terutama keamanan dalam pemakaian dosis. Dari 0,2ml) secara intra peritoneal, perlakuan hidrokui-
literatur yang digunakan kurangnya informasi pen- non dosis 10 mg/kgbb, perlakuan hidrokuinon dosis
garuh hidrokuinon terhadap perkembangan janin. 20 mg/kgbb perlakuan hidrokuinon dosis 30
mg/kgbb, perlakuan secara injeksi peritoneal meng-
Efek pemberian Hidrokuinon yang diberikan pa-
gunakan jarum suntik berukuran 1 ml pada tahap
da induk mencit umur kebuntingan 6 hari dapat
hari ke enam kebuntingan.
menyebabkan pertumbuhan janin terganggu, bisa
terjadi keguguran, cacat lahir dan penurunan jum-
lah hasil reproduksi (Hutahean, 2002). Pengambilan Data
Hidrokuinon merupakan zat teratogen yang da- Pada hari ke delapan belas kebuntingan mencit di-
pat menyebabkan terhambatnya osteogenesis yang matikan dengan cara dislokasi leher, kemudian dila-
berakibat pada kecacatan telinga, tungkai dan ekor kukan laparatomi untuk mengeluarkan fetus dengan
(Leeson, et al, 1996). membedah bagian abdomen ke arah atas sampai
terlihat uterus yang berisi fetus. Fetus dan plasenta
Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk dikeluarkan dengan memotong uterus selanjutnya
memberikan informasi mengenai pengaruh pembe- diamati apakah ada resorbsi pada uterus yang di-
rian hidrokuinon selama periode organogenesis yai- tandai dengan adanya gumpalan merah sebagai
tu tahap kebuntingan hari ke enam terhadap per- tempat tertanamnya fetus. Jumlah fetus yang diim-
kembangan fetus mencit, terutama terhadap bb plantasi pada masing-masing bagian uterus dihitung,
fetus, jumlah fetus hidup, fetus mati, fetus resorp, fetus hidup, fetus mati dan resorbsi. Setelah fetus
serta morfologi fetus mencit. dikeringkan dengan kertas tissue, lalu ditimbang be-
rat masing-masing fetus untuk mengetahui berat ra-
2 METODE PENELITIAN ta-rata kelahiran. Ada tidaknya kelainan secara visu-
al seperti bentuk ekor, daun telinga, jumlah jari
Waktu dan tempat tungkai depan dan belakang. Masing-masing ke-
lompok perlakuan kemudian dibandingkan (Wilson
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari & Warkany, 1975).
sampai dengan April 2014, di Laboratorium Peneli-
tian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gad- Analisis Data
jah Mada, Yogyakarta.
Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan ter-
Bahan dan Alat hadap jumlah fetus hidup, fetus mati dan resorpsi,
berat badan fetus, dan morfologi fetus pada kelom-
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pok pembanding maka data dianalisa dengan uji
hewan uji yaitu 25 ekor mencit (Mus musculus L.) Analisis of Varians (Anova), menggunakan program
betina bunting, umur ± 12 minggu, berat 20–22 g. komputer SPSS 17.00 dan dilanjutkan dengan uji
Hewan uji diberi pakan berupa pellet Par G. Hidro- Duncan’s untuk melihat perbedaan pengaruh mas-
kuinon untuk perlakuan dan akuades sebagai pela- ing-masing perlakuan (Walpole & Myers, 1995).
rutnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kandang untuk pemeliharaan hewan perco-
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
baan, jarum suntik ukuran 1 ml untuk pemberian
perlakuan, satu set alat bedah (dissecting set) untuk Penelitian ini mengenai pengaruh hidrokuinon ter-
membedah hewan perlakuan. hadap perkembangan fetus mencit, berat badan in-
duk mencit sebelum dikawinkan dan berat badan
Perlakuan induk mencit umur kebuntingan 18 hari. Perkem-
bangan fetus mencit yang diamati meliputi: jumlah
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Leng- fetus hidup, jumlah fetus mati di dalam uterus
kap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing 5 (IUFD), kecacatan NTDs. Untuk pengamatan morfo-
ulangan. Sebelum perlakuan, ditentukan dosis per- logi meliputi berat badan fetus mencit serta menga-
lakuan hidrokuinon. Dari hasil uji pendahuluan di- mati adanya kelainan eksternal pada fetus dan
dapatkan bahwa dosis teratogenik dalam penelitian menghitung jumlah fetus yang mengalami kelainan.
ini adalah 10mg/kg bb, 20 mg/kg bb dan 30 mg/kg Sampel dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
bb, dua puluh lima ekor mencit betina bunting dike-
lompokkan menjadi 5 kelompok secara acak, mas-
ing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Do-
sis perlakuan untuk masing-masing kelompok adalah
pembanding (tidak diberi apa-apa), kontrol (akuades
18106-35
Ramlan/Pembuatan Serbuk β’’-Alumina … JPS Vol.18 No. 1 Jan. 2016
Tabel 1 Hasil Uji Homogenitas rerata berat badan induk 20 mg/kgbb, dan 30 mg/kgbb berbeda nyata dengan
mencit sebelum dikawinkan kelompok kontrol.
Jumlah In- Berat badan induk Pada perlakuan dosis 10 mg/kgbb, 20 mg/kgbb,
Dosis
duk Mencit mencit (g) Mean ± (p value)
(mg/kgBB)
(Ekor) SD memberikan pengaruh yang sama terhadap berat
K1 (0) 5 21,20 ± 0,83 badan induk mencit pada umur kebuntingan 18 ha-
K2 (0) 5 21,00 ± 1,00 ri. Penurunan berat badan induk mencit pada ke-
K3 (10) 5 21,20 ± 0,83 0,472 lompok perlakuan dosis 10 mg/kgbb rata-rata 1,20 g,
K4 (20) 5 20,20 ± 0,44
K5 (30) 5 20,80 ± 0,83 pada perlakuan dosis 20 mg/kgbb rata-rata 3,20 g
dan pada dosis 30 mg/kgbb penurunan rata-rata
Lavene test, α = 0,05
10,20 g. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka
Dari Tabel 1 didapatkan hasil uji homogenitas semakin besar pula penurunan berat badan induk
berat badan mencit antar kelompok sebelum dika- mencit. Dalam penelitian ini pemberian hidrokuinon
winkan pada semua perlakuan di peroleh nilai terhadap induk mencit setelah umur kebuntingan 6
p=0,472 (p>0,05) (lampiran 2). Hal ini menunjukkan hari mampu menurunkan berat badan induk men-
bahwa berat badan induk mencit sebelum dikawin- cit. Penurunan berat badan induk mencit berhubun-
kan pada seluruh kelompok homogen, sehingga per- gan erat dengan agen yang masuk ke dalam tubuh
syaratan penelitian eksperimental terpenuhi dan mencit yang mempengaruhi sel-sel jaringan dan
dapat dilanjutkan. metabolisme sel (Mc Caskey, et al., 1997).
Tabel 2 Rerata berat badan induk mencit umur kebuntin- Tabel 3 Rerata berat badan fetus mencit antar kelompok
gan 18 hari
Jumlah In- Berat Badan Fetus
Dosis
Jumlah In- Berat Badan duk Mencit (g) p value
Dosis (mg/kgBB)
duk Mencit Induk (g) Mean p value (Ekor) Mean ± SD
(mg/kgBB)
(Ekor) ± SD KI (0) 5 1,48 ± 0,18a
KI (0) 5 49,20 ± 0,8 a K2 (0) 5 1,45 ± 0,31a
K2 (0) 5 48,20 ± 1,30a K3 (10) 5 1,26 ± 0,01b 0,000
K3 (10) 5 48,00 ± 0,70a.b K4 (20) 5 1,12 ± 0,52bc
K4 (20) 5 46,00 ± 0,70b 0,000 K5 (30) 5 1,00 ± 0,08c
K5 (30) 5 39,00 ± 2,96c Uji Anova p value < 0,05
Uji Anova p value < 0,05 Keterangan: huruf yang sama dibelakang angka menun-
Keterangan: huruf yang sama dibelakang angka menun- jukkan tidak ada beda nyata.
jukkan tidak adanya perbedaan
30,00
0,5
20,00
0
10,00
K1 K2 10 20 30
0,00 Kelompok Perlakuan (mg/kgbb)
K1 K2 10 20 30 Gambar 2 Histogram Rerata barat badan fetus
Kelompok Perlakuan (mg/kgbb)
18106-36
Ramlan/Pembuatan Serbuk β’’-Alumina … JPS Vol.18 No. 1 Jan. 2016
18106-37
Ramlan/Pembuatan Serbuk β’’-Alumina … JPS Vol.18 No. 1 Jan. 2016
_______________________________________________
masih belum berbeda dengan kelompok pemband-
Dari Tabel 6 memperlihatkan bahwa terjadinya
ing dan kelompok kontrol, IUFD (p=0,431), dan
kelainan kecacatan fetus mencit pada gambar di
NTDs (p=0,431) pada uji Anova tidak menunjukkan
bawah ini:
perbedaan yang bermakna.
Cacat tungkai belakang dan ekor ditemukan mu-
lai dosis 10 mg/kgbb dan meningkat sesuai peningka-
tan dosis berbeda nyata pada dosis 30 mg/kgbb.
Kecacatan cenderung meningkat sesuai dengan
dosis yang diberikan, semakin tinggi dosis yang dibe-
Gambar 6 Kecacatan fetus mencit rikan cenderung semakin banyak kecacatan. Keca-
catan terjadi akibat agen masuk ke dalam tubuh te-
Keterangan:, A Cacat tidak ada daun telinga (anotia), B
Cacat tidak ada jari tungkai depan kiri, C Tungkai depan rakumulasi pada jaringan sel mempengaruhi sensiti-
kanan bengkok, D Tungkai belakang kiri buntung, E Cacat fitas kanal sel yang mengakibatkan gangguan meka-
ekor pendek nisme pengaturan Ca2+ merupakan awal dari terja-
dinya cedera sel yang pada akhirnya tidak bisa ber-
Berdasarkan uji Anova, diperoleh p<0,05 pada kembang secara sempurna. Pada fase organogenesis
masing-masing parameter kejadian cacat tungkai terjadi diferensiasi dimana sel-sel membentuk ke-
belakang, cacat ekor, dan okronosis. Berarti pembe- lompok khusus yang mempunyai kesamaan fungsi
rian perlakuan hidrokuinon memberikan pengaruh yang di sebut organ. Urutan kejadian organogenesis
yang signifikan terhadap kecacatan dalam antar menunjukkan bahwa tiap organ dan sistem menga-
kelompok perlakuan, sedangkan pada kecacatan lami masa kritis dimana diferensiasi harus terjadi
telinga (p=0,62) ditemukan pada dosis 30 mg/kgbb pada saat yang tepat dari perkembangan pra-lahir.
tetapi belum berbeda nyata dengan kelompok pem- Fase organogenesis ini merupakan fase yang paling
banding dan kelompok kontrol, jari tungkai depan peka untuk terjadinya kecacatan anatomik yang spe-
(p=0,431) ditemukan hanya pada dosis 20 mg/kgbb sifik sehingga fase ini di sebut juga periode teratoge-
dan belum berbeda nyata dengan kelompok pem- nik (Lina, 2008).
banding dan kelompok kontrol, tungkai depan
(p=0,113) ditemukan mulai dosis 10 mg/kgbb tetapi
18106-38
Ramlan/Pembuatan Serbuk β’’-Alumina … JPS Vol.18 No. 1 Jan. 2016
Kecacatan pada telinga, tungkai depan, jari tung- selanjutnya membentuk menjadi tulang punggung
kai depan, tungkai belakang dan ekor diduga dis- dan urat sarafnya, setelah beberapa kutub uta-
ebabkan oleh terhambatnya osteogenesis pada or- ma/supperior pole akhirnya membentuk menjadi
gan tersebut. Osteogenesis merupakan proses pem- otak. NTDs gagal menutup secara sempurna Anen-
bentukan tulang yang berasal dari embrionic hyaline sephali ujung tabung saraf gagal menutup akhirnya
cartilage, proses ini dilakukan oleh osteoblas. Apabi- lahir tanpa kulit kepala hanya ditutupi selaput tipis
la nutrien yang di suplai dari induk embrio mengan- (Whysner, et al., 1995).
dung agensia toksik maka akan menyebabkan ham-
Menurut penelitian George (1997) yang dilaku-
batan dalam pembentukan tulang (Leeson, et al.,
kan pada ibu hamil bahwa penyebab NTDs yaitu:
1996).
Kekurangan asam folat, Vitamin B, serta asap rokok
Mekanisme secara seluler kelainan cacat pada te- dan polusi. Asap rokok dan polusi adalah 2 hal yang
linga, tungkai depan, jari tungkai depan, tungkai be- paling jahat bagi janin pada waktu kehamilan muda
lakang dan ekor terjadi melalui hambatan mitosis yang berpengaruh pada perkembangan sel-sel se-
sel-sel kartilago pada proses pembentukan tulang. hingga bayi lahir dengan kulit kepala tidak terbung-
Hambatan mitosis sel-sel kartilago terjadi mulai me- kus secara sempurna.
kanisme cAMP yang mengontrol hambatan akselera-
Menurut laporan USEPA (1995) 5x104 kg hidro-
si pertumbuhan (Pozner. dkk., 1986). Hal ini karena
kuinon dihasilkan pertahun selama produksi rokok.
hidrokuinon mampu melewati sawar plasenta dan
Hidrokuinon dilepaskan lewat udara 2% selama
masuk ke dalam cairan intraseluler. Hidrokuinon
produksi rokok yang bisa mencemari lingkungan
mampu menghambat aktifitas enzim fosfodiesterase
(Taylor, 1995). Bila pencemaran tersebut terhirup
yang menghidrolisis cAMP, sehingga hidrolisis cAMP
oleh manusia maupun hewan terutama pada ibu
tertunda yang akibatnya terjadi peningkatan konsen-
hamil bisa berpengaruh terhadap perkembangan
trasi cAMP di dalam sel-sel dan jaringan fetus (Pozn-
embrio dan kelainan kerangka janin (Stevenson,
er, dkk, 1986). Diduga peningkatan konsentrasi
1997).
cAMP di dalam sel-sel yang berperan dalam osteo-
genesis pada telinga, tangan, jari, kaki, dan ekor Sejalan dengan penelitian George (1997) penye-
akan menghambat osteogenesis pada organ terse- bab NTDs adalah asap rokok dan polusi. Menurut
but. peneliti pemberian hidrokuinon pada induk mencit
umur kebuntingan 6 hari yang diberikan secara
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh hi-
intraperitoneal diduga memberikan efek langsung
drokuinon dapat menimbulkan abnormalitas fetus
terhadap NTDs janin mencit walaupun hanya di da-
pada semua kelompok perlakuan dibandingkan
patkan satu ekor pada dosis 30 mg/kgbb.
dengan kelompok pembanding dan kelompok kon-
trol tidak terjadi kecacatan. Tabel 8 Rerata Okronosis antar kelompok perlakuan
Tabel 7 Rerata NTDs antar kelompok perlakuan Dosis Jumlah Induk Kecacatan Okrono- p
(mg/kgBB Mencit (Ekor) sis (ekor) value
Dosis Jumlah Induk Kecacatan NTDs p KI (0) 5 0,00 ± 0,00a
(mg/kgBB) Mencit (Ekor) (ekor) value K2 (0) 5 0,00 ± 0,00a
K1 (0) 5 0,00 ± 0,00 K3 (10) 5 0,00 ± 0,00a 0,030
K2 (0) 5 0,00 ± 0,00 K4 (20) 5 0,40 ± 0,24b
K3 (10) 5 0,00 ± 0,00 0,431 K5 (30) 5 0,60 ± 0,54c
K4 (20) 5 0,00 ± 0,00
K5 (30) 5 0,20 ± 0,10 Uji Anova p<0,05
18106-39
Ramlan/Pembuatan Serbuk β’’-Alumina … JPS Vol.18 No. 1 Jan. 2016
[2]
hidrokuinon maka semakin besar rerata okronosis Darmono, 2001. Hidrokinon dalam Sistem Biologi
pada fetus sedangkan pada kelompok pembanding, Makhluk Hidup. Universitas Indonesia .Press. Jakarta.
kelompok kontrol dan hidrokuinon dosis 10 mg/kg [3]
Deisinger, 1996. Human exposure to naturally occur-
bb tidak ada fetus yang mengalami okronosis. ing hydroquinon. Journal of Toxicology and Environ-
mental Health. 47: 101-116.
Berdasarkan hasil uji Duncan’s bahwa pemberian [4]
perlakuan hidrokuinon 20mg dan 30mg memberi- Gilbert, Scott. F. 1991 Developmental Biology. ( 3th
Edition). Sinawer Associates, Inc. Massachusetts, USA.
kan pengaruh yang sama terhadap kejadian okrono-
P. 34-37
sis pada fetus. Kejadian okronosis pada kelompok 4 [5]
perlakuan hidrokuinon 20mg mengalami okronosis 2 Hutahean, 2002 .Perkembangan Embrio Mamalia.
Jakarta. FKM, Universitas Indonesia, Jakarta
ekor dan pada perlakuan hidrokuinon dosis 30mg
[6]
mengalami okronosis 3 ekor. Okronosis berbeda Kimbal, 1994.Biologi Edisi Kelima; Jilid 2. Erlangga,
nyata mulai pada dosis 20 mg/kgbb meningkat pada Jakarta
[7]
dosis 30 mg/kgbb. Hidrokuinon cenderung merupa- Leeson, C. R., T. S. Lesson, and A. A. Paparo. 1996.
kan zat yang bersifat teratogenik masuk kedalam Buku Ajar Histologi (Textbook of Histology). EGC, Pe-
tubuh induk mencit selama kehamilan dan mengiku- nerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Hal 132-155
[8]
ti sikulasi darah yang dapat menembus plasenta bar- Lu, 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan
rier (Darmono, 2008). Zat tersebut terakumulasi da- Penilaian Resiko. Penerjemah Edi Nugroho, Zunilda S.
lam plasenta serta cairan amnion, dari plasenta den- B, dan Iwan Darmansyah. Universitas Indonesia Press,
gan tali pusat fetus mencit di hubungkan dengan Jakarta
[9]
umbilikal sehingga dengan mudah didifusikan pada Maibach, H.I, 1997. Exogeneus ochronosis an over-
jaringan perut yang juga merupakan jaringan lunak view. Journal of dermatological treatment, In press.
maka terjadilah okronosis (Maibach, 1997). [10]
Meiniel R. 1977. Teratogenesis of axial abnormalities
induced by an organophorphorus in the avian embryo.
4 SIMPULAN DAN SARAN Wilhelm Roux Arch. Dev. Biol. 181(1),71-82.
[11]
Paine, 2010. Nutrition and Pregnancy Weight Gain for
Simpulan Optimal Birth Outcomes.New Zealand College of Mid-
wives Journal(43), 10-12.
Hidrokuinon dapat berpengaruh terhadap berat ba- [12]
Rugh R, 1968. The mouse its Reproduction and devel-
dan induk, berat badan fetus,jumlah fetus hidup, opment. Burgers publishing Co. p. 96, 237, 251, 276.
fetus mati dalam uterus (IUFD), morfologi fetus dan [13]
Shalka, 1985. Influence of Hydroquinone of Reduced
okronosis. Body Weight and Abnormal Development Fetus Rats,
Sbornik Vysoke Skoly Zemedelske V Brne, Rada B, 12
Saran (4): 491 – 494.
[14]
Agar penelitian ini dapat di teliti lebih lanjut untuk Taylor P, 1986. Practical Teratology.London Academic
meneliti histopatologi dari organ – organ dalam dari Press.
[15]
fetus mencit. United kingdom of health and safety executive
(UKHSE), 1993. Unpublished information U.S. Envi-
ronmental Protection Agency, RMI briefing paper on
UCAPAN TERIMAKASIH
hydroquinone.
Terimakasih kepada LPPT UGM yang telah banyak [16]
Whysner, J., Verna, L., Inggris, JC, dan Williams, GM
membantu selama proses penelitian ini. (1995). Studi Analisis of Neural Genity Cause by Hi-
droquinon. Toksikologi and Farmakologi. 21:158-176.
REFERENSI _____________________________ [17]
Wilson, Warkany, 1975. Teratology Principles and
[1] Techniques. University of Chicago Pres, Chicago IL.
Burgaz S, Ozcan M, 1994. Effect of hydroquinone (HQ)
[18]
on the development of chick embryos. Drug Chem Wisterhof, 1997. A few more grains of melanin. Int. J,
Toxicol 17:163-174. dermatol 573-4. _________________________________
18106-40