Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY

DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMP

Wahyu Sukma Ginanjar, Setiya Utari, dan Muslim


Departemen Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung 40154
Email: wahyu.sukma@student.upi.edu

ABSTRAK
Argumentasi ilmiah merupakan kemampuan mengemukakan ide/gagasan mengenai fenomena sains
berdasarkan data/bukti dan teori yang ada. Kemampuan ini penting dilatihkan agar siswa dapat
menjelaskan fenomena sains berdasarkan bukti dan konsep sains yang relevan. Model Argument-
Driven Inquiry (ADI) memiliki tahapan pembuatan argumen tentatif serta sesi argumentasi. Kedua
tahapan tersebut dipandang sebagai langkah yang tepat untuk melatihkan kemampuan berargumentasi
dan kualitas argumentasi. Penelitian eksploratori dengan desain time series dan melibatkan 12 siswa
SMP ini bertujuan untuk menemukan cara melatihkan argumentasi pada siswa dan memperoleh
gambaran peningkatan argumentasi siswa pada topik cahaya. Peningkatan argumentasi ilmiah siswa
diukur berdasarkan trend peningkatan argumentasi lisan sedangkan peningkatan argumentasi tulisan
dianalisis berdasarkan ADI Laboratory Report Scoring Rubric. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat trend peningkatan untuk level argumentasi 2, 4 dan 5, konstan untuk level 1 dan menurun
untuk level 3, sedangkan argumentasi tulisan memiliki trend peningkatan dengan rerata nilai sebesar
+2,17. Hal ini menunjukkan bahwa cara-cara yang dikembangkan dalam model ADI dapat melatihkan
kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMP pada topik cahaya.
Kata kunci: argumentasi ilmiah, Argument-Driven Inquiry

ABSTRACT
Scientific argumentation is the ability to express ideas about science phenomena based on data and
existing theories. This capability is important for students to explain scientific phenomena based on
data and science concepts. Argument-Driven Inquiry model (ADI) consists of tentative argument
production and argumentation session as an appropriate step to enhance student’s capability as well as
the quality of their scientific argumentation. This exploratory study with time series design and 12
junior high school students as its sample was conducted in order to find ways to enhance student’s
argumentation and obtain student’s argumentation enhancement on the topic of light. Students’
argumentation were measured based on oral argumentation enhacement trend, while written
arguments were analyzed based on Walker's ADI Laboratory Report Scoring Rubric. Results showed
an increasing trend of argumentation for level 2, 4 and 5, constant for level 1, and decreased for level
3, while the written argument has an increasing trend with the value of +2.17. These suggested that
steps developed in the ADI model could enhance junior high school students’s scientific
argumentation on the topic of light.
Keywords: scientific argumentation, Argument-Driven Inquiry

PENDAHULUAN kuantitatif (Kemendikbud, 2013). Oleh karena


itu, perlu dikembangkan cara untuk meningkatkan
Salah satu tujuan pembelajaran IPA dalam
kemampuan berpikir peserta didik melalui
kurikulum 2013 adalah agar peserta didik
pembelajaran IPA. Salah satu cara yang dapat
memiliki kompetensi untuk mengembangkan
dilakukan yaitu dengan melatih kemampuan
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis
berargumentasi. Beberapa alasan pentingnya
induktif dan deduktif dengan menggunakan kemampuan berargumentasi diterapkan dalam
konsep dan prinsip IPA untuk menjelaskan pembelajaran IPA yaitu: (1) ilmuwan menggunakan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan argumentasi dalam mengembangkan dan
masalah baik secara kualitatif maupun meningkatkan pengetahuan ilmiahnya; (2)

32
DOI: http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.559
Wahyu Sukma Ginanjar, Setiya Utari, dan Muslim, Penerapan Model Argument-Driven Inquiry dalam
Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP 33

masyarakat menggunakan argumentasi dalam al., 2010). Model ADI merupakan sebuah model
perdebatan ilmiah; dan (3) peserta didik dalam pembelajaran berorientasi inkuiri yang menekankan
pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk pada kegiatan berargumentasi yang mampu melatih
memperkuat pemahamannya (Erduran et al., siswa berargumentasi. Sintaks model ADI
2004). meliputi empat tahap, yaitu: (1) identifikasi
Argumentasi adalah proses memperkuat masalah; (2) mengum-pulkan data; (3)
suatu klaim melalui analisis berpikir kritis pembuatan argumen tentatif; dan (4) sesi
berdasarkan dukungan bukti-bukti dan alasan argumentasi. Pada tahap identifikasi masalah,
yang logis. Bukti-bukti ini dapat mengandung peserta didik diminta untuk meng-identifikasi
fakta atau kondisi objektif yang dapat diterima masalah berdasarkan fenomena fisis yang
sebagai suatu kebenaran (Inch et al., 2006). disajikan guru. Guru selanjutnya menjelaskan
Berdasarkan Toulmin’s Argumentation Pattern (TAP) topik permasalahan utama dalam kegiatan
komponen argumentasi ilmiah terdiri atas data laboratorium yang akan dilaksanakan. Pada
(data), klaim (claim), pembenaran (warrant), tahap mengumpulkan data, peserta didik
dukungan (backing), dan sanggahan (rebuttal). dilatih mengembangkan klaim awal dalam
Data merupakan fenomena yang digunakan bentuk rumusan hipotesis sebagai jawaban
sebagai bukti untuk mendukung klaim. Klaim sementara terhadap permasalahan untuk selanjutnya
adalah hasil dari nilai-nilai yang ditetapkan, berdiskusi mengenai prosedur pengumpulan
pendapat mengenai nilai situasi yang ada, atau data. Peserta didik bekerja dalam collaborative
penegasan dari sudut pandang. Pembenaran adalah group untuk merancang atau menerapkan
aturan dan prinsip-prinsip yang menjelaskan prosedur kerja sebagai langkah untuk menjawab
hubungan antara data dan klaim. Dukungan permasalahan percobaan yang dijelaskan pada
adalah dasar asumsi yang melandasi pembenaran tahap awal. Tahapan ini melatih peserta didik
tertentu. Sanggahan adalah kasus-kasus tertentu agar mampu merancang prosedur kerja yang
di mana klaim tidak dapat dibuktikan (verified) efektif dan melakukan penyelidikan untuk
atau adanya argumen-argumen yang berbeda memperoleh data dan menganalisis data hasil
(Simon et al., 2006). percobaan tahap pembuatan argumen tentatif
Kemampuan argumentasi ilmiah sangat serta melatihkan peserta didik mengembangkan
penting untuk dilatihkan di dalam pembe- argumentasi ilmiah berdasarkan Toulmin’s
lajaran IPA agar peserta didik memiliki nalar Argumentation Pattern (TAP) melalui aktivitas
yang logis, pandangan yang jelas dan penjelasan diskusi kelompok. Tahapan ini dirancang untuk
yang rasional dari hal-hal yang dipelajari. Selain menekankan pentingnya memiliki kemampuan
itu, kemampuan argumentasi ilmiah dapat berargumentasi dan memberikan pengalaman
membekali peserta didik untuk memberikan belajar bagi peserta didik untuk mampu
penjelasan terhadap fenomena IPA yang terjadi mengemukakan ide atau gagasan yang relevan
di dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan terhadap konsep-konsep IPA berdasarkan data
teori/konsep IPA (Osborne, 2010). Argumentasi yang diperoleh sehingga mampu dipahami
mendapatkan perhatian khusus dalam penelitian oleh peserta didik lainnya. Pada tahap sesi
pendidikan (Acar & Patton, 2012), dan demikian argumentasi, peserta didik antar kelompok
pula halnya dalam kegiatan pembelajaran IPA. memperdebatkan argumentasi ilmiah dalam
Kegiatan pembelajaran IPA berbasis argumentasi diskusi kelas yang dipandu oleh guru.
akan mendorong peserta didik untuk terlibat Kemampuan peserta didik untuk berargumen atau
dalam memberikan bukti, data, serta teori yang mengemukakan klaim (claim) yang
valid untuk mendukung pendapat (klaim) terhadap didukung data (data), disertai pembenaran
suatu permasalahan (Robertshaw dan Campbell, (warrant), dan dukungan (backing) dapat terlihat
2013). Namun demikian, ketersediaan model jelas dalam tahapan ini. Selain itu, tahapan ini
pembelajaran yang baik untuk membekali juga mampu memberikan kesempatan bagi
kemampuan berargumentasi kepada peserta peserta didik untuk memberikan sanggahan
didik masih terbatas. (rebuttal) terhadap klaim awal peserta didik
Salah satu alternatif model pembelajaran lainnya.
yang dikembangkan untuk melatih kemam- Penelitian ini bertujuan untuk menge-
puan argumentasi ilmiah adalah model pembelajaran tahui peningkatan argumentasi lisan dan tulisan
Argument-Driven Inquiry/ADI (Sampson et siswa SMP pada materi IPA topik cahaya melalui
34 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 1, April 2015, hlm. 32-37

penerapan model pembelajaran Argument-Driven setiap kegiatan ADI Lab (Gambar 1). Berdasar-
Inquiry/ADI. Topik cahaya dipilih karena kaya kan Gambar 1, argumentasi level 1 teridentifikasi
akan konsep-konsep yang berhubungan dengan memiliki trend yang tetap atau konstan.
kehidupan sehari-hari yang layak untuk Argumentasi level 1 merupakan argumentasi
diargumentasikan, sehingga dapat memfasilitasi yang terdiri dari klaim sederhana. Klaim
peserta didik SMP untuk berlatih berargumentasi sederhana sering kali muncul ketika peserta
secara ilmiah. didik berdiskusi mengenai langkah kerja atau
persiapan penyelidikan dalam melakukan kegiatan
METODE ADI Lab-1 seperti pada kutipan percakapan
Penelitian ini dilakukan menggunakan berikut.
jenis penelitian gabungan (mixed methods) Guru (0:14): ... bagian permukaan cermin
dengan desain exploratory sequential design. letakkan lurus berimpit dengan garis hingga
Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII membentuk sudut 90˚ dengan garis normal.
sebanyak 12 orang. Pemilihan sampel penelitian Siswa-4 (0:37): permukaan cermin berim-pit
dengan garis ya bu.
dilakukan secara purposive sampling untuk
mendapatkan sampel yang heterogen dalam Kutipan percakapan di atas terlihat bebe-
satu kelas. Kesemua sampel penelitian diberikan rapa detik setelah guru memberikan pengarahan
pembelajaran IPA dengan menerapkan Model persiapan penyelidikan mengenai penempatan
ADI berbasis praktikum selama tiga pertemuan. posisi cermin. Setelah guru mengucapkan “...
Selama kegiatan pembelajaran seluruh bagian permukaan cermin letakkan lurus berimpit
aktivitas dan percakapan direkam menggunakan garis ...”, kemudian Siswa-4 memberikan respon
kamera digital. Laporan tertulis setiap kelompok “permukaan cermin berimpit dengan garis ya
untuk setiap jenis ADI Lab digunakan sebagai bu”. Respon tersebut merupakan sebuah balasan
informasi pendukung data kualitatif yang sederhana. Argumentasi seperti ini selalu terjadi
diperoleh dari hasil rekaman. Fokus utama pada kegiatan awal ADI Lab baik ketika guru
analisis data adalah mengidentifikasi jenis memberikan pengarahan maupun ketika peserta
argumentasi setiap peserta didik pada setiap didik berdiskusi mengenai persiapan dan langkah
kelompok, lalu diukur pula kuantitas dan kerja penyelidikan ilmiah yang hendak dilakukan.
kualitas argumentasinya. Data kualitatif Jumlah unit argumentasi peserta didik yang
argumentasi lisan siswa diperoleh dari hasil teridentifikasi saat berdiskusi pada kegiatan
observasi dan transkrip rekaman kegiatan awal ADI Lab memiliki kualitas yang hampir
pembelajaran menggunakan model ADI, sama.
sedangkan data argumentasi tertulis diperoleh Berbeda halnya dengan jumlah argumen-
dari dokumentasi berupa laporan tertulis hasil tasi level 2 yang mengalami peningkatan.
penyelidikan peserta didik. Untuk mengetahui Kemampuan peserta didik dalam berargu-
peningkatan argumentasi lisan siswa digunakan mentasi dengan menyertakan data, teori atau
pengembangan sistem klasifikasi kualitas konsep sains yang relevan sebagai pembenaran
argumentasi ilmiah oleh Erduran et al. dan pendukung menunjukkan peningkatan, baik
(2004). Untuk mengukur peningkatan saat berdiskusi kelompok maupun saat melakukan
kemampuan argumentasi tertulis peserta didik sesi argumentasi. Peserta didik mampu membuat
digunakan Walker’s ADI Laboratory Report klaim yang didasari oleh pembenaran berdasarkan
Scoring Rubric (Walker, 2011). Argumentasi pengetahuannya terhadap bagian dari hukum
tertulis peserta didik diukur dengan melihat pemantulan cahaya bahwa besar sudut datang
perkembangan skor untuk setiap laporan tertulis sama dengan besar sudut pantul. Kemampuan
ketiga kegiatan ADI, kemudian dianalisis dengan peserta didik dalam mengemukakan argu-
melihat pola kecenderungan atau trend dari mentasi terkait permasalahan sains semakin
ketiga skor laporan tertulis yang diperoleh. baik pada setiap kegiatan ADI Lab yang
dilaksanakan. Peserta didik semakin baik dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN menyatakan lebih banyak klaim yang didasari
Peningkatan Argumentasi Lisan pada data/bukti yang diperoleh dari hasil
Hasil penelitian menunjukkan adanya penyelidikan. Pada argumentasi level 3 terjadi
peningkatan jumlah level argumentasi pada kecenderungan yang menurun. Penurunan ini
Wahyu Sukma Ginanjar, Setiya Utari, dan Muslim, Penerapan Model Argument-Driven Inquiry dalam Pembelajaran
IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP 35

dapat disebabkan oleh pengetahuan dan sudut datang dan sudut bias secara jelas.
pemahaman konseptual peserta didik yang Sanggahan yang terdapat dalam klaim Siswa-
semakin lama semakin baik dalam melaksanakan 3 tersebut belum mampu menjawab pertanyaan
kegiatan ADI Lab sehingga pemunculan sanggahan mengenai hubungan kerapatan medium dengan
lemah menjadi berkurang. perbedaan data sudut datang dan sudut bias
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang diperoleh dari hasil penyelidikan. Sanggahan
argumentasi pada level 4. Argumentasi level seperti ini termasuk ke dalam kategori sanggahan
4 memiliki kecenderungan meningkat karena lemah karena tidak mampu menjelaskan secara
peserta didik telah mampu memberikan jelas mengenai permasalahan atau fenomena
sanggahan yang disertai oleh data atau teori/ sains yang terjadi.
konsep yang relevan. Penurunan argumentasi Untuk argumentasi level 4, sanggahan yang
level 3 dibarengi dengan peningkatan argumen- muncul harus disertai atau berisikan alasan
tasi level 4, yang di saat yang bersamaan, yang dapat menjelaskan mengapa sanggahan
pengetahuan dan pemahaman konseptual peserta tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ADI Lab-
didik yang semakin baik memunculkan lebih 3 seorang siswa menjawab pertanyaan pada
banyak argumentasi level 4. LKS dengan menyertakan alasan pada sanggahannya.
Pada kegiatan ADI Lab-2, seorang peserta Pertanyaan: Berdasarkan data yang kalian
didik yang sedang mempresentasikan hasil peroleh, bagaimana perubahan nilai sudut deviasi
penyelidikan kelompoknya pada sesi argumentasi ketika panjang gelombang semakin kecil?
mengemukakan sebuah klaim yang memicu Siswa-3 (41:14): ... berdasarkan data
sanggahan saat menjawab pertanyaan pada gelombangnya, semakin panjang panjang
LKS (Lembar Kerja Siswa) mengenai perbedaan gelombangnya semakin kecil sudut deviasinya
sudut datang dan sudut bias ketika cahaya (sambil menunjukkan data yang diperoleh).
merambat pada dua medium yang berbeda. Hal yang sangat menarik terjadi pada
Pertanyaan: Berdasarkan data hasil kegiatan ADI Lab-3. Pada kegiatan ADI Lab-
penyelidikan yang telah kalian peroleh, apakah 3 argumentasi level 5 (Argumentasi yang
besar sudut bias bernilai sama dengan besar meluas “extended arguments” dengan me-
sudut datang? munculkan lebih dari satu sanggahan) muncul
Siswa-3 (0:41): ... tidak, karena sinar sebanyak lima unit argumentasi yang pada
datangnya melalui medium yang kerapatannya kedua kegiatan ADI Lab sebelumnya tidak
berbeda. pernah muncul (Gambar 1). Kemampuan siswa
Pada kutipan klaim Siswa-3 di atas, terlihat dalam berargumentasi terus memperlihatkan
bahwa ketika Siswa-3 menyatakan “...melalui peningkatan berdasarkan komponen TAP. Hal
medium yang kerapatannya berbeda” merupakan tersebut ditunjukkan dengan munculnya argumen-
sebuah sanggahan terhadap perbedaan sudut tasi level 5 pada kegiatan ADI Lab-3. Siswa
datang dan sudut bias ketika mediumnya mampu berdiskusi dalam melakukan penyelidikan
berbeda. Sanggahan tersebut merupakan sanggahan ilmiah sehingga mampu memunculkan klaim
lemah karena tidak mampu menjelaskan alasan yang meluas dengan dilengkapi lebih dari satu
yang relevan mengenai perbedaan kerapatan sanggahan.
medium dan pengaruhnya terhadap perbedaan

Gambar 1. Jumlah Argumentasi Lisan untuk setiap Level


Argumentasi Lisan pada setiap Kegiatan ADI Lab
36 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 1, April 2015, hlm. 32-37

Salah satu contoh argumentasi level 5 dalam menggunakan komponen-komponen


terjadi pada kegiatan ADI Lab-3 saat kelompok argumentasi ilmiah semakin baik. Siswa mampu
C berdiskusi mengenai hasil penguraian warna menggunakan data sebagai landasan, mengguna-
cahaya yang terjadi pada prisma. kan pembenaran berupa konsep yang relevan,
Siswa-7 (14:16): ungunya lebih banyak. dan memberikan dukungan terhadap pembenaran
Siswa-8 (14:17): apa yang lebih banyak? yang menjelaskan data dalam merumuskan
Siswa-7 (14:19): ungu-nya. klaim yang baik. Selain itu, kemampuan siswa
Siswa-8 (14:21): oh iya. dalam memberikan sanggahan pun semakin
Siswa-7 (14:24): ga ada biru loh .... baik. Siswa mampu memberikan sanggahan
Siswa-8 (14:27): ada biru ga sih? terhadap argumen lainnya dilandasi dengan
Siswa-7 (14:29): iya, ga ada biru-nya. alasan atau penyebab sanggahan tersebut dapat
Siswa-8 (14:30): hijau harus ada. terjadi (identified rebuttal). Hal tersebut menunjuk-
Siswa-8 (14:37): mungkin birunya di antara kan peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah
warna hijau dan ungu. siswa berdasarkan komponen argumentasi ilmiah
Siswa-9 (14:38): ini ada ... dikit. (sambil menunjuk- sesuai dengan TAP.
kan warna biru sebagai hasil
penguraian warna yang terlihat Peningkatan Argumentasi Tertulis
dari pada kertas). Secara umum diketahui bahwa
Percakapan di atas meluas dari pernyata- kemampuan setiap siswa dalam membuat
an Siswa-7 mengenai warna ungu yang terlihat argumentasi tertulis mengalami peningkatan
lebih banyak dari warna-warna lainnya hingga dari setiap kegiatan ADI Lab. Rerata
pernyataan selanjutnya yang membahas mengenai peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah
tidak melihat warna biru pada hasil penguraian tertulis siswa memiliki pola kecenderungan
warna pada prisma “ga ada biru loh ...” peningkatan dengan rerata nilai peningkatan
(percakapan meluas). Dari hasil pengamatan sebesar +2,17. Data menunjuk-kan bahwa
yang dilakukan, Siswa-8 memberikan sanggahan kemampuan siswa dalam menyerta-kan dan
lemah dengan memberikan penjelasan “mungkin menggunakan data untuk melandasi klaim
birunya di antara warna hijau dan ungu” yang semakin baik setiap waktunya. Selain itu,
dilanjutkan oleh sanggahan yang teridentifikasi kemampuan siswa dalam menuliskan
mampu menjelaskan pembentukan warna biru teori/konsep yang relevan juga mengalami
pada penguraian warna dari Siswa-9 “ini ada peningkatan untuk menjawab pertanyaan
... dikit. (sambil menunjukkan warna biru sebagai penyelidikan. Hasil rekaman aktivitas siswa
hasil penguraian warna yang terlihat dari dalam ADI Lab juga menunjukkan bahwa
pada kertas)”. Sanggahan Siswa-9 terhadap kegiatan diskusi kelompok kecil (small group
klaim Siswa-7 mengenai tidak terbentuknya discussion) merupakan kegiatan yang paling
warna biru didasarkan pada berkas warna yang penting dalam memunculkan argumentasi ilmiah
terbentuk pada kertas. Siswa-7 menyadari bahwa dan memiliki pengaruh paling besar dalam
berdasarkan penguraian warna yang terbentuk peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah
pada kertas terlihat warna biru terbentuk di antara siswa, karena kegiatan small group discussion
warna hijau dan ungu. pada kegiatan ADI Lab ini mampu merangsang
Berdasarkan hasil temuan mengenai siswa untuk berdiskusi dan mengemukakan
kemampuan argumentasi lisan untuk setiap argumentasi mereka terkait dengan permasalahan
level argumentasi yang teridentifikasi pada sains. Nilai penting kegiatan small group
setiap kegiatan ADI Lab, kemampuan argumen- discussion dalam meningkatkan kemampuan
tasi lisan siswa pada setiap level menunjukkan argumentasi sesuai dengan hasil penelitian
pola kecenderungan yang berbeda. Walaupun Kind et al. (2011) dan Sampson et al. (2010)
terdapat pola kecenderungan yang berbeda pada yang menunjukkan bahwa kegiatan small
setiap level argumentasi berdasarkan kerangka group discussion di dalam kegiatan
analisis kualitas argumentasi, kemampuan laboratorium berdampak pada keterlibatan dan
argumentasi lisan siswa mengalami peningkatan peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah
untuk setiap komponen argumentasinya. siswa yang signifikan. Berdasarkan gambaran
Peningkatan kemampuan argumentasi lisan yang telah dikemukakan, dapat terlihat bahwa
siswa ditunjukkan dengan kemampuan siswa berdasarkan Sintaks ADI, Tahap 2 merupakan
Wahyu Sukma Ginanjar, Setiya Utari, dan Muslim, Penerapan Model Argument-Driven Inquiry dalam Pembelajaran
IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP 37

tahap membangun konsep secara berinkuiri di Inch, E.S., Warnick, B., & Endres, D. (2006).
dalam kelompok. Tahapan ini dirancang untuk Critical thinking and communication:
memberikan ruang agar siswa berlatih The use of reason in argument (5th ed.).
berargumentasi melalui LKS yang disusun secara Boston: Pearson.
sistematis, pertanyaan disusun agar siswa dapat Kind, P. M., Kind, V., Hofstein, A., & Wilson, J.
memunculkan argumentasinya sejak ber- (2011). Peer Argumentation in the
hipotesis sampai dengan pengolahan data. School Science Laboratory Exploring
Tahap 3 dan Tahap 4 terkait dengan kegiatan effects of task features. International
menganalisis, latihan argumentasi tentatif yang Journal of Science Education, Vol. 33
memberikan peluang untuk melatih argumentasi No. 18, hlm. 2527-2558.
level 3 dan level 4 yaitu latihan sebab akibat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
yang disertai penjelasan yang lebih lengkap. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Tahap 4 memberikan peluang lebih untuk Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
memunculkan analisis yang lebih kritis ketika 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses
kemampuan menganalisis ini mengaitkan data Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
dengan konsep. Kekritisannya akan memberi- Kemendikbud.
kan langkah pengecekan kembali kepada Osborne, J. (2010). Arguing to Learn in Science:
kualitas data, dan kemampuan ini akan timbul The Role of Collaborative, Critical
setelah beberapa kali pertemuan, meskipun Discourse. Washington, D.C.: American
hal ini sangat bergantung dari kualitas sumber Association for the Advancement of
daya peserta didik. Science.
Robertshaw, B. & Campbell, T. (2013).
KESIMPULAN Constructing Arguments: Investigating
Pre-Service Science Teacher’s Argumen-
Penerapan model pembelajaran Argument- tation Skills in a Socio-Scientific Context.
Driven Inquiry (ADI) dapat meningkatkan Science Education International, Vol.
kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMP, 24 No. 2, hlm. 195-211.
baik argumentasi lisan maupun argumentasi Sampson, V., Grooms, J. & Walker, J. P. (2010).
tertulis. Argument-Driven Inquiry as a Way to
Help Students Learn How to Participate
DAFTAR PUSTAKA in Scientific Argumentation and Craft
written Arguments: An Exploratory Study.
Acar, O. & Patton, B.R. (2012). Argumentation Science Education, Vol. 95 No. 2, hlm.
and Formal Reasoning Skills in An 217-257.
Argumentation-Based Guided Inquiry Simon, S., Erduran, S. & Osborne, J. (2006).
Course. Procedia-Social and Behavioral “Learning to Teach Argumentation: Research
Sciences, Vol. 46, hlm. 4756-4760. and Development in The Science Classroom”.
Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. (2004). International Journal of Science Edu-
TAPing into Argumentation: Develop- cation, Vol. 28 No.2, hlm. 235-260.
ments in the Application of Toulmin’s Walker, J. P. (2011). Argumentation in Under-
Argument Pattern for Studying Science graduate Chemistry Laboratories. Disser-
Discourse. Science Education, Vol. 88 tation. The Graduate School, Florida
No. 6, hlm. 915-933. State University, Florida.

Anda mungkin juga menyukai