Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Konsep Dasar Hipertensi


1.1.1 Definisi.
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai “the Silent Disease” atau penyakit
tersembunyi. Sebutan awal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah mengidap
penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status
sosial ekonomi. Para penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih besar dari
140/90 mmHg. (Sutanto, 2010)
Hipertensi adalah penyakit yang biasa menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua, entah kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu
penyakit mematikan di sunia. Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung
membunuh penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kelas berat alias mematikan. (Adib, 2009)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan distolik
lebih dari 90 mmHg dengan gejala nyeri kepala, epistaktis, marah, rasa berat
dikepala, pusing, mata berkunang dan sukar tidur.
1.1.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut jenis macamnya:
1) Hipertensi sistolik
(1) Pada hipertensi ini hanya tekanan sistolik yang meningkat.
(2) Kekuatan jantung kiri yang meningkat
(3) Aorta yang kaku karena adanya degenerasi dari dinding
(4) Kapasitas yang mengurangi dari aorta
2) Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole dan diastolik
2. Klasifikasi menurut tingkatan kliniknya:
1) Fase benigna
Tekanan darah sistolik maupun diastolik belum begitu meningkat bersifat
ringan atau sedang dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ
(otak, mata, jantung dan ginjal).
2) Fase maligna
Tekanan darah diastolik terus menerus meningkat biasanya lebih dari 130
mmHg diastolik dan terdapat kelainan serta kerusakan dari organ’Organ target”
yang bersifat progresif.
3. Klasifikasi Berdasarkan tingkatan:
1) Hipertensi borderline
Pada hipertensi ini, tekanan darahnya berubah-ubah antara normal dan tinggi.
Hal ini tergantung pada keadaan atau emosi dan beberapa kali banyaknya tekanan
darah diperiksa.
2) Hipertensi ringan
Pada golongan ini, tekanan darah diastolik selalu lebih dari 90 mmHg (rata-
rata 90-104), tetapi jarang mendapat komplikasi kegagalan faal jantung kongesti
dan kerusakan faal ginjal.
3) Hipertensi sedang
Pada penderita hipertensi ini, tekanan darah diastolik selalu sekitar 105-
114 mmHg pada pemeriksaan tekanan darah berulang-ulang. Pada hipertensi
sedang, memerlukan pengobatan yang seksama karena mempunyai resiko
mendapat komplikasi yang membahayakan.
4) Hipertensi berat
Pada penderita hipertensi golongan ini, tekanan darah diastolik selalu sekitar
115-129 mmHg. Keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya,
apabila tidak diobati.
Tingkatan nyeri yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Skala 0: tidak ada nyeri.
2. Skala 1-3: nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau masih dapat
ditolerir karena masih dibawah ambang rangsang.
3. Skala 4-6: nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan mengeluh, ada yang
sambilmenekan pada bagian yang nyeri.
4. Skala 7-9: termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit sekali dank
lien tidak mampu melakukan kegiatan biasa.
5. Skala 10: termasuk nyeri yang sangat, pada tingkat ini klien tidak dapat lagi
mengenal dirinya.
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan nilainya:
Tekanan Sistolik/Diastolik
Klasifikasi Tekanan Darah
(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stage I 140- 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stage II > 160 atau > 100
1.1.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil atau gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
1.1.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal jantung memiliki kemampuan untuk memompa lebih
dari daya pompanya dalam keadaan istirahat. Kalau jantung menderita beban
volume atau tekanan berlebihan secara terus-menerus, maka ventrikel dapat
melebar untuk meningkatkan daya kontraksi sesuai dengan hukum starling yaitu
hipertrophi untuk meningkatkan jumlah otot dan kekuatan memompa sebagai
kompensator alamiah.
Jika mekanisme pengkompensasian tidak dapat menopang perfusi perifer
yang memadai, maka aliran harus dibagi sesuai kebutuhan. Darah akan
dipindahkan dari daerah-daerah yang tidak vital seperti kulit dan ginjal sehingga
perfusi darah ke otak dan jantung dapat dipertahankan. Akibatnya tanda
permulaan dari syok atau perfusi jaringan yang tidak adekuat adalah berkurangnya
pengeluaran air seni, kulit dingin. Perubahan bermakna pada aliran darah yang
menuju organ vital terjadi.
Tekanan arteri sistemik ditimbulkan oleh cardiac output dan tahanan perifer
total. Cardiac output ditentukan oleh isi sekuncup (stroke volume) dan denyut
jantung. Sedang tahan perifer dipelihara oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi
hormon. Setiap perubahan pada tahanan perifer, denyut jantung dan stroke volume
akan merubah tekanan arteri sistemik
Terdapat empat sistem kontrol yang mempertahankan tekanan darah yaitu
sistem baroreseptor arteri, regulasi volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin
dan autoregulasi vaskuler.
Stimulasi baroreseptor di sinus karotikus dan arkus aorta akan merangsang
sistem saraf simpatik sehingga menimbulkan peningkatan epinefrin dan
norepinefrin. Keadaan ini menimbulkan peningkatan cardiac output dan resistensi
vaskuler sistemik.
Perubahan volume cairan akan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Jika di
dalam tubuh terdapat air dan garam yang berlebihan, maka akan meningkatkan
aliran balik vena, cardiac output dan tekanan.
Autoregulasi pembuluh darah adalah proses yang mempertahankan perfusi ke
suatu jaringan tetap konstan. Jika aliran berubah, proses autoregulasi akan
menurunkan resistensi vaskuler sehingga mengakibatkan penurunan atau
peningkatan aliran.
Meskipun jelas bahwa aterosklerosis dan hipertensi ada hubungannya, hal ini
tidak tentu mana penyebab dan mana akibat. Dalam beberapa kasus aterosklerosis,
meningkatnya tekanan arteri dan resistensi perifer terhadap aliran darah,
memberikan dampak terhadap aliran darah yang meningkat.
Renin merupakan enzim yang disekresikan oleh sel jukstaglumerulus ginjal
dan terikat dengan aldeosteron dalam lingkungan umpan balik negatif. Produk
akhir kerja renin pada subtratnya adalah pembentukan angiotensin peptida II,
mempengaruhi aldosteron untuk terjadi pengikatan natrium dan air ke interstitial
sehingga volume pembuluh darah meningkat. Ketidakcocokan sekresi renin
meningkatkan perlawanan periphenal, mitral eskemi arteri ginjal akan
membebaskan renin yang menyebabkan kontraksi arteri dan meningkatkan
tekanan darah.
Dalam rokok terdapat nikotin yang dapat mengendap di dalam pembuluh
darah yang mengakibatkan arteriosklerosis sehingga kerja dalam pembuluh darah
tidak dapat sempurna yang berakibat timbulnya peningkatan tekanan darah.
Stres, dapat meningkatkan produksi hormon kortisol. Hormon ini merupakan
jenis hormon kortikosteroid yang meningkatkan tekanan darah. Naiknya tekanan
darah menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh nadi,yang menyebabkan
penurunan kapasitas seseorang untuk mempertahankan aktifitas sampai ke tingkat
yang di inginkan.
Nyeri (Sakit kepala) keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
menetap atau intermiten yang berlangsung selama enam bulan atau lebih. Yang di
tandai dengan peningkatan pembuluh darah ke otak.
Intoleransi aktifitas terjadi karena penurunan aktifitas seseorang untuk
mempertahankan aktifitas sampai ketingkat yang di inginkan.di karenakan suplai
O2 menurun sehingga terjadi kelemahan fisik.
Kurang informasi yang tidak adekuat yang menyebabkan individu atau
kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan
psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan sehingga terjadi
kurang pengetahuan.
Penurunan curah jantung adalah keadaan di mana seseeorang individu
mengalami penurunan jumlah darah yang di pompakan di karenakan beban kerja
jantung meningkat dan suplai O2 ke otak menurun.
2.1.5 WOC
1.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang ditemukan pada penderita hipertensi adalah:
1. Sakit kepala
2. Marah
3. Telinga berdenging
4. Sukar tidur
5. Mata berkunang-kunang dan pusing.
6. Sesak napas
7. Gelisah
8. Wajah memerah
9. Jantung berdebar-debar
1.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat muncul pada pasien dengan hipertensi.
Komplikasi tersebut antara lain pada otak dapat menimbulkan stroke, pada ginjal
dapat berupa gagal ginjal, kebutaan pada mata serta gagal jantung.
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal.
Gagal ginjal kronik terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal glomerulus.
Dapat terjadi infark miokardiom apabila arteri koroner yang aterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.
1.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (1999), penatalaksanaan nonfarmakologis:
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
2. Membatasi alkohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik ( 30-40 menit/hari)
4. Mengurangi asupan natrium
5. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat
6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.
Menurut Suyono (2003), penatalaksanaan farmakologis :
1. Diuretik
Menurunkan volume ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan
curah jantung. Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi
resistensi perifer. Jenis obat diuretic antara lain Furosemide, Hebesser, dll. Efek
samping: hiponatremia dan hipokalemia.
2. Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak
seperti pada pemberian Metilpoda dan Klonidin atau pada ujung saraf perifer
seperti Reserpin dan Guanetidin.
3. Penyekat Beta
Efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, juga
menurunkan sekresi renin. Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung kongestif.
Preparat yang biasa digunakan adalah Propanolol, Asebutolol, Atenolol, Pindolol,
Timolol, dll.
4. Vasodilator
Yang termasuk golongan ini adalah Doksazosin, Prazosin, Hidralazin,
Minoksidil, Diaksozid, dan Sodium Nitroprusid. Obat golongan ini bekerja
langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan
mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah.
1.2 Manajemen Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang
terus menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap
informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan secara
sistematis menggunakan alat pengkajian keluarga kemudian diklasifikasikan dan
dianalisis untuk menginterpretasikan artinya. (Friedman, 2010).
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk
mengukur keadaan pasien / keluarga dengan menggunakan standar norma
kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan mengatasi
masalah.
1. Dasar pengkajian pasien meliputi:
1) Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea,
perubahan irama jantung.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan
darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
3) Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna,
peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
5) Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual
dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
6) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi
pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik
(penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala,
nyeri abdomen.
8) Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok,
batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot
aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.
2. Prioritas perawatan:
1) Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2) Mencegah komplikasi.
3) Memberikan informasi tentang proses dan program pengobatan.
4) Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi.
1.2.3 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Tujuan:
Nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil:
1) Nyeri hilang atau terkontrol.
2) Klien akan mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.
3) Klien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi:
(1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
(2) Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit kepala
(kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional: Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang
memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
(3) Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk).
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
(4) Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik.
(5) Rasional: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan:
Klien dapat beraktivitas.
Kriteria hasil:
1) Klien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
2) Klien akan melaporkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
3) Klien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
(1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: Menyebutkan parameter membantu mengkaji respon fisiologi
terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja
yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
(2) Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat gosok
gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional: Membantu antara suplai dan kebutuhan O2.
(3) Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional: Kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
3. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
Tujuan:
Pola nutrisi klien baik.
Kriteria hasil:
1) Klien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi dan kegemukan.
2) Klien akan menunjukkan perubahan pola makan.
3) Klien akan melakukan olahraga yang tepat rasional.
Intervensi:
(1) Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan
kegemukan.
Rasional: Kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung berkaitan erat dengan
peningkatan massa tubuh.
(2) Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi lemak,
garam, gula sesuai indikasi.
Rasional: Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskerosis dan
kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
(3) Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional: Motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar program berhasil.
(4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diit
terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian atau
penyuluhan.
(5) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi
Rasional: Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet individual.
4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload vasokontriksi.
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria hasil:
1) Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban yang dapat
diterima.
2) pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rengtang
normal.
Intervensi:
(1) Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.
Rasional: Perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan
atau bidang masalah vaskular.
(2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional: Denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap terpalpasi
sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
(3) Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional: S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi
atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium) perkembangan S3
menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.
(4) Catat edema umum atau tertentu.
Rasional: Mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.
(5) Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau keributan dan
batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: Membantu menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan
relaksasi.
1.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya:
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi;
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan
yang muncul pada pasien.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
1. Berhasil: prilaku klien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian: klien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai: klien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2009. Askep Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Arif, Mansjoer, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Kapita Selekta.
Brunner dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Bedah (Ed.8) Vol 1.
Jakarta: EGC.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
Praktik. Jakarta:EGC
Jhonson L, Leny R. 2009. Keperawatan Keluarga. Jakarta: Nuha Medika.
Mubarak Iqbal W,dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Potter, Patricia A dan Anne G. Perry . 2009. Fundamentals of Nursing.
Jakarta: EGC.
Zaidin Ali, Haji. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai