakan minyak goreng dalam jumlah terbatas (kurang lebih setengah sendok
makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus,
memepes, memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.
- Biasakan mengonsumsi makanan vegetarian pada waktu santap malam.
- Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti
dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak
diganti dengan saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap
diet dalam jumlah terbatas.
Berikut adalah menu sehari untuk klien sesuai dengan penyakit diabetes melitus
yang diderita :
Tabel 5. Rincian Menu Sehari untuk Klien
8
Total Zat Gizi Makro
Waktu Menu Energi Protein (gram) Lemak Karbohidrat
(Kkal) Hewani Nabati (gram) (gram)
Pagi - Nasi
(07.00) - Perkedel Tempe
- Cah Kangkung 414,1 0 14,91 7,665 75,655
- Pisang Segar
- Air Mineral
Selingan - Sup Buah
Pagi 82,95 0 0,59 0,315 21,6
(10.00)
Siang - Nasi
(13.00) - Pepes Ikan
Kemangi
- Sup Tahu 400,8 10,2 10,59 5,885 67,415
- Sayur Bening
- Jeruk Segar
- Air Mineral
Selingan - Pisang Rai
Siang - Air Mineral 129,8 0 2,08 0,93 29,22
(16.00)
Malam - Nasi
(19.00) - Ayam Bumbu
Merah
- Tempe Bacem 639,2 11,83 13,205 26,335 76,96
- Tumis Sayuran
- Apel Segar
- Air Mineral
Total 1666,9 63,405 41,13 270,85
Pada perencanaan menu, konselor mengatur bahan makanan yang beragam dan
sesuai dengan aturan dietetik untuk penderita diabetes melitus. Dengan mengatur
keberagaman, total kebutuhan sehari klien dapat terpenuhi. Selain itu, menambahkan
9
selingan makanan pada pagi dan siang hari juga dapat membantu kecukupan zat gizi
klien yang sebelumnya tidak terpenuhi karena klien tidak mengonsumsi selingan
makanan dalam seharinya (dapat dilihat dari hasil recall 24 jam).
Selain perencanaan diet, klien diharuskan untuk melakukan aktivitas mengingat
berat badan klien yang jauh dari berat badan ideal. Maka dari itu, klien dapat melakukan
aktivitas dengan berolahraga teratur. Hal ini sudah terlaksana dengan baik oleh klien
dikarenakan pekerjaan yang dilakukan setiap harinya.
Aswar, Itha. 2013. Diet untuk Penyakit Diabetes Melitus. Cited by: 3 Desember 2015.
At:http://itha-aswar.blogspot.co.id/2013/06/diet-untuk-penyakit-diabetes-melitus.html
Rahayu Yogaprawati, Fitri. 2010. Manajemen Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus.
Cited by: 3 Desember 2015. At:
https://fitrirahayuyoga1979.wordpress.com/2010/12/28/manajemen-nutrisi-pada-
pasien-diabetes-melitus/
Rizema Putra, Sitiatava. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta: D-Medika
10
Umi. 2015. Cara Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus. Cited by: 5 November 2015.
At: http://spirit.web.id/cara-pencegahan-penyakit-diabetes-melitus
Utama, Hendra, dkk. 2011. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
V. Lampiran
Pengertian Diabetes Melitus
Berikutinidikemukakanbeberapapengertianmengenai Diabetes
Melitusolehbeberapa orang ahli, diantaranya :
Diabetes melitusadalahpenyakitkronismetabolisme abnormal yang
memerlukanpengobatanseumurhidupdengan diet, latihan, danobat-obatan.
Diabetes melitusmerupakansuatupenyakitkronik yang kompleks yang
melibatkankelainanmetabolismekarbohidrat, protein
danlemakdanberkembangnyakomplikasimakrovaskuler,
mikrovaskulerdanneurologis.
Diabetes melitusadalahgangguankronis yang
ditandaidenganmetabolismekarbohidratdanlemak yang
diakibatkanolehkekurangan insulin atausecararelatifkekurangan insulin.
Dibetesmelitusadalahgangguanmetabolisme yang
secaragenetisdanklinistermasukheterogendenganmanifestasiberupahilangnyatoler
ansikarbohidrat.
Berdasarkanpengertian-pengertian di atas, penulisdapatmenarikkesimpulanbahwa
diabetes melitusadalahpenyakitkronis yang
ditandaidengangangguanmetabolismekarbohidrat, protein danlemak yang
disebabkanolehdefisiensi insulin relatifatauabsolut.
Diagnosis diabetes dipastikan bila terdapat keluhan khas diabetes (poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya)
disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah
sewaktu ≥200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥126 mg/dl). Selain itu terdapat keluhan
khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua nilai pemeriksaan
11
glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau glukosa darah
puasa ≥126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang berbeda).
12
hiperinsulinemia dan terjadi dekompensasi sel beta dan akhirnya terjadi diabetes
melitus terjadi hiperglikemia berat dan hipoinsulinemia.
Terdapat dua disfungsi sel β pada diabetes tipe 2 yakni :
- Disfungsi kualitatif : kehilangan insulin pulsatile normal, pola naik turun sekresi
insulin dan peningkatan fase pertama dari sekresi insulin
- Disfungsi kuantitatif : pengurangan massa sel-sel β, degenerasi islet dan deposisi
amyloid islet
Mekanisme disfungsi sel Beta pada diabetes melitus tipe 2 antara lain :
1. Toksisitas Glukosa
Hiperglikemi kronis menyebabkan perubahan fungsi sel β, dengan berbagai
mekanisme, diantaranya :
- penyimpanan glukosa yang berlebihan
- Kegagalan transport glukosa ke dalam sel β
- Kegagalan aktivitas gliserol phosphat atau karboksilase pyruvat
- Defek aktivitas jalur ATP-sensitive
- Menurunnya ekspresi jalur voltage-dependent calcium
- Defek dari hidroksilasi membran phospholipid inositol
- Perubahan glukosa 6 phosphat kembali ke glukosa melalui peningkatan aktivitas
glukosa 6 phosphatase
- Perubahan aktivitas Na+K+ATP-ase dengan menurunkan ambilan mioinositol
- Kehilangan diferensiasi sel b.
2. Kelelahan sel β
3. Kegagalan biosintesa proinsulin
Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan berkurangnya aktivasi transkripsi
proinsulin, hal ini terjadi karena rendahnya ekspresi/ikatan aktivator PDX-1
(pancreatic duodenum homeobox factor-1 dan islet duodenum homeobox-1).
4. Lipotoxicity
Disfungsi sel b karena tingginya kadar trigliserida dan asam lemak bebas.
- Endokrinopati
Produksi hormon-hormon tertentu yang berlebihan (hormon pertumbuhan
pada acromegaly, glukokortikoid pada sindrom / penyakit cushing,
cathekolamin pada pheokromositoma, hormon tiroid pada tirotoksikosis,
glukagon pada glukagonoma, atau somatostatin pancreatic pada
somatostatinoma) dapat menyebabkan diabetes dengan berbagai mekanisme.
Akan terjadi kegagalan respon perifer terhadap insulin, diikuti oleh
berkurangnya sekresi insulin dari sel β.
14
- Diabetes yang disebabkan oleh obat-obatan maupun zat kimia
Beberapa obat mempengaruhi pelepasan insulin dari sel β diantaranya
thiazid, fenitoin, beberapa menginduksi resistensi insulin (glukokortikoid, pil
kontrasepsi oral), dan beberapa menyebabkan destruksi sel b seperti vacor
(sajenis racun tikus).
- Infeksi
Beberapa virus menyebabkan destruksi sel β pancreas secara langsung,
diantaranya rubella, coxsackievirus B, cytomegalovirus, adenovirus, dan
mumps.
15
Gambaran Klinik Diabetes Mellitus
Menurut Corwin (1996 : 546 – 547), terdapat 5 buah gambaran klinis dari DM,
yaitu:
a. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik,
katabolik protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan
berat badan.
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan
rasa haus.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di dalam otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
16
secara teratur, tidur yang cukup,dan menghindari obat-obatan yang dapat
menimbulkan penyakit diabetes.
Pencegahan sekunder
Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran penyakit
diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh mengkoplikasi penyakit yang lain.
Dengan pencegahan sekunder ini banyak sekali hal yang harus dilakukan salah
satunya melakukan pendeteksi dini pada penderita diabetes melitus. Setelah
didapatkan hasil untuk memperkuat diagnosa dari perkembangan penyakit diabetes
melitus maka yang harus Anda lakukan untuk tahap pencegahan sekunder ini
adalah sebagai berikut.
a. Sering melakukan pengetesan kadar gula darah dalam tubuh
b. Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan
yang lebih maka usahakan untuk menurunkannya.
c. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik
Anda
Cara pencegahan tersier
Jika sudah dalam tahap ini maka bisa dibilang penyakit diabetes tersebut telah
parah dan telanjur mengoplikasi penyakit yang lainnya, maka dari itu Anda harus
melakukan pencegahan tersier diantaranya sebagai berikut
a. Mencegah dari resiko terkana gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu
darah
b. Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik,
karena jika sesorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki
c. luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan
d. Mencegah resiko terkena peyakit stroke.
Penatalaksanaan gizi pada penderita diabetes mellitus yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Penilaian Kondisi Pasien
a. status gizi
Penilaian status gizi dengan menghitung Indeks masa Tubuh(IMT)=BB(kilogram)/TB2
(meter) untuk melihat apakah penderita DM mengalami kegemukan atau
obesitas,normal atau kurang gizi.IMT normal pada orang dewasa antara 18,5-25.
17
b. Toleransi Meski demikian, penderitaan diabetes tetap membutuhkan gula dalam
batas yang dibutuhkan tubuh. Keberadaan gula dalam tubuh dibutuhkan sel-sel untuk
menjalankan fungsinya. Gula bagi sel-sel tubuh merupakan energy yang menggerakkan
sel-sel. Dengan gula itu, sel-sel otot bisa bergerak, enzim bisa membuat enzim, sel darah
putih bisa melawan penyakit dan lain-lain.
c. Komplikasi lain
Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk mengetahui
apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik seperti kadar gula darah selalu
rendah atau selalu tinggi, komplikasi kepenyakit jantung, ginjal, hati, penbuluh darah,
saraf atau mata.
3. Olahraga
Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4
kali/minggu, setidaknya 20-30 menit misalnya jalan kaki cepat, senam. Olah arag bisa
meningkatkan kapasitas kerja jantung dan membantu kerja metabolism tubuh sehingga
membantu mengurangi kebutuhan insulin. Namun tetap saja perlu dipantau
kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau Hiperglikemia saat atau sudah berolah raga.
Karena itu, sebelum melakukan olah raga perlu diperhitungkan hal-hal seperti tingginya
gula darah, dosis insulin yang dipergunakan perlu tidaknya makanan tambahan sebelum
atau sesudahnya. Jenis olah raga yang dipilih, intensitas tingkat kebugaran serta
kebiasaan sehari-hari pasien.
18