Anda di halaman 1dari 37

INFLUENZA Disahkan Oleh Kepala UPTD

No : Puskesmas Pandan Agung


Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Adalah infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjasi dalam bentuk
epidemic disebut common cold atau selesma bila gejala dihidung lebih menonjol.
Sementar “Influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai faringitis dengan
tanda demam dam lesu yang lebih nyata
2. Tujuan Diagnosis dan penatalaksanaan pasien influenza
3. Kebijakan - Dokter Umum
- Perawat diizinkan elaksanakan prosedur penatalaksanaan pada pasien influenza
sesuai dengan pelimpahan wewenang oleh dokter
4. Refrensi Pedoman Pengbatan Dasar di Puskesmas 2007

5. Prosedur Anamnesa
- Gejala sistemik khas berupa gejala infeksi virus akut yaitu demam, sakit
kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang, disertai gejala local
berupa rasa menggelitik sampai nyeri tenggorokan, kadang batuk kering,
hidung tersumbat, bersin dan ingus encer
- Tenggorokan tampak hyperemia
- Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hyperemia
- Secret dapat bersifat serus, seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi
sekunder
Diagnosis
Untuk mengetahui komplikasi perlu dilakukan pemeriksaan: auskultasi paru, status
telinga pada anak, EKG pada yang mengeluh nyeri dada
Penatalaksanaan
- Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting pada influenza ini
- Pengobatan simtomatis diperlukan untuk menghilangkan gejala yang terasa
berat atau menggangu
- Parasetamol 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300-500 mg 3 x sehari baik untuk
menghilangkan nyeri dan demam
- Untuk anak, dosis parasetamol adalah : 10 mg/kgBB/kali, 3-4 x sehari
- Antibiotic hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder
- Anjurkan pasien untuk banyak minum dan istirahat/tirah baring
6. Unit Terkait BP

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


SURAT KETERANGAN DOKTER Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Membuat surat keterangan dokter adalah cara untuk memberikan informasi tentang
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dokter dalam sebuah lembar kertas, sebagai
bukti keterangan pemeriksaan dari dokter
2. Tujuan Agar petugas dapat membuat surat keterangan dokter sesuai dengan prosedur
3. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas dalam membuat Surat Keeterangan Dokter dan
memberikan penomoran dengan benar
Pelaksanaan pembuatan surat keterangan dokter harus mengikuti langkah-langkah
yang tertuang dalam SOP
4. Refrensi Modul CBT Perawat Puskesmas

5. Prosedur 1. Petugas menyiapkan blangko surat keterangan dokter


2. Peetugas mengisi blangko surat keterangan dokter yang disediakan sesuai hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik
3. Petugas mencatat dalam buku kendali surat keterangan dokter
4. Petugas memberikan nomor surat keterangan dokter, yaitu 812 / RJ / No Urut /
Bulan dalam angka romawi / tahun
5. Mempersilahkan pasisen untuk meminta stempel Puskesmas diruang kasir
6. Unit Terkait IGD, BP Umum

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


MENGHITUNG DENYUT NADI Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Menghitung denyut nadi adalah cara untuk mengetahui jumlah denyut nadi
2. Tujuan Agar petugas dapat menghitung denyut nadi dengan benar, dan hasilnya akurat.
3. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas dalam melakukan penghitungan denyut nadi dengan
benar
Pelaksanaan penghitungan denyut nadi harus mengikuti langkah-langkah yang
tertuang dalam SOP
4. Refrensi Modul CBT Perawat Puskesmas

5. Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat


2. Petugas memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Petugas membawa a;at-alat kedekat pasien
4. Petugas memcuci tangan
5. Petugas mempersiapkan pasien berbaring atau duduk dengan tenang
6. Petugas memegang tangan pasien dengan pergelangannya dangan jari telunjuk,
jari tengah dan jari manis. Disini akan teraba denyut nadi Artheri Radialis
7. Petugas memegang alat penghitung nadi / arloji dengan tangan yang lain
8. Petugas menghitung denyut nadi selama satu menit
9. Petugas mendokumentasikan hasilnya
6. Unit Terkait BP, KIA

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


MENGHITUNG PERNAFASAN Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Menghitung Pernafasan adalah cara untuk mengetahui jumlah frekuensi pernafasan
dengan menggunakan petunjuk waktu
2. Tujuan Agar petugas dapat menghitung pernafasan dengan benar, dan hasilnya akurat.
3. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas dalam menghitung pernafasan dengan benar
Pelaksanaan menghitung pernafasan harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang
dalam SOP
4. Refrensi Pedoman Perawatan Ruang Rumah Sakit PGI Tjikini

5. Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat


2. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan
3. Petugas member tahu dan menjelaskan maksud tujuan dilakukan tindakan
tersebut
4. Petugas membuka baju yang menutupi dada dan perut pasien
5. Petugas melihat naik turun dada dan memulai menghitung dengan menekan
tombol start pada alat waktu perhitungan pernafasan
6. Petugas menghitung pernafasan dengan memegang pergelangan tangan pasien
7. Petugas menghitung dengan cermat dan teliti
8. Petugas menghitung pernafasan selama satu menit
9. Petugas melakukan cuci tangan setelah tindakan
10. Petugas mendokumentasikan hasil tindakannya
6. Unit Terkait BP, KIA, UGD

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


MENGUKUR TINGGI BADAN Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Mengukur tinggi badan adalah tindakan untuk mengetahui tinggi badan seseorang
2. Tujuan Agar petugas dapat mengetahui tinggi badan pasien dengan benar dan akurat.
3. Kebijakan Sebagai pedoman bagi petugas dalam mengukur tinggi badan dengan benar
Pelaksanaan mengukur tinggi badan harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang
dalam SOP
4. Refrensi Pedoman Perawatan Ruang Rumah Sakit PGI Tjikini

5. Prosedur 1. Petugas memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan


2. Petugas menganjurkan pasien melepas alas kaki
3. Petugas mempersilahkan pasien berdiri tegak ditempat pengukuran,
menghadap petugas
4. Petugas menarik alat pengukur tinggi badan tepat pada kepala pasien
5. Petugas melihat skala yang ada pada pengukur tinggi badan
6. Setelah selesai pengukuran, petugas mempersilahkan pasien untuk memakai
alas kaki kembali
7. Petugas mencatat hasil pengukuran pada rekam medis
6. Unit Terkait BP, KIA

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


HEPATITIS Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Hepatitis Virus Akut adalah peradangan hati karena infeksi oleh salah satu dari kelima
virus hepatitis (A, B, C, D atau E). peradangan muncul secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya selama beberapa minggu
2. Tujuan Mencegah komplikasi dari Hepatitis.
3. Kebijakan - Dokter Umum
- Perawat diizinkan melaksanakan prosedur penyakit Hepatitis sesuai dengan
pelimpahan wewenang yang diberikan oleh dokter
4. Refrensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Depkes RI, Tahun 2007

5. Prosedur A. Gejala Klinis


1. Demam
2. Penurunan nafsu makan
3. Merasa tidak enak badan
4. Mual / muntah
5. Urin warnanya berubah menjadi lebih gelap dan timbul kuning (jaundice)

B. Pemeriksaan Fisik
1. Seklera ikterik
2. Hari teraba lunak dan kadang agak membesar
3. Nyeri tekan perut atas

C. Terlaksana Rawat Jalan


1. Istirahat
2. Pemberian makanan dan cairan yang cukup dan bergizi
3. Medikamentosa :
a. Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kg/BB/kali interval 6-8 jam
b. Antiemetic : Domperidon 3 x 1
c. Vitamin 3 x 1
4. Pencegahan
a. Kebersihan yang baik bisa membantu mencegah penyebaran virus
hepatitis A, untuk memutus rantai penularan
b. Vaksinasi hepatitis B merangsang pembentukan kekebalan tubuh dan
memberikan perlindungan yang efektif
c. Vaksinasi hepatitis A diberikan kepada orang-orang yang memiliki resiko
tinggi, misalnya para pelancong yang mengunjungi daerah dimana
penyakit ini banyak ditemukan
6. Unit Terkait BP, Laboratorium, Apotik
7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


RHINITIS Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Rinitis (hay fever, polinosis) adalah suatu alergi terhadap serbuk sari yang terdapat
didalam udara
2. Tujuan Diagnosis dan Penatalaksanaan terhadap pasien Rhinitis
3. Kebijakan - Dokter Umum
- Perawat diizinkan melaksanakan prosedur penatalaksanaan pada pasien rhinitis
sesuai dengan pelimpahan wewenang yang diberikan oleh dokter
4. Refrensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007

5. Prosedur Anamnesis
- Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal,baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur
- Biasanya akan diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler
- Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek), menjadi
mudah tersinggung dan depresi, kehilangan nafsu makan dan mengalami
gangguan tidur
- Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih
mata (konjungtivitis)
- Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebirua, menyebabkan
hidung meler dan hidung tersumbat
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya
Penatalaksanaan
- Pengobatan awal untuk rhinitis alergika musiman adalah antihistamin
- Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongetan (misalnya
pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat
- Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi
secara ketat
- Bisajuga diberikan obat semprot hidung natrim kromolin, efeknya terbatas
pada hidung dan tenggorokan bagian belakang
- Jika keadaan kronis rujuk kedokter spesialis THT
6. Unit Terkait

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PENYAKIT KULIT DAN JARINGAN
SUBKUTAN PIODERMA Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Streptokokus bethaemolitikus dan
Staphyllococccos aureus. Factor predisposisi yaitu hiegine yang kurang baik,
menurunya daya tahan tubuh (kurang gizi, DM, anemia). Pioderma dapat berbentuk
impetigo dan furunkel. Bentuk lain dari pioderma yatiu : folikulitis, ekimia, selulitis,
flegmon, pionika
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit kulit yang disebabkan karena
bakteri dan mencegah terjadinya komplikasi
3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa : adanya gatal, keadaan umum penderita umumnya
baik
- Impetigo krustusa pada anak dihitung dan ulut. Tampak vesikal dan pustule
disekitarnya
 Impetigo vesikelbulosa (cacar monyet) menyerang daerah ketiak, dada dan
punggung. Kadang disertai dengan koleret (yaitu saat penyembuhan dan
mongering)
 Terkadang impetigo yang meluas seluruh tubuh disetai demam
 Frunkel banyak ditemukan diketiak dan bokong. Nyeri sekitarnya dan
bernanah
 Dokter melakukan pemeriksaan fisik
2. Dokter perlakukan terapi :
 Dokter dan perawat bersihkan luka dengan sabun
 Vesikal dan bula dipecahkan sedangkan abses diinsisi, lalu kulit dikompres
terbuka dengan rivanol 1 : 1000 untuk membersihkan. Furunkel dapat sembuh
sendiri dengan cara ini
 Berikan antibiotic amoxilin 3 x 500 mg untuk dewasa selama 3 hari atau
eritromiocin 4 x 500 mg
 Beri paracetamol 3 x 500 mg jika ada demam
6. Unit Terkait BP, KIA

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


MELAKUKAN PENJAHITAN PADA
LUKA BARU Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
2. Tujuan Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
3. Kebijakan Seluruh perawat diizinkan melaksanakan penjahitan pada luka baru tetapi tidak pada
luka putus tendon
4. Refrensi

5. Prosedur Alat yang disiapkan


1. Pinset Siugie 2 buah
2. Pinset anatomis 2 buah
3. Gunting runcing 2 buah
4. Neal pueder
5. Doek steril
6. Arteri klem
7. Benang heating dalam dan luar
8. Jarum heating dalam dan luar
9. Kapas alcohol
10. Handscone
11. Bengkok
12. Kapas
13. Gas steril
14. H2O
15. Betadine
16. Lidocaine
17. Plaster
18. Spuit 3 cc
19. Nacl 0,9 N
Prosedur
1. Beri salam
2. Persilahkan pasien untuk tidur berbaring
3. Siapkan alat-alat yang telah diseteril
4. Cuci tangan
5. Lihat keadaan luka, apakah luka bersih atau kotor, apakah ada putus tendon
atau tidak, apakah ada fraktur atau tidak
6. Jelaskan keadaan pasien dan keluarga tentang keadaaan luka serta tindakan
yang akan dilakukan
7. Berikan Informconsent
8. Dekatkan alat-alat pada pasien
9. Petugas memakai sarung tangan
10. Desinfeksi sekitar luka dengan betadine dengan cara melingkar dari dalam
keluar
11. Pasang doek steril disekitar luka
12. Ambil lidocaine, kemudian masukan kedalam spuit
13. Anastesi bagianluka dengan menyuntikan lidocaine disekitar luka sesuai
dengan kebutuhan
14. Setelah penderita merasakan tebal didaerah luka, baru dilakukan pembersihan
dengan menggungakan H2O dan diguyur Nacl 0,9 N
15. Lakukan Wone Toilet Debridement, luka dibersihkan kembali dengan H2O
dan Nacl 0,9 %
16. Setelah luka bersih lakukan penjahitan
17. Selesai heating, luka diobati denganbetadine kemudian ditutup dengan
menggunakan gaas
18. Doek diangkat
19. Lakukan fiksasi dan pembalutan luka
20. Alat-alat dibersihkan
21. Cuci tangan
22. Beri pasien He. Untuk kembali control setelah 2 hari dan jelaskan agar luka
tidak terkena air
23. Catat jenis tindakan yang telah dilakukan pada kartu rawat jalan
6. Unit Terkait BP

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PROSEDUR TETAP CUCI TANGAN Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Mencuci tangan yang baik dan benar untuk pencegahan infeksi dengan 6 langkah
2. Tujuan Memelihara tangan tetap bersih untuk mencegah infeksi silang
3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Telapak tangan kanan dan kiri saling digosokan


2. Telapak tangan menggosok punggung tangan yang berlawanan bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan kanan dan kiri bergantian
4. Putar ibu jari dalam talapak tangan yang berlawanan bergantian
5. Gosokan ujung-ujung jari tangan pada telapak tangan yang berlawanan
bergantian
6. Gosok pergelangan tangan dengan talapak tangan yang berlawanan
beragantian
6. Unit Terkait Semua Unit Pelayanan

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


TATA LAKSANA CAMPAK Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Penyakit akut, pada anak sangat menular, yang ditandai dengan 3 stadium : stadium
Kataral, Erupsi dan Konvalesensi. Penyakit ini disebabkan oleh golongan
paramyxovirus
2. Tujuan Mencegah komplikasi dari campak
3. Kebijakan

4. Refrensi  Petunjuk teknis surveilans campak

5. Prosedur A. Anamnesis
 Anak panas 3-5 hari
 Mata merah, tahi mata (secret +), fotopobi
 Kadang diare dan muntah
 Dapat disertai gejala perdarahan : Epistaksis, Peteki, Ekimosis

B. Pemeriksaan Fisik
 Stadium kataral manifestasi yang mungkin hanya demam, nasofaringitis dan
konjungtivitis
 Koplik spot pada erupsi pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral)
 Pada stadium erupsi timmbul ruam (rash) yang khas :ruam makulopapular
yang muncul mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut ke
dahi, muka dan kemudian seluruh tubuh

C. Tatalaksana Rawat Jalan


 Istirahat
 Pemberian makanan dan cairan yang cukup dan bergizi
 Jaga kebersihan pribadi
 Medikamentosa :
 Antipiretik : paraetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali interval 6-8 jam
 Ekspectoran : gliseril guaikolat 6 – 12 th 50 -100 mg tiap 2-6 jam
 Antitusif : perku diberikan bila baruknya hebat/menggangu
 Vitamin A : diberikan sebanyak 3 kapsul : yaitu kapsul pertama
diberikan saat penderita ditemukan, kapsul kedua
diberikan keesokan harinya, sedangkan kapsul ketiga
diberikan setelah 2 mg berikutnya dengan dosis sesuai
penderita.
6. Unit Terkait KIA, BP, GIZI
7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PROSEDUR TETAP TETANUS Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi
dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti kekakuan oto seluruh badan.
2. Tujuan Melaksanakan pengelolaan pasien dengan tetanus dengan cepat dan tepat.
Mencegah terjadinya komplikasi tetanus.
3. Kebijakan

4. Refrensi Ilmu Penyakit Dalam FK-UI

5. Prosedur A. Pathogenesis
Berbagai keadaan dapat menyebabkan keadaan anaerob yang disukai
tumbuhnya kuman tetanus, luka tusuk, luka karena tabrakan dan luka ringan
seperti luka gores
B. Gejala Klinis
 Masa tunas 2 – 21
 Didahului dengan ketegangan oto rahang dan leher, lalu timbul trismus karena
spasme otot masseter
 Kejang otot akan berlanjut ke kuduk (Epistotonus), dinding perut dan
sepanjang tulang belakang
 Sering tampak rheus sardonicus

C. Tatalaksan
 Umum
 Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknua
 Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut
 Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan
terhadap penderita
 Oksigen, pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu
 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
 Obat-obatan
Antitoksin, biasanya memakai ATS dengan sosis 50000 u intrajuskuler
dan 500000 u intervena
 Anti kejang :
 Diazepam 0,5 1 kg//kgBB/ 4 jam intramuskuler
 Meprobanat 300 – 400 mg/ 4 jam intramuskuler
 Klorpromasin 25 – 27 mg/ 4 jam intramuskuler
 Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam intramuskuler
Antibiotic : penicillin prokain 1,2 juta / hari intrapena

6. Unit Terkait BP, KIA, UGD


7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


MELAKUKAN PELAYANAN RAWAT
JALAN DI BP Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Memberikan tindakan pelyanan pada setiap pasien rawat jalan di BP


2. Tujuan Agar pelayanan dapat berjalan dengan maksimals
3. Kebijakan Seluruh perawat diizinkan melaksanakan pelayanan keperawatan kepada pasien di BP
sesuai dengan surat pelimpahan tugas yang ada
4. Refrensi

5. Prosedur 1. Pasien mendaftar di loket, untuk pasien > 5 tahun termasuk pasien BP
2. Panggil nama pasien sesuai nama, usia dan alamat pasien
3. Beri salam dan mempersilahkan pasien duduj diruangan BP
4. Lihat dalam list pasien mengenai kunjungan pasien (lama atau baru)
5. Lakukan anamnesa kepada pasien mengenai : keluhan utama, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit sekarang
6. Pemeriksaan medis dilakukan oleh dokter
7. Untuk situasi tertentu, berikan inform consent (pernyataan tertulis dari pasien)
8. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, pasien dapat mengambil obat
dengan membawa resep yang ditulis oleh dokter ke Apotik atau untuk keadaan
tertentu pasien dapat dirujuk ke RS
6. Unit Terkait BP, Laboratorium, Gizi, Klinik sanitasi

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PROTAP PELAYANAN IMUNISASI Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Pelayanan imunisasi asalah pelayanan imunisasi pada bayi/balita, bumil, WUS yang
diperlukan ditingkat puskesmas. Pelayanan imunisasi diselenggarakan secara khusu
dan berkesinambungan dengan kegiatan puskesmas lainnya, dilaksanakan oleh tenaga
paramedic dan bidan dengan didukung peran serta aktif masyarakat baik dalam
gedung maupun diluar gedung puskesmas. Pelayanan imunisasi akan mendukung
mutu pelayanan paripurna dasar dipuskesmas yang ditujukan individu dengan
dipioritaskan bayi/balita, bumil, WUS kepada masyarakat berpenghasilan rendah
tanpa mengabaikan masyarakat yang lain.
2. Tujuan A. Tujuan Umum
Diselenggarakannya pelayanan imunisasi secara berkesinambungan dan efektif
untuk mendukung peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
monitoring secara rutin.
B. Tujuan Khusus
- Dikembangkannya kegiatan dibidang imunisasi sampai pada Rumah
Bersalin (RB), dokter praktek swasta, bidan praktek swasta untuk
meningkatkan derajat kesehatan
- Meningkatkan peran serta aktif petugas lapangan dan kader kesehatan
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan imunisasi sesuai
dengan kemampuannya.
3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Mengambil vaksin


2. Mencatat pengeluaran vaksin
3. Mencatat hasil pelaksanaan imunisasi dipuskesmas dan posyandu serta RB dan
DPS, BPS
4. Mencatat serta mengawasi rantai dingin/cold child
6. Unit Terkait

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


DETEKSI DINI (ACCUTE FLACCID
PARALYSIS) Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Peemeriksaan khusu yang dilakukan pada kelumpuhan mendadak anak usia < 15
tahun
2. Tujuan 1. Memberikan pemeriksaan yang berkualitas
2. Deteksi dini Acute Flaccid Paralysis (AFP
3. Kebijakan Seluruh pasien yang dating dengan keluhan lumpuh layuh mendadak pada anak usia <
15 tahun dan bukan disebabkan ruda paksa
4. Refrensi

5. Prosedur 1. Beri salam


2. Persilahkan pasien untuk tidur berbaring
3. Jelaskan keadaan pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Lakukan pemeriksaan Refleksi : refleksi Lutut
5. Tanyakan kepada pasien/keluarga mengenai sifat kelumpuhan (biasanya
mendadak dalam waktu 2 minggu)
6. Periksa Adanya Ruda Paksa (biasanya tidak ada ruda paksa)
7. Apabila gejala yang ada mendukung untuk diagnosis AFP, persiapkan pasien
untuk dirujuk
8. Siapkan Blangko Rujukan
9. Cuci tangan
10. Catat semua hasil pemeriksaan pada list pasien dan register rawat jalan
6. Unit Terkait Ruang BP, Surveilence Puskesmas, Puskesmas

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DIABETES MELITUS Disahkan Oleh Kepala UPTD
(DM) Puskesmas Pandan Agung
No :
Dokumen : / 201
Terbitan :
UPTD SOP
No. Revisi : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Puskesmas
Tgl. Terbit : NIP.19710523 199103 2 003
Pandan Agung
Halaman :

1. Pengertian Diabetes Melitus adalah kumpulalan gejala khas yang cepat terjadi poliuri, pilidipsi
dan polifagi
2. Tujuan Menegakkan diagnose dan pengelolaan pasien DM
3. Kebijakan

4. Refrensi Buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas berdasarkan gejala Departemen


Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat 1996.
Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Sriwijaya 2002
5. Prosedur Anamnesis
- Kumpulan gejala klinis : poliuri, polidifsi, polifagi
- Ditambah : lemas, cepat lelah, berat badan turun, koreng susah sembuh,
kesemutan dan rasa kebal, gatal kronis, penurunan tajam penglihatan
Pemeriksaan
- Laboratorium : Air kencing Reduksi (+)
Pengobatan
- Diet DM : Batasi makan/minum yang mengandung gula dan tepung
- Rujukan
Nasehat
- Periksa kencing sekali sebulan
- Mencegah luka dan mentaati diet
6. Unit Terkait BP, Laboratorium, gizi

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


TATA LAKSANA CAMPAK Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Penyakit akut pada anak sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium : stadium
Kataral, Erupsi dan konvalensi. Penyakit ini disebabkkan oleh golongan
paramyxovirus
2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Refrensi Petunjuk teknis surveilans campak

5. Prosedur
A. Anamnesis
- Anak panas 3-5 hari
- Mata merah, tahi mata (secret+),,fotopobi
- Kadang diare dan muntah
- Dapat disertai gejala perdarahan : epistaksis, peteki, ekimosis

B. Pemeriksaan Fisik
- Stadium kataral manifestasi yang mungkin hanya demam, nasofaringitis dan
konjungtivitis
- Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral)
- Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
muncul mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut kedahi,
muka dan kemudian seluruh tubuh.

C. Tatalaksana Rawat Jalan


- Istirahat
- [emberian makanan dan ciran yang cukup dan bergizi
- Jaga kebersihan pribadi
- Medikamentosa :
 Antipiretik : paraetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali interval 6-8 jam
 Ekspectoran : gliseril guaikolat 6 – 12 th 50 -100 mg tiap 2-6 jam
 Antitusif : perku diberikan bila baruknya hebat/menggangu
 Vitamin A : diberikan sebanyak 3 kapsul : yaitu kapsul pertama
diberikan saat penderita ditemukan, kapsul kedua
diberikan keesokan harinya, sedangkan kapsul ketiga
diberikan setelah 2 mg berikutnya dengan dosis sesuai
penderita.
6. Unit Terkait KIA, BP, GIZI
7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PEMERIKSAAN KESEHATAN Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Pemeriksaaan kesehatan adalah pemeriksaan status kesehatan oleh dokter aau teknisi
medis yang memenuhi syarat
2. Tujuan Untuk mengetahui status kesehatan

3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Mulut
Trismus
Bibir - warna mukosa bibir
- Perleche
Gusi
Lidah
Faring
2. Leher
Vena dileher/tekanan vena juglaris
Kaku kuduk
Massa leher
PEMERIKSAAN DADA
Infeksi
Didinding dada
Bentuk dan besar dada
Simetri dada
Gerakan dada pada pernafasan
Deformitas
Penonjolan
Pembekakan
PARU-PARU
Palpasi
Simetri/asimetri
Fremitus suara
Krepitasi sub kutis
Perkusi
Sonor
Hipersonor atau timpani
Redup atau pekak
AUSKULTASI
Suara nafas dasar
- Vesicular
- Bronchial
- Amforik
- Cog wheek breath sound
Suara nafas tambahan
- Ronki basah
- Ronki kering
- Krepitasi
- Bunyi gesekan pleura
- Sukusio Hippocrates
JANTUNG
Infeksi/palpasi
Denyut apeks/iktus kordis
Detak pilmonal pada sela iga 2 tepi kiri
Sternum
Getaran bising (thrill)
Perkusi
Menentukan besar jantung
Auskultasi
Seluruh bagian dada, punggung, dan leher
Abdomen
Bunyi jantung I, II, III dan IV
Opening snap
Irama derap
Klip
Bunyi jantung bising sistolik
Bising diastolic
ABDOMEN
Infeksi
Ukuran dan bentuk perut
Dinding perut
Gerakan dinding perut
Palpasi
Ketagangan dinding perut dan nyeri tekan
1. Hati (dilakukan palpasi mono/bimanual)
Tentukan ukuran hati
Konsistensi
Tepi
Permukaan
Nyeri tekan
2. Limpa (dilakukan palpasi mono/bimanual)
Ukuran besar limpa cara Schuffer
3. Ginjal
Ada tidaknya pembesaran ginjal
4. Kandung kencing
5. Massa intra abdominal
Letak, ukuran, konsistensi, tepi, permukaan, nyeri tekan, mobilitas
Perkusi
Pada seluruh abdomen
Bunyi timpani
Bunyi pekak/redup
Auskultasi
Suara peristaltic adalah suara yang intensitasnya rendah terdengar tiap
10-30 detik (bising) bruit
ANAUS DAN REKTUM
Pemeriksaan colok dubur hanya dilakukan pada kasus sakit perut yang mengarah ke
gawat perut (abdomen akut)
6. Unit Terkait BP

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PASIEN ALERGI URTIKARIA Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Urtikaria merupakan reaksi alergi yang terutama bermanifestasi dikulit berupa oedem
setempat yang timbul cepat dan menghilang perlahan. Reaksinya dapat berlangsung
akut dan kronik. Oedem dapat terjadi dijaringan yang lebih dalam misalnya di
subkutan, saluran nafas, atau organ kardiovaskular. Oedem yang terjadi dilaring dapat
terjadi fatal
Bebrapa penyebab urtikaria fatal adalah :
- Obat-obatan seperti pinisilin, golongan sulfa, dan obat lain yang ada orang
tertentu mengakibatkan hipersensitifitas yang tinggi
- Makan seperti : telur, gula, ikan, kacang dan lain-lain
- Gigitan serangga
- Zat penghisap seperti pulotan dan debu
- Zat terpanjang seperti cat rambut
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam pienatalaksanaan terjadinya alergi pada pasien.

3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa


- Adanya riwayat kontak dengan zat allergen beberapa saat sebelumnya
terjadinya urtikaria atau jenis alergi lainnya
- Dapat terjadi kelainan kulit seperti : Oedem yang gatal, terasa panas
sampai nyeri, Oedemnya dapat beragam dari yang kecil sampai
dengan yang berbentuk plakat
- Jika terjadi Oedem disaluran nafas, dapat terjadinya penyumbatan
saluran nafas

2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik :


- Lakukan pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, nadi

3. Dokter melakukan terapi


- Factor penyebab allergen harus segera dihilangkan
- Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan nafas memerlukan injeksi
adrenalin 0,3 ml disusul dengan kortikosteroid :deksametason i.v 5 mg
yang dapat diulang sesuai dengan kebutuhan
- Sementara itu diusahakan untuk membebaskan jalan nafas
- Pada pasien dengan sumbatan jalan nafas ini harus segera dirujuk
kerumah sakit
- Jika pada pasisen alergi yang hanya berbentuk urtikaria, tanpa
sumbatan jalan nafas dapat dirawat jalan dengan pemberian obat
antihistamin seperti CTM 3x4 mg/hari pemberian kortikosteroid
dexametason atau prednisone dapat dilakukan 3x1 tab/hari
- Antipruritus topical seperti bedak yang mengandung mentol atau
kamfor hanya bersifat simtomatik, tapi dapat memperbaiki keadaan
6. Unit Terkait BP, KIA, UGD

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PROSEDUR TETAP DIAGNOSIS DAN
THERAPI TB PARU Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkuilosa atau bakteri tahan
asam (BTA) yang menyerang jaringan pwru-paru dan bronkus, bersifat kronik dan
dapat menular
Gejala TB paru-paru:
- Batuk lebih dari 4 minggu
- Nyeri dada
- Berkeringat dingin pada malam hari tanpa kegiatan
- Sesak nafas
- Penurunan berat badan yang bermakna
- Demam yang subfebris
Cara penularan :
- Melalui percikan (droplet infeksi)
Klasifikasi :
- Kategori I : pasien baru dengan BTA +
- Kategori II : pasien dengan BTA – pernah diterapi obat TB > 1 bulan
- Kategori III : pasien BTA – gambaran roentogen thorak + TBC
- Program DOTS (Directly Observed Treatment Short Cours) yaitu
adanya pengawasan langsung meminum obat oleh PMO (pengawas
minum obat) setiap hari dala pengobatan jangka pendek
Kegiatan meliputi :
- Penemuan penderita
- Pengolahan penderita
- penyuluhan
2. Tujuan Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan TB paru agar tercapai angka konvesi
sputum > 80 % dan angka kesembuhan > 85 %
3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa : sesuai dengan gejala diatas


2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik : terdapat ronci kasar pada apex paru
3. Petugas lab melakukan pemeriksaan sputum dahak pada pagi hari
4. Dokter melakukan terapi :
Kategori I : 6 bulan :
Kombiapak II : 2 bulan diminum setiap hari
Kombiapak III : 4 bulan diminum tiap 3 x 1 minggu
Kategori II : 8 bulan :
Kombipak II : 3 bulan diminum setiap hari + ijk steptomicin 750mg
sebanyak 60 kali
Kombipak IV : 5 bulan diminum 3 x 1mg
Kategori III : 6 bulan :
Kombipak II : 2 bulan diminum setiap hari
Kombipak III : 4 bulan diminum setipa 3 x 1 mg

5. Petugas laboratorium memeriksa ulang darah


Kategori I : seminggu sebelum akhir bulan ke 2, ke 5, dan akhir penyembuhan
Kategori II : seminggu sebelum akhir bulan ke 3, ke 7 dan pada akhir
penyembuhan
Kategori III : hanya pada akhir bulan ke 2 pengobatan

6. Unit Terkait Dokter, perawat dan pemegang program TB

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR LUMPUH/STROKE Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Lumpuh/Stroke adalah kumpulan gejala kelainan Neurologis local yang timbul
mendadak akibat punggung peredaran darah ditolak akibat berbagai penyakit atau
keadaan lain yang merupakan factor resiko dan dapat disertai atau tidak dengan
gangguan kesadaran, manifestasi klinis tergantung lokasi lesi Neuroanatomis sentral.
2. Tujuan 1. Dapat menentukan diagnose dengan tepat dan cepat
2. Memberikan bantuan dan atau rujukan untuk menyelamatkan pasisen
3. Kebijakan

4. Refrensi Buku Standar Operasional Prosedur Departemen Kesehatan RI Jakarta Tahun 2002
halaman 49
5. Prosedur Anamnesis
- Factor-faktor resiko lumpuh/stroke
- Gejala/tanda kelainan neurologis : hemiplegic/parese satu sisi aatau bilateral,
Hemihipesthesi, spastisitas, disaethria, disphagia, aphasia
- Komplikasi/penyakit
Peeriksaan fisik
- Gejala / tanda nurologis
- Status umum : tanda-tanda vital, kordiovaskuler, respirasi
Pengelolaan
- Rujuk pada institusi / Rumah Sakit
6. Unit Terkait BP

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


TATALAKSANA BANTUAN HIDUP
DASAR Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Usaha bantuan hidup tanpa memakai cairan infuse, obat ataupun alat bantu
2. Tujuan Mencegah agar mati klinis tidak berlanjut menjadi mati biologi

3. Kebijakan

4. Refrensi Pelatihan General Emergency Life Support (Gels)

5. Prosedur Bantuan hidup dasar terdiri :


- Jalan napas (A)
- Pernapasan (B)
- Sirkulasi (C)

A. Jalan Napas
- Jalan napas mulai hidung, mulut sampai kerongkongan (Trakea)
- Orang dewasa bernapas melalui hidung dan mulut
- Bayi bernapas melalui hidung
- Penyebab gangguan jalan napas adalah sumbatan bias total / partial
- Obstruksi jalan napas merupakan kematian tercepat

Gejala klinis :
- Napas gaduh / ngorok
- Penderita memegang leher/gelisah
- Sianosis
Penanganan :
- Immbilisasi kepala dan control servikal
- Bebaskan jalan napas dengan metode Chin Life
- Membersihkan rongga mulut dengan cara singger sweep (menyapu
jari penolong dalam rongga mulut) atau suction
- Pemberian O2 10-12 liter/menit

B. Pernapasan
Kecepatan orang barnafas pada :
- Orang dewasa : 12 – 20 x / menit
- Anak-anak : 15 – 30 x / menit
- Bayi : 30 – 50 x / menit
Pernapasan yang menunjukan tanda sesak
- Pernapasan cuping hidung
- Pernapasan cepat (takipnoe)
- Pernapasan berat (dispnoe)
Penanganan
- Pemberian O2 10 – 12 liter / menit
- Pernapasan buatan
- Tindakan resusitasi antara pasang WSD dll

C. Sirkulasi
- Terdiri dari jantung dan aliran darah
- Pemeriksaan ditujukan pada :
1. Denyut Jantung
- Orang dewasa : 60 – 80 x/ menit
- Anak (2- 10th) : 80 – 120 x / menit
- Bayi : 120 – 160 x /menit
2. Tekanan darah sistolik 90 – 140 mmhg
Anak = 70 – (2x usia dalam tahun)
- Penentuan denyut nadi pada orang dewasa dan anak meraba
A. Karotis
6. Unit Terkait BP, KIA, RS (kasus rujuk)

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PENGOBATAN FARINGITIS AKUT Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Faringitis akut merupakan baagian dari infeksi akut dari orofaring yaitu Tonsilifaring
akut ataupun Ringo Faring (Influenza)
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam pengobatan penderita dengan faringitis
- Dinas Kesehatan dapat dengan cepat mengetahui penyakit pada masyarakat untuk
melakukan penanggulangan sejak dini
3. Kebijakan Departemen Kesehatan RI

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Gambaran Klinis


Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan yang
mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya, nyeri kadang sampai
telinga
Hyperemia jaringan limfoid didinding belakang faring yang kadang disertai
dengan folikel bereksudat yang menandakan adanya infeksi sekunder

2. Pengobatan
Hamper sama dengan pengobatan influenza yaitu : istirahat dan banyak minum,
paracetamol 3 x 500 mg atau asetosal 3 x 300 – 500 mg untuk menghilangkan
nyeri dan demam. Efedrin 3 x 10 mg, pseudoefedrin 3 x 30 mg bila terdapat
edema dan ingus yang berlebihan

3. Dosis untuk anak 0,5 mg/kgBB/kali dan Pseudoefedrin 1 mg/kk/BB/kali.


Dextrometorpan 3 x 10 – 15 mg atau codein 3 x 8 mg bila batuk kering. Antibiotic
diberikan bila terjadi infeksi sekunder.
6. Unit Terkait BP

7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PENGOBATAN DIARE Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi dari biasa
2. Tujuan Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare terutama pada bayi dan balita

3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Prinsip utama tatalaksana diare akut adalah pemberian cairan da makanan seta
pengobatan medikametosa yang rsional yang jelas penyebabnya
- Hipertensi sedang bila tekanan dastolik antara 105 – 114 mmHg
2. Pemberian cairan
Cairan rehidrasi Oral (Oralit)
Diberikan kepada semua penderita diare dengan dosis
- Dibawah 1 th : 3 jam pertama 1,5 gelas lalu 0,5 gelas tiap hari
- 1 – 4 th : 3 jam pertama 3 gelas lalu 1 gelas diap diare
- 5 – 12 th : 3 jam pertama 6 gelas lalu 1, 5 gelas tiap diare
- > 12 th : 3 jam pertama 12 gelas lalu 2 gelas tiap diare
Cairan Rehidrasi Parenteral
Diberikan kepada enderita diare dengan dehidrasi berat atau keadaan umum menurun,
sangat lemah, muntah-muntah berat sehinngga tidak dapat minum sama sekali
kecepatan cairan :
- Pada Neonatus harus hari-hari diberikan dalam waktu 3 jam 20 ml/kgBB
- Pada bayi , anak, dewasa 100 ml/kgBB dengan perincian sebagai berikut :
< 12 bulan – awal 30 ml/kgBB/1 jam lalu 70 ml/kgBB/5 jam
>12 bulan – awal 30 ml/kgBB/0,5 jam lalu 70 ml/kgBB/5 jam
- Dievaluasi setiap 1 – 2 jam bila dehidrasi belum ada kemajuan cairan IV
diberikan lebih cepat. Bila anak sudah dapat minum berikan larutan oralit 50
ml/kgBB/jam. Bila dehidrasi telah diatasi beri oralit seperti penderita diare
dengan dehidrasi ringan/sedang.
3. Pengobatan Dietetik
- Beri makanan seperti semua sedini mungkin sesuai kebutuhan
- Bagi yang dapat ASI jangan dihentikan
- Bagi yang tidak mendapatkan ASI teruskan dengan susu formula
4. Pengobatan Medikametosa
- Hanya diberikan sesuai indikasi
- Anti diare tidak direkomendasikan
- Antibiotika atau antimikroba hanya diberikan pada Cholera, disentri,
Shigella dan Amoebiasis sesuai kebutuhan
6. Unit Terkait BP, KIA dan UGD
7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan


PENGOBATAN ISPA Disahkan Oleh Kepala UPTD
No : Puskesmas Pandan Agung
Dokumen : / 201
Terbitan :
SOP
UPTD No. Revisi :
Puskesmas Tgl. Terbit : LINDAWATI, SKM.M.Kes
Pandan Agung NIP.19710523 199103 2 003
Halaman :

1. Pengertian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut meliputi hidung, telinga, tenggorokan,
trakea, bronchous dan paru yang dibagi menjadi 3 klasifikasi :
1. ISPA berat (Pneumonia Berat) ditandai tarikan didinding pada bawah kedalam
pada waktu inspirasi
2. ISPA sedang (Pneumonia) ditandai nafas cepat > 1 th 50 x /menit/lebih < 1 tahun
40 x/menit atau lebih
3. ISPA Ringan (bukan Pneumonia) ditandai batuk pilek tanpa nafas cepat dan tanpa
tarikan bawah
2. Tujuan Menurunkan angka kesakitan dan kematian balita akibat ISPA

3. Kebijakan

4. Refrensi

5. Prosedur 1. Penderita dengan ISPA berat beri dosis pertama antibiotika dan rujuk kerumah
sakit
2. Penderita ISPA sedang (Pneumonia beri antibiotika selama 5 hari beri pelega
tenggorokan pada penderita batuk (missal OBH atau obat batuk tradisional)
- Bila ada demam beri parasetamol
- Nasehati ibu kunjungan ulang 2 hari
3. Pada penderita ISPA ringan (bukan Pneumonia)
- Jika batuk > 30 hari rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
- Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
- Nasehati ibu kapan harus kembali segera
- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan
4. Dosis pemberian Antibiotika dan Parasetamol
Antibiotika pilihan pertama : Kotrimoksazole
Antibiotika pilihan kedua : Amoksilin
Ampisilin PCT
Kotrimoksazole 3 x sehari selama
2 x sehari selama 5 hari 5 hari
UMUM//BB
Tablet Tablet
Sirup Sirup
Dewasa Anak

2 – 4 bulan ( 4 - < 6 kg ) ¼ 1 2, 5 ml 2,5 ml

4 – 12 bulan ( 4 - < 10 kg ) ½ 2 5 ml 5 ml

12 bln – 5 th ( 10 - < 19 kg ) ¾ 3 7,5 ml 10 ml

6. Unit Terkait KIA Apotik dan UGD


7. Rekaman historis perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai