Anda di halaman 1dari 46

Gilbert Christianto (406148141)

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
PASIEN
Nama : By. WBS
Lahir : 6 Desember 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Banjardowo 07/06 Genuk

ORANG TUA/WALI
Ayah Ibu
Nama : Tn. S Nama : Ny. SW
Umur : 36 tahun Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SMP Pendidikan : SDMP
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

No. CM : 344XXX
Bangsal : Perinatologi
Masuk RS : 6 Desember 2015

A. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 8 Desember 2015 pukul 15.30 WIB di ruang perinatologi dan
didukung oleh catatan medis.
Keluhan utama : Bayi lahir tidak menangis.
Keluhan tambahan : BBLR.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelum Masuk RS
 Ibu G3P2A0, usia 35 tahun, hamil 32 minggu, HPHT 30 April 2015, riwayat haid
teratur, siklus 28 hari, lama haid ± 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan
kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil, ibu mengaku
hanya merasa mual namun tidak disertai muntah. Selama hamil, ibu juga
mengaku sering mengkonsumsi jamu-jamuan. Riwayat dipijat disangkal, riwayat
penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat perdarahan disangkal.
Pola makan sebelum dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami
perubahan, yaitu 3 kali sehari. Ibu biasa melakukan pekerjaan rumah tangga
sendiri seperti mencuci, mengepel, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
 Tanggal 6 Desember 2015 pukul 10.30 WIB Ibu datang ke IGD RSUD Kota
Semarang dengan keluhan keluar lendir dan darah dari jalan lahir disertai rasa
mulas sejak 2 jam sebelum masuk RS. Keluar air dari jalan lahir sudah di rasakan
sejak 3 minggu sebelum masuk RS setelah berhubungan dengan suaminya.
Setelah Masuk RS
Tanggal 6 Desember 2015 pukul 10.30 WIB, ibu sampai di IGD RSUD Kota
Semarang kemudian disarankan untuk pemantauan di ruang VK, telah lahir bayi jenis
kelamin laki - laki lahir dari ibu G3P2A0 hamil 32 minggu usia 35 tahun, lahir secara
spontan ditolong bidan di ruang VK RSUD Kota Semarang. Ketuban pecah sebelum
persalinan, jernih, jumlah sedikit dan bau khas.
Saat lahir tidak menangis, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak
kebiruan di tangan maupun kaki. Kemudian dilakukan suction dan stimulasi sampai bayi
menangis. Kemudian bayi dirawat di ruang perinatologi.
Berat badan lahir 1620 gram. Panjang badan 43 cm. Lingkar kepala 28 cm.
Lingkar dada 25 cm., APGAR score 6 – 7 – 8. Kemudian ibu masuk ke bangsal Dewi
Kunthi dan bayi dimasukkan ke ruang Perinatologi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

NAMA : By. Ny. S NO. RM : 344XXX

UMUR : Lahir 6 Desember 2015 pukul 17.00 WIB RUANG : Perinatologi

TANGGAL/
PERJALANAN PENYAKIT/ DIAGNOSA PERINTAH DOKTER
JAM
6/12/2015 Kondisi bayi: Terapi
U: 0 hari  Diet (-)  CPAP FiO2 60% PEEP 7 Flow 6
BB: 1620 gr  OGT (-)  Infus Nacl 0,9% 18 cc/ ½ jam
HR: 149x/m  Infus umbilical (+)  Lanjut Infus D10% 5 tpm mikro
RR: 52x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif  Drip Dopamin 5 meq/kgBB/mnt
T: 36.5oC Status Internus (H_1)
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x 125 mg
Thoraks: simetris, retraksi (+) IV (H_1)
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)  Injeksi Ca gluconas 10cc dalam
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+) D10% 5 cc/jam
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x (H_1)
Kulit: ikterik (-)
Refleks: Program
-Refleks hisap (+), lemah
-Menangis kuat (+)  Tunda diet
Assesment  Pantau keadaan umum, tanda vital
 Neonatus preterm dan saturasi oksigen
 Asfiksia sedang  Cek darah rutin, GDS
 Neonatal infection 
Hasil Laboratorium
Hb : 19,2
Ht : 54,90
Leukosit : 13.700
Trombosit: 247.000
GDS : 73
7/10/2015 Kondisi bayi: Terapi
U: 1 hari  Diet (-)  CPAP FiO2 50% PEEP 7 Flow 6
BB: 1620 gr  OGT (-),  Infus D10% 5 tpm mikro
HR: 152x/m  Infus umbilical (+)  Drip Dopamin 5 meq/kgBB/mnt
RR: 52x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif (H_2)
SpO2 : 95- Status Internus  Infus Aminosteril 1gr/kgBB/hari
98% Hidung: napas cuping hidung (-) (H_1)
T: 36.8oC Thoraks: simetris, retraksi (+)  Injeksi ampisulbaktam 2 x 125 mg
N: i/t cukup Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) IV (H_2)
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Injeksi Ca gluconas 10cc dalam
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1x D10% 5 cc/jam
Kulit: ikterik (-) (H_2)
Refleks: Program
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

-Refleks hisap (+), lemah  Pasang OGT


-Menangis keras (+)  Test residu - Diet ASI 8x 2-5 cc
Assesment  Pantau keadaan umum, tanda vital
 Neonatus preterm dan saturasi oksigen
 Asfiksia sedang  Antibiotik sampai tanggal 10-12-
 Neonatal infection 2015 jam 24.00
 Besok pagi cek darah rutin
8/12/2015 Kondisi bayi: Terapi
U: 2 hari  Diet (+)  CPAP FiO2 40% PEEP 7 Flow 6
BB: 1620 gr  OGT (+), residu (-)  Infus D10% 5 tpm mikro
HR: 120x/m  Infus umbilical (+)  Drip Dopamin 5 meq/kgBB/mnt
RR: 44x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif (H_3)
T: 36.4oC Status Internus  Infus Aminosteril 1gr/kgBB/hari
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) (H_2)
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Injeksi ampisulbaktam 2 x 125 mg
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) IV (H_3)
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Injeksi Ca gluconas 10cc dalam
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 4x D10% 5 cc/jam (H_3)
Kulit: ikterik (-)
Refleks: Program
-Refleks hisap (+), kuat  Diet ASI 8 x 5-7cc
-Menangis keras (+)  Pantau keadaan umum dan tanda
Assesment vital
 Neonatus preterm  Antibiotik sampai tanggal 10-12-
 Asfiksia sedang 2015 jam 24.00
 Neonatal infection
9/12/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 3 hari  Diet (+)  CPAP FiO2 40% PEEP 7 Flow 6
BB: 1620 gr  OGT (+)  Infus D10% 5 tpm mikro
HR: 130x/m  Infus umbilical (+)  Drip Dopamin 5 meq/kgBB/mnt
RR: 46x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif (H_4)
T: 36.7oC Status Internus  Infus Aminosteril 1gr/kgBB/hari
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) (H_3)
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Injeksi ampisulbaktam 2 x 125 mg
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) IV (H_4)
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Injeksi Ca gluconas 10cc dalam
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 4x D10% 5 cc/jam (H_4)
Kulit: ikterik (-)
Refleks: Program
-Refleks hisap (+), kuat  Diet ASI 8 x 5-7cc
-Menangis keras (+)  Pantau keadaan umum dan tanda
Assesment vital
 Neonatus preterm
 Asfiksia sedang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

 Neonatal infection
10/12/2014 Kondisi bayi: Terapi
U: 4 hari  Diet (+)  CPAP FiO2 40% PEEP 7 Flow 6
BB: 1620 gr  OGT (+)  Infus D10% 6 tpm mikro
HR: 138x/m  Infus umbilical (+)  Drip Dopamin 3 meq/kgBB/mnt
RR: 36x/m Keadaan umum: compos mentis, aktif (H_5)
T: 36.7oC Status Internus  Infus Aminosteril 1gr/kgBB/hari
N: i/t cukup Hidung: napas cuping hidung (-) (H_4)
Thoraks: simetris, retraksi (-)  Injeksi ampisulbaktam 2 x 125 mg
Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) IV (H_5)
Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)  Injeksi Ca gluconas 10cc dalam
Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 5x D10% 6 cc/jam (H_5)
Kulit: ikterik (-) Program
Refleks:  Diet ASI: 8 x 12 cc
-Refleks hisap (+), kuat  Cek darah rutin, Bilirubin,
-Menangis keras (+) Elektrolit
Assesment  Jika lab bagus pindah ruang
 Neonatus preterm Neonatal Infeksi
 Asfiksia sedang
 Neonatal infection
Hasil Laboratorium
Hb : 17,9
Ht : 51,60
Leukosit : 7.900
Trombosit: 257.000
Na : 1370
K : 3,80
Cl : 1,27
Bil. Direk: 0,30
Bil Total: 0,69

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, asma,
penyakit ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal.
 Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual
selama kehamilan atau pada saat proses persalinan seperti misalnya gonorea,
klamidia, trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.
 Riwayat suami menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya
hamil disangkal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

 Riwayat ibu mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing
bewarna merah selama kehamilan disangkal.
 Riwayat ayah dan ibu merokok disangkal.
 Sewaktu usia kehamilan 30 minggu, ibu pernah mengalami demam selama 5 hari
disertai dengan batuk dan pilek. Saat itu, Ibu memeriksakan diri ke puskesmas dan
sembuh setelah minum obat.

Riwayat Pemeriksaan Prenatal


Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Selama hamil, ibu juga mengaku sering mengkonsumsi jamu-jamuan Riwayat trauma
sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit
darah tinggi dan kencing manis disangkal.
Kesan : Riwayat mengkonsumsi jamu-jamuan.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Bayi jenis kelamin laki - laki lahir dari ibu G3P2A0 hamil 32 minggu usia 35
tahun, lahir secara Spontan ditolong oleh bidan diruang VK RSUD Kota Semarang pada
tanggal 6 Desember 2015, pukul 10.23 WIB. Ketuban pecah sebelum persalinan, jernih,
jumlah sedikit dan bau khas.
Saat lahir tidak menangis, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak
kebiruan di tangan maupun kaki. Kemudian dilakukan suction dan stimulasi sampai bayi
menangis. Kemudian bayi dirawat di ruang perinatologi.
Berat badan lahir 1620 gram. Panjang badan 43 cm. Lingkar kepala 28 cm.
Lingkar dada 25 cm., APGAR score 6 – 7 – 8
Kesan : Neonatus preterm, asfiksia sedang dan lahir secara spontan.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


 Pertumbuhan
- Berat badan lahir : 1620 gram
- Panjang badan : 43 cm
- Lingkar kepala : 28 cm
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Lingkar dada : 25 cm
 Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Pertumbuhan Anak


 Pada hari pertama tunda diet.
 Pada hari pertama di rumah sakit mendapat infus D10% 5 tpm melalui infus
umbilical, injeksi ampisulbactam 2x125 mg, injeksi Ca gluconas 10cc dalam D10%
5 cc/jam,
 Pada hari kedua infus D10% + Ca glukonas 10cc 5 tpm, ASI perah 8 x 2-5 cc
 Pada hari ketiga infus D10% + Ca glukonas 10cc 5 tpm, ASI perah 8 x 5-7 cc
 Pada hari keempat infus D 10 % + Ca glukonas 10 cc 6 tpm, ASI perah 8 x 10-15 cc
(dinaikan bertahap)
 Pada hari kelima infus D 10% + Ca glukonas 6 cc 6 tpm, ASI perah 8 x 7 – 12 cc

Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B :-
 BCG :-
 Polio :-
Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menggunakan KB sebelumnya.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu adalah ibu rumah tangga.
Biaya pengobatan pasien ditanggung pribadi (umum).
Kesan : Sosial ekonomi cukup

Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan 1 1
Umur 36 tahun 35 tahun
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Konsanguitas - -
Keadaan sehat Sehat Sehat

Data Perumahan
 Kepemilikan rumah : milik sendiri
 Keadaan rumah : dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi di dalam rumah.
 Sumber air bersih : sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke
saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
 Keadaan lingkungan : jarak antar rumah cukup berdekatan, cukup padat
Kesan : Jarak rumah berdekatan, cukup padat

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Desember 2015, pukul 15.45 WIB di
ruang perinatologi. Bayi laki-laki usia 4 hari, berat badan lahir 1620 gram, panjang badan
43 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm.

Kesan umum :
Compos Mentis, tampak aktif, tangisan kuat, napas spontan, NCH (+) ikterik (-).

Tanda vital
 Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
 Nadi : 149 x/menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 52 x/menit
 Suhu : 37,0 °C (Axilla)

Status Internus
 Kepala
Ukuran lingkar kepala 28 cm, ubun-ubun besar terbuka, ukuran 1.2 x 1.2 cm, tidak
tegang dan tidak menonjol, caput succadenium (-), cephale hematom (-), rambut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan,
wajah ikterik (-)
 Mata
Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sklera
ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
 Hidung
Napas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
 Telinga
Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-).
 Mulut
sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-).
 Thorax
Paru
o Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi suprasternal (-), intercostals (+), dan
epigastrial (-).
o Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba, papilla
mammae (+/+).
o Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
o Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-), hantaran
(-/-), suara napas tambahan (-/-).
Jantung
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : batas jantung sulit dinilai
o Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-) gallop (-)
 Abdomen
o Inspeksi : Ikterik (-), datar, pusat di tengah, segar, tidak tampak layu dan
tidak kehijauan, terpasang infus umbilicalis
o Auskultasi : bising usus (+) normal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar


o Perkusi : timpani
 Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
 Genitalia
Laki – laki, kedua testis mengisi skrotum, rugae skrotum terbentuk
 Anorektal
Anus (+)
 Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik -/- - /-
CRT < 2 detik < 2 detik
Tonus normotonus Normotonus

 Kulit
Lanugo(+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-).
 Refleks Primitif :
Refleks Hisap : (+) Kurang
Refleks Rooting : (+) Kurang
Refleks Moro : (+)
Refleks Palmar Grasp : (+)
Refleks Plantar Grasp : (+)

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Hasil Satuan Nilai Normal


6/12/15 10/12/15
Hematologi
Hemoglobin 19,2 17,9 g/dL 14-24

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Hematokrit 54,90 51,60 % 40-52


Lekosit 13.700 7.900 /uL 3,8 – 10,6
Trombosit 247.000 257.000 L 150-400
Kimia Darah
Glukosa darah sewaktu 73 mg/dL 70-115

Billirubin total
4. Billirubin direk 0.30 mg/dL 0.0-0.35
Billlirubin total 0,69 mg/dL 0.00-1.00
Natrium 137.0 mmol/L 135.0-147.0
Kalium 3.80 mmol/L 3.50-5.0
4.
Kalsium 1.27 mmol/L 1.12-1.32
4. Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin


Sikap tubuh 3 Kulit 1

Jendela siku-siku 3 Lanugo 1

Rekoil lengan 2 Lipatan telapak kaki 2

Sudut popliteal 1 Payudara 1

Tanda Selempang 1 Bentuk telinga/mata 2

Tumit ke kuping 2 Genitalia (laki-laki) 2

Total 12 Total 9

New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik


= 12 + 9
= 21
Kesan : kelahiran preterm 32 - 34 minggu

KURVA LUBCHENKO

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

BBL : 1620 gr
Usia Kehamilan : 32 minggu
Hasil : Sesuai Masa Kehamilan

APGAR SCORE
Klinis 1’ 5’ 10’
Appearance 1 1 1
Pulse 2 2 2
Grimace 1 1 1
Activity 1 2 2
Respiratory Effort 1 1 2
6 7 8
Kesan : Asfiksia Sedang

BELL SQUASH SCORE


1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 5  Neonatal infeksi

GUPTE SCORE
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil : 8  Neonatal Infeksi

B. RESUME
Telah lahir bayi laki-laki dari ibu G3P2A0, usia 35 tahun, hamil 32 minggu.
Tanggal 6 Desember 2015 Pukul 17.00 WIB secara Spontan ditolong oleh bidan di
ruang VK RSUD Kota Semarang. Berat badan lahir 1620 gram. Panjang badan 43 cm.
Lingkar kepala 28 cm. Lingkar dada 25 cm., APGAR score 6 – 7 – 8. Saat lahir tidak
menangis, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak kebiruan di tangan
maupun kaki. Kemudian dilakukan suction dan stimulasi sampai bayi menangis.
Kemudian bayi dirawat di ruang perinatologi.

Kesan umum :
Compos Mentis, tampak aktif, tangisan kuat, napas spontan, NCH (-), retraksi (-), ikterik
(-).

Tanda vital
 Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
 Nadi : 149 x/menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 52 x/menit
 Suhu : 37,0 °C (Axilla)
Status Internus
Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin : Leukositosis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Pemeriksaan Khusus
 Ballard score : Kelahiran preterm
 Kurva Lubchenko : Sesuai masa kehamilan
 APGAR score : Asfiksia sedang
 Bell Squash score : Neonatal infeksi
 Gupte score : Neonatal infeksi
Kesan: Neonatus preterm, lahir SC, BBLR, asfiksia sedang, neonatal infeksi.

C. DIAGNOSIS BANDING
1. Neonatus Preterm
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- BMK (Besar Masa Kehamilan)

2. Bayi berat lahir


- Bayi berat lahir lebih (BBLL) > 4000 gram
- Bayi berat lahir cukup (BBLC) 2500 – 4000 gram
- Bayi berat lahir rendah (BBLR) 1500-2500 gram
- Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) 1000-1500 gram
- Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLSR) <1000 gram
3. Asfiksia
- Sedang
- Ringan
- Berat
Berdasarkan faktor resiko :
 Faktor resiko intrapartum
o Ketuban bercampur meconium
o Partus lama
o Persalinan sulit dan traumatik
o Malpresentasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

o Ketuban pecah dini


 Faktor resiko antepartum
o Primipara
o Penyakit pada ibu ( demam, HT, anemia, DM, penyakit hati dan ginjal)
o Perdarahan intrapartum
 Faktor janin
o Fetal distress
o Premature
o Letak sungsang
o BBLR
o Pertumbuhan janin terhambat

4. Neonatal Infeksi
Berdasarkan Etiologi :
i. Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus,
Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal
servitis, sifilis, komdiloma akuminata, ulkus molle,
limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
ii. Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
iii. Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
Berdasarkan Waktu :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

iv. Early onset (< 72 jam)


1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis,
kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis, sifilis,
kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma inguinal)
v. Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial

D. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus preterm – sesuai masa kehamilan
2. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
3. Asfiksia Sedang
4. Neonatal Infeksi

E. TERAPI
A. Terapi Awal
 Sebelum masuk perinatologi
o Resusitasi Bayi Baru Lahir
o O2 nasal kanul 1L/menit
o Injeksi Vit K 1x1 mg
o Salep mata chloramphenicol
 Rawat Perinatologi
o Medikamentosa
 Infus D10% + Ca Gluconas 1cc 5 tpm
 Infus Aminosteril 1 gr (1cc/jam)
 Infus Dopamin 5 meq (0,48 cc/jam)
 Inj. Ampisulbactam 2 x 125 mg iv
o Non medikamentosa
 Informconsent keluarga mengenai penyakit dan kemungkinannya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

 Tunda diet, jaga kehangatan dan rawat tali pusat


 Pantau KU, TTV, tanda distress nafas dan observasi neonatal infeksi

B. Terapi Sekarang
 Medikamentosa
o Infus D10% 6 tpm (mikro)
o Inj. Ca Gluconas 6cc/jam
o Drip Dopamin 3 meq/kgBB/mnt
o Inj. Ampisulbactam 2 x 125 mg iv
 Non Medikamentosa
 Pasang OGT
 Diet : Pemberian ASI  8 x 12cc / 15cc

G. PROGRAM
- Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
- Pemeriksaan darah rutin ulang, eletrolit, GDS
- Latihan untuk menyusui
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

I. NASEHAT DI RUMAH
 Jaga kehangatan bayi
 Perawatan tali pusat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

 Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI harus
diteruskan dan diberikan sesering mungkin. Tidak dianjurkan memberikan air,
dekstrosa atau formula pengganti.
 Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika
ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus
selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
 Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu menyusui.
Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak
lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan
udara.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian imunisasi dasar.
 Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :
 Kejang
 Suhu tubuh ≥38°C
 Mempunyai masalah bernafas
 Merintih
 Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
 Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
 Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
 Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

TINJAUAN PUSTAKA
BAB I

KLASIFIKASI BERAT BADAN DAN USIA KEHAMILAN

I. Definisi

 Masa gestasi atau umur kehamilan, adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan
saat kelahiran, dihitung dari hasil pertama haid terakhir.
 Berat lahir, adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir< 2500
gram tanpa memandang usia gestasi.
 Bayi Berat Lahir Cukup/Normal, adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir> 2500 –
4000 gram
 Bayi Berat Lahir Lebih, adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram.
 Bayi Kurang Bulan (BKB), adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37
minggu.
 Bayi Cukup Bulan (BCB), adalah bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42
minggu.
 Bayi Lebih Bulan (BLB), adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu.
 Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (Small for Gestasional Age/SGA), adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco.
 Bayi Besar untuk Masa Kehamilan (Large for Gestasional Age/LGA), adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco.

II. Klasifikasi

Menurut hubungan berat lahir dan umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi :

 Sesuai Masa Kehamilan (SMK)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

 Kecil Masa Kehamilan (KMK)


 Besar Masa Kehamilan (BMK)

Menurut berat lahir, dapat dikelompokkan menjadi :

 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


 Bayi Berat Lahir Cukup/Normal (BBLN)
 Bayi Berat Lahir Lebih (BBLL)

Menurut masa gestasi atau umur kehamilan, dapat dikelompokkan menjadi :

 Bayi Kurang Bulan


 Bayi Cukup Bulan
 Bayi Lebih Bulan

III. Masalah

Masalah lebih sering dijumpai pada BKB dan BBLR dibandingakn dengan BCB dan
BBLN.Bayi kurang bulan sering mempunyai masalah sebagai berikut.

1. Ketidakstabilan suhu
a. Peningkatan hilangnya panas
b. Kurangnya lemak subkutan
c. Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
d. Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan bernafas
a. Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membrane hialin)
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflek batu, reflek menghisap dan
reflek menelan
c. Thorax yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah
d. Pernafsan yang periodic dan apnea
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

a. Reflex hisap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu


b. Motilitas usus yang menurun
c. Pengosongan lambung tertunda
d. Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang
e. Defisiensi enzim lactase pada brush border usus
f. Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
g. Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikan)
4. Imaturitas hati
a. Konyugasi dan eksresi bilirubin terganggu
b. Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas ginjal
a. Ketidakmampuan untuk mengeksresi solute load besar
b. Akumulasi garam anorganik dengan asidosis metabolic
c. Ketidakseimbangan elektrolit
6. Imaturitas imunologis
a. Resiko infeksi tinggi akibat :
i. Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester
ketiga
ii. Fagositosis terganggu
iii. Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan neurologis
a. Reflex isap dan telan imatur
b. Penurunan motilitas usus
c. Apnea dan bradikardia berulang
d. Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
e. Pengaturan perfusi serebral yang buruk
f. Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
g. Retinopathy of prematurity (ROP)
h. Kejang
i. Hipotonus

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

8. Kelainan kardiovaskuler
a. Patent ductus arteriosus (PDA)
b. Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan hematologis
a. Anemia (onset dini atau lanjut)
b. Hiperbilirubinemia
c. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
d. Haemorrhagic disease of newborn (HDN)
10. Metabolisme
a. Hipokalsemia
b. Hipoglikemia atau hiperglikemia

Sedangkan masalah yang dapat terjadi pada bayi lebih bulan, dapat terjadi :

1. Meconium Aspiration Syndrome (MAS)


2. Persistent Pulmonary Hypertension of The New born (PPH)
3. Subcutaneous fat necrosis
4. Fetal Growth Restriction
5. Macrosomia

IV. Patofisiologi Gangguan Pertumbuhan Intrauterin

Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterine, yang disebut juga Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara
dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi. Normal
pertumbuhan intrauterin terjadi dalam 3 tahap. Mitosis cepat dan konten DNA meningkat
(hiperplasia) terjadi selama trimester pertama (kehamilan 4-20 minggu). Trimester kedua (umur
kehamilan 20-28 minggu) adalah periode hiperplasia dan hipertropi dengan mitosis menurun
tetapi peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga (umur kehamilan 28-40 minggu) adalah periode
peningkatan pesat dalam ukuran sel dengan cepat akumulasi lemak, otot dan jaringan
ikat.Hambatan pertumbuhan selama trimester pertama menghasilkan janin yang sel yang
berkurang tetapi berukuran normal, menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

pengekangan pertumbuhan melekat genetik, infeksi dan kelainan kromosom bawaan. Hambatan
pertumbuhan selama trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran sel mengecil dan berat
badan janin dengan efek kurang pada panjang dan pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR
asimetris. Dengan onset kemudian, contoh termasuk kekurangan atau defisiensi gizi
uteroplasenta selama trimester 3.

 Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan
dengan pertambahan berat janin, tetapi walaupun untuk terjadinya bayi besar dibutuhkan
plasenta yang besar, tidak demikian sebaliknya.Namun demikian, berat lahir memiliki
hubungan yang berarti dengan berat plasenta.Berat lahir juga berhubungan secara berarti
dengan luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigen dan
nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu.
Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh
lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil
penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit
vascular ibu. Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalah gunaan obat, penyakit vascular (hipertensi dalam kehamilan
atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilicus yang
abnormal dan tumor vascular.

 Malnutrisi
Ada dua variable bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu
berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil.Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan
ibu dengan berat normal atau berlebihan.Selama embryogenesis status nutrisi ibu
memiliki efek kecil terhadap pertumbuhan janin.Hal ini karena kebanyakan wanita
memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat.Meskipun demikian,
pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan
nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah.Data upaya
menekan kelahiran bayi berat lahir rendah dengan pemberian tambahan makanan kepada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kalori tambahan
lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin dibandingkan penambahan protein.
 Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan gangguan
pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang
lebih tinggi.Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus
(CMV) umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur
kehamilan saat mereka dilahirkan.
 Faktor genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetic ibu dan janin.Wanita normal tertentu memiliki kencendrungan untuk berulangkali
melahirkan bayi KMK (tingkat pengulangan 25-50%), dan kebanyakan wanita tersebut
dilahirkan sebagai BBL KMK.Demikian juga, wanita yang pernah melahirkan bayi besar
dan mereka sendiri cenderung berukuran besar pada saat lahir.Hubungan yang berarti
antar berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

V. PENILAIAN
 Teknik Penilaian Umur Kehamilan Antenatal
Pada antenatal biasa digunakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), riwayat
antenatal, metode pengukuran McDonald dan USG.
 Teknik Penilaian umur Kehamilan Pasca Persalinan
o Index Ponderal
o Kurva Lubchenco
o Skoring Ballard

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 25
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 26
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 27
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

BAB II

ASFIKSIA NEONATORUM DAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi
baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan bantuan
untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk bernapas) hingga
resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1% saja yang membutuhkan
resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan
ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir. Walaupun
demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu tempat dan
peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah dilatih dan
terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.8,9

A. Definisi
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum atau asfiksia bayi baru lahir dengan
berbeda :

 Ikatan Dokter Anak Indonesia, Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai
dengan hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis.
 WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir.
 ACOG dan AAP
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai
berikut:

o Nilai Apgar menit kelima 0-3


o Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
o Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 28
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

o Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan


kardiovaskular,gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati


hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami episode hipoksia-iskemi yang
signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai
pertimbangan utama.

B. Faktor Risiko
a. Faktor Risiko Antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi pada kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonatus
- Perdarahan pada trimester dua dan tiga
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi
- Polihidroamnion
- Oligohidroamnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
- Ibu pengguna obat bius
- Malformasi atau anomaly janin
- Tanpa pemeriksaan antenatal
- Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
b. Faktor Risiko Intrapartum

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 29
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Seksio sesaria darurat


- Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum
- Letak sungsang atau persentasi abnormal
- Kelahiran kurang bulan
- Partus presipitatus
- Korioamnionitis
- Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)
- Partus lama (> 24 jam)
- Kala dua lama (> 2 jam)
- Makrosomia
- Bradikardia janin persisten
- Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
- Penggunaan anestesi umum
- Hiperstimulus uterus
- Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
- Air ketuban bercampur mekonium
- Prolaps tali pusat
- Solusio plasenta
- Plasenta previa
- Perdarahan intrapartum. 8,
Tabel Resiko Asfiksia bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum

C. Penilaian

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 30
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR
Score.

Tanda Nilai O Nilai 1 Nilai 2

Appearace (warna Seluruh tubuh Tubuh merah Seluruh tubuh


kulit) biru atau putih extremitas biru merah

Pulse (Denyut
Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit
Nadi)

Perubahan
Grimace (Refleks) Tidak ada Bersin/menangis
mimik/meringis

Activity (Tonus Ekstremitas Gerakan aktif


Lunglai
Otot) sedikit fleksi Ekstremitas fleksi

Respiration effort
Tidak ada Tak teratur Menangis kuat
(Usaha bernafas)
Tabel 1. Skor APGAR
Pembacaan APGAR Score :
i. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 – 5 – 10
ii. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia)
- Nilai APGAR 8 – 10 : Vigorous baby
- Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan
- Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia sedang
- Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
iii. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis
perkembangan bayi baru lahir.

D. Patofisiologi
a. Fisiologi Janin Memperoleh Oksigen
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan
untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin
dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 31
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh
darah janin, Sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih
rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan
alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara
dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami
relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun.
Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi,
duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus
arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk
dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang
dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru
merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk
adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru
menjadi kemerahan.
b. Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi
Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah
lahir. Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah
yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan nafas dan atau
paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing seperti mekonium

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 32
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

dari alveolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke dalam paru mengakibatkan
hipoksia. Bradikardia akibat hipoksia dan iskemia akan menghambat peningkatan
tekanan darah (hipotensi sistemik).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan
otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi
miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah,
yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari
kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan
jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian.
Penelitian menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang
berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan
yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer. Rangsangan seperti
mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan. Walaupun
demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa
usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnu sekunder, rangsangan saja
tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir.

Gambar 1. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama apnu

Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.
Tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder (kecuali jika
terjadi kehilangan darah pada saat memasuki periode hipotensi). Bayi dapat berada
pada fase antara apnu primer dan apnu dan seringkali keadaan yang membahayakan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 33
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

ini dimulai sebelum atau selama persalinan. Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai
berapa lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan. Pemeriksaan fisik tidak
dapat membedakan antara apnu primer dan sekunder, namun respon pernapasan yang
ditunjukkan akan dapat memperkirakan kapan mulai terjadi keadaan yang
membahayakan itu.
Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu
adalah apnu primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan
apnu sekunder. Sebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam keadaan
apnu sekunder, semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai pernapasan.
Walau demikian, segera setelah ventilasi yang adekuat, hampir sebagian besar bayi
baru lahir akan memperlihatkan gambaran reaksi yang sangat cepat dalam hal
peningkatan frekuensi jantung.

E. Komplikasi
Sistem Pengaruh
Sistem Saraf Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark, perdarahan intrakranial, kejang,
Pusat edema otak, hipotonia, hipertonia

Kardiovaskular Iskemia miokardium, bising jantung, insufisiensi trikuspidalis, hipotensi

Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom kegawatan pernapasan


Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks
Adrenal Perdarahan adrenal
Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis
Metabolik Hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia
Kulit Nekrosis lemak subkutan
Hematologi Koagulasi intravaskular
Tabel 2. Komplikasi Asfiksi
F. Penatalaksanaan
a. Resusitasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 34
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Bagan 1. Alur resusitasi


b. Terapi medikamentosa :
i. Epinefrin :
- Indikasi :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 35
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

o Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik


dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
o Asistolik.
- Dosis :
o 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg
BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
ii. Volume ekspander :
- Indikasi :
o Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
o Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah,
dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
- Jenis cairan :
o Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
o Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
- Dosis :
o Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
iii. Bikarbonat :
- Indikasi :
o Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
o Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas
darah dan kimiawi.
o Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg
bb (8,4%)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 36
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Cara :
o Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
- Efek samping :
o Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
iv. Nalokson :
- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi
harus adekuat dan stabil.
- Indikasi :
o Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
o Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda
with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
- Dosis :0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
- Cara :Intravena, endotrakeal atau bila perfusi baik diberikan
i.m/s.c
v. Suportif
- Jaga kehangatan.
- Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
- Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit

G. Prognosis
Pada asfiksia ringan-sedang, prognosis tergantung pada kecepatan penetalaksanaan.
Pada asfiksia berat dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama.
Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis
permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 37
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

BAB III

INFEKSI NEONATAL

A. Definisi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh
dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh dari
lingkungan luar). 8

B. Patofisiologi
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara ini
antara lain:
- Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
- Spirochaeta: treponema palidum
- Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
b. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin
terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia congenital
selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat juga melalui
kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan “oral
trush”.
c. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 38
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi
pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting karena
mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.8,10

C. Diagnosis
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan dengan
pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah
laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi
tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital tertentu, namun tiba-tiba
tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan tersebut disebabkan
infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi
BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang
tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian yaitu 8,10:
- Bayi malas minum
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernafasan cepat
- Berat badan turun drastis
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan dengan pola bervariasi
- Aktivitas bayi menurun
- Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura, dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- Sklerema

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 39
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”: 10,11
- Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4  Observasi NI; ≥ 4  NI

- Gupte Score:
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 3-5  screening NI; > 5  NI

D. Klasifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
- Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 40
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi
umbilicus, moniliasis.

a. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala
sistemik.
Faktor resiko:
- Persalinan lama
- Persalinan dengan tindakan
- Infeksi / febris pada ibu
- Air ketuban bau, keruh
- KPD > 12 jam
- Prematuritas & BBLR
- Fetal distress
Tanda & gejala:
- Refleks hisap lemah
- Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
- Hipotermia atau hipertermia
- Merintih
- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
- Penggunaan antibiotika secara IV : Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x
pemberian & gentamisin 5 mg/kg/hr 2x pemberian atau
Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian
- Pemeriksaan laboratorium urin
- Biakan darah dan uji resistensi
b. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala:
- Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 41
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Kejang
- UUB menonjol
- Kaku kuduk

Pengobatan:
- Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak
diberikan minimal 3 minggu
- Pungsi lumbal
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan
kematian terutama pada BBLR karena refleks menelan dan batuk belum sempurna
Gejala:
- Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
- Letargia
- Malas minum
- Apneu neonatal
- Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
- Rhonki (+)
Pengobatan:
- Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium
staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas.
- Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
- Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
- Terapi antibiotika spectrum luas
- Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
d. Osteitis akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
Gejala :
- Suhu tubuh tinggi
- Bayi tampak sakit berat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 42
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang terkena


digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis
- Lokal ditemukan pus pada aspirasi
Pengobatan :
- Pemberian antibiotika : kloksasilin 50 mg/kg BB/hr scr parenteral
e. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
- Perawatan tali pusat yang tidak steril
- Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
- Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang
otot rahang dan faring
- Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
- Tangan mengepal (boxer hand)
- Kejang
- Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
- Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
- Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
- Pasang IV line dan OGT
- Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
- Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
- Rawat tali pusat
- Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya
rangsangan
f. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae
saat bayi melewati jalan lahir.
Dibagi menjadi 3 stadium:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 43
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

- Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
- Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak
saat palpebra dibuka.
- Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
- Bayi harus diisolasi
- Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis sampai lendir hilang,
keringkan dengan kasa steril
- Beri salep mata antibiotik tiap 15 menit pada jam pertama, kemudian
dilanjutkan diberikan setiap jam selama 3 hari
- Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM pada anterolateral paha. 8
g. Infeksi Umbilikus
Merupakan infeksi pd pangkal umbilikus yang disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureus.
Gejala :
- Tanda radang (+) dan bernanah
- Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar
- Pada keadaan kronik dapat terjadi granuloma
Pengobatan :
- Berikan salep yang mengandung neomisin & basitrasin, serta salep
gentamisin
- Bila terdapat granuloma, berikan Argentinitras 3%
Pencegahan :
- Perawatan tali pusat yang baik

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 44
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

o Tali pusat ditutup dengan kasa steril & diganti setiap hari
E. Pencegahan
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
- Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
- Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
- Gunakan teknik aseptic
- Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi
instrument dan peralatan
- Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
- Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.8,10

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 45
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016
Gilbert Christianto (406148141)

DAFTAR PUSTAKA

1. Damanik, SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam : Buku Ajar
Neonatologi IDAI, ed 1st . Jakarta : IDAI, 2008 : 11-30.
2. Dharmasetiawani, N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Ajar
Neonatologi IDAI, ed 1st . Jakarta : IDAI, 2008 : 103-46.
3. Kattwinkel, J. Resusitasi Neonatus AAP/AHA ed. 6th. Jakarta, 2012.
4. Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. Jakarta, DepKes RI, 2008 : 50-6.
5. Pudjiadi, AH, dkk. Resusitasi Jantung Paru. Dalam : Pedoman Pelayan Medis IDAI jilid
2. Jakarta, IDAI, 2011: 251-60.
6. Stoll, BJ. Infection of The Neonatal Infant. Dalam : Nelson Textbook of Pediatrics ed 9th.
Philadelphia, Elsevier Saunders, 2011 : 639-48.
7. Aminullah, A. Sepsis pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Ajar Neonatologi IDAI, ed
1st. Jakarta : IDAI, 2008 : 170-87.
8. Pudjiadi, AH, dkk. Sepsis Neonatal. Dalam : Pedoman Pelayan Medis IDAI jilid 1.
Jakarta, IDAI, 2011: 263-8.

9. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London:Arnold, 2002; 62-88.
10. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis. 2011. Avalaible
at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 2011
11. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal
Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13
12. The College of Emergency Medicine and Doctors. 2011. Diakses dari:
<http://collemergencymed.ac.uk >. [20 Desember 2015].

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 46
Rumah Sakit Umum Daerah Semarang
Periode 9 November 2015– 16 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai