PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Fallen & Dwi, 2010).
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Sebagai sasaran praktek keperawatan
klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga, dan masyarakat. Masyarakat sebagai
klien memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat, norma,
hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat semua warga.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai bentuk
pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat
mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologis, sosial, budaya, dan lingkungan spiritual (Fallen & Dwi, 2010).
Peran perawat komunitas sebagai pendidik (educator), advokat, manajemen kasus,
kolaborator, panutan (role model), peneliti, dan pembaharu (change agent). Tatanan
praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan
perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan
primer, sekunder, dan tertier.
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih
duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan
dengan peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa
jika faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat
potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari
populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
4. Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan
Perawat yang bekerja dikomunitas dapat bekerja sebagai perawat kesehatan sekolah
yang di fokuskan pada anak di tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan
(Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa, lingkungan dan
guru. Berdasarkan pendapat Leavell dan Clark bahwa tingkat pencegahan dalam
keperawatan komunitas dapat dilakukan pada tahap sebelum terjadinya penyakit
(prepathogenesis phase), pada tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan primary
prevention. Primary prevention ini dapat dilakukan dengan dua kelompok kegiatan yaitu
health promotion dan general and specific protection. Dimana kegiatan-kegiatan yang
mencakup dua kelompok ini seperti, pemberian pendidikan kesehatan, pengendalian
lingkungan, dan hygiene perseorangan (Dermawan, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara membuat asuhan keperawatan komunitas pada lingkungan sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui cara melakukan pengkajian pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
b. Diketahui cara membuat analisa data pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
c. Diketahui cara membuat tujuan keperawatan pada suhan keperawatan komunitas di
sekolah
d. Diketahui cara membuat intervensi keperawatan pada suhan keperawatan komunitas
di sekolah
e. Diketahui cara melakukan implementasi keperawatan pada suhan keperawatan
komunitas di sekolah
f. Diketahui cara melakukan evaluasi pada suhan keperawatan komunitas di sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun
dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu
menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam
upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
B. Model Community as Partner
1. Pengkajian
Inti dan subsistem komunitas, baik garis pertahanan dan resistensi, stresor maupun
derajat reaksi, merupakan parameter pengkajian komunitas yang memandang
komunitas sebagai mitra. Dengan menganalisis data berdasarkan paramer ini
bersama dengan komunitas akan mengarahkan diagnosis keperawatan komunitas.
2. Diagnosis dan Perencanaan
Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan
intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stresor dan dapat termasuk
pengurangan atau penghilangan stresor atau penguat resistensi komunitas melalui
penguatan garis pertahanan. Denganmenyatakan derajat reaksi perawat dapat
merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi dengan menerapkan
salah stu jenis pencegahan.
3. Intervensi
Dalam model ini, semua intervensi keperawatan dianggap besifat prefentif.
Pencegaha promer merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan menguatkan
garis pertahanan sehingga stresor tidak dapat masuk dan menimbulkan reaksi atau
mempengaruhi stresor dengan melakukan perlawanan terhadapnya. Pencegahan
sekunder diterapkan setelah stresor memasuki komunitas. Intervensi mendukung
garis pertahanan dan resistensi untuk meminimalkan derajat reaksi terhadap
stresor. Pencehan tersier dilaksanakan setelah stresor memasuki garis pertahanan
dan muncul derajat reaksi. Terjadi ketidakseimbangan sistem dan pencegahan
tersie bertujuan mencegah ketidak seimbangan tambahan dan meningkatkan
keseimbangan.
4. Evaluasi
Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi intervensi
perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota komunitas dalam seluruh
langkah proses keperawatan menyakinkan adanya kesesuaiaan dengan komunitas.
Sering kali, parameter yang digunakan untuk mengkajijuga digunakan untuk
evaluasi. Masing-masing parameter adalah proses kerja perawat dengan
komunitas sebagai mitra. Interkoneksi, tumpang tindih, dan keputusan yang
bersifat interdisiplin merupakan aturan, bukan pengecualian. (Anderson dalam
William & Winkins, 2000)
Pada pengkajian komunitas terdapat beberapa fokus item yang harus dikaji,
diantaranya:
a. Inti Komunitas
1) Sejarah
Data yang didapatkan terkait sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut,
apakah ada perubahan pada tempat tinggal selama tinggal di sana, bagaimana
sejarah daerah tempat dan apakah sebelumnya pernah tinggal di daerah lain
sebelum tinggal di sini? Pengkajian tersebut dapat dilakukan kepada orang yang
paling tua atau orang yang paling lama tinggal di daerah tersebut, kemudian dapat
juga di lakukan pengkajian kepada tokoh masayrakat setempat.
2) Demografi
Terkait data orang-orang seperti apa yang anda lihat, apakah anak muda, lansia,
orang yang tidak punya rumah tempat tinggal atau yang tiggal sendirian, jumlah
keluarga, dan ras atau suku bangsa daerah setempat.
3) Etnisitas
Pengkajian terkait data etnis mayoritas dan minoritas, kebisaan budaya yang
sering dilakukan baik menyangkut kesehatan ataupun tidak.
4) Nilai dan Keyakinan
Data yang dikaji seperti ada atau tidaknya tempat ibadah sesuai dengan keyakinan
yang ada, agama mayoritas dan minoritas yang dianut oleh warga, nilai budaya
yang diyakini oleh masyarakat setempat atau norma adat yang dianggap penting
bagi masyarakat setempat.
b. Subsistem
1) Lingkungan
Data yang dikaji seperti keadaan masyarakat, kualitas lingkungan sekitar,
keamanan lingkungan, luas dan batas daerah yang terdapat di peta daerah
tersebut, dan apakah terdapat tempat khusus seperti taman kota/desa.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Data yang dikaji seperti ada atau tidaknya tempat pelayanan kesehatan, pelayanan
kesehatan apa yang terdapat di sana, jauh atau tidaknya tempat pelayanan
kesehatan, bagaimana peran dukun kampung, dokter perawata atau bidan desa,
bagaimana cara menuju tempat pelayanan kesehatan dan jarak tempat
pelayanankesehatan dari daerah tersebut.
3) Ekonomi
Data pengkajian seperti status rata-rata ekonomi masyarakat setempat,
penghasilan rata-rata setiap kepala keluarga, pekerjaan setiap masyarakat,
kesesuaian UMP dengan pekerjaan, dan kesesuaian kebutuhan dengan
penghasilan.
4) Trasportasi dan Keamanan
Terkait mobilisasi masyarakat, kendaraan umum yang biasa digunakan
masyarakat untuk mobilisasi, kndaraan pribadi yang dimiliki masyarakat, jalur
khusus seperti untuk pejalan kaki dan kendaraan bermotor serta keadaan jalannya,
pos keamanan seperti polisi dan pemadam kebakaran, alat keamanan seperti apar,
tindakan kriminal yang sering terjadi, dan presepsi masyarakat tentang keamanan
lingkungan.
5) Politik dan Pemerintahan
Data pengkajian seperti kegiatan politik, bentuk pemerintahan daerah tersebut,
kebijakan pemerintah setempat, bagaimana peran masyarakat dalam pengambilan
keputusan,
6) Komunikasi
Data pengkajian seperti tempat khusus untuk warga berkomunikasi, alat yang
digunakan warga dalam menyampaikan pesan baik formal maupun informal,
sarana yang dapat di akses oleh masyarakat, bentuk penyampaian informasi dan
cara penyampaian baik dari masyarakat maupun untuk masyarakat.
7) Pendidikan
Data pengkajian seperti intitusi pendidikan yang ada di wilayah tersebut, kondisi
dari masyarakat dengan status pendidikannya, isu utama mengenai pendidikan,
aktivitas pendidikan informal.
8) Rekreasi
Data pengkajian yang didapatkan seperti macam-macam rekreasi, frekuensi,
fasilitas yang menunjang adanya rekreasi (tempat, biaya, waktu).
2. Analisis Komunitas
Analisis, seperti banyak prosedur yang kita lakukan, mungkin dipandang sebagai
suatu proses yang terdiri dari atas banyak langkah fase-fase yang akan digunakan dalam
membuat proses analisis adalah kategori, ringkasan, perbandingan, dan penarikan
simpulan. Setiap fase akan dijelaskan diilustrasikan pada pembahasan bawah ini.
a. Kategori
Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara.
Kategori data pengkajian komunitas meliputi:
1) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok
etnik dan ras).
2) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal,
ruang publik, dan jalan).
3) Karakteristik sosial-ekonomi (kategori pekerjaan dan penghasilan, pendidikan
yang dapat dicapai, dan pola penyewaan dan kepermilikan rumah)
4) Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan kesehatan
mental, dan sebagainya).
Diagnosis
Pengkajian inti
dan subsistem
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
No Keterangan Data
No Data Masalah
1. Data Subjektif Ketidakefektifan
1. Kepala sekolah mengatakan belum ada tindakan manajemen kesehatan
dari pemerintah dan yayasan mengenai
permasalahan banyaknya nyamuk.
2. Terdapat penambahan materi atau inovasi dari
brother yang ada di Tk Indriasana Babadan
sebagai tenaga pembantu, mereka mangajarkan
hal antara lain:
A. Membuat pot tanaman tanpa genangan air
diatasnya
B. Inovasi cara belajar
C. Memanfaatkan tanaman sebagai obat
3. Kepala sekolah mengatakan terdapat wali murid
sebagai tenaga kesehatan (dokter). Yang dapat
membantu melaksanakan program kesehatan seperti
pelayanan dan pendidikan kesehatan. Dan terkendala
karena kepala sekolah belum mengetahui sarat dan
apa yang harus dipersiapkan.
4. Kepala sekolah Tk indriasana mengatakan belum
adanya asuransi yang diberikan untuk siswa dan
karyawan.
5. Kepala sekolah mengatakan masih bingung
dengan persyaratan yang diperlukan untuk
kerjasama dengan instansi kesehatan dekat
dengan Tk yang ditawarkan oleh wali salah satu
murid.
6. Kepala sekolah mengatakan terdapat kunjungan
dari Puskesmas Ngemplak untuk melakukan
pemeriksaan tumbuh kembang murid saja.
7. selama 1 tahun terakhir ini dari pihak puskesmas
tidak pernah melakukan kunjungan kembali ke
TK, dan belum ada program dokter kecil dari
PUSKESMAS
Data Objektif
1. Terdapat RS yang dekat dengan TK indriasana
Babadan
2. Belum ada kerja sama mengenai tenaga
kesehatan.
3. Peralatan UKS didapat dari donatur
4. Peralatan UKS masih kurang
5. Peralatan keselamatan tidak ada
6. Peralatan UKS hanya seadanya dari donator
7. Belum ada peralatan keselamatan (seperti apar)
2. Data Subjektif Ketidakefektifan
1. Kepala sekolah mengatakan banyak nyamuk yang Pemeliharaan Kesehatan
ada di ruangan:
a. UKS
b. Perpustakaan
c. Ruangan bermain
d. Gudang
e. Dibawah meja kelas B
f. Dapur
2. Kepala Sekolah Tk Indriasana Babadan
mengatakan Belum pernah difooging sejak 5
tahun yang lalu.
3. Kepala Sekolah Indriasana Babadan mengatakan
tidak pernah memakai abate Bak kamar mandi
4. Kepala sekolah mengatakan bak kamar mandi
jarang dikuras karena tidak ada tenaga pembantu.
5. Kepala sekolah mengatakan frekuensi menguras
bak kamar mandi ± 1 bulan sekali.
6. Kepala sekolah mengatakan untuk penkes
mengenai kesehatan masih berasal dari
mahasiswa (± 1 Tahun)
7. Kepala sekolah mengatakan guru menyuruh
mencuci tangan menggunakan ember didepan
kelas karena lebih mudah diawasi jika didepan
kelas, sedangkan keran di taman bermain.
Data Objektif
1. Bak kamar mandi jarang dikuras dan terlihat ada
jentik-jentik.
2. Fentilasi kelas B, Gudang, dan Ruangan bermain
yang berbatasan langsung dengan pekarangan
yang dapat menampung air hujan.
3. Keadaan ruangan UKS, gudang dan ruangan
bermain yang lembab.
4. Fentilasi bersebrangan dengan pekarangan
tetangga yang keadaannya lebab danada
genangan air, (denah terlampir)
5. Belum adanya fasilitas cuci tangan dekat dengan
kelas.
6. Siswa siswi terlihat mencuci tangan dengan
ember dan diletalakan didepan kelas, air tidak
diganti setelah mencuci dan digunakan semua
siswa-siswi. Dan mencuci tangan hanya
dicelupkan saja
C. Diagnosa Keperawatan
1. Scoring :Ketidakefektifan manajemen kesehatan
PEMBAHASAN
A. Pengkajian.
Pada saat melakukan pengkajian untuk Tk indriasana babadan banyak yang
kami temukan yang sama dengan apa yang ada dalam teori khususnya dalam
menentukan inti (core) dan subsistem. Kejadian yang paling mencolok yang kami
temukan diantaranya seperti masih minimnya kesadaran masyarakat Tk indriasana
dalam melaksanakan perilaku kesehatan dan juga tidak adanya tenaga khusus
kesehatan yang bekerja di TK. Adapun pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
pihak puskesmas Ngemplak II berupa kunjungan mengenai status gizi anak
padahal masih banyak permasalahan mengenai kesehatan fisik dan lingkungan
yang seharusnya dapat diatasi oleh pihak puskesmas.
Inti dan subsistem komunitas, baik garis pertahanan dan resistensi, stresor
maupun derajat reaksi, merupakan parameter pengkajian komunitas yang
memandang komunitas sebagai mitra. Dengan menganalisis data berdasarkan
paramer ini bersama dengan komunitas akan mengarahkan diagnosis keperawatan
komunitas. (Anderson dalam William & Winkins, 2000)
B. Diagnosa
Dalam kasus kali ini kami mendapatkan data yang dapat diangkat menjadi
diagnosa .Setelah dilakukan pengkajian didapatkan beberapa diagnose keperawatan
menurut NANDA 2015-2017 seperti:
1. Ketidakefektifan managemen kesehatan
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Dalam pemilihan prioritas diagnose kami mengacu pada permasalahan mana yang
harus diselsaikan terlebih dahulu setelah diklasifikasikan berdasarkan scoring. Dan
saat itu telah dilakukan terlebih dahulu analisa data yang didapatkan datanya
dilapangan (sekolah indriasana). Berdasarkan penghitungan scoring yang dilakuan
didapatkan nilai:
Maka dari itu dalam pemilihan diagnosis yang digunakan sesuai dengan teori
yang didapat penulis. Diagnosis yang diharapkan pengurangan atau penghilangan
stresor yang terjadi.
C. Intervensi
Setelah kita menentukan diagnosa, tahap selanjutnya adalah menentukan
tujuan dan intervensi dari masing-masing diagnose. Dalam pemilihan intervensi yang
sesuai dengan kebutuhan Tk indriasana babadan, kami mengacu pada buku Nursing
Intervention Classivication (NIC). Dalam menentukan tujuan dan intervensi kami
berarah pada buku Nursing Outcome Classification, dan Nursing Intevention
Classification.
Setelah itu dengan intervensi yang ada kami mengimplementasikannya. Dari
berbagai macam intervensi yang ada terdapat beberapa intervensi yang isinya adalah
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain seperti pemberian obat. Intervensi kami
fokuskan pada saja dengan metode SMART (Measurable, Reasonable, Time).
Dalam model keperawatan komunitas sebagai mitra, semua intervensi
keperawatan dianggap besifat preventif. Pencegaha promer merupakan intervensi
keperawatan yang bertujuan menguatkan garis pertahanan sehingga stresor tidak
dapat masuk dan menimbulkan reaksi atau mempengaruhi stresor dengan melakukan
perlawanan terhadapnya. Pencegahan sekunder diterapkan setelah stresor memasuki
komunitas. Intervensi mendukung garis pertahanan dan resistensi untuk
meminimalkan derajat reaksi terhadap stresor. Pencehan tersier dilaksanakan setelah
stresor memasuki garis pertahanan dan muncul derajat reaksi. Terjadi
ketidakseimbangan sistem dan pencegahan tersie bertujuan mencegah ketidak
seimbangan tambahan dan meningkatkan keseimbangan. (Anderson dalam William &
Winkins, 2000)
Berdasarkan teori dan hasi dari lapangan disimpulkan bahwa intervensi yang
dipili sudah sesuai dengan teori. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakan pencegahan
terhadap stresor yang ada dilapangan.
D. Implementasi
Implementasi dari intervensi tersebut sudah berjalan dari tanggal pukul 07.00
sampai dengan tanggal 19 november 2016 . Dalam perjalanannya tidak terdapat
kendala seperti tidak cocoknya intervensi yang kami gunakan, dan saat implementasi
kami menilai ada beberapa kemajuan yang telah dicapai dan kami tulis dalam
evaluasi.
E. Evaluasi
Evaluasi dari tiap intervensi yang telah diimplementasikan cukup baik. Dari
beberapa evaluasi memang tidak langsung baik diawal karena membutuhkan proses
dengan waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya. Evaluasi yang diharapkan mulai
dari perubahan perilaku masyarakat Tk indriasana dan juga mengenai managemen
kesehatan yang ada. Evaluasi akan secara berkala.
Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi intervensi
perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota komunitas dalam seluruh
langkah proses keperawatan menyakinkan adanya kesesuaiaan dengan komunitas.
(Anderson dalam William & Winkins, 2000)
Berdasarkan teori diatas didapatkan bahwa evaluasi yang dilakukan juga
melibatkan kami sebagai calon perawat komunitas yang harus ikut terlibat langsung
dalam proses keperawatan namun tidak menghilangkan kemandirian masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas sebagai mitra untuk menekankan filosofi kesehatan
primer yang menjadi landasan.Dalam model komunitas sebagai mitra, ada dua faktor sentral:
pertama, fokus pada komunitas sebagai mitra(ditandai dengan roda pengkajian komunitas di
bagian atas, dengan menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya, dan kedua, penerapan
proses keperawatan. Model ini dijelaskan secara rinci untuk membantu Anda memahami
setiap bagiannya, agar Anda dapat menggunakannya sebagai pedoman praktik di komunitas.
B. Saran
Penulis :Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk melanjutkan ashuan
keperawatan komunitas sekolah selanjutnya
Pembaca :makalah yang kami buat dapat menjadi refrensi anda dalam mengetahui
asuhan keperawatan komunitas sekolah
Daftar pustaka
William & Winkins, (2000), Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3,
Jakarta: EGC
Deden Dermawan (2012), Buku Ajar Keperawatan Komunita, Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Dochter, Joanne McCloskey & Gloria M. Bulechek. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby, Inc
Moordead, Sue [et al]. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. USA :
Mosby, Inc
Lembar Penilaian
Pertanyaan:
1. Lampiran SOP