Anda di halaman 1dari 122

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehamilan merupakan suatu periode transisi pada kehidupan seorang


wanita dan terjadi karena adanya konsepsi atau penyatuan antara sel sperma
dan ovum (Lowdermilk et al., 2012; Indriyani, 2013 dalam
simtakp.uui.ac.id). Menurut Saminem (2009 dalam simtakp.uui.ac.id),
seorang wanita akan mengalami berbagai perubahan selama kehamilan, baik
secara fisik maupun psikologis. Perubahan fisik yang terjadi meliputi
penambahan ukuran abdomen karena terdapatnya janin dalam rahim,
pembesaran ukuran payudara, peningkatan berat badan, dan sebagainya.
Perubahan fisik yang terjadi tersebut juga disertai perubahan kondisi
psikologis, misalnya merasa ambivalen, depresi, dan cemas menghadapi
persalinan.

Menurut Saminem (2009 dalam simtakp.uui.ac.id), kehamilan dibagi


menjadi 3 periode, yaitu trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua
(13–27 minggu), dan trimester III (28–40 minggu). Pada masing-masing
trimester, ibu hamil menunjukkan keluhan yang berbeda. Menurut Indriyani
(2013 dalam simtakp.uui.ac.id), pada trimester pertama ibu hamil sering
mengeluhkan mual dan muntah saat pagi hari, sedangkan pada trimester
kedua kondisi ibu hamil pada umumnya lebih stabil karena sudah melewati
masa kritis, dan pada trimester III ibu hamil sering merasakan cemas karena
akan menghadapi persalinan. Akan tetapi, tidak menutup `kemungkina

1
bahwa ibu hamil juga merasakan ketidaknyamanan lain selama
kehamilannya.

Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai
perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih
banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang
perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang
berada di dalam ataupun yang ada di luar. Maka dari itu peran dari
bidan/tenaga kesehatan lain sangatlah penting dan dibutuhkan untuk
menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang
sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan Bio psikologis,
sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama, terutama pada ibu
hamil yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologi alat kandungan
serta ibu hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya.

Berdasarkan uraian diatas, kelompok kami bermaksud untuk


membahas betapa pentingnya pemeriksaan dan penjelasan pada ibu hamil di
tiap trimesternya. Juga untuk menggali lebih dalam mengenai asuhan
keperawatan seperti apa yang dibutuhkan oleh ibu hamil dengan kondisi
normal.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar tentang kehamilan, meliputi
definisi, tujuan, perubahan fisik dan psikis pada ibu hamil, yang
mungkin terjadi. Juga, untuk mengetahui apa saja konsep asuhan
keperawatan yang harus dilakukan pada ibu hamil yang normal

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi tentang perawatan pada kehamilan
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya perawatan pada kehamilan
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kehamilan
4. Untuk mengetahui perubahan fisik dan psikis pada ibu hamil di
setiap trimester
5. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan yang tepat pada ibu
hamil normal, mulai dari pengkajian, diagnosa yang mungkin
muncul, dan perencanaan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Kehamilan


2.1.1. Definisi

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah. Setiap


wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria sangat besar kemungkinan akan mengalami
kehamilan (Mandriwati,2008 dalam repository.ac.id).

Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan


oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya,
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan (Depkes RI, 2010 dalam repositori.usu.ac.id).

Perawatan kehamilan merupakan suatu program


berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran, dan
nifas yang terdiri atas edukasi, scrining, deteksi dini,
pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu
merawat bayi dengan baik (Sosroatmodjo, 2010 dalam
repositori.usu.ac.id).

4
2.1.2. Tujuan
a. Tujuan Perawatan Kehamilan
Menurut Mansjoer (2005) dalam repositori.usu.ac.id,
tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau kompliksi yang mungkin terjadi
selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum.

b. Tujuan Asuhan Keperawatan


Tujuan asuhan keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan diagnosis kehamilan dan kunjungan ulang
2) Memonitor secara akurat dan cermat tentang kemajuan
kehamilan
3) Penyuluhan ibu dan keluarga untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan janin selama
kehamilan
4) Membantu menurunkan keluhan ketidaknyamanan
5) Mengidentifikasikan komplikasi
2.1.3. Fisiologis Kehamilan

Fisiologis adalah merupakan cabang dari Ilmu biologis yang


mempelajari objek spesifik makhluk hidup dari sudut pandang
struktur dan fungsinya. Secara terminologis istilah fisiologis berasal
dari bahasa Yunani yaitu (Physis alam dan Logos: Ilmu).

5
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh
pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan
sel telur oleh sel sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan
hormon yang sangat berubah drastis (Wikepedia, 2007 dalam
repository.ac.id)

a. Penyebab Fisiologis Selama Kehamilan

Ada dua penyebab terjadinya fisiologis pada ibu hamil,


diantaranya adalah :
1) Selama kehamilan tubuh akan menghasilkan banyak
hormone progesterone yang sama konsistensinya meningkat
persis sebelum timbulnya menstruasi karena peningkatan
hormone hampir semua wanita bahkan pada kehamilan
yang paling positif ibu akan merasakan depresi rasa takut
dan bimbang.
2) Hormone estrogen ibu meningkat dan menyebabkan ibu
merasa mual dan muntah pada pagi hari, sering buang air
kecil, dan payudara terasa nyeri. Ibu merasa tidak sehat
sehingga sulit bagi ibu ini merasakan kebahagian atas
kehamilanya. Hal ini dapat terjadi pada psikologis dan
fisiologis ibu secara fisik.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan


Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu
faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan
ekonomi.

6
1) Faktor fisik
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan
dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat
diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin,
atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan
kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC)
tersebut adalah :

a) Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian


kesehatan ibu dan janin pun dapat dipastikan
keadaannya.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan
mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan
selalu memberikan saran dan informasi yang sangat
berguna bagi ibu dan janinnya.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan
dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan
janinnya.
d) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan
selamat. Dengan mengenali kelainan secara dini,
memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan
persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan
dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan
semua pihak.

7
e) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika
kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar,
maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan
lancar.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
bayi. Bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima
bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah
melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun.

2) Faktor Psikologis
Yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :

a) Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat


mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat
mengalami keterhambatan perkembangan atau
gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu
tidak tertangani dengan baik.
b) Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar
dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal,
maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih
bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan dan masa nifas.

8
3) Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi.

Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya


hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja
ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang
digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak
merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap
rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan
juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan
dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat
padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap
dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya Yang tak kalah
pentingadalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu
menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya
setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang
menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses
kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang
cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan
melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan
adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan
dapat berjalan dengan baik.

4) Perubahan Hormonal Selama Kehamilan


Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
terutama meliputi perubahan konsentrasi hormon seks yaitu

9
progesteron dan estrogen. Pada awal kehamilan, terjadi
peningkatan hormon hCG dari selsel trofoblas. Juga
terdapat perubahan dari korpus luteum menjadi korpus
luteum gravidarum yang memproduksi estrogen dan
progesteron.
Pada pertengahan trimester satu, produksi HCG
menurun, fungsi korpus luteum gravidarum untuk
menghasilkan estrogen dan progesteron pun digantikan oleh
plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen dan
progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya pada akhir trimester tiga. Kadar puncak
progesteron dapat mencapai 400 µg/hari dan estrogen 20
µg/hari.
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting
yang mempengaruhi sistem organ termasuk rongga mulut.
Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat ditemukan
pada jaringan periodontal. Maka dari itu,
ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam
patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon seks
steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva,
mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal, dan sistem
imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan klinis
dan mikrobiologis pada jaringan periodontal :
a) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan
peningkatan kedalaman saku periodontal.
b) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi.

10
c) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan
produksi antibodi.
d) Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya
Porphyromonas gingivalis).
e) Peningkatan sintesis PGE2.

2.1.4. Perubahan Fisik dan Psikologis Pada Ibu Hamil

Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga


mengalami perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk
keperluan tumbuh dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut
difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun
fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh
pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan
dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

a. Perubahan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Trimester 1
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada
vulva, vagina dan serviks menjadi lebih merah agak
kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina mengalami
peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita
hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell
yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak
dan kenyal.

11
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperplasia & hipertropi otot, dan perkembangan desidua.
Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus
pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada
kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek
dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur
angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi
pada istmus uteri membuat istmus menjadi panjang dan
lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu
kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak nyeri.

Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama


kehamilan. Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi
pada awal kehamilan, masih terdapat satu corpus luteum
gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu, kemudian mengecil setelah plasenta
terbentuk.1

b) Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan
terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-
pembuluh darah alat genetalia membesar. Peningkatan
sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua
kehamilan. Peningkatan kongesti yang berat ditambah

12
relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus dapat
menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema
dan varises ini biasanya membaik selama periode pasca
partum.

Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami


pembesaran tidak lagi cukup tertampung dalam rongga
pelvis sehingga uterus akan naik ke rongga abdomen.
Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi
dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak
teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai
kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik
dengan intensitas antara 5-25 mmHg.1 Pada usia
kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan
menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.

c) Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai
persiapan untuk persalinan yang seringnya melibatkan
peregangan vagina. Ketebalan mukosa bertambah,
jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami
hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina
yang berwarna keputihan dan lebih kental.

Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin


mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen
pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.

13
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen
bawah uterus pada trimester akhir. Otot-otot uterus bagian
atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus
akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa
akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara
segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis
disebut lingkaran retraksi fisiologis.

2) Sistem Kardiovaskuler
a) Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada
8 minggu pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima
curah jantung mengalami peningkatan yang merupakan
fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta
peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi
pada minggu ke 10-20.
b) Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan
menekan vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu
berada pada posisi terlentang. Hal itu akan berdampak
pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga
terjadi penurunan preload dan cardiac output yang
kemudian dapat menyebabkan hipotensi arterial.
c) Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta
pada pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran

14
darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang ini
akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan
dengan posisi miring.

3) Sistem Pernafasan
a) Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat
pada awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan
sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya
kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada
apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan
kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan
sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat
tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan
karbokdioksida berkurang.
b) Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan
bertambah kurang lebih 6 cm dan diafragma akan naik
kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga
abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume
ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit
akan bertambah secara signifikan.
c) Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring
pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen.
Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume
ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit

15
akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita
hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen
meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh
meningkatnya sekresi progesteron.

4) Sistem Urinaria
a) Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria
tertekan oleh uterus sehingga sering timbul keinginan
berkemih. Hal itu menghilang seiring usia kehamilan
karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga
pelvis dan naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit
bertambah besar selama kehamilan. Laju filtrasi glomerulus
(GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal
kehamilan.
b) Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis
sehingga penekanan pada vesica urinaria pun berkurang.
Selain itu, adanya peningkatan vaskularisasi dari vesica
urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan menjadi
mudah berdarah bila terluka.
c) Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu
atas panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica
urinaria. Keluhan sering berkemih pun dapat muncul
kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di

16
ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju
filtrasi glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul
gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam
amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.
5) Sistem Muskuloskeletal
a) Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
musuloskeletal. Akibat peningkatan kadar hormone
estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi dari jaringan
ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah
cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut
meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian.
Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya
normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk
terpenuhi.
b) Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini
mobilitas persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh
peningkatan retensi cairan pada connective tissue, terutama
di daerah siku dan pergelangan tangan.
c) Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya
wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung
lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis, dan pubis akan
meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan

17
perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
6) Sistem Persarafan
a) Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah
pemusatan perhatian, konsentrasi dan memori selama
kehamilan dan masa nifas awal. Namun, penelitian yang
sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas
dan seringkali bersifat anekdot.
b) Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut
hingga 2 bulan pertama pascapartum, wanita mengalami
kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam tidur
malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang
berkurang.
c) Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya
penurunan memori terkait kehamilan yang terbatas pada
trimester tiga. Penurunan ini disebabkan oleh depresi,
kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik lain yang
dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori yang
diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah
kelahiran.
7) Sistem Pencernaan
a) Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan
karena perubahan posisi lambung dan aliran asam lambung

18
ke esophagus bagian bawah. Produksi asam lambung
menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena
pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus
otot-otot traktus digestivus juga berkurang. Saliva atau
pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa
wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin
berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut
mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual.
b) Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus
akan tergeser. Demikian juga dengan organ lain seperti
appendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan
trimester 3.
c) Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan
motilitas otot polos pada organ digestif dan penurunan
sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus sphincter esofagus
bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks
dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan
seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga
memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi
dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan
mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung.
8) Payudara / mammae
a) Trimester 1

19
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga
akan lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar
pula dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan
membesar dan cenderung menonjol keluar dinamakan
tuberkel Montgomery.
b) Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu
dapat keluar cairan kental kekuning-kuningan yang disebut
Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus yang mulai
bersekresi.selama trimester dua. Pertumbuhan kelenjar
mammae membuat ukuran payudara meningkat secara
progresif. Bila pertambahan ukuran tersebut sangat besar,
dapat timbul stria stria seperti pada abdomen. Walaupun
perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap
pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat
sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan
plasenta lahir.
c) Trimester 3
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan
mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut
Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah di dalamnya
lambat dan payudara menjadi semakin besar.

20
9) Kulit
a) Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon
perangsang melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan
sampai aterm yang menyebabkan timbulnya pigmentasi
pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam
kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen.
Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum
(topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada
areola dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan
menghilang atau berkurang setelah melahirkan.

Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik


penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada
atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus
angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang
juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh hiperestrogenemia kehamilan.

b) Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH)
pada masa ini menyebabkan perubahan cadangan melanin
pada daerah epidermal dan dermal.
c) Trimester 3
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat
muncul garis-garis kemerahan, kusam pada kulit dinding
abdomen dan kadang kadang juga muncul pada daerah

21
payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering
disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara,
selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis
mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae
kehamilan sebelumnya.

10) Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan


a) Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan
yang sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya
payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan
ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan
terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang
menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan
lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada
awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang
lebih 1 kg.
b) Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama
oleh karena perkembangan janin dalam uterus.
c) Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat
mencapai 2 kali lipat bahkan lebih dari berat badan pada
awal kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada
pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi
cairan tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan
oleh peningkatan tekanan vena di bagian yang lebih rendah

22
dari uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan
tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung
menimbulkan edema pada akhir kehamilan.

11) Perubahan Hematologis


a) Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama
kehamilan. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit
menurun sejak trimester awal kehamilan. Sedangkan
konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga
cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
b) Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh
meningkatnya plasma dan eritrosit. Terjadi hiperplasia
eritroid sedang dalam sumsum tulang dan peningkatan
ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia
gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat produksi eritrosit
paling tinggi.
c) Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit
menurun selama kehamilan menyebabkan viskositas darah
menurun pula. Perlu diperhatikan kadar hemoglobin ibu
terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb <

23
11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya
disebabkan oleh defisiensi besi.

b. Perubahan Psikologis
1) Trimester 1
Setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini akan
menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari,
lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak
sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu
berharap untuk tidak hamil. Hampir 80 % kecewa, menolak,
gelisah, depresi dan murung. Kejadian gangguan jiwa sebesar
15 % pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan
pertama.
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan
trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini
menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar
melalui serangkaian aktifitas. Trimester pertama ini sering
dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta
wanita bahwa ia hamil. Beberapa tahapan aktifitas penting
seseorang menjadi ibu :
a) Taking On

24
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu
akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran
ibu.
b) Taking In
Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran
yang dilakukan
c) Letting Go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang
sudah dilakukannya. Kehamilan pada trimester I ini
cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui
seorang ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap
taking on. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu
mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa
dirinya memang hamil.

2) Trimester II
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase yaitu
prequickeckening dan postquickening yang dapat dilihat pada
penjelasan berikut :
a) Fase Prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa
preqiuckening (sebelum adanya pergerakan janin yang
dirasakan ibu) pada trimester kedua, ibu hamil
mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di
dalammya dengan ibunya yang telah terjadi selama ini.
Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala
hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan

25
menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan
dengan anak yang akan dilahirkannya.
b) Fase Postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening (setelah
adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu) identitas
keibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus
pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru
sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan
kesedihan meninggalkan peran lamanya sebelum
kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil
pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan
pengertian bahwa ia tidak harus membuang segala peran
yang ia terima sebelum kehamilannya.
3) Trimester III
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal
yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu
merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya
tanda dan gejala akan terjadi persalinan. Ibu seringkali merasa
khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit
dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan

26
jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan
keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga sering kali disebut periode
menunggu/penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III
adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan
sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi (Ade, 2011 dalam repository.ac.id).

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Normal


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian ibu pada masa kehamilan terdiri dari pengkajian
riwayat menstruasi, riwayat obstetric, riwayat kontrasepsi, riwayat
penyakit dan operasi, dan riwayat kesehatan.
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat
obstetri meliputi hal-hal di bawah ini:
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan.
4) Jenis anestesi dan kesulitan pesalinan.

27
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi.
7) Rencana menyusui bayi.

b. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk
menentukan taksiran persalinan (TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk
menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus
Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.

Contoh :

HPHT 30 Agustus 2014 berarti TP tanggal 6 Juni 2015.


Aturan naegle lebih akurat dilakukan pada ibu dengan siklus
menstruasi yang teratur dengan 28 hari, kurang akurat pada ibu
dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.

c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk
pada janin, ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang
lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
saat kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual janin.

d. Riwayat Penyakit dan Operasi

28
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti
diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus didokumentasikan.

e. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai


berikut :
1) Usia, ras dan latar belakang etnik (berhubungan dengan
kelompok resiko tinggi untuk masalah genetis seperti
anemia sicle sel, talasemia).
2) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
3) Penyakit kronis (menahun-terus menerus), seperti asma
dan jantung.
4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi dan cedera (pelvis
dan pinggang).
5) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular
seksual, dan tuberkulosis.
6) Riwayat dan perawatan anemia.
7) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
8) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat,
dan minuman ringan lainnya.
9) Merokok (jumlah batang perhari).
10) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat
meningkatkan risiko terinfeksi toxoplasma.

29
11) Alergi dan sensitif dengan obat.
12) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
13) Riwayat keluarga. Memberikan informasi tentang
kesehatan keluarga, termasuk penyakit kronis seperti DM
dan jantung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis,
serta riwayat kongenital yang perlu dikumpulkan.
14) Riwayat kesehatan pasangan. Untuk menentukan
kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi.
Penggunaan obat-obatan seperti kokain dan alkohol akan
berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk
menghadapi kehamilan dan persalinan. Rokok yang
digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada ibu dan janin,
terutama resiko mengalami komplikasi pernapasan akibat
sebagai perokok pasif. Golongan darah dan tipe Rhesus
ayah penting jika ibu dengan Rh negatif dan kemungkinan
inkompabilitas darah dapat terjadi.

f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan
untuk mendeteksi masalah fisik yang dapat mempengaruhi
kehamilan.
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya
ditetapkan, karena posisi akan mempengaruhi tekanan
darah pada ibu hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur

30
pada posisi duduk dengan lengan sejajar posisi
jantung. Pendokumentasian perlu dicatat posisi dan
tekanan darah yang didapatkan.
b) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 69-90 kali per
menit. Takikardi bisa terjadi pada keadaan cemas,
hipertiroid, dan infeksi. Nadi diperiksa selama satu
menit penuh untuk menentukan keteraturan sirkulasi
tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan teratur.
c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar
antara 16-24 kali per menit. Takipnea terjadi karena
adanya infeksi pernapasan atau penyakit jantung.
Suara napas harus sama bilateral, ekspansi paru
simetris, dan lapangan paru bebas dari suara napas
abnormal.
d) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-
37,6oC. Peningkatan suhu menandakan terjadi infeksi
dan membutuhkan perawatan medis.
2) Sistem kardiovaskuler
a) Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler adalah
observasi terhadap bendungan vena yang berkembang
menjadi varises. Bendungan vena biasanya terjadi
pada tungkai, vulva, dan rektum.
b) Edema

31
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari
pengisian darah pada ekstremitas akibat perpindahan
cairan intravaskuler ke ruang intertisial. Ketika
dilakukan penekanan dengan jari atau jempol
menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini
disebut pitting edema. Edema pada tangan dan wajah
memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan
tanda dari hipertensi kehamilan.
3) Sistem muskuloskeletal
a) Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi
selama kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan
regangan pada otot punggung dan tungkai.
b) Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai
data dasar untuk dapat menentukan kenaikan berat
badan selama kehamilan. Berat badan sebelum
konsepsi kurang dari 45 kg dan tinggi badan kurang
dari 150 cm, ibu beresiko melahirkan bayi prematur
dan berat badan lahir rendah. Berat badan sebelum
konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan
diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan,
persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks masa tubuh.
c) Pengukuran pelviks

32
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan
untuk menentukan diameternya yang berguna untuk
persalinan per vaginam.
d) Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu
dikaji. Tinggi fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi
diatas simfisis pubis. Kandung kemih harus
dikosongkan sebelum pemeriksaan dilakukan untuk
menentukan keakuratannya. Pengukuran metode Mc.
Donal dengan posisi ibu berbaring.
4) Sistem Neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu
diperlukan bila ibu tidak memiliki tanda dan gejala yang
mengindikasi adanya masalah. Pemeriksaan refleks tendon
sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan
adanya komplikasi kehamilan.
5) Sistem integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat
menandakan anemis, jaundice menandakan gangguan pada
hepar, lesi, hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum,
serta linea nigra berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu
dicatat. Penampang kuku berwarna merah muda
menandakan pengisisan kapiler baik.
6) Sistem endokrin
Pada trisemester kedua kelenjar tiroid membesar,
pembesaran yang berlebihan menandakan hipertiroid dan
perlu pemeriksaan lebih lanjut.

33
7) Sistem gastrointestinal
a) Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan
lembut. Bibir bebas dari ulserasi, gusi berwarna
kemerahan, serta edema akibat efek peningkatan
estrogen yang menyebabkan hiperplasia. Gigi terawat
dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke dokter gigi secara
teratur karena penyakit periodontal menyebabkan
infeksi yang memicu terjadinya persalinan prematur.
Trisemester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
b) Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising
usus lebih nyaman untuk ibu hamil. Bising usus bisa
berkurang karena efek progesteron pada otot polos,
sehingga menyebabkan konstipasi. Peningkatan bising
usus terjadi bila menderita diare.
8) Sistem urinaria
Pengumpulan urine untuk pemeriksaan dilakukan
dengan cara urine tengah. Urine diperiksa untuk mendeteksi
tanda infeksi saluran kemih dan zat yang ada dalam urine
yang menandakan suatu masalah.
a) Protein
Protein seharusnya tidak ada di dalam urine. Jika
protein ada dalam urine, hal ini menadakan adanya
kontaminasi sekret vagina, penyakit ginjal, serta
hipertensi pada kehamilan.

34
b) Glukosa
Glukosa dalam jumlah kecil didalam urine bisa
normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang
besar membutukan pemeriksaan gula darah.

c) Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah meakukan
aktivitas yang berat atau pemasukan cairan dan
makanan yang tidak adekuat.
d) Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan
infeksi saluran kemih yang biasa terjadi pada ibu hamil.
9) Sistem reproduksi
a) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puting, dan
pengeluaran kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan
dan tidak simetris pada payudara membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut.
b) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa prineum, vulva, dan
anus perlu diperiksa dari eksoriasi, ulserasi, lesi,
varises, dan jaringan parut pada perineum.
c) Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang
tidak hamil dan berwarna merah kebiruan pada ibu
hamil yang disebut tanda Chadwik.

35
2.2.2. Diagnosa keperawatan
a. Trimester 1:
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah, menurunnya nafsu
makan ditandai dengan klien mengatakan kurang minat
terhadap makanan, membrane mukosa dan konjungtiva
pucat, klien mengatakan tidak nafsu makan, berat badan
menurun 20%.
2) Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan
output berlebihan.
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan mobilitas
saluran gastrointestinal ditandai dengan klien
mengatakan nyeri pada abdome, perubahan pada pola
defekasi, penurunan volume feses, distensi abdomen,
feses yang keras dan berbentuk, pengeluaran cairan feses
lambat, mengejan sat defekasi.
4) Kelelahan berhubungan dengan kehamilan.

b. Trimester 2:
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
biofisik (kehamilan) ditandai dengan klien
mengungkapkan perubahan pada keterlibatan sosial.
c. Trimester 3:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pergeseran
diafragma karena pembesaran uterus ditandai dengan

36
keluhan-keluhan sesak nafas, dipsnea, perubahan
kedalaman pernafasan.
2) Kurang pengetahuan mengenai proses kehamilan Kurang
pengetahuan mengenai proses kehamilan berhubungan
dengan kurang pemahaman terhadap sumber-sumber
informasi ditandai dengan meminta informasi, pernyataan
msalah atau konsep yang salah.
3) Nyeri akut berhubungan dengan perubahan pada
menkanika tubuh, efek-efek hormone, ketidakseimbangan
elektrolit ditandai dengan melaporkan ketegangan pada
punggung, kram kaki, nyeri ulu hati
4) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi/maturasi, tidak adekuatnya kesempatan untuk
menyiapkan diri mengahadapi stressor.
5) Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan ketakutan
akan kehamilan ditandai dengan Perubahan pola
seksualitas berhubungan dengan ketakutan akan
kehamilan ditandai dengan klien melaporkan adanya
kesulitan, keterbatasan atau perubahan dalam aktivitas
seksual

37
2.2.3. Rencana Keperawatan
a. Trimester I
No Dx. Kep Tujuan Intervensi

1. Ketidakseimba Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (Nutritional


ngan nutrisi asuhan Management) dan Monitor
kurang dari keperawatan Nutrisi (Monitoring Nutrition):
kebutuhan selama ...x 24
1. Kaji faktor penyebab mual
berhubungan
jam, diharapkan dan muntah.
dengan mual
kebutuan nutrisi 2. Tentukan motivasi klien untuk
muntah,
adekuat (Status mengubah kebiasaan makan.
menurunnya
Nutrisi: Asupan 3. ldentifikasi faktor-faktor yang
nafsu makan
Makanan, cairan berpengaruh terhadap
Ds : dan Zat gizi) hilangnya nafsu makan klien.
klien adekuat dengan 4. Tanyakan pada klien tentang
mengatakan kriteria hasil: alergi makanan.
kurang 5. Tanyakan makanan kesukaan
1. Adanya
berminat klien.
peningkatan berat
terhadap 6. Tentukan kemampuan klien
badan sesuai
makan, klien untuk memenuhi kebutuhan
dengan tujuan
mengatakan nutrisl.
tidak nafsu 2.Tidak terjadi 7. Timbang berat badan klien
makan, penurunan berat pada interval yang tepat.
badan yang 8. Anjurkan masukan kalori
Do :
berarti. yang tepat yang sesuai dengan
membran
gaya hidup.

38
mukosa dan 3.Klien mampu 9. Anjurkan peningkatan
konjungtiva mengidentifikasi masukan zat besi yang sesuai.
pucat, berat kebutuhan nutrisi. 10. Anjurkan peningkatan
badan masukan protein dan vitamin
4. Intake nutrisi
menurun B.
dan cairan
20 % . 11. Anjurkan untuk banyak
adekuat.
makan buah dan minum.
5. Klien 12. Ajarkan klien/keluarga
melaporkan tentang makanan bergizi dan
keadekuatan tidak mahal.
tingkat energi. 13. Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya .
14. Anjurkan klien agar menarik
nafas dalam, perlahan dan
menelan secara sadar untuk
mengurangi mual/muntah.
15. Diskusikan dengan dokter
tentang kebutuhan stimulasi
nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian
makanan melalui slang atau
nutrisi parentaral total agar
asupan kalori yang adekuat
dapat dipertahankan.
16. Kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai jumlah kalori dan

39
jenis zat gizi yang dibutuhkan
untulk memenuhi kebutuhan
energi
17. Berikan obat antiemetik
sebelunm makan atau sesuai
jadwal yang dianjurkan.
18. Buat perencanaan makan
dengan klien untuk
dimasukkan dalam jadwal
makan, lingkungan makan,
kesukaan/ketidaksukaan klien
dan suhu makanarn
19. Dukung anggota keluarga
klien untuk membawa
makanan kesukaan klien.
20. Berikan obat antiemetik
sebelunm makan atau sesuai
jadwal yang dianjurkan.
21. Buat perencanaan makan
dengan klien untuk
dimasukkan dalam jadwal
makan, lingkungan makan,
kesukaan/ketidaksukaan klien
dan suhu makanan.
22. Dukung anggota keluarga
klien untuk membawa

40
makanan kesukaan klien.

2. Risiko kurang Setelah dilakukan Manajemen Cairan x (Fluid Management);


volume cairan tindakan
1. Pertahanan intake dan output yang
berhubungan keperawatan
adekuat
dengan output selama ..x 24 jam
2. Monitor status hidrasi (kelem- baban

41
berlebihan. diharapkan tidak membran, nadi akurat dan tekanan
terjadi darah).
kekurangan 3. Monitor vital sign sesuai kebutuhan.
volume cairan 4. Monitor bunyi paru: Adanya bunyi
dengan kriteria crakles, status respirasi dan tentukan
hasil: adanya oortopneu dan keparahannya
Berikan nutrisi dan cairan.
1. Status hidrasi
5. Monitor intake nutrisi dan cairan
adekuat.
6. Motivasi keluarga untuk membantu
2. Status nutrisi:
klien makan.
Asupan
7. Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
makanan dan
8. Kolaborasi pemberian cairan/ makanan
cairan adekuat
9. Monitor Cairan (Fluid Monitoring):
3. Klien dapat
10. Monitor intake dan output.
mempertanhan
11. Monitor tekanan darah, denyut nadi dan
kan
status respirasi.
keseimbangan
12. Monitor membrane mukosa darn turgor
cairan dalam
kulit.
tubuh.
13. Kelola pemberian cairan sesuai
kebutuhan. Pertahankan kecepatan
pembe rian cairan intra vena.
14. Kelola pemberian obat-obata yang
meningkatkan urine outp sesuai
kebutuhan.
15. Monitor berat badan.

42
3. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen Konstipasi (Constipation
berhubungan tindakan Management):
dengan keperawatan
1. Kaji dan dokumentasikan: Warna dan
penurunan selama ….x 24
konsistensi feses, keluarnya latus, tidak
motilitas jam diharapkan
adanya bising usus adan distensi
saluran kemampuan
abdomen pada keempat kuadran
gastrointestinal saluran
2. Dapatkan data dasar pada program
Ds: gastrointestinal
defekasi, aktivitas, pengobatan dan pola
klien untuk membentuk
kebiasaan defekasi klien
mengatakan dan mengeluarkan
3. Observasi pola kebiasaan BAB
nyeri pada feses secara
termasuk waktunya, frekuensi BAB,
abdomen, efektif (Bowel
konsistensi BAB, riwayat penggunaan
perubahan Elimination)
obat-obatan laksatif, riwayat diet
pada pola dengan kriteria:
termasuk intake cairan, pola latihan,
defekasi,
1. Pola eliminasi riwayat obstetri dan pembedahan.
penurunan
dalam renang 4. Kaji ulang penggunaan obat- obatan
volume feses
yang yang dapat mempengaruhi fungsi
Do: diharapkan: bowel termasuk anti depresan anti
distensi Feses lembut hipertensi, anti konvulsan, diuretik, anti
abdomen, dan berbentuk kolinergik, suplemen besi dan obat
feses yang angejan penenang.
keras dan 2. Klien 5. Informasikan pada klien kemungkinan
berbentuk, mengeluarkan konstipasi yang dirangsang oleh obat.
pengeluaran feses tanpa 6. Intruksikan klien dalam bantuan
cairan feses bantuan. Klien eliminasi defekasi yang akan
lambat, mengkonsumsi meningkatkan pola defekasi yang

43
mengejan saat cairan dan serat optimal di rumah.
defekasi. dengan adekuat. 7. Ajarkan kepada klien tentang efek diet
3. Klien dapat (misalnya: Cairan.dan serat) pada
mempertahanka eliminasi.
n konsistensi 8. Intruksikan klien tentang konsekuensi
bab lunak 1× penggunaan laksatif jangka panjang.
sehari. 9. Tekankan penghindaran mengejan
4. Klien dapat selama defekasi untuk mencegah
mengidentifikas perubahan tanda vital sakit kepala atau
i pencegahan perdarahan
dan pengobatan 10. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk
konstipasi. meningkatkan serat dan cairan dalam
5. Klien diet.
melaporkan 11. Konsultasikan kepada dokter tentang
keluarnya feses penurunan/peningkatan frekuensi
dengan bising usus.
berkurangnya 12. Konsultasikan kepada dokter jika tanda
nyeri dan dan gejala konstipasi terus berlangsung
mengejan Kolaborasi dalam pemberian laxative
dan suppositoria.
13. Palpasi adanya distensi abdomen,
perkusi bunyi dullnes dan auskultasi
bunyi peristaltik usus. Pada klien
dengan konstipasi, abdomen sering
mengalami distensi
14. Berikan privasi dan keamanan untuk
klien selama eliminasi defekasi.

44
15. Dorong intake makanan berserat,
seperti buah-buahan segar dan sayur-
sayuran.
16. Dorong intake cairan 1,5 s/d 2 liter per
hari.
17. Aniurkan klien untuk meminta obat
nyeri sebelum defekasi untuk
memudahkan keluarnya feses tanpa
nyeri.
18. Berikan perawatan dalam sikap yang
menerima, tidak menghakimi.

4. Kelelahan Setelah dilakukan Management Energi (Energy


berhubungan tindakan manajemant):
dengan keperawatan 1. dengan peningkatan kelelahan,
kehamilan selama …x 24 kemampuan untuk menunjukkan
jam diharapkan aktivitas harian, waktu peningkatan
klien dapat energi, kemampuan untuk konsentrasi,
beradaptasi mood dan pola kebiasaan dalam
terhadap beraktivitas.
kelelahan dengan 2. Tentukan efek dari kelelahan pada
kriteria hasil : kualitas hidup.
3. Pantau bukti adanya kelelahan fisik dan
1. klien
emosi yang berlebihan pada klien.
menunjukkan
4. Pantau respons kardiorespirasi terhadap
penghematan
aktivitas (misal: Takhi- kardi, dispnea,
energi,
diaporesis, pucat dan frekuensi nafas).
peningkatan

45
ketahanan dan 5. Pantau/catat pola tidur klien dan jumlah
status nutrisi: jam tidurnya.
Energi dengan 6. Pantau lokasi dan sifat
kriteria: ketidaknyamanan atau nyeri selama
- Tingkat daya bergerak /beraktivitas.
tahan klien 7. Tentukan persepsi klien/orang terdekat
adekuat tentang penyebab kelelahan.
untuk 8. Pantau asupan nutrisi untuk menjamin
beraktivita. keadekuatan nutrisi
- Klien dapat 9. Bantu klen untuk mendapatkan istirahat
mempertaha yang cukup
nkan nutrisi 10. Jelaskan hubungan antara kelelahan
yang dengan kehamilan
adekuat. 11. Ajarkan klien yang berarti untuk
2. Klien dapat mengenali tanda dan gejala yang
mempertahank memerlukan pengurangan aktivitas
an 12. Ajarkan teknikmengatur waktu untuk
keseimbangan mengurangi aktivitas
antara aktivitas 13. Ajarkan klien atau keluarga tekhnik
dan istirahat. untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Klien dapat yang dapat meminimalkan penggunaan
menggunakan oksigen
teknik 14. Instruksikan klien atau keluarga untuk
penghematan mengenali tanda dan gejala yang
energy memerlukan aktivitas fisik
4. Klien dapat 15. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang
mengadaptasi cara untuk meningkatkan asupan

46
gaya hidup makanan yang berenergi tinggi
dengan tingkat 16. Dukung klien untuk memillih aktifitas
energi. yang sesuai dengan daya tahan tubuh
5. Klien 17. Anjurkan klien untuk melaporkan
melaporkan aktivitas yang dapat menyebabkan
bahwa energi kelelahan
terpulihkan 18. Bantu aktivitas menghibur yang ringan
setelah (misalnya membaca, berbincang
istirahat. dengan orang lain untuk meningkatkan
relaksasi
19. Rencanakan periode aktivitas saat klien
mempunyai banyak tenaga
20. Batasi stimulus lingkungan (misalnya:
pencahayaan dan kegaduhan)

b. Trimester II
No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi

1. Gangguan citra Setelah 1. Diskusikan persepsi klien tentang citra


tubuh dilakukan tubuhnya yang dulu dan saat ini
berhubungan tindakan 2. Disjusikan potensi citra tubuh yang
dengan keperawatan lain
perubahan selama ..x 24 3. Motivasi klien untuk melakukan
biofisik Gangguan citra aktivitas yang mengarah kepada
(kehamilan) tubuh berkurang pembentukan tubuh yang ideal
ditandai dengan dengan kriteria
: hasil :

47
Ds: 1. Tidak terjadi
klien perubahan
mengungkapkan gaya hidup
perubahan gaya 2. Tidak terjadi
hidup perubahan
Do: pada
perubahan pada keterlibatan
keterlibatan social.
social.

c. Trimester III
No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi

1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Pantau kecepatan, irama, dan


efektif tindakan kedalamn respirasi.
berhubungan keperawatan 2. Dokumentasikan semua data
dengan diharapkan pola pengkajian (misalnya:
pergeseran nafas efektif dan Sensori, bunyi nafas, pola
diafragma ventilasi adekuat pernafasan).
karena (Respiratory 3. Anjurkan nafas dalam melalui
pembesaran Status : abdomen selama periode
uterus. Ventilation/Statu distress pernafasan.
s Respirasi : 4. Atur posisi klien semifowler
Ds: Ventilasi), untuk memaksimalkan
keluhan-keluhan dengan kriteria : ventilasi.
sesak nafas 5. Dorong klien untuk bernafas
1. Klien
pelan dan dalam.
Do: menunjukkan

48
perubahan pola nafas 6. Monitor status respirasi dan
kedalaman adekuat. oksigenasi sesuai kebutuhan.
pernafasan. 2. Klien 7. Monitor respirasi dan status
menunjukkan O2.
kedalaman 8. Observasi adanya tanda-tanda
inspirasi dan hipoventilasi.
kemudahan 9. Monitor adanya kecemasan
bernafas. klen terhadap oksigenasi.
3. Tidak ada 10. Informasikan kepada klien
penggunaan dan keluarga tentang teknik
otot bantu relaksasi untuk meningkatkan
pernafasan. pola pernafasan.
4. Tidak ada 11. Informasikan kepada
bunyi nafas klien/keluarga bahwa tiidak
tambahan. boleh merokok diruangan.
5. Tidak ada 12. Instruksikan klien/keluarga
nafas pendek. untuk memberitahu perawat
6. Irama nafas, pada saat terjadi pola nafas
frekuensi nafas tidak efektif.
dalam batas
normal.
7. Tidak ada
suara nafas
abnormal.
2. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan asuhan pasien berhubungan dengan
mengenai keperawatan proses kehamilan yang

49
proses diharapkan spesifik.
kehamilan pengetahuan klien 2. Tentukan motivasi klien untuk
berhubungan tentang proses mempelajari informasi-
dengan kurang kehamilan informasi yang khusus
pemahaman meningkat (misalnya : Status psikologis,
terhadap (Knowlwdge orientasi, nyeri, keletihan,
sumber-sumber Disease Process) tidak terpenuhinya kebutuhan
informasi dengan kriteria: dasar, keadaan emosional dan
ditandai dengan adaptasi terhadap sakit.)
1. Menjelaskan
meminta 3. Berikan pengajaran sesuai
proses
informasi, dengan tingkat pemahaman
kehamilan.
pernyataan klien, mengulang informasi
2. Menjelaskan
msalah atau bila diperlukan.
perubahan
konsep yang 4. Sediakan lingkungan yang
fisiologi proses
salah. kondusif untuk belajar.
kehamilan.
5. Berikan informasi kepada
3. Menjelaskan
klien tentang kondisinya.
tanda-tanda
6. Berikan informasi tentang
dan gejala
tindakan diagnostik yang
kehamilan
dilakukan.
normal.
7. Diskusikan perubahan
4. Menjelaskan
perilaku yang dapat mencegah
tindakan-
komplikasi.
tindakan untuk
8. Sediakan waktu bagi klien
meminimalkan
untuk menanyakan beberapa
keluhan
pertanyaan dan mendiskusikan
selama proses
permasalahannya.

50
kehamilan. 9. Ikutseratakan keluarga atau
anggota lain bila
memungkinkan.
10. Rencanakan penyesuaian
dalam penganganan bersama
klien dan dokter untuk
memfasilitasi kemampuan
klien mengikuti penanganan
yang dianjurkan.
11. Jelaskan perubahan isologi
proses kehamilan.
12. Jelaskan tanda-tanda dan
gejala kehamilan normal.
13. Berinteraksi kepada klien
dengan cara yang tidak
menghakimi untuk
memfasilitasu pengajaran.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji secara komprehensif
berhubungan tindakan tentang nyeri, meliputi:
dengan keperawatan Lokasi, karakteristik dan
perubahan pada selama ..x 24 onset, durasi, frekuensi,
menkanika diharapkan klien kualitas, intesitas/beratnya
tubuh, efek-efek dapat mengontrol nyeri dan faktor-faktor
hormone, nyeri (Pain presipitasi.
ketidakseimban Control), dengan 2. Observasi isyarat-isyarat non
gan elektrolit kriteria: verbal dan ketidaknyamanan,
ditandai dengan khusunya dalam

51
melaporkan 1. Klien dapat ketidakmampuan untuk
ketegangan mengetahui komunikasi secara efektif.
pada punggung, penyebab nyeri, 3. Gunakan komunikasi
kram kaki, nyeri onset nyeri, terapeutik agar klien dapat
ulu hati. mampu mengekpresikan nyeri.
menggunakan 4. Tentukan dampak dari
teknik non ekspresi nyeri, terhadap
farmakologi kualitas hidup: pola tidur,
untuk nafsu makan, aktivitas
mengurangi kognisi, mood, relationship,
nyeri, dan pekerjaan, tanggung jawab
tindakan peran.
pencegahan 5. Berikan informasi tentang
nyeri.) nyeri, seperti: Penyebab,
2. Klien mampu berapa lama terjadi, dan
mengenal tindakan pencegahan.
tanda-tanda 6. Kontrol faktor-faktor
pencetus nyeri lingkungan yang dapat
untuk mencari mempengaruhi respon klien
pertolongan. terhadap ketidaknyamanan
3. Melaporkan (misalnya: Tempratur
bahwa nyeri ruangan, penyinaran dan lain-
berkurang lain.)
dengan 7. Anjurkan klien untuk
menggunakan memonitor sendiri nyeri.
manajemen 8. Tingkatkan tidur/istirahat
nyeri. yang cukup.

52
4. Menunjukkan 9. Ajarkan penggunaan teknik
tingkat nyeri non farmakologi (misalnya:
(Pain Level) Relaksasi, imajinasi
5. Klien terbimbing, terapi music,
melaporkan distraksi, dan massae).
nyeri dan 10. Evaluasi keefektifan dan
pengaruhnya tindakan mengontrol nyeri.
pada tubuh. 11. Modifikasi tindakan
6. Klien mampu mengontrol nyeri berdasarkan
mengenal skala, respon klien.
intensitas, 12. Anjurkan klien untuk
frekuensi dan berdiskusi tentang
lamanya pengalaman nyeri secara tepat.
episode nyeri. 13. Monitor kenyamanan klien
7. Klien terhadap manajemen nyeri.
mengatakan 14. Hilangkan faktor yang dapat
rasa nyaman meningkatkan pengalaman
setelah nyeri nyer (misalnya: Rasa takut,
berkurang. kelelahan dan kurangnya
8. Tanda-tanda pengetahuan).
vital dalam 15. Libatkan keluarga untuk
batas normal. mengurangi nyeri.
9. Ekspresi wajah 16. Informasikan kepada tim
tenang. kesehatan lainnya/ anggota
keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif.

53
17. Pemberian Analgetik
(Analgetic Administration)
18. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum
pengobatan.
19. Berikan obat dengan prinsip 5
benar.
20. Cek riwayat alergi obat.
21. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas dan
keparahan sebelum
pengobatan.
22. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgetik pertama kali.
23. Berikan analgetik yang tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
24. Evaluasi efektivitas analgetik,
tanda dan gejala (efek
samping).
4. Koping individu Setalah dialkukan 1. kaji pemahaman klien
tidak efektif tindakan terhadap persepsi dan situasi
berhubungan keperawatan stress.
dengan krisis selama ..x 24 2. Evaluasi penyesuaian diri
situasi/maturasi, diharapkan klien terhadap perubahan

54
tidak menunjukkan gambaran diri sesuai indikasi.
adekuatnya koping yang 3. Evaluasi dampak dari situasi
kesempatan efektif dengan kehidupan klien terhadap
untuk kriteria: peran dan hubungannya
menyiapkan diri 1. Klien dengan orang lain.
mengahadapi menunjukkan 4. Evaluasi kemmapuan klien
stressor. minat terhadap dalam membuat keputusan.
aktivitas untuk 5. Evaluasi tingkat pemahaman
mengisi waktu klien terhadap proses
luang. kehamilan.
2. Klien dapat 6. Tentukan kemungkinan
mengidentifika terjadinya risiko menyakiti
si kekuatan diri.
personal yang 7. Dukung klien untuk
dapat mengidentifikasi gambaran
mengembangk realisyis terhadap perubahan
an koping peran.
yang efektif. 8. Dukung klien untuk
3. Klien mengembangkan hubungan.
mengawali 9. Berikan informasi yang
pembicaraan. faktual mengenai diagnosis,
4. Berpartisipasi penatalaksanaan dan
dalam aktivitas prognosis.
kehidupan 10. Anjurkan klien untuk
sehari-hari. menggunakan teknik relaksasi
5. Berpartisipasi sesuai kebutuhan.
dalam proses 11. Dukung keluarga untuk

55
pembuatan mengungkapkan secara verbal
keputusan. tentang perasaan anggota
6. Menggunakan keluarganya yang sakit.
pernyataan 12. Awali diskusi tentang
verbal dan non perawatan klien untuk melihat
verbal yang kembali mekanisme koping
sesuai dengan yang dimiliki klien dan buat
situasi. rencana perawatan.
7. Mengungkapk 13. Libatkan sumber-sumber yang
an secara ada dirumah sakit dalam
verbal tentang memberikan dukungan
rencanan baik emosional untuk klien dan
atau mengubah keluarga.
situasi. 14. Dukung klien untuk:
- Terlibat dalam perencanaan
aktivitas perawat.
- Mengawali percakapan
dengan orang lain.
- Berpartisipasi dalam
aktivitas.
15. Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi gambaran
perubahan peran yang
realistis.
16. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan.
17. Hindari pembuatan keputusan

56
pada saat klien berada dalam
stress berat.
18. Bantu penyaluran kemarahan
dan rasa bermusuhan secara
konstruktif.
19. Bantu klien mengidentifikasi
respo positif dari orang lain.
20. Bantu klien dalam
mengklarifikasi
kesalahpahaman.
21. Dorong klien untuk menerima
keterbatasannya.
22. Dukung klien untuk
mengungkapkan perasaan,
persepsi dan ketakutannya.
23. Dukung klien untuk
mengidentifikasi kekuatan dan
kemampuan.
5. Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya
seksualitas tindakan besama klien.
berhubungan keperawatan 2. Berikan privasi dan pastikan
dengan selama ..x 24 kerahasiaan klien.
ketakutan akan diharapkan pola 3. Informasikan oada klien lebih
kehamilan. seksual adekuat awal bahwa hubungan seksual
dengan kriteria: merupakan bagian dari hidup
Ds:
dan keadaan sakit, pegobatan
klien 1. Berpartisipasi
dan stres atau masalah lain/

57
melaporkan aktif dalam peristiwa yang dialami klien
adanya konseling. sering menyebabkan
kesulitan, 2. Meminta perubahan fungsi seksual.
keterbatasan informasi yang 4. Katakan pada klien mengenai
atau perubahan dibutuhkan kesiapannya untk menjawab
dalam aktivitas tentang pertanyaan mengenai fungsi
seksual. seksualitas. seksual.
3. Memahami 5. Berikan informasi menganai
pentingnya fungsi seksual seusai
diskusi kebutuhan.
mengenai 6. Mulai dengan topik yang
masalah sedikit sensitif dan diteruskan
seksual dengan ke topic yang lebih sensitif.
pasangan. 7. Diskusikan efek sakit/situtasi
4. Mendiskusikan kesehatan terhadap seksual.
keuhan tentang 8. Diskusikan efek pengobatan
seksualitas. terhadap seksual sesuai
5. Mengungkapk kebutuhan.
an kepuasan 9. Diskusikan efek perubahan
seksualitas. seksual terhadap significant
other.
10. Diskusikan pengetahuan klien
tentang seksual secara umum.
11. Dorong klien untuk
mengungkapkan ketakutan
secara verbal dan berikan
pertanyaan.

58
12. Diskusikan modifikasi
aktivitas seksual sesuai
kebutuhan.
13. Dikusikan alternatifn bentuk
ekspresi seksual yang dapat
diterima klien sesuai
kebutuhan.
14. Gunakan humor dan dorong
klien menggunakan humor
untk mengurangi kecemasan
dan kesulitan.

2.3 Konsep dasar Abortus


2.3.1 Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat
badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-
akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Praworihardjo, 2006).
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin

59
kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana
semua hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa
membutuhkan intervensi medis.

2.3.2 Etiologi
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang
paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil
pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan
pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi,
obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
b. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan
oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
c. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita
oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat,
keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
d. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti
gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama
rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim
melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
e. Trauma

60
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.
Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme, dapat
menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
f. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai
12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum dalam produksi hormon.
g. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit misalnya inflamasi dan degenerasi.

2.3.3 Klasifikasi
a. Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum
janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu).
Tahapan abortus spontan meliputi :
1) Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2) Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan
akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus
komplit).
3) Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah
dikeluarkan).
4) Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan).

61
b. Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya
kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas.
c. Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan
oleh orang yang tidak berpengalaman atau dalam lingkungan
yang tidak memenuhi standar medis minimal atau keduanya.
d. Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi
berupa infeksi-sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme
penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus
spontan atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan
terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau terjadi penundaan
dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman
dengan menggunakan peralatan.
Abortus pun dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1) Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
2) Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan
masih ada yang tertinggal.
3) Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi
masih berada lengkap di dalam rahim.

62
4) Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per
vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik di dalam rahim.
5) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20
minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam
kandungan.
6) Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut
atau lebih.

2.3.4 Manifestasi klinis


Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah:
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering
nyeri pingang akibat kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

63
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

2.3.5 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti
dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk
seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak
jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih

64
hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. (Mansjoer Arif M. 1999)

2.3.6 Penatalaksanaan
a. Abortus Komplet Tidak memerlukan penanganan khusus,
hanya apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet
besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu.
e. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
f. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut

2.3.7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Ginekologi
1) Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva.
2) Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3) Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,

65
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan
tidak nyeri.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2) Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
3) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya
mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
4) BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui
apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
5) Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan.

2.3.8 Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi
darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus
dan apakah ada perlukan alat-alat lain.

66
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni
oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada
genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Organisme-organisme
yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska
abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang
kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk
gas.

67
2.3.9 Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu
dikaji adalah :
1) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke berapa,
lamanya perkawinan dan alamat
2) Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang pervaginam
berulang
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya
penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya
DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji
melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang
mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,

68
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
e) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji
bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
4) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan
dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
5) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.

b) Palpasi
Sentuhan :
Merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan
kekuatan kontraksi uterus.

69
Tekanan :
Menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam :
Menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
c) Perkusi
d) Auskultasi
6) Pemeriksaan laboratorium
a) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang :
rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana
: Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
b) Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang
telah diberikan selama dirawat di RS.

b. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah
sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler dalam jumlah berlebih
2) Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan
kontraksi uterus
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

70
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan
janin

c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kekurangan Tujuan: 1. Observasi 1. Mengetahui
volume cairan Setelah TTV keadaan umum
berhubungan dilakukan klien
dengan tindakan 2. Posisikan ibu 2. Menjamin
kehilangan keperawatan dengan tepat keadekuatan
vaskuler selama 3 x (semi fowler) darah yang
berlebih 24 jam volume tersedia untuk
cairan terpenuhi otak, peninggian
dengan kriteria panggul
hasil: menghindari
1. Pasien kompresi vena
mengungkap 3. Berikan 3. Pendarahan
kan tidak sejumlah dapat berhenti
lemah, dan cairan dengan reduksi
tidak merasa pengganti aktivitas
haus lagi harian
2. Mukosa
bibir lembab
3. Turgor kulit
normal

71
4. Mata tidak 4. Laporkan 4. Untuk
cekung serta catat mengetahui
jumlah dan perkiraan banyak
sifat nya kehilangan
kehilangan darah
darah
2. Nyeri Tujuan: 1. Observasi 1. Untuk
berhubungan Setelah TTV mengetahui
dengan dilatasi dilakukan keadaan umum
serviks, tindakan 3 x 24 klien
trauma jam nyeri 2. Lakukan 2. Meningkatkan
jaringan dan teratasi dengan pengkajian koping klien
kontraksi kriteria hasil: nyeri dalam mengatasi
uterus 1. Pasien tidak nyeri
mengeluh 3. Ajarkan 3. Untuk
nyeri metode mengetahui
2. Skala nyeri distraksi lokasi nyeri,
berkurang skala, dan
(<3) intensitasnya
4. Kolaborasi 4. Untuk
mengurangi
5. Berikan nyeri
analgetik 5. Analgetik
berfungsi untuk
mengurangi
nyeri

72
3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Observasi 1. Mengetahui
infeksi Setelah TTV keadaan umum
berhubungan dilakukan klien
dengan trauma tindakan 3 x 24 2. Terangkan 2. Untuk mencegah
jaringan jam pasien tidak pada klien terjadinya infeksi
mengalami pentingnya berkelanjutan
infeksi dengan vulva hygiene
kriteria hasil: 3. Lakukan 3. Inkubasi kuman
1. Tidak teknik vulva pada area genital
merasa nyeri hygiene yang relatif cepat
pada daerah dapat
vulva menyebabkan
2. Tidak infeksi
merasa gatal 4. Tingkatkan 4. Membantu
3. TTV dalam teknik cuci mencegah
batas normal tangan yang penularan bakteri
benar untuk
meningkatkan
personal
hygiene klien
4. Ansietas Tujuan : 1. Jelaskan 1. Pengetahuan
berhubungan Setelah prosedur dan dapat membantu
dengan dilakukan arti gejala menurunkan rasa
ancaman tindakan 3 x 24 takut dan
kematian diri jam pasien tidak meningkatkan
sendiri dan mengalami rasa kontrol
janin kecemasan terhadap situasi

73
dengan ktriteria 2. Berikan 2. Pengetahuan
hasil: informasi akan membantu
1. Klien dalam bentuk ibu untuk
mendiskusik verbal dan mengatasi apa
an ketakutan tertulis serta yang sedang
mengenai beri terjadi dengan
diri janin kesempatan lebih efektif.
dan masa klien untuk Informasi
depan mengajukan sebaiknya
kehamilan, pertanyaan tertulis, agar
juga nantinya
mengenai memungkinkan
ketakutan ibu untuk
yang sehat mengulang
dan tidak informasi akibat
sehat tingkat stress.
2. Klien 3. Pantau respon 3. Menandai
tampak verbal dan non tingkat
tenang verbal ibu dan kecemasan yang
3. Klien tidak pasangan. sedang dialami
terlihat ibu atau
cemas lagi pasangan.
4. Libatkan ibu 4. Menjadi mampu
dalam melakukan
perencanaan sesuatu untuk
dan membantu
berpatisipasi mengontrol

74
dalam situasi sehingga
perawatan dapat
sebanyak menurunkan rasa
mungkin takut

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2009)
e. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai. (Mitayani, 2009)

75
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Skenario Kasus


Ny.R berumur 25 tahun hamil anak kedua. Tanggal 20
November 2015 Ny. R memeriksa kehamilannya. Kehamilan
pertama keguguran pada usia kandungan 12 bulan pada tanggal 15
Juli 2014 karena jatuh dari tangga dan di lakukan kuretase karena
masih ada sisa konsepsi. Klien mengatakan belum pernah
melakukan KB. Berat badan klien sebelum hamil 55 kg dan saat
hamil 63 kg. Tinggi badan klien 165 cm. HPHT Ny.R tanggal 20
April 2015. Klien mengeluh saat ini sering kesemutan, kadang nyeri
punggung, ada benjolan di bagian anus dengan panjang 1 cm,
benjolan terasa nyeri dengan skala 6 dan nyeri dirasa hilang timbuk,
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk benda tajam. TTV ( TD : 110/70
mmHg, Nd : 100 x/menit, RR : 20 x/menit, SH L 36,7 oC).

3.2. Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Abotus Inkomplit


3.2.1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

76
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Kamboja No.45F
Tgl. Masuk RS : 23 Januari 2019,
05.00 WIB
Tgl. Pengkajian : 23 Januari 2019,
07.00 WIB
No CM : 008751
Golongan Darah :0
Diagnosa Medis : Abortus Inkomplit

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.T
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kamboja No.45F
Pekarjaan : Wiraswasta
Hub. Dengan klien : Suami

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Nyeri daerah perut
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 1 minggu SMRS. Keluar darah

77
pertama kali saat pasien sedang beristirahat setelah
melakukan pekerjaan rumah tangga. Awalnya darah
yang keluar sedikit seperti flek, namun sejak 3 hari
yang lalu darah keluar terus menerus seperti haid,
berwarna merah kehitaman, bergumpal-gumpal,
berlendir, dan berbau. Dalam sehari pasien
mengganti pembalut 5 kali.
Pada saat dikaji, pasien mengeluh pusing,
mual, muntah, dan nyeri pada perut
bagian bawah. Nyeri yang dirasakan berada dalam
skala 8 dari 0-10. Nyeri dirasakan seperti diperas-
peras. Nyeri bertambah saat beraktivitas dan
berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan hilang
timbul dengan durasi 1 jam.

c) Riwayat kesehatan masa lalu


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, diabetes, HIV, ISPA. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi
sebelumya, dan tidak ada riwayat alergi. Pada
kehamilan yang lalu klien tidak merasakan keluhan
yang berarti.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada
yang pernah mengalami hal yang sama dengan
klien. Klien pun mengatakan dikeluarganya tidak
ada yang memiliki penyakit hipertensi, DM,

78
hepatitis dan penyakit menular atau keturunan
lainnya.

e) Riwayat Obstetrik dan Ginekologi


1. Riwayat Ginekologi
1. Riwayat mensturasi
Klien pertama kali mendapatkan
mensturasi pada usia 14 tahun, lamanya
mensturasi 6-7 hari setiap bulannya, siklus
haid 28 hari secara teratur, klien tidak
mengalami keluhan saat mensturasi.

2. Riwayat perkawinan
Pasien menikah saat berusia 24 tahun,
dan usia suami 27 tahun. Sudah 5 tahun
pernikahan. Pernikahan pertama bagi
pasangan suami dan istri.

3. Riwayat KB (Keluarga Berencana)


Selama persalinan anak pertama, klien
menggunakan kontrasepsi suntik, selama
menggunakan kontrasepsi suntik haidnya
lancar tetapi sedikit – sedikit. Klien
mengatakan akan menggunakan alat
kontrasepsi kembali.

79
2. Riwayat Obstetrik
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
yang lalu
No Jk Cara Tempat BBL Komplikasi Umur Kesehatan
Lahir persalinan dan anak
dan masalah sekarang
penolong selama
proses
persalinan
1 P Spontan Bidan 2600 Tidak ada 5 tahun Sehat

5. Riwayat kehamilan sekarang


Klien dengan P1A1, dengan umur
kehamilan 8 minggu. HPHT klien 23
November 2018 dan taksiran persalinan 30
Agustus 2019. Klien tidak mengalami mual
muntah pada usia kehamilan trisemester
pertama. Klien memeriksakan kehamilannya
1 kali dan diberi tablet Fe. Sebelumnya klien
menggunakan alat tes kehamilan untuk
mengetahui kehamilannya.

80
3) Pola kebiasaan sehari- hari
No Data Di rumah Di rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
a. Pola Makan
· Frekuensi 2-3 kali sehari 3 kali sehari
· Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
· Jumlah 2-3 piring sehari 3 piring sehari
· Porsi 1 piring habis ½ piring habis
· Pantangan Tidak ada Tidak ada
· Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Pola Minum
· Frekuensi 6 gelas sehari 5 gelas sehari
· Jumlah 1500 ml sehari 1250 cc
· Jenis Air putih Air putih
· Pantangan Tidak ada Tidak ada
· Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAB
· Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari
· Warna Kuning pekat Kuning pekat
· Bau Khas feses Khas feses
· Konsentrasi Padat Padat
· Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
· Frekuensi 5 kali/hari 7 kali/hari
· Jumlah 1000 cc 1500 cc

81
· Warna Kuning bening Kuning pekat
· Bau Khas urin Khas urin
· Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
· keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola istirahat tidur


· Waktu tidur Siang dan Siang dan
· malam malam
Lama tidur 9 jam 5 jam
· Kesulitan tidur Tidak ada Ada
· Keluhan Tidak ada Cemas
4 Pola aktivitas dan
latihan
Kegiatan dalam Tidak bekerja Tidak ada
pekerjaan
Olahraga Jalan santai Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Personal Hygiene
Mandi 2 kali/hari 1 kali/hari
Keramas 2 kali/minggu Belum pernah
Gosok gigi 2 kali/hari 2 kali/hari
Ganti Pakaian 2 kali/hari 2 kali/hari
Vulva hygiene 2 kali/hari 5 kali/hari
6 Ketergantungan
Fisik
· Merokok Tidak merokok Tidak

82
· Minumam keras Tidak suka Tidak
· Obat – obatan Tidak ada Tidak ada
· Keluhan Tidak ada Tidak ada

4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : pasien tampak lemah
b) Kesadaran : compos mentis
c) Tanda – tanda vital : TD : 110/60 mmHg Nd : 96
x/menit
SH : 36,7 oC RR :
20 x/menit
d) Antropometri : BB sebelum hamil : 50 kg
BB sedang hamil : 55 kg
TB : 160 cm
e) Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih,
rambut panjang dan berwarna hitam, distribusi
rambut merata, rambut tidak rontok, tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri.
f) Mata
Bentuk mata simetris antara kiri dan kanan,
bisa melihat dengan jelas, mengecil saat diberi
reflek cahaya, konjungtiva anemis, tidak ada tanda –
tanda radang. Klien mampu membaca dalam jarak
30 cm dan klien mampu menebak warna yang
ditunjukkan perawat.

83
g) Hidung
Bentuk hidung simetris antara kiri dan
kanan, dapat mencium bau kayu putih, tidak ada
sinus, tidak ada tanda-tanda peradangan.
h) Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir
lembab, tidak ada sianosis, tidak ada bau mulut,
jumlah gigi 32 buah, tidak ada gigi berlubang, tidak
ada gusi bengkak, tidak ada stomatitis.
i) Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan
kanan, dapat menebak bunyi yang diberikan
perawat dengan mata tertutup, tidak ada peradangan
dan nyeri.
j) Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada
peningkatan JVP, tidak ada nyeri, terdapat reflek
menelan.
k) Dada / Thorax
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler,
pola napas teratur, irama jantung teratur, S1 dan S2,
mamae tidak ada benjolan.
l) Abdomen
Perut bersih, ada nyeri saat di palpasi, bising
usus 8x/menit.

84
m) Genitalia
Ada perdarahan pada jalan lahir, terpasang
pembalut, sudah 2 kali ganti perdarahan banyak,
warna darah merah pekat.
1. Periksa Luar :
- Inspeksi : Vulva dan uretra tenang.-
- Palpasi : Fundus uteri sesuai usia
kehamilan, ballotement (-), nyeri tekan (+).
2. Inspekulo :
- Porsio licin, OUE tampak terbuka, fluor
negatif, fluxus positif.
3. Periksa dalam :
Uterus teraba sedikit membesar, nyeri
goyang porsio tidak ada, OUE terbuka, nyeri
dan massa adnexa negatif, parametrium lemas.
n) Ekstremitas
Bentuk ektremitas atas dan bawah simetris,
,keadaan jari tangan dan kaki lengkap, kekuatan
otot tangan 4/5, otot kaki 4/5, CRT kembali > 2
detik, akral dingin, tangan kiri terpasang infus RL
20 tpm.

5) Data Psikososial dan Spiritual


a) Pola komunikasi : klien mampu berkomunikasi
secara kooperatif, sangat terbuka
tentang keluhannya, dan dapat
diajak kerja sama.

85
b) Konsep diri
- Body image : klien mengatakan takut ada
gangguan pada organ
reproduksi dirinya.
- Ideal diri : klien berharap tidak
terjadi hal yang fatal pada
kandungannya dan dirinya.
- Peran : klien mengatakan peran
dirinya sebagai ibu dan istri
sedikit terganggu karena
tidak dapat mempertahankan
kehamilan.

- Identitas : klien mengatakan dirinya


Adalah seorang istri dan ibu
dari satu orang anak.
- Harga diri : klien cemas tentang
kondisinya
c) Mekanisme koping : klien mengatakan dukungan
keluarganya merupakan
sumber kekuatan dirinya.
d) Aspek spiritual
- Makna hidup : klien mengatakan hidup
adalah suatu perjalanan

- Pandangan terhadap sakit : klien

86
mengatakan sakit
merupakan cobaan
dari Allah SWT.
- Keyakinan akan sembuh : klien cemas akan
kesembuhannya.
- Kemampuan beribadah : klien mempu
beribadah dengan
baik
e) Data Sosial
Hubungan social pasien dan orang lain baik
terbukti dengan klien akrab dengan pasien dan
keluarga pasien lain yang satu ruangan dengan
dirinya. Terlihat pula banyak tetangga dan
kerabat klien yang menjenguknya di rumah sakit.

f) Data Pengetahuan (klien dan keluarga)


Klien dan keluarga mengatakan tidak
mengetahui informasi apapun mengenai
kondisinya saat ini. Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab kegugurannya dan apa
yang harus dilakukannya.

g) Pemeriksaan Penunjang

87
1. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
Hasil Normal Interpretasi
Pemeriksaan
P : 13-18
Hemoglobin 9,8 Menurun
L : 12-16
Leukosit 13700 4000-10000 Meningkat
P : 37-47
Hematokrit 34,7 Menurun
L : 40-48
150000-
Trombosit 291000 Normal
450000
P : 4,2-5,4
Eritrosit 3,83 Menurun
L : 4,6-6,2

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 09 Juni 2014


Hasil pemeriksaan :

Tampak GS ukuran 2,3 x 1,4 x 1,8 cm sesuai usia


gestasi 6-7 minggu

3. Ultrasonografi (USG) tanggal 12 Juni 2014


Hasil pemeriksaan :

Uteri: bentuk dan ukuran normal, gambaran ototh


Omogen (-)
Endometrium : tampak massa hiperechoic sedikit
hipoechoic dengan diameter 2.3 x 2.5 cm di
cavum uteri
Adneksa kanan : ovarium kanan normal

88
Adneksa kiri : ovarium kiri normal
Rongga pelvic : cairan bebas (-)
Doppler : tidak dilakukan-
Penilaian : sisa konsepsi

h) Terapi
Jenis Terapi Rute Dosis
Infus RL 20 tpm Injeksi 500 ml/8 jam
Cefadroxy Oral 2 x 500 mg
Asam mefenamat Oral 3 x 500 mg
Metergin Oral 2 x 1 tab

3.2.2. Diagnosa Keperawatan


a. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : Perdarahan dalam Nyeri


- Klien desidua basalis
mengatakan
nyeri pada Nekrosis jaringan
perut bagian sekitar
bawah
- Nyeri dirasakan Hasil konsepsi
seperti diperas- terlepas
peras
DO : Hasil konsepsi

89
- Skala nyeri 8 dikenali sebagai
dari 0-10 benda asing
- Terdapat nyeri
tekan daerah Kontraksi uterus
abdomen
bawah Dilatasi serviks
- Pasien tampak
meringis Nyeri

DS : Perdarahan dalam Kekurangan

- Klien desidua basalis volume cairan

mengatakan
perdarahan Nekrosis jaringan

sejak 1 minggu sekitar

SMRS.
- Klien Hasil konsepsi

mengatakan terlepas

mengganti
pembalut 5 Hasil konsepsi

kali/hari dikenali sebagai

DO : benda asing

- Terdapat Kontraksi uterus


perdarahan di
vagina Perdarahan
- Frekuensi darah pervaginam
±20 cc
- Terpasang Stroke volume

90
pembalut dan menurun
sudah penuh.
- CRT > 2 detik Kekurangan
- Konjungtiva volume cairan
anemis
- HB = 9,5 g/dL
- Hematokrit =
34,7%
- Eritrosit = 3,83
juta/uL

DS : Abortus Ansietas
- Klien
mengatakan Kurang informasi
cemas akan
keselamatan
Ansietas
dirinya dan
janinnya.
DO :
4. Klien tampak
tegang.
DS : Pengeluaran hasil Resiko infeksi
5. Klien konsepsi
mengatakan
vulvanya Kontraksi uterus
lembab.
DO : Dilatasi serviks

91
6. Perdarahan
pervaginam Perdarahan
7. Vulva lembab
8. Hasil konsepsi Media
masih tersisa di perkembangan
dalam uterus mikroorganisme
9. Leukosit =
13.700 sel/uL Infeksi

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b.d kontraksi uterus dan dilatasi serviks d.d klien
mengeluh nyeri dan skala nyeri 8 dari 0-10.
2) Kekurangan volume cairan b.d. perdarahan d.d. klien
mengatakan perdarahan sejak 1 minggu SMRS dan
konjungtiva anemis.
3) Ansietas b.d. ancaman kematian pada diri sendiri dan
janin d.d. klien mengatakan cemas akan kondisinya
dan klien tampak melamun.
4) Resiko infeksi b.d. dilatasi serviks dan perdarahan d.d.
vulva lembab dan terdapat sisa konsepsi di uterus.

3.2.3. Intervensi Keperawatan

92
Diagnosa Intervensi Keperawatan
No Rasional
Kep. Tujuan Intervensi
1. Nyeri b.d Setelah 1. Monitoring 1. Dapat
kontraksi dilakukan tanda-tanda mengetahui
uterus dan implementasi vital. kondisi
dilatasi keperawatan umum klien.
serviks d.d selama 1x5
klien jam, nyeri klien 2. Berikan 2. Kompres
mengeluh dapat berkurang kompres dingin dapat
nyeri dan dengan kriteria dingin pada mengalihkan
skala nyeri 8 hasil : bagian nyeri. sensori nyeri
dari 0-10. - Skala nyeri dan nyeri
6 dari 0-10 pun
- Klien berkurang.
mengataka
n nyerinya
berkurang.
3. Relaksasi
3. Ajarkan
nafas dalam
teknik
dapat
relakasasi
membuat
nafas dalam.
otot menjadi
rileks.

4. Kolaborasi 4. Pemberian

pemberian analgetik

analgetik : dapat

10. Asam memblok

mefenamat impuls

93
3 x 500 gr nyeri.
per oral.
2. Kekurangan Setelah 1. Evaluasi, 1. Untuk
volume dilakukan laporkan, mengetahui

cairan b.d. implementasi serta catat pengeluaran


keperawatan jumlah dan darah dan
perdarahan
selama 1x24 sifat untuk
d.d. klien
jam, kehilangan mencegah
mengatakan
kekurangan darah. syok
perdarahan
volume cairan hipovolemik.
sejak 1 klien dapat
minggu teratasi dengan
2. Meninggika
SMRS dan kriteria hasil : 2. Posisikan
n panggul
konjungtiva - Klien klien
dapat
anemis. mengataka terlentang
menghindari
n dengan
kompresi
perdarahan panggul
vena kava.
nya ditinggikan.
berkurang.
- TTV stabil 3. Memabantu
3. Monitoring
- CRT < 2 menentukan
TTV dan
detik beratnya
CRT
- Konjungtiv kehilangan
a merah darah.
muda

4. Monitoring 4. Menentukan
intake output luasnya
klien. kehilangan

94
cairan dan
menunjukan
perfusi
ginjal.

5. Kolaborasi 5. Dapat
pemberian megurangi
obat : kontraksi
11. Metergi uterus
n 2 x 1 tab sehingga

per oral. perdarahan


berkurang.
3. Ansietas b.d. Setelah 1. Diskusikan 1. Dapat
ancaman dilakukan tentang memberikan

kematian intervensi 1x24 situasi informasi


jam, ansietas pemahaman tentang
pada diri
klien dapat tentang reaksi
sendiri dan
berkurang kondisi klien individu
janin d.d.
dengan kriteria dengan klien terhadap apa
klien
hasil : dan yang terjadi.
mengatakan - Klien pasangan.
cemas akan mengataka
2. Dapat
kondisinya n cemas 2. Pantau
mengetahui
dan klien berkurang. respon
tingkat rasa
tampak - Klien dan verbal an
takut yang
melamun. keluarga nonverbal
sedang
tidak klien dan
dialami klien
tampak pasangan.
atau
tegang.
pasangan.

95
3. Dapat
meningkatka
3. Dengarkan
n rasa
masalah
kontrol
klien dengan
terhadap
penuh
situasi dan
perhatian.
memberikan
kesempatan
pada klien
untuk
mengemban
gkan solusi
sendiri.

4. Pengetahuan
dapat
4. Berikan
membantu
informasi
ibu untuk
dalam
mengatasi
bentuk
apa yang
verbal dan
sedang
tertulis serta
terjadi
beri
dengan lebih
kesempatan
efektif.
klien untuk
Informasi
bertanya.
sebaiknya
tertulis agar
nantinya

96
memungkink
an klien
untuk
mengulang
informasi
akibat
tingkat
stress, klien
mungkin
tidak dapat
mengasimila
si informasi.
Jawaban
yang jujur
dapat
meningkatka
n
pemahaman
dengan baik
serta
menurunkan
rasa takut.
5. Dapat
menjadikan
klien mampu
5. Libatkan
melakukan
klien dalam
sesuatu
perencanaan
untuk
dan
membantu
berpartisipas

97
i dalam mengontrol
perawatan. situasi,
sehingga
dapat
menurunkan
rasa sakit.
6. Pengetahuan
dapat
membantu
menurunkan
6. Jelaskan
rasa takut
prosedur
dan
tindakan
meningkatka
yang
n kontrol
diberikan
terhadap
dan arti
situasi.
gejala.
4. Resiko Setelah 1. Anjurkan 1. Mengganti
infeksi b.d. dilakukan klien untuk pembalut

dilatasi intervensi 2x24 mengganti setiap 3 jam


jam, infeksi pembalut 3 sekali dapat
serviks dan
tidak terjadi jam sekali. mencegah
perdarahan
dengan kriteria vulva
d.d. vulva
hasil : lembab dan
lembab dan
- Vulva menjadi
terdapat sisa kering sarang
konsepsi di - Tidak pertumbuhan
uterus. ditemukan mikroorgani
tanda- 2. Inspeksi sme.

98
tanda membrane 2. Untuk
infeksi. mukosa menilai
genetalia. timbulnya
tanda-tanda
infeksi.
3. Berikan
3. Dengan
pendidikan
klien dan
kesehatan
keluarga
pada klien
mengetahui
dan keluarga
tanda-tanda
mengenai
infeksi maka
tanda-tanda
infeksi dapat
infeksi.
segera
ditangani.
4. Kolaborasi
4. Untuk
pemberian
mencegah
obat anti
terjadinya
radang :
infeksi.
Cefadroxyl
2x 500 mg
per oral.

3.2.4. Implementasi Keperawatan

99
Tanggal / Waktu Dx Pelaksanaan Paraf

23 Januari 2 1. Memposisikan klien terlentang


2019 dengan panggul ditinggikan.
R : Klen mengatakan nyaman
07.30 WIB
dengan posisinya.

07.30 WIB 2. Mengajarkan teknik relakasasi


1
nafas dalam.
R : Klien mengatakan rileks tetapi
masi terasa nyeri
3. Memberikan kompres dingin pada
07.45 WIB 1
bagian nyeri.
R : Klien mengatakan nyaman dan
nyeri berkurang.
07.50 WIB
4. Menganjurkan klien untuk
4
mengganti pembalut 3 jam sekali.
R : Klien mengatakan akan
menggati pembalu setiap 3 jam
sekali.
3 5. Mendiskusikan tentang situasi
08.00 WIB
pemahaman tentang kondisi klien
dengan klien dan pasangan.
R : Klien mengatakan dirinya
tidak tahu mengapa bias terjadi
keguguran dank lien khawatir tidak
bisa memiliki anak lagi.

100
09.00 WIB 6. Memberikan informasi dalam
bentuk verbal dan tertulis serta beri
3
kesempatan klien untuk bertanya.
R : Klien mengerti akan informasi
yang diberikan dan klien
mengatakan cemasnya berkurang.
10.00 WIB 7. Memantau respon verbal an
nonverbal klien dan pasangan.
3
R : Klien dan pasangan terlihat
lebih tenang.
8. Mengevaluasi, laporkan, serta catat
10.00 WIB
jumlah dan sifat kehilangan darah.
2 R : Terdapat perdarahan
pervaginam berwarna merah
kehitaman sekirtar 50 cc.
12.00 WIB 9. Melakukan kolaborasi pemberian
obat :
1,2,4
R : Obat asam mefenamat 1 x 500
gr per oral, metergin 1 x 1 tablet
per oral, dan cefadroxyl 1x 500 mg
per oral sudah masuk. Tidak ada
reaksi patologis setelah meminum
obat..
10. Mengkaji daerah dan skala nyeri.
13.00 WIB R : Klien mengatakan nyerinya di

1 perut bagian bawah dan sudah


berkurang dengan skala nyeri

101
menjadi 6 dari 0-10.
11. Mengevaluasi, laporkan, serta catat
13.00 WIB
jumlah dan sifat kehilangan darah.
2 R : Terdapat perdarahan
pervaginam berwarna merah
kehitaman sekirtar 50 cc.

14.00 WIB
12. Memonitoring intake output klien.
2 R : Input : Minum : 500 cc

Infus : 400 cc

Makan : 100 cc

Output : BAK : 600 cc

BAB : -

Perdarahan 100 cc

IWL : 275 cc

Balance cairan : 1000-975 = +25


cc

13. Memonitoring TTV dan CRT


15.00 WIB
R : TD : 120/70 mmHg
2
SH : 36,5oC

Nd : 90 x/menit

102
RR : 18x/menit

CRT < 2 detik

16.00 WIB 14. Mengevaluasi, laporkan, serta catat


jumlah dan sifat kehilangan darah.
2
R : Terdapat perdarahan
pervaginam berwarna merah
kehitaman sekirtar 40 cc.
15. Melakukan kolaborasi pemberian
19.00 WIB obat :
R : Obat asam mefenamat 1 x 500
1,2,4
gr per oral, metergin 1 x 1 tablet
per oral, dan cefadroxyl 1x 500 mg
per oral sudah masuk. Tidak ada
reaksi patologis setelah meminum
obat.
16. Mengevaluasi, laporkan, serta catat
19.00 WIB
jumlah dan sifat kehilangan darah.
2 R : Terdapat perdarahan
pervaginam berwarna merah
kehitaman sekirtar 30 cc.
17. Memonitoring intake output klien.

21.00 WIB R : Input : Minum : 600 cc

Infus : 500 cc
2
Makan : 100 cc
Output : BAK : 800 cc

103
BAB : -
Perdarahan : 70 cc
IWL : 275 cc
Balance cairan : 1200-1145 = +55
cc
18. Memonitoring TTV dan CRT
21.00 WIB
R : TD : 120/70 mmHg
2 SH : 36,6oC
Nd : 80 x/menit
RR : 19x/menit
CRT < 2 detik

24 Januari 1. Memonitoring TTV dan CRT


2019 R : TD : 120/80 mmHg
1,2
07.00 WIB SH : 36,5oC
Nd : 82 x/menit
RR : 18x/menit
CRT < 2 detik
2. Menginspeksi membrane mukosa
07.00 WIB
4 genetalia.
R : Tidak terlihat adanya
kemerahan, bengkak, nyeri, rasa
panas pada daerah genetalia.

4
3. Memberikan pendidikan kesehatan

104
08.00 WIB pada klien dan keluarga mengenai
tanda-tanda infeksi.
R : Klien dan keluarga mengerti akan
informasi yang diberikan.

3.2.5. Evaluasi

Tanggal/Waktu Dx. Perkembangan Paraf

23 Januari 1 S : Klien mengatakan nyerinya


2019 sudah berkurang.
12.00 WIB O : Skala nyeri 6 dari 0-10
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

24 Januari 2 S : Klien mengatakan


2019 perdarahan berkurang.
07.00 WIB O : Perdarahan berkurang dari
50 cc menjadi 30 cc.
CRT < 2 detik

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

105
S : Klien mengatakan cemasnya
07.00 WIB 3
berkurang.

O : Wajah klien dan keluarga


tidak tegang lagi.

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

25 Januari 4 S : Klien mengatakan tidak


2019 muncul tanda-tanda infeksi
07.00 WIB seperti yang dijelaskan oleh
perawat.
O : Tidak terlihat adanya tanda-
tanda infeksi pada daerah
genetalia
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

106
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di


dalam proses perawatan. Pengkajian ini meliputi pengumpulan
informasi atau data-data yang diperoleh dari wawancara dengan
pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan,
dan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe.

Menurut NANDA (2015) tanda dan gejala yang dapat


muncul pada pasien dengan abortus inkomplit, yaitu : amenora, sakit
perut, mulas-mulas, perdarahan sedikit/banyak, dan biasa berupa
stolsel (darah beku) , sudah ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi
jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua
akan menyebabkan syok. Selain tanda dan gejala diatas, pemeriksaan
fisik pada pasien dengan abortus inkomplet didapatkan pula hasil :
serviks terbuka dan uterus sesuai dengan usia kehamilan. Berdasarkan
hal tersebut penulis melakukan pengkajian yang sesuai dengan
tinjauan teori yang ada dan didapatkan hasil pengkajian yang sesuai
dengan teori, yaitu ditemukan : nyeri/kram perut bagian bawah,
perdarahan pada awalnya sedikit namun beberapa hari kemudian
bertambah jumlahnya, darah berwarna kehitaman dan berbentuk
stolsel, pada saat pemeriksaan dalam pun didapatkan serviks masih
terbuka dan uterus teraba sesuai usia kehamilan

107
4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis


mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (SDKI, 2017)

Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan


keperawatan pada pasien dengan abortus inkomplit menegakkan
sebanyak lima diagnosa dan ada dua diagnose yang tidak penulis
tegakkan.

4.2.1 Diagnosa keperawatan yang muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh,
penulis menegakkan diagnosa yang pertama yaitu nyeri
uang berhubungan dengan kontraksi uterus. Nyeri adalah
keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi
yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau
kurang. Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor
yang mendukung yaitu pengungkapan tentang descriptor
nyeri, dan data minor yaitu ketidakaktifan fisisk atau
imobilitas, perubahan pola tidur, dan perubahan
kemampuan untuk melanjutkan aktifitas sebelumnya.
Alasan diagnose tersebut diangkat karena saat pengkajian
di dapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri

108
pada perut bagian bawah, dan data objektif yaitu : nyeri
yang dirasakan berada dalam skala 8 dari 0-10. Nyeri
dirasakan seperti diperas-peras. Nyeri bertambah saat
beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Nyeri
dirasakan hilang timbul dengan durasi 1 jam.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena
keluhan yang dirasakan pasien saat itu dan apabila
masalah tersebut tidak ditangani akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien dan mengganggu aktifitas
pasien lainnya.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
Diagnosa yang kedua yang muncul yaitu
kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan. Kekurangan volume cairan merupakan
keadaan ketika seorang individu yang tidak menjalani
puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi
vaskuler, interstiasial, atau intravaskuler. Diagnosa
tersebut dapat ditegakkan apabila terdapat data satu atau
lebih antara asupan dan haluaran, penurunan berat badan,
kulit/membrane mukosa kering. Dan mungkin terdapat
peningkatan natrium serum, penurunan haluaran urine
berlebihan, urine memekat atau sering berkemih,
penurunan turgor kulit, haus, mual, anoreksia. (Carpenito,
2007)
Alasan diagnosa tersebut diangkat karena
ditemukan tanda-tanda yang mendukung yaitu secara

109
subjektif pasien mengatakan pasien mengalami
perdarahan 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dengan
frekuensi haluaran seperti haid (±50 cc setiap 5 jam) sejak
3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai dengan
pemekatan urin, dan data objektif yaitu mukosa bibir
kering, konjungtiva pucat, dan CRT >2 detik. Penulis
tidak memprioritaskan diagnosa tersebut karena tidak
ditemukan tanda-tanda syok hipovolemik yang dapat
mengancam jiwa pasien. Tetapi jika dignosa ini tidak
ditegakkan klien beresiko untuk mengalami syok
hipovolemik.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada


diri sendiri dan janin.
Ansietas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas,
menyebar, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
tidak berdaya. Ansietas memiliki dua aspek, yakni aspek
sehat dan membahayakan. Hal ini berhantung pada
tingkat, lama ansietas dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas (Direja, 2011).
Diagnosa ansietas dapat ditegakkan apabila pasien
mengatakan merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, dan sulit
berkonsentrasi, serta dapat dilihat pasien tampak tegang,
tampak gelisah dan sulit tidur.
Alasan diagnosa tersebut diangkat karena
ditemukan tanda-tanda yang mendukung yaitu secara

110
subjektif pasien mengatakan cemas akan kondisi dirinya
dan janinnya dan pasien pun tidak yakin dengan
kesembuhan dirinya, dan data objektif pasien tampak
cemas dan waktu istirahat tidur pasien pun berkurang.
Penulis tidak memprioritaskan masalah tersebut karena
tidak mengancam kehidupan pasien. Tetapi apabila tidak
ditegakkan makan pasien beresiko mengalami ansietas
yang lebih berat.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan dilatasi serviks,


perdarahan
Resiko infeksi adalah peningkatan resiko
masuknya organisme pathogen. Diagnosa tersebut dapat
ditegakkan jika ada faktor-faktor resiko yaitu
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, perubahan
peristaltik), ketidakadekuatan imun buatan, malnutrisi,
trauma, kerusakan jaringan.
Alasan diagnosa ini diangkat larena ditemukan
faktor-faktor resiko yang mendukung yaitu secara objektif
yaitu ditemukan serviks masih terbuka dan adanya
perdarahan yang membuat vulva menjadi lembab yang
merupakan tempat pertumbuhan mikroorganisme yang
baik.
Diagnosa tersebut penulis tetapkan sebagai
diagnosa ke empat karena masalah tersebut belum terjadi
infeksi, masalah ini dapat diminimalkan dengan

111
perawatan vulva hygiene sehingga tidak menimbulkan
infeksi.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan yang Tidak Muncul


a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy
secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan
atau menyelesaikan aktivitas diminta atau aktivitas
sehari-hari.
Diagnosa tersebut dapat ditegakkan apabila
terdapat data batasan karakteristik yaitu respon abnormal
dan tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas,
perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau skemia,
adanya ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Alasan diagnosa tersebut tidak diangkat karena
pada pengkajian penulis tidak menemukan data-data
pendukung seperti diatas sehingga diagnosa tersebut
tidak ditegakkan.
b. Konstipasi
Konstipasi adalah suatu kondisi medis yang
ditandai dengan kesulitan buang air besar sebagai akibat
dari feses yang mengers. Konstipasi dapat diartikan
terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Diagnosa tersebut dapat ditegakkan apabila
terdapat tanda-tanda seperti defekasi kurang dari 2 kali
dalam seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses
keras dan peristaltic usus menurun.

112
Alasan diagnosa tersebut tidak diangkat karena
pada pengkajian penulis tidak menemukan data-data
pendukung seperti diatas sehingga diagnosa tersebut
tidak ditegakkan.

4.3 Perencanaan
Menurut UU perawat No. 38 Tahun 2014, perencanaan
merupakan semua rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien. Perencanaan
pada kasus abortus inkomplit dilakukan perdiagnosa.
Diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan kontraksi uterus . Perencanaan yang dilakukan untuk
diagnosa pertama ini, yaitu : monitoring tanda-tanda vital, berikan
kompres dingin pada bagian nyeri, ajarkan teknik relakasasi nafas
dalam, kolaborasi pemberian analgetik : asam mefenamat 3 x 500 gr
per oral. Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan
perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori.
Diagnosa kedua yaitu kekuarangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan, dalam perencanaannya, yaitu :
evealuasi, laporkan, serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah,
posisikan klien terlentang dengan panggul ditinggikan, monitoring
TTV dan CRT, monitoring intake output klien, kolaborasi
pemberian obat : metergin 2 x 1 tab per oral.
Diagnosa ketiga yaitu ansietas berhubungan dengan , dalam
perencanaannya, yaitu : diskusikan tentang situasi pemahaman
tentang kondisi klien dengan klien dan pasangan, pantau respon
verbal dan nonverbal klien dan pasangan. dengarkan masalah klien

113
dengan penuh perhatian, berikan informasi dalam bentuk verbal dan
tertulis serta beri kesempatan klien untuk bertanya, libatkan klien
dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan. jelaskan
prosedur tindakan yang diberikan dan arti gejala.
Perencanaan untuk diagnosa terakhir ancaman kematian
pada diri sendiri dan janin meliputi : anjurkan klien untuk mengganti
pembalut 3 jam sekali, inspeksi membrane mukosa genetalia,
berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga mengenai
tanda-tanda infeksi. kolaborasi pemberian obat anti radang :
Cefadroxyl 2x 500 mg per oral.

4.4 Implementasi
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari
perencanaan yang sudah disusun pada tahap perencanaan
sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut penulis mengelola pasien
dalam implementasi masing-masing diagnosa.
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
Pada diagnosa ini penulis selama 1 x 5 jam melakukan
monitoring tanda-tanda vital untuk mengetahui kondisi umum
pasien. Dari tindakan tersebut diperoleh data tanda-tanda vital
sebagai berikut TD : 120/70 mmHg, SH : 36,5oC, Nd : 90
x/menit, RR : 18x/menit. Dan untuk mengurangi nyerinya penulis
memberikan kompres dingin pada bagian perut pasien dan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Setelah dilakukan
implementasi tersebut pasien mengatakan nyerinya berkurang dan
tubuhnya rileks. Selain melakukan tindakan mandiri, penulis pun
melakukan tindakan kolaborasi pemberian obat asam mefenamat

114
3 x 500 mg per oral. Tidak ada reaksi patologis setelah pasien
meminum obat.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Pada diagnosa ini penulis selama 1 x 24 jam melakukan


evaluasi, melaporkan serta mencatat sifat dan jumlah kehilangan
darah, dari tindakan tersebut terdapat perdarahan pervaginam
berwarna merah kehitaman disertai stosel sekirtar 50 cc. setelah
itu adapula tindakan yang telah dilakukan yaitu memposisikan
klien terlentang dengan panggul ditinggikan, setelah dilakukan
terdapat respon klien terasa nyaman dengan posisi demikian.
Penulis melakukan tindakan memonitoring TTV, CRT, dan
Intake output untuk menentukan beratnya kehilangan darah serta
kehilangan cairan, dari hasil monitoring tersebut terdapat respon
TD : 120/70 mmHg, SH : 36,5oC, Nd : 90x/menit, RR: 18x/menit,
CRT < 2 detik, dan balance cairan +25cc, hingga hasil akhir
balance cairan +55cc. Selain itu penulis melakukan kolaborasi
untuk pemberian obat Metergin 2x1 tab per oral dan setelah
diberikan ke pasien tidak ada tanda patologis pada tubuh pasien.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri


sendiri dan janin.
Pada diagnosa ini penulis melakukan beberapa tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam diantaranya mendiskusikan
situasi, pemahaman tentang kondisi klien bersama pasangan,

115
setelah diskusi hal tersebut klien mengatakan tidak tahu mengapa
bisa keguguran dan khawatir tidak memiliki anak lagi. Selain itu
penulis memantau respon verbal dan nonverbal, mendengarkan
dengan penuh perhatian, serta memberikan informasi dalam
bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan pada klien untuk
bertanya, respon klien tampak lebih tenang, klien juga mengerti
dengan informasi yang diberikan serta cemasnya berkurang.
Penulis juga selalu melibatkan klien dalam perencanaan dan
berpartisipasi dalam perawatan serta selalu mejelaskan prosedur
tindakan yang diberikan dan arti gejala.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan dilatasi serviks dan


perdarahan.
Pada diagnosa ini selama 2 x 24 jam penulis melakukan
tindakan keperawatan diantaranya menganjurkan klien untuk
mengganti pembalut 3 jam sekali, ini dilakukan karena dapat mencegah
vulva lembab dan menjadi sarang mikroorganisme, klien pun
mengatakan akan mengganti pembalutnya setiap 3 jam sekali. Penulis
pun menginspeksi membrane mukosa genetalia dengan maksud
melihat timbulnya tanda tanda infeksi, setelah dilakukan tidak
terlihat tanda tanda infeksi. Selain itu penulis pun melakukan
kolaborasi pemberian obat anti radang : Cefadroxyl 2x 500 mg per
oral, setelah memberikan obat tidak ada tanda patologis terhadap
klien. Penulis juga memberikan pendidikan kesehatan pada klien
dan keluarga mengenai tanda-tanda infeksi, klien dan keluarga
mengerti akan informasi yang diberikan.

116
4.5 Evaluasi
a. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Kriteria hasi untuk diagnosa diatas adalah skala nyeri 6 dari
0-10 pasien mengatakan nyerinya berkurang. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diperoleh hasil subjektif : pasien
mengatakan nyerinya sudah berkurang , objektif : skala nyeri
berkurang dari yang awalnya 8 menjadi 6 dari skala 0-10. Hal
tersebut menandakan diagnosa pertama teratasi.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah pasien
mengatakan perdarahannya berkurang, TTV stabil, CRT < 2
detik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil
subjektif : pasien mengatakan perdarahannya berkurang, tidak
seperti kemarin, objektif : CRT < 2 detik dan TTV stabil. Hal
tersebut menandakan diagnosa kedua teratasi.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri
sendiri dan janin
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas dalah kecemasan
pasien dan keluarga berkurang dan pasien dan keluarga tidak
tampak tegang. Setelah dilakukan implementasi keperawatan
diperoleh data subjektif : pasien mengatakan cemasnya
berkurang, dan objektif : pasien dan keluarga tidak tampak
tegang. Hasil tersebut menunjukkan diagnosa ketiga masalahnya
teratasi.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan dilatasi serviks
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah vulva pasien
kering dan tidak muncul tanda-tanda infeksi. Setelah dilakukan

117
tindakan keperawatan diperoleh data subjektif : pasien
mengatakan vulvanya kering, dan objektif : tidak tampak adanya
tanda-tanda infeksi. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa diagnosa keempat masalah teratasi.

118
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Perawatan kehamilan
dilakukan secara berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran,
dan nifas yang terdiri atas edukasi, scrining, deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan
nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik.

Tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan


untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi;
mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau kompliksi yang mungkin
terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan
faktor sosial budaya dan ekonomi.

Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami


perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan
kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan
kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi
anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara
menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia
kehamilan dalam trimester.

119
5.2. Saran

Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan


secara khusus dan berkesinambungan. Tingginya angka kematin ibu di
Indonesia salah satu faktornya adalah karena status kesehatan ibu itu sendiri,
oleh karena itu diharapkan kepada seluruh ibu hamil di Indonesia untuk
memeriksakan kandungannya baik terdapat masalah maupun tidak. Sebagai
tenaga kesehatan pun, kita harus mengetahui perubahan apa saja yang terjadi
pada ibu hamil dan tindakan apa saja yang harus dilakukan kepada ibu hamil.

120
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA,NIC, NOC.


Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA
Fitriani, M. 2017. Asuhan Kebidanan.
http://simtakp.uui.ac.id/docti/MAILISA_FITRIANI-1.pdf. Diakses pada
tanggal 18 Januari 2019
Mujtahidah, NA. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif.
http://repository.ump.ac.id//1947/3/Nur%20Afif%20Mujtahidah%20BA
B%20II.pdf. Diakses pada tanggal 18 Januari 2019
Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika
Puspita, A. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif.
http://repository.ac.id/858/7/Arum%20Puspita%20W.%20BAB%20II.pd
f. Diakses pada tanggal 18 Januari 2019
Ratnawati, Ana.Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
Susanto, Andina Vina & Fitriana, Yuni.Tanpa Tahun. Asuhan Pada Kehamilan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers
Universitas Sumatra Utara. 2017. Perawatan Kehamilan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2856/142500098.
pdf. Diakses pada tanggal 18 Januari 2019
Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

121
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka

122

Anda mungkin juga menyukai