Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Fallen & Dwi, 2010).
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Sebagai sasaran praktek keperawatan
klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga, dan masyarakat. Masyarakat sebagai
klien memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma,
hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat
mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologis, sosial, budaya, dan lingkungan spiritual (Fallen & Dwi, 2010).
Peran perawat komunitas sebagai pendidik (educator), advokat, manajemen kasus,
kolaborator, panutan (role model), peneliti, dan pembaharu (change agent). Tatanan
praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan
perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan
primer, sekunder, dan tertier.
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan
dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa
jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat
potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari
populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan

Perawat yang bekerja dikomunitas dapat bekerja sebagai perawat kesehatan sekolah
yang di fokuskan pada anak di tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan
(Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa, lingkungan dan
guru. Berdasarkan pendapat Leavell dan Clark bahwa tingkat pencegahan dalam
keperawatan komunitas dapat dilakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit
(prepathogenesis phase), pada tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan primary
prevention. Primary prevention ini dapat dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu
health promotion dan general and specific protection. Dimana kegiatan-kegiatan yang
mencakup dua kelompok ini seperti, pemberian pendidikan kesehatan, pengendalian
lingkungan, dan hygiene perseorangan (Dermawan, 2012).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara membuat asuhan keperawatan komunitas pada lingkungan sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui cara melakukan pengkajian pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
b. Diketahui cara membuat analisa data pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
c. Diketahui cara membuat tujuan keperawatan pada suhan keperawatan komunitas di
sekolah
d. Diketahui cara membuat intervensi keperawatan pada suhan keperawatan komunitas
di sekolah
e. Diketahui cara melakukan implementasi keperawatan pada suhan keperawatan
komunitas di sekolah
f. Diketahui cara melakukan evaluasi pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
B. Model Community as Partner

Berdasarkan model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972) melihat


masalah pasien, model komunitas sebagai pasien klien dikembangkan oleh penulis untuk
menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model
komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi kesehatan primer yang menjadi
landasan.
Dalam model komunitas sebagai mitra, ada dua faktor sentral: pertama, fokus pada komunitas
sebagai mitra(ditandai dengan roda pengkajian komunitas di bagian atas, dengan menyatukan
anggota masyarakat sebagai intinya, dan kedua, penerapan proses keperawatan. Model ini
dijelaskan secara rinci untuk membantu Anda memahami setiap bagiannya, agar Anda dapat
menggunakannya sebagai pedoman praktik di komunitas. Inti roda pengkajian adalah
individu yang membentuk komunitas. Inti meliputi demografik, nilai, keyakinan, dan sejarah
penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh
delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik pemerintahan, pelayanan kesehatan dan
sosial,komunikasi ekonomi, dan rekreasi Garis tebal yang mengelilingi komunitas
menunjukkan ganspenahanan normal atau tingkat kesehatan komunitas yang dicapai setiap
saat. Garis pertahanan normal meliputi berbagai ciri. Garis pertahanan normal juga mencakup
koping disertai kemampuan menyelesaikan masalah: ini menun keadaan sehat dari
komunitas. Garis pertahanan fleksibel, digambarkan dengan garis putus-putus yang
mengeliligi komunitas dan garis pertahanan normal. Garis ini dinamakan "buffer zone area
penengah) yang menunjukkan suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respons sementara
terhadap stre- sor Respons ini mungkin saja terjadi karena adanya mobilisasi ang masyarakat
sekitar karena stresor lingkungan, seperti banjir gota atau stresor sosial seperti penjualan
buku porno Kedelapan subsistem dibatasi dengan garis utus untuk mengingatkan kita bahwa
subsistem tersebut tidak terpisah, tetapi saling memengaruhi. Ingat bahwa salah satu prinsip
ekologi adalah segala sesuatu saling berkaitan. Hal ini juga berlaku pada komunitas sebagai
keseluruhan) Kedelapan bagian tersebut menjelaskan garis besar subsistem suatu komunitas
dan memberikan gambaran ke langkah kerja bagi perawat kesehatan komunitas dalam
pengkajian .

Di dalam komunitas, terdapat garis-garis resistensi, mekanisme internal yang


melakukan perlawanan terhadap stresor. Program rekreasi malam untuk anak-anak muda
dilakukan untuk mengurangi"andalism" (perbuatan yang merusak dan kebebasan berbuat, dan
diagnosis serta pengobatan penyakit menular seksual secara gratis adalah merupakan contoh
garis resistensi. Garis resistensi ada pada setiap subsistem dan menunjukkan kekuatan
komunitas. Stresor merupakan tekanan rangsangan yang menghasilkan ketegangan yang
potensial menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem. Stresor tersebut dapat berasal dari
luar komunitas(misalnya polusi udara dari industri terdek atau dari dalam komunitas(misal
nya, penutupan suatu klinik. Stresor memasuki garis pertahanan normal maupun fleksibel
sehingga menimbulkan gangguan dalam komunitas. Pelayanan yang tidak mencukupi, tidak
terjangkau atau mahal merupakan stresor terhadap kesehatan komunitas. Derajat reaksi
merupakan jumlah ketidakseimbangan atau gangguan akibat stresor yang mengganggu garis
pertahanan komunitas. Derajat reaksi ini dapat dilihat angka kematian dan kesakitan, pengang
guran, statistik kriminalitas, dan lain-lain. Stresor dan de reaksi menjadi bagian dari diagnosis
keperawatan.

1. Pengkajian
Inti dan subsistem komunitas, baik garis pertahanan dan resistensi, stresor maupun
derajat reaksi, merupakan parameter pengkajian komunitas yang memandang
komunitas sebagai mitra. Dengan menganalisis data berdasarkan paramer ini
bersama dengan komunitas akan mengarahkan diagnosis keperawatan komunitas.
2. Diagnosis dan Perencanaan
Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan
intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stresor dan dapat termasuk
pengurangan atau penghilangan stresor atau penguat resistensi komunitas melalui
penguatan garis pertahanan. Denganmenyatakan derajat reaksi perawat dapat
merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi dengan menerapkan
salah stu jenis pencegahan.
3. Intervensi
Dalam model ini, semua intervensi keperawatan dianggap besifat prefentif.
Pencegaha promer merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan menguatkan
garis pertahanan sehingga stresor tidak dapat masuk dan menimbulkan reaksi atau
mempengaruhi stresor dengan melakukan perlawanan terhadapnya. Pencegahan
sekunder diterapkan setelah stresor memasuki komunitas. Intervensi mendukung
garis pertahanan dan resistensi untuk meminimalkan derajat reaksi terhadap
stresor. Pencehan tersier dilaksanakan setelah stresor memasuki garis pertahanan
dan muncul derajat reaksi. Terjadi ketidakseimbangan sistem dan pencegahan
tersie bertujuan mencegah ketidak seimbangan tambahan dan meningkatkan
keseimbangan.
4. Evaluasi
Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi intervensi
perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota komunitas dalam seluruh
langkah proses keperawatan menyakinkan adanya kesesuaiaan dengan komunitas.
Sering kali, parameter yang digunakan untuk mengkajijuga digunakan untuk
evaluasi. Masing-masing parameter adalah proses kerja perawat dengan
komunitas sebagai mitra. Interkoneksi, tumpang tindih, dan keputusan yang
bersifat interdisiplin merupakan aturan, bukan pengecualian. (Anderson dalam
William & Winkins, 2000)

C. Fokus Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Prevensi Primer
Ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka
yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita. Perawat komunitas harus
mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang perlu
dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur, pola
dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko
merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi Sekunder
Bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan
deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam
mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah
kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai dan pengelolaannya
secara mandiri memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem
rujukan yang baik akan sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang
merupakan ujung tombak pengelolaan.
3. Prevensi Tersier
Apabila sudah muncul penyulit menahun, maka perawat komunitas harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi
pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi. Contoh kegiatan seperti mendorong
untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada anak dan keluarga
untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien (Allender &
Spradley, 2005).
D. Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses untuk dapat mengenal masyarakat.
Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan proses.
Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor factor
(baik positif maupun negative) yang memengaruhi kesehatan warga masyarakat agar
dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan. Hancock dan Minkler (1997)
mengemukakan bahwa, "Bagi profesional kesehatan yang peduli tentang membangun
masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan pengkajian kesehatan
komunitas: informasi yang dibutuhkan untuk perubahan dan pemberdayaan." Kita akan
menggunakan roda pengkajian komunitas (Gambar 2.1) sebagai kerangka kerja
pengkajian.

Gambar 2.1 Roda pengkajian komunitas, segmen pengkajian model komunitas


sebagai mitra

Pada pengkajian komunitas terdapat beberapa fokus item yang harus dikaji,
diantaranya:

a. Inti Komunitas
1) Sejarah
Data yang didapatkan terkait sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut,
apakah ada perubahan pada tempat tinggal selama tinggal di sana, bagaimana
sejarah daerah tempat dan apakah sebelumnya pernah tinggal di daerah lain
sebelum tinggal di sini? Pengkajian tersebut dapat dilakukan kepada orang yang
paling tua atau orang yang paling lama tinggal di daerah tersebut, kemudian dapat
juga di lakukan pengkajian kepada tokoh masayrakat setempat.
2) Demografi
Terkait data orang-orang seperti apa yang anda lihat, apakah anak muda, lansia,
orang yang tidak punya rumah tempat tinggal atau yang tiggal sendirian, jumlah
keluarga, dan ras atau suku bangsa daerah setempat.
3) Etnisitas
Pengkajian terkait data etnis mayoritas dan minoritas, kebisaan budaya yang
sering dilakukan baik menyangkut kesehatan ataupun tidak.
4) Nilai dan Keyakinan
Data yang dikaji seperti ada atau tidaknya tempat ibadah sesuai dengan keyakinan
yang ada, agama mayoritas dan minoritas yang dianut oleh warga, nilai budaya
yang diyakini oleh masyarakat setempat atau norma adat yang dianggap penting
bagi masyarakat setempat.
b. Subsistem
1) Lingkungan
Data yang dikaji seperti keadaan masyarakat, kualitas lingkungan sekitar,
keamanan lingkungan, luas dan batas daerah yang terdapat di peta daerah
tersebut, dan apakah terdapat tempat khusus seperti taman kota/desa.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Data yang dikaji seperti ada atau tidaknya tempat pelayanan kesehatan, pelayanan
kesehatan apa yang terdapat di sana, jauh atau tidaknya tempat pelayanan
kesehatan, bagaimana peran dukun kampung, dokter perawata atau bidan desa,
bagaimana cara menuju tempat pelayanan kesehatan dan jarak tempat
pelayanankesehatan dari daerah tersebut.
3) Ekonomi
Data pengkajian seperti status rata-rata ekonomi masyarakat setempat,
penghasilan rata-rata setiap kepala keluarga, pekerjaan setiap masyarakat,
kesesuaian UMP dengan pekerjaan, dan kesesuaian kebutuhan dengan
penghasilan.
4) Trasportasi dan Keamanan
Terkait mobilisasi masyarakat, kendaraan umum yang biasa digunakan
masyarakat untuk mobilisasi, kndaraan pribadi yang dimiliki masyarakat, jalur
khusus seperti untuk pejalan kaki dan kendaraan bermotor serta keadaan jalannya,
pos keamanan seperti polisi dan pemadam kebakaran, alat keamanan seperti apar,
tindakan kriminal yang sering terjadi, dan presepsi masyarakat tentang keamanan
lingkungan.
5) Politik dan Pemerintahan
Data pengkajian seperti kegiatan politik, bentuk pemerintahan daerah tersebut,
kebijakan pemerintah setempat, bagaimana peran masyarakat dalam pengambilan
keputusan,
6) Komunikasi
Data pengkajian seperti tempat khusus untuk warga berkomunikasi, alat yang
digunakan warga dalam menyampaikan pesan baik formal maupun informal,
sarana yang dapat di akses oleh masyarakat, bentuk penyampaian informasi dan
cara penyampaian baik dari masyarakat maupun untuk masyarakat.
7) Pendidikan
Data pengkajian seperti intitusi pendidikan yang ada di wilayah tersebut, kondisi
dari masyarakat dengan status pendidikannya, isu utama mengenai pendidikan,
aktivitas pendidikan informal.
8) Rekreasi
Data pengkajian yang didapatkan seperti macam-macam rekreasi, frekuensi,
fasilitas yang menunjang adanya rekreasi (tempat, biaya, waktu).
2. Analisis Komunitas
Analisis, seperti banyak prosedur yang kita lakukan, mungkin dipandang sebagai
suatu proses yang terdiri dari atas banyak langkah fase-fase yang akan digunakan dalam
membuat proses analisis adalah kategori, ringkasan, perbandingan, dan penarikan
simpulan. Setiap fase akan dijelaskan diilustrasikan pada pembahasan bawah ini.
a. Kategori
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara.
Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
1) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok
etnik dan ras).
2) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal,
ruang publik, dan jalan).
3) Karakteristik sosial-ekonomi (kategori pekerjaan dan penghasilan, pendidikan
yang dapat dicapai, dan pola penyewaan dan kepermilikan rumah)
4) Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan kesehatan
mental, dan sebagainya).

Bagaimanapun, terjadi peningkatan penerapan model dalam organisasi dan


analisis data kesehatan komunitas karena model ini dapat memberikan kerangka
kerja dalam mengumpulkan data dan menjadi peta untuk memantau analisis. Karena
roda pengkajian komunitas telah digunakan untuk mengarahkan proses pengkajian
komunitas di Rosemont sebagai contoh studi, makan model yang sama dapat
digunakan untuk mengarahkan analisis. Setiap subsistem komunitas akan dianalisis,
dan komponen setiap subsistem meperjelas kategori yang akan dievaluasi.

3. Intervensi Keperawatan Komunitas


Setelah melakukan pengkajian kesehatan komunitas, menganalisis data, dan
menetapkan diagnosis keperawatan komunitas, langkah selanjutnya adalah
mempertimbangkan intervensi keperawatan yang terdapat meningkatkan kesehatan
komunitas tersebut untuk memformulasikan rencana berfokus komunitas. Masing-
masing pernyataan diagnosis gambaran masalah yang aktual atau potensial, penyebab,
dan gejala dan tanda mengarahkan upaya perencanaan perawat.
Rencana berfokus komunitas didasarkan pada diagnosis keperawatan dan
mengandung tujuan serta intervensi spesifik dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Perencanaan, seperti pengkajian dan analisis merupakan suatu proses sistematik yang
dibuat melalui kemitraan dengan komunitas. Proses penyusunan perencanaan
keperawatan komuitas dapat dilihat pada gambar berikut:
Rencana Program

Tujuan Objektif Evaluasi


(program) (indikator)

Respons Berhubungan AMB


(masalah) dengan (data)

Diagnosis

Pengkajian inti
dan subsistem

Gambar 2.2 Proses penyusunan diagnosis hingga perencanaan kepeawatan


Komunitas

4. Implementasi Keperawatan Komunitas


Implementasi adalah fase tindakan dari proses keperawatan yang terkait dengan
pelaksanaan rencana berfokus kepada komunitas. Implementasi berguna untuk mecapai
tujuan dan objektif, tetapi hal yang lebih peting adalah bahwa implementasi intervensi
keperawatan berfungsi untuk meningkatkan, memelihara atau memulihkan
kesejahteraan, mencegah penyakit dan memfasilitasi rehabilitas.
Setelah tujuan dan objektif disetujui dan didokumentasi pada fase perencanaan,
semua hal yang tercakup dalam implementasi akan secara aktual menjalankan aktivitas
yang diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini tampaknya sederhana dan
mudah. Padahal, pada fase ini, Anda akan menghabiskan waktu untuk mengkaji,
menganalisis, dan merencanakan program. Anda akan merasa siap bersemangat untuk
memulainya. Tetapi semangat yang berlebihan ini (yang terkait dengan ketegasan pada
fase intervensi) adalah hal yang membahayakan. Anda harus merenung sejenak untuk
memahami bagaimana anda dapat meningkatkan rasa keperawatan komunitas, program
terpadu, dan fokus kesehatan yang jelas.

5. Evaluasi Keperawatan Komunitas


Evaluasi adalah suatu tahap untuk menentukan manfaat (atau nilai) dari sesuatu.
Selama proses evaluasi, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan
kegunaan dan signifikansinya. Perawat mengevaluasi respon dari komunitas terhadap
program kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif
program. Data evaluasi juga merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki database
dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, tetapi evaluasi tetap terkait
dengan pengkajian yang merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Praktik
keperawatan adalah siklus yang dinamis. Agar intervensi berfokus pada komunitas
dapat diukur secara relavan dan tepat waktu, maka database komunitas, diagnosis
keperawatan, dan rencana program kesehatan harus dievaluasi secara rutin.efektivitas
intervensi keperawatan komunitas bergantung pada pengkajian ulang yang
berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas dan juga bergantung pada perbaikan
yang tepat terhadap intervensi terencana.
Evaluasi merupakan hal yang penting dalam praktik keperawatan, tetapi evaluasi
pun berperan sangat penting bagi berfungsinya lembaga kesehatan. Pengaturan staf dan
pendanaan sering kali didasarkan pada hasil evaluasi, dan program yang ada adalah
subjek untuk terminasi kecuali hasil evaluasinya dapat menjawa pertanyaan berikut:
Apakah dampak program yang ada terhadap status kesehatan komunitas? Belakangan
ini, program evaluasi semakin disorot; program pelatihan evaluasi telah lazim
dilakukan, dan evaluasi telah menjadi bagian yang besar dari suatu aktivitas bisnis yang
besar. Sayangnya, evaluasi terkadang dilakukan secara terpisah dari perencanaan
program. Evaluasi bahkan seringkali hanya diikutkan di akhir program, hanya untuk
memenuhi kebutuhan sumber pendanaan atau administrasi lembaga. Buktinya, terdapat
masalah pada beberapa pendekatan. Agar keperawatan komunitas berjalan efektif,
dituntut suatu pendekatan yang integratif dalam evaluasi, evaluasi merupakan aspek
yang unik.
Sejalan dengan landasan teoretis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas,
program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikemukakan oleh
WK. Kellogg Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut:
a. Memperkuat Program
Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri komunitas
Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang
cara sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program, dampaknya serta hasil
akhir program tersebut.
b. Menggunakan Pendekatan Multipel
Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-
macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih
harus sejalan dengan tujuan program.
c. Merancang Evaluasi untuk memenuhi Isu Nyata
Program berbasis dan berfokus komunitas, yang berakar pada komunitas "nyata" dan
berdasarkan pengkajian komunitas, harus memiliki rancangan evaluasi untuk
mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas.
d. Menciptakan Proses Partisipasi
Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis,
perencanaan, dan imple mentasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam evaluasi.
e. Memumngkinkan Fleksibilitas
Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat preskriptif. Jika tidak, akan sulit
untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara
tajam dan kompleks (W.K. Kellogg Foundation, 1998, hal. 3).
f. Membangun Kapasitas
Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa dengan
konteks profesional maupun nonprofesional.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

No Keterangan Data

1 History  Taman kanak-kanak Indiasana Babadan berdiri pada


tahun 60’an
 Kepala sekolah yang sekarang menjabat diangkat pada
tahun 2013
2 Demographic  Di TK ini tenaga guru yang ada berjumlah 4 orang, 1
kepala sekolah (sertifikasi GTY), 1 orang sudah PNS,
dan 2 masih honorer
 jumlah siswa-siswi secara keseluruhan ada 35 orang
dan 1 orang siswi yangg berkebutuhan khusus.
 Putra=12
 Putri=23
3 Ethnicity  Mayoritas siswa-siswi TK indriasana ada budaya jawa
4 Vital statistic  3 orang murid terkena cacar air, tetapi dari pihak
sekolah tidak mengijinkan untuk masuk sekolah
terlebih dahulu sampai benar-benar sembuh,
terkadang mereka juga mengalami cidera ringan
seperti lecet karena jatuh, dan satu diantaranya pernah
mengalami fraktur, dan yang paling parah pernah
terjadi kecelakaan sehingga menyebabkan cidera
kepala
 Pada saat wawacara kepala sekolah juga mengatakan
dari segi penyakit yang sering dialami oleh siswa-
siswi di TK seperti batuk pilek pada umumnya, sakit
perut tetapi jika hanya mengalami hal tersebut mereka
tetap bersekolah
 Tidak pernah keracunan/alergi makanan
5 Values and beliefs  Mayoritas siswa-siswi yang terdapat di TK tersebut
adalah beragama Katolik, namun 2 diantaranya
beragama Islam
 Tidak ada paksaan dalam beribadah terlebih lagi
sekolah adalah milik yayasan swasta agama
6 Lingkungan fisik  Pernah ada limbah kiriman dari warung disekitar TK
dulu
 Denah terlampir
 Bangunan permanen
 Kepala sekolah mengatakan banyak nyamuk yang ada
di ruangan:
a. UKS
b. Perpustakaan
c. Ruangan bermain
d. Gudang
e. Dibawah meja kelas B
f. Dapur

 Bak kamar mandi jarang dikuras (kurang lebih 1


bulan sekali)
 Keadaan uks, gudang, dan ruangan bermain lembab
 Belum ada peralatan keselamatan (seperti apar
 Siswa siswi terlihat mencuci tangan dengan ember
dan diletalakan didepan kelas, air tidak diganti setelah
mencuci dan digunakan semua siswa-siswi. Dan
mencuci tangan hanya dicelupkan saja
 Kepala sekolah mengatakan guru menyuruh mencuci
tangan menggunakan ember didepan kelas karena
lebih mudah diawasi jika didepan kelas, sedangkan
keran di taman bermain.
7 Pelayanan kesehatan  PUSKESMAS 2 bulan sekali, program yang
diberikan dari pihak puskesmas berupa
penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan
tumbuh kembang anak, memberikan pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan dan kebersihan
gigi, pernah juga ada rapat bersama dengan
puskesmas membahas mengenai fasilitas
pemadam dan ABATE namun belum ada tindak
lanjut, tetapi sudah sekitar 6 bulan lebih tidak ada
pendidikan kesehan, penyuluhan.
 Kepala sekolah juga mengatakan peskesmas
hanya melakukan pemeriksaan tumbuh kembang
saja.
 Terdapat salah satu wali murid yang menjadi
dokter dan menawarkan untuk mengajukan
kerjasama ke RS beliau bekerja, namun kepala
sekolah mengatakan belum mengetahu prosedur
dan caranya.
 Puskesmas, rumah sakit panti rini, klinik
kesehatan didekat TK, dan UKS TK
 Dari pihak TK menyarankan kepada orang tua
murid untuk mengansuransikan anaknya,
seperti asuransi bumi putra, akan tetapi dari pihak
orang tua murid sedikit ada kendala karena
mereka mengatakan belum terlalu paham dengan
asuransi tersebut atau memang sebaliknya
mungkin mereka sudah memiliki asuransi lain
 selama 1 tahun terakhir ini dari pihak puskesmas
tidak pernah melakukan kunjungan kembali ke
TK, dan belum ada program dokter kecil dari
PUSKESMAS
 Kepala sekolah mengatakan warga TK
menggunakan herbal untuk mengobati luka
 Sekolah belum memiliki tenaga yang memadai
yang berhubungan dengan kesehatan untuk
menjaga UKS. Tenaga UKS hanya guru TK
sendiri.

8 Ekonomi  Pendapatan/gaji guru masih dibawah UMR, dan setiap


bulan tidak pasti ditanggal yang sama, bisa 2-3 bulan
sekali (tergantung dari pihak yayasan)
 Dari sekolah ada dana sukarela untuk siswanya
 Kepala sekolah tidak memiliki penghasilan tambahan
 Spp tetap 155rb/anak
 Pada tahun 2011 kepala sekolah sebelumnya memiliki
problem dibagian administrasi dan keuangan
 SK guru diperpanjang oleh yayasan
 Kebijakan/keputusan didiskusikan dengan komite
sekolah, komite punya program sendiri, dan iuran
seikhlasnya
 Dari pihak orang tua iuran secara bergantian untuk
kegiatan makan bersama setiap minggunya
 Peralatan UKS seadanya dari donator
 Kepala sekolah mengatakan terdapat wali murid
sebagai tenaga kesehatan (dokter). Yang dapat
membantu melaksanakan program kesehatan seperti
pelayanan dan pendidikan kesehatan. Dan terkendala
karena kepala sekolah belum mengetahui sarat dan apa
yang harus dipersiapkan.
 Kepala sekolah mengatakan untuk penkes mengenai
kesehatan masih berasal dari mahasiswa (± 1 Tahun)
9 Transportasi dan  Transportasi sekolah tidak ada, hampir semua siswa-
keamanan siswi diantar dan dijemput oleh orangtua
 Tidak ada satpam
 Pagar tidak selalu terkunci
 Lokasi TK berada dekat dengan akses menuju jalan
raya

10 Politik dan pemerintahan  Tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya


sekolah perijinannya masih menjadi hak guna
bangunan, tanah desa
11 Komunikasi  Guru dan murid menggunakan bahasa indonesia dan
bahasa jawa

12 Education  pihak sekolah tetap memberikan pendidikan secara


adil kepada seluruh siswa-siswi mereka tanpa
membeda-bedakannya
 Berdasarkan hasil wawancara langsung ke siswa-siswi
di kelas pada saat ditanya mengenai cuci tangan
beberapa siswa bisa mencontohkan dengan baik
meskipun secara keseluruhan belum tepat, tetapi yang
menjadi kendala pada saat ditemui dilapangan belum
tersedianya fasilitas yang memadai untuk mereka
melakukan cuci tangan yang baik dan benar
 Kepala sekolah mengatakan guru menyuruh mencuci
tangan menggunakan ember didepan kelas karena
lebih mudah diawasi jika didepan kelas, sedangkan
keran di taman bermain
13 Rekreasi  Program dari TK, biasanya menyelenggarakan rekreasi
secara rutin sesuai dengan tema rekreasinya
 Waktu Rekreasi sesuai pembelajaran
B. Analisa Data

No Data Masalah
1. Data Subjektif Ketidakefektifan
1. Kepala sekolah mengatakan belum ada tindakan manajemen kesehatan
dari pemerintah dan yayasan mengenai
permasalahan banyaknya nyamuk.
2. Terdapat penambahan materi atau inovasi dari
brother yang ada di Tk Indriasana Babadan
sebagai tenaga pembantu, mereka mangajarkan
hal antara lain:
A. Membuat pot tanaman tanpa genangan air
diatasnya
B. Inovasi cara belajar
C. Memanfaatkan tanaman sebagai obat
3. Kepala sekolah mengatakan terdapat wali murid
sebagai tenaga kesehatan (dokter). Yang dapat
membantu melaksanakan program kesehatan seperti
pelayanan dan pendidikan kesehatan. Dan terkendala
karena kepala sekolah belum mengetahui sarat dan
apa yang harus dipersiapkan.
4. Kepala sekolah Tk indriasana mengatakan belum
adanya asuransi yang diberikan untuk siswa dan
karyawan.
5. Kepala sekolah mengatakan masih bingung
dengan persyaratan yang diperlukan untuk
kerjasama dengan instansi kesehatan dekat
dengan Tk yang ditawarkan oleh wali salah satu
murid.
6. Kepala sekolah mengatakan terdapat kunjungan
dari Puskesmas Ngemplak untuk melakukan
pemeriksaan tumbuh kembang murid saja.
7. selama 1 tahun terakhir ini dari pihak puskesmas
tidak pernah melakukan kunjungan kembali ke
TK, dan belum ada program dokter kecil dari
PUSKESMAS
Data Objektif
1. Terdapat RS yang dekat dengan TK indriasana
Babadan
2. Belum ada kerja sama mengenai tenaga
kesehatan.
3. Peralatan UKS didapat dari donatur
4. Peralatan UKS masih kurang
5. Peralatan keselamatan tidak ada
6. Peralatan UKS hanya seadanya dari donator
7. Belum ada peralatan keselamatan (seperti apar)
2. Data Subjektif Ketidakefektifan
1. Kepala sekolah mengatakan banyak nyamuk yang Pemeliharaan Kesehatan
ada di ruangan:
a. UKS
b. Perpustakaan
c. Ruangan bermain
d. Gudang
e. Dibawah meja kelas B
f. Dapur
2. Kepala Sekolah Tk Indriasana Babadan
mengatakan Belum pernah difooging sejak 5
tahun yang lalu.
3. Kepala Sekolah Indriasana Babadan mengatakan
tidak pernah memakai abate Bak kamar mandi
4. Kepala sekolah mengatakan bak kamar mandi
jarang dikuras karena tidak ada tenaga pembantu.
5. Kepala sekolah mengatakan frekuensi menguras
bak kamar mandi ± 1 bulan sekali.
6. Kepala sekolah mengatakan untuk penkes
mengenai kesehatan masih berasal dari
mahasiswa (± 1 Tahun)
7. Kepala sekolah mengatakan guru menyuruh
mencuci tangan menggunakan ember didepan
kelas karena lebih mudah diawasi jika didepan
kelas, sedangkan keran di taman bermain.
Data Objektif
1. Bak kamar mandi jarang dikuras dan terlihat ada
jentik-jentik.
2. Fentilasi kelas B, Gudang, dan Ruangan bermain
yang berbatasan langsung dengan pekarangan
yang dapat menampung air hujan.
3. Keadaan ruangan UKS, gudang dan ruangan
bermain yang lembab.
4. Fentilasi bersebrangan dengan pekarangan
tetangga yang keadaannya lebab danada
genangan air, (denah terlampir)
5. Belum adanya fasilitas cuci tangan dekat dengan
kelas.
6. Siswa siswi terlihat mencuci tangan dengan
ember dan diletalakan didepan kelas, air tidak
diganti setelah mencuci dan digunakan semua
siswa-siswi. Dan mencuci tangan hanya
dicelupkan saja

C. Diagnosa Keperawatan
1. Scoring :Ketidakefektifan manajemen kesehatan

No Kegiatan Score Pembenaran


1 Kesadaran masyarakat 7 Masyarakat Tk Indriasana Babadan sadar akan
terhadap masalah masalah yang ada terkait managemen seperti
tidak adanya tenaga kesehatan, fasilitas
keamanan, fasilitas kesehatan di UKS, belum
ada ahli dalam kesehatan di sekolah, namun
belum bisa mengusahakan hal tersebut.
2 Motivasi masyarakat untuk 5 Kepala sekolah mengatakan sangat ingin
menyelesaikan masalah mengatasi masalah namun belum mengetahui
caranya
3 Kemampuan perawat untuk 9 Perawat hampir dapat membantu seluruh
memecahkan masalah masalah yang ada di TK
4 Tersedianya ahli yang 9 Terdapat wali murid sebagai tenaga kesehatan
relevan utk mengatasi (dokter). Yang dapat membantu melaksanakan
masalah program kesehatan seperti pelayanan dan
pendidikan kesehatan.
5 Derajat keparahan masalah 5 Dengan tidak adanya jaminan kesehatan yang
merata dan ketidak mampuan dalam
pemanfaatan fasilitas kesehatan dapat
menimbulkan masalah kesehatan yaitu
kurangnya bantuan dalam penanganan masalah
kesehatan
6 Waktu untuk 6 Waktu untuk mengusahakan tenaga kesehatan,
menyelesaikan masalah fasilitas, ahli dan mengajukan kerjasama ke
instansi kesehatan kira-kira 1 bulan.
Total 41

2. Scoring : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

No Kegiatan Score Pembenaran


1 Kesadaran masyarakat 6 Warga TK mengatakan mengetahui akan
terhadap masalah masalah yang ada terutama banyaknya nyamuk
2 Motivasi masyarakat untuk 5 Warga TK tampak membiarkan masalah
menyelesaikan masalah menganai banyaknya nyamuk karena dianggap
masih belum berdampak karena balum ada
yang terkena DBD
3 Kemampuan perawat untuk 9 Perawat hampir dapat membantu seluruh
memecahkan masalah masalah yang ada di TK
4 Tersedianya ahli yang 9 Terdapat mahasiswa keperawatan yang tau
relevan utk mengatasi untuk mengatasi masalah dengan melakuka
masalah edukasi dan melakukan intervensi terkait
masalah di TK
5 Derajat keparahan masalah 7 Dengan tidak adanya tindakan atau
penanganan pada masalah pemeliharaan
kesehatan tentang cuci tangan yang baik dan
benar dan pembasmian nyamuk maka dapat
menyebabkan resiko terjadinya penyakit
seperti DBD dan gangguan masalah
pencernaan.
6 Waktu untuk 9 Waktu untuk menyelesaikan masalah
menyelesaikan masalah kesehatan terkait melakukan cuci tangan yang
benar dan pembasmian nyamuk sekitar 1
minggu.
Total 43
3. Rencanan Keperawatan

No Data Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Label Kode Label
1. 1. Kepala sekolah mengatakan 00078 Ketidakefektifan Primer 1823 Knowledge: 4470 Self-
belum ada tindakan dari manajemen kesehatan Health Modification
pemerintah dan yayasan Promotion Assistance
mengenai permasalahan Sekunder 1602 Health 5395 Self-Efficacy
banyaknya nyamuk. Promoting Enhancement
2. Terdapat penambahan materi Behavior
atau inovasi dari brother yang Tersier 1823 Health 5520 Learning
ada di Tk Indriasana Babadan Promoting Facilitation
sebagai tenaga pembantu,
Behavior
mereka mangajarkan hal
antara lain:
A. Membuat pot tanaman tanpa
genangan air diatasnya
B. Inovasi cara belajar
C. Memanfaatkan tanaman
sebagai obat
3. Kepala sekolah mengatakan
terdapat wali murid sebagai
tenaga kesehatan (dokter).
Yang dapat membantu
melaksanakan program
kesehatan seperti pelayanan
dan pendidikan kesehatan.
Dan terkendala karena kepala
sekolah belum mengetahui
sarat dan apa yang harus
dipersiapkan.
4. Kepala sekolah Tk
indriasana mengatakan
belum adanya asuransi yang
diberikan untuk siswa dan
karyawan.
5. Kepala sekolah mengatakan
masih bingung dengan
persyaratan yang diperlukan
untuk kerjasama dengan
instansi kesehatan dekat
dengan Tk yang ditawarkan
oleh wali salah satu murid.
6. Kepala sekolah mengatakan
terdapat kunjungan dari
Puskesmas Ngemplak untuk
melakukan pemeriksaan
tumbuh kembang murid
saja.
7. selama 1 tahun terakhir ini
dari pihak puskesmas tidak
pernah melakukan
kunjungan kembali ke TK,
dan belum ada program
dokter kecil dari
PUSKESMAS
Data Objektif
8. Terdapat RS yang dekat
dengan TK indriasana
Babadan
9. Belum ada kerja sama
mengenai tenaga kesehatan.
10. Peralatan UKS didapat dari
donator
11. Peralatan UKS masih
kurang
12. Peralatan keselamatan tidak
ada
13. Peralatan UKS hanya
seadanya dari donator
Belum ada peralatan keselamatan
(seperti apar)
8.Data Subjektif 00099 Ketidakefektifan Primer 1602 Health 5540 Peningkatan
1. Kepala sekolah mengatakan Pemeliharaan Promoting Kesiapan
banyak nyamuk yang ada di Kesehatan Behavior Pembelajaran
ruangan:
a. UKS
b. Perpustakaan
c. Ruangan bermain
d. Gudang
e. Dibawah meja kelas B
f. Dapur
2. Kepala Sekolah Tk
Indriasana Babadan
mengatakan Belum pernah
difooging sejak 5 tahun
yang lalu.
3. Kepala Sekolah Indriasana
Babadan mengatakan tidak
pernah memakai abate Bak
kamar mandi
4. Kepala sekolah mengatakan
bak kamar mandi jarang
dikuras karena tidak ada
tenaga pembantu.
5. Kepala sekolah mengatakan
frekuensi menguras bak
kamar mandi ± 1 bulan
sekali.
6. Kepala sekolah mengatakan
untuk penkes mengenai
kesehatan masih berasal
dari mahasiswa (± 1 Tahun)
7. Kepala sekolah mengatakan
guru menyuruh mencuci
tangan menggunakan ember
didepan kelas karena lebih
mudah diawasi jika didepan
kelas, sedangkan keran di
taman bermain.
Data Objektif
7. Bak kamar mandi jarang
dikuras dan terlihat ada
jentik-jentik.
8. Fentilasi kelas B, Gudang,
dan Ruangan bermain yang
berbatasan langsung dengan
pekarangan yang dapat
menampung air hujan.
9. Keadaan ruangan UKS,
gudang dan ruangan
bermain yang lembab.
10. Fentilasi bersebrangan
dengan pekarangan
tetangga yang keadaannya
lebab danada genangan air,
(denah terlampir)
11. Belum adanya fasilitas cuci
tangan dekat dengan kelas.
12. Siswa siswi terlihat
mencuci tangan dengan
ember dan diletalakan
didepan kelas, air tidak
diganti setelah mencuci dan
digunakan semua siswa-
siswi. Dan mencuci tangan
hanya dicelupkan saja
1. gudang dan ruangan bermain
yang lembab.
2. Belum adanya fasilitas cuci
tangan dekat dengan kelas.
3. Siswa siswi terlihat mencuci
tangan dengan ember dan
diletalakan didepan kelas, air
tidak diganti setelah mencuci
dan digunakan semua siswa-
siswi. Dan mencuci tangan
hanya dicelupkan saja
4. Intervensi dan implementasi

No Label Intervensi TTd


Diagnosa: Ketidakefektifan manajemen kesehatan
1 Bantuan  Ingdentifikasi mengenai strategi paling efektif terkait
Modifikasi dengan perubahan perilaku
Diri  Bantu untuk mengidentifikasi tujuan spesifik untuk
berubah
 Bantu untuk mengidentifikasi efek perilaku sasaran
terhadap lingkungan sosial dan sekitar
 Eksplorasi mengenai rintangan-rintangan yang potensial
(menghambat) terhadap (dilakukannya) perubahan
perilaku
 Jelaskan mengenai pentingnya monitor diri dalam usaha
untuk merubah perilaku
2 Fasilitas  Buat isi pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan
Pembelajaran kogntif, psikomotor, dan afektif
 Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
 Berikan informasi dengan cara yang tepat, seprti mulai
dari hal yang sederhana kepada informasi yang lebih
kompleks, dari informasi yang diketahui terlebih dahulu,
dari informasi yang konkrit ke informasi yang abstrak
Diagnosa: Ketidakefektivan pemeliharaan kesehatan
1 Peningkatan  Jelaskan bagaimana informasi bisa membantu mencapai
kesiapan tujuan dengan cara yang tepat
pembelajaran  Bantu menyadari kemampuan kontrol atas perkembangan
penyakit dengan cara yang tepat
 Bantu menyadari kerentanan dari komplikasi (penyakit)
dengan cara yang tepat
2 Peningkatan  Identifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya
sistem masyarakat dan advokasi terkait perubahan jika diperlukan
pendukung  Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan
dukungan pemberi perawatan
 Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam
perawatan dan perencanaan
 Jelaskan kepada pihak penting lain bagaimana mereka
dapat membantu
 Identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keungan
dan sumber daya lainnya
5. Evaluasi
A. Diagnosa: Ketidakefektifan manajemen kesehatan
1 Bantuan Modifikasi Diri
a. Mengdentifikasi mengenai strategi paling efektif terkait dengan perubahan
perilaku
Evaluasi:
Setalah dikaji mengenai permasalahan yang ada advokasi ke instansi
terkait mengenai permasalah ketenaga kesehatan yang ada adalah strategi
yang efektif namun untuk mengimbangihal tersebut juga diperlukan
rencana cadangan berupa pemberian pemahaman bagaimana cara advokasi
kepada klien.
b. Membantu untuk mengidentifikasi tujuan spesifik untuk berubah.
Evaluasi:
Perubahan yang diharapkan oleh masyarakat Tk indriasana adalah
bagaimana Tk indriasana dapat memberika pelayanan kesehatan juga
kepada peserta didik dan juga mengharapkan agar progam kerja instansei
kesehatan yang terkait dapat berjan di Tk Indriasana.
c. Membantu untuk mengidentifikasi efek perilaku sasaran terhadap
lingkungan sosial dan sekitar.
Evaluasi:
Efek yang diharap kan oleh masyarakat Tk indriasana adalah semakin
terkontrolnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan di lingkungan
sekolah, terutama yang berhubungan langsung dengan siswa-siswi
d. Mengksplorasi mengenai rintangan-rintangan yang potensial
(menghambat) terhadap (dilakukannya) perubahan perilaku.
Evaluasi:
Kepala sekolah menyadari rintangan yang dihadapkan seperti
ketidakhadiran instansi kesehatan yang seharusnya mengawasi dan
melakukan program kerja yang sudah direncanakan.
e. Menjelaskan mengenai pentingnya monitor diri dalam usaha untuk
merubah perilaku
Evaluasi:
Kepala sekolah memahami hal penting dalam memonitor perubahan hal
tersebut ditunjukan dengan memberikan penilaiannya sehari-hari kepada
perawat.
2 Fasilitas Pembelajaran
a. Membuat isi pendidikan kesehatan sesuai dengan kemampuan kogntif,
psikomotor, dan afektif
Evaluasi:
Memberikan pendidikan kesahatan tentang cuci tangan kepada warga
sekolah, dan warga sekolah bisa melakukan 7 langkah untuk cuci tangan
yang baik dan benar yang dilakukan oleh murid dan guru disekolah.
b. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
Evaluasi:
Memberikan pendidikan kesahatan tentang cuci tangan yang baik dan
benar kepada warga sekolah dengan membentuk kelompok kecil agar
penkes yang diberikan dapat diterima oleh murid dengan suasana yang
nyaman dan menghindari suasana rebut anak-anak TK.
c. Memberikan informasi dengan cara yang tepat, seprti mulai dari hal yang
sederhana kepada informasi yang lebih kompleks, dari informasi yang
diketahui terlebih dahulu, dari informasi yang konkrit ke informasi yang
abstrak.
Evaluasi:
Memberikan pendidikan kesahatan tentang cuci tangan yang baik dan
benar kepada warga sekolah dengan terlebih dahulu memperlihatkan atau
murid diajak menonton video tentang langkah-langkah dalam cuci tangan,
karena anak kecil akan mudah memahami yang disampaikan bila penkes
yang diberikan dalam bentuk gambar dan nyayian agar mudah untuk
menghafal dan mengingatnya baru setelah itu dibentuk kelompok kecil
agar penkes yang diberikan dapat diterima oleh murid dengan suasana
yang nyaman dan menghindari suasana rebut anak-anak TK.

B. Diagnosa: Ketidakefektivan pemeliharaan kesehatan


1. Peningkatan kesiapan pembelajaran
a. Menjelaskan bagaimana informasi bisa membantu mencapai tujuan dengan
cara yang tepat
Evaluasi:
Dengan membentuk kelompok kecil murid lebih mudah dan cepat
memahami tentang penkes 7 langkah cuci tangan yang diberikan, tampak
murit bisa mempraktikan langkah cuci tangan secara langsung.
b. Membantu menyadari kemampuan kontrol atas perkembangan penyakit
dengan cara yang tepat
Evaluasi:
Membantu guru dan kepala sekolah mempersiapkan alat P3K dasar dan
program membuka pintu agar kelas tidak banyak nyamuk, begitu pula
dengan kamar mandi sekolah, yang tampak bersih.
c. Membantu menyadari kerentanan dari komplikasi (penyakit) dengan cara
yang tepat
Evaluasi:
Tampak warga sekolah menyadari tentang komplikasi terjadinya penyakit
dengan menggunakan ABATE dikamar mandi sekolah dan UKS.
1 Peningkatan sistem pendukung
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya masyarakat dan
advokasi terkait perubahan jika diperlukan
Evaluasi:
Warga sekolah mengetahui tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
yang ingin membantu sekolah tetapi sekolah belum mengetahui prosedur
dan tata cara dalam memanfaatkan atau bekerja sama dengan pelayanan
tersebut.
b. Mengidentifikasi sumber daya yang etersedia terkait dengan dukungan
pemberi perawatan
Evaluasi:
Warga sekolah sudah bekerja sama dengan puskesmas setempat dan
fasilitas kesehatan yang ada disekitar sekolah seperti klinik dan rumah
sakit panti rini.
c. Melibatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan
dan perencanaan
Evaluasi:
Tampak murid-murid dan orang tua serta guru turut serta dalam
membimbing mengenai masalah kesehatan pada anak salah satunya cuci
tangan.
d. Menjelaskan kepada pihak penting lain bagaimana mereka dapat
membantu
Evaluasi:
Menjelaskan kepada guru-guru disekolah, dimana natinya akan
disampaikan ke orang tua murid untuk siap dan selalu membantu anak
dalam menjaga kesehatannya. Tampak dari guru-guru sekolah yang selalu
membantu murid dalam mengingatkan sebelum makan, setelah bermain,
setelah dari toilet untuk selalu mencuci tangan.
e. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan dan
sumber daya lainnya
Evaluasi:
Tampak pada orang tua murid dan guru disekolah memberikan dukungan
dan semangat kepada anak-anak di TK sebagai contoh anak saat sakit tidak
dibiarkan kesekolah dibiarkan untuk istirahat dirumah dan dukungan
keuangan yang diberikan orang tua dalam bentuk SPP.
6. Evaluasi Pendidikan Kesehatan

No Implementasi Evaluasi Ttd


1 Melakukan pendidikan kesehatan Setelah dilakukan penkes
mengenai PHBS disekolah indriasana mengenai PHBS pada anak-anak
babadan. sekolah taman kanak-kanak
indriasana babadan guru-guru dan
murid sekolah menjadi tahu dan
lebih paham tentang bagaimana
cara menjaga agar hidup
dilingkungan yang bersih dan
sehat, salah satunya dengan
menjaga agar lingkungan sekolah
tetap bersih dengan membuang
sampah pada tempatnya dan
menjaga kebersihan kamar mandi
dan ruangan kelas agar tidak
menjadi sarang bagi nyamuk agar
terhindar dari penyakit DBD dan
penyakit lainnya.
Penkes 7 langkah cuci tangan Tampak pada murid-murid aktif
saat diberikan penkes mengenai
langkah-langkah dalam cuci
tangan, dimana penkes yang
diberikan dalam bentuk video dan
nyanyian dengan tujuan agar lebih
mudah diingat oleh murid-murid
dan setelah menonton vidio 7
langkah cuci tangan murid dibagi
menjadi kelompok-kelompok
kecil dimana agar murid dan
mahasiswa yang memberikan
penkes lebih dekat dan penkes
yang diiberikan dapat diterima
dengan mudah oleh murid.
Setelah itu murid diajak untuk
mempraktikkan langsung cara
cuci tangan yang baik dan benar,
langsung sebagai evaluasi
kegiatan tampak semua murid
mampu mempraktikkan cara cuci
tangan yang baik dan benar dari
kegiatan penkes yang dilakukan
oleh mahasiswa .
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian.
Pada saat melakukan pengkajian untuk Tk indriasana babadan banyak yang
kami temukan yang sama dengan apa yang ada dalam teori khususnya dalam
menentukan inti (core) dan subsistem. Kejadian yang paling mencolok yang kami
temukan diantaranya seperti masih minimnya kesadaran masyarakat Tk indriasana
dalam melaksanakan perilaku kesehatan dan juga tidak adanya tenaga khusus
kesehatan yang bekerja di TK. Adapun pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
pihak puskesmas Ngemplak II berupa kunjungan mengenai status gizi anak
padahal masih banyak permasalahan mengenai kesehatan fisik dan lingkungan
yang seharusnya dapat diatasi oleh pihak puskesmas.

Inti dan subsistem komunitas, baik garis pertahanan dan resistensi, stresor
maupun derajat reaksi, merupakan parameter pengkajian komunitas yang
memandang komunitas sebagai mitra. Dengan menganalisis data berdasarkan
paramer ini bersama dengan komunitas akan mengarahkan diagnosis keperawatan
komunitas. (Anderson dalam William & Winkins, 2000)

Berdasarkan teori dan keadaan lapangan yang didapat pengkajian secara


komprehensif mengacu pada inti dan subsistem. Hal tersebut memudahkan kami
dalam mengelompokkan data dalam pengkajian.

B. Diagnosa
Dalam kasus kali ini kami mendapatkan data yang dapat diangkat menjadi
diagnosa .Setelah dilakukan pengkajian didapatkan beberapa diagnose keperawatan
menurut NANDA 2015-2017 seperti:
1. Ketidakefektifan managemen kesehatan
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Dalam pemilihan prioritas diagnose kami mengacu pada permasalahan mana yang
harus diselsaikan terlebih dahulu setelah diklasifikasikan berdasarkan scoring. Dan
saat itu telah dilakukan terlebih dahulu analisa data yang didapatkan datanya
dilapangan (sekolah indriasana). Berdasarkan penghitungan scoring yang dilakuan
didapatkan nilai:

a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (score: 43)


b. Ketidakefektifan managemen kesehatan (score: 41)

Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan


intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stresor dan dapat termasuk
pengurangan atau penghilangan stresor atau penguat resistensi komunitas melalui
penguatan garis pertahanan. Denganmenyatakan derajat reaksi perawat dapat
merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi dengan menerapkan salah
stu jenis pencegahan. (Anderson dalam William & Winkins, 2000)

Maka dari itu dalam pemilihan diagnosis yang digunakan sesuai dengan teori
yang didapat penulis. Diagnosis yang diharapkan pengurangan atau penghilangan
stresor yang terjadi.

C. Intervensi
Setelah kita menentukan diagnosa, tahap selanjutnya adalah menentukan
tujuan dan intervensi dari masing-masing diagnose. Dalam pemilihan intervensi yang
sesuai dengan kebutuhan Tk indriasana babadan, kami mengacu pada buku Nursing
Intervention Classivication (NIC). Dalam menentukan tujuan dan intervensi kami
berarah pada buku Nursing Outcome Classification, dan Nursing Intevention
Classification.
Setelah itu dengan intervensi yang ada kami mengimplementasikannya. Dari
berbagai macam intervensi yang ada terdapat beberapa intervensi yang isinya adalah
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain seperti pemberian obat. Intervensi kami
fokuskan pada saja dengan metode SMART (Measurable, Reasonable, Time).
Dalam model keperawatan komunitas sebagai mitra, semua intervensi
keperawatan dianggap besifat preventif. Pencegaha promer merupakan intervensi
keperawatan yang bertujuan menguatkan garis pertahanan sehingga stresor tidak
dapat masuk dan menimbulkan reaksi atau mempengaruhi stresor dengan melakukan
perlawanan terhadapnya. Pencegahan sekunder diterapkan setelah stresor memasuki
komunitas. Intervensi mendukung garis pertahanan dan resistensi untuk
meminimalkan derajat reaksi terhadap stresor. Pencehan tersier dilaksanakan setelah
stresor memasuki garis pertahanan dan muncul derajat reaksi. Terjadi
ketidakseimbangan sistem dan pencegahan tersie bertujuan mencegah ketidak
seimbangan tambahan dan meningkatkan keseimbangan. (Anderson dalam William &
Winkins, 2000)
Berdasarkan teori dan hasi dari lapangan disimpulkan bahwa intervensi yang
dipili sudah sesuai dengan teori. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakan pencegahan
terhadap stresor yang ada dilapangan.

D. Implementasi
Implementasi dari intervensi tersebut sudah berjalan dari tanggal pukul 07.00
sampai dengan tanggal 19 november 2016 . Dalam perjalanannya tidak terdapat
kendala seperti tidak cocoknya intervensi yang kami gunakan, dan saat implementasi
kami menilai ada beberapa kemajuan yang telah dicapai dan kami tulis dalam
evaluasi.
E. Evaluasi
Evaluasi dari tiap intervensi yang telah diimplementasikan cukup baik. Dari
beberapa evaluasi memang tidak langsung baik diawal karena membutuhkan proses
dengan waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya. Evaluasi yang diharapkan mulai
dari perubahan perilaku masyarakat Tk indriasana dan juga mengenai managemen
kesehatan yang ada. Evaluasi akan secara berkala.
Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi intervensi
perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota komunitas dalam seluruh
langkah proses keperawatan menyakinkan adanya kesesuaiaan dengan komunitas.
(Anderson dalam William & Winkins, 2000)
Berdasarkan teori diatas didapatkan bahwa evaluasi yang dilakukan juga
melibatkan kami sebagai calon perawat komunitas yang harus ikut terlibat langsung
dalam proses keperawatan namun tidak menghilangkan kemandirian masyarakat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas sebagai mitra untuk menekankan filosofi kesehatan
primer yang menjadi landasan.Dalam model komunitas sebagai mitra, ada dua faktor sentral:
pertama, fokus pada komunitas sebagai mitra(ditandai dengan roda pengkajian komunitas di
bagian atas, dengan menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya, dan kedua, penerapan
proses keperawatan. Model ini dijelaskan secara rinci untuk membantu Anda memahami
setiap bagiannya, agar Anda dapat menggunakannya sebagai pedoman praktik di komunitas.

B. Saran
Penulis :Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk melanjutkan ashuan
keperawatan komunitas sekolah selanjutnya
Pembaca :makalah yang kami buat dapat menjadi refrensi anda dalam mengetahui
asuhan keperawatan komunitas sekolah
Daftar pustaka

William & Winkins, (2000), Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3,
Jakarta: EGC
Deden Dermawan (2012), Buku Ajar Keperawatan Komunita, Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Dochter, Joanne McCloskey & Gloria M. Bulechek. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby, Inc
Moordead, Sue [et al]. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA :
Mosby, Inc
Lembar Penilaian

No Nama Nim Nilai


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan:

1. Lampiran SOP

Anda mungkin juga menyukai