Anda di halaman 1dari 12

Tugas Teknik Pengukuraan

Artikel 4
Konsep Pengukuran lanjutan
Standar Pengukuran

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Nesy Fitria (1406556961)


2. Maulana Ihsan (1506669923)
3. Charnela Mardani (1506670181)
4. Ahsanu Taqwim S (1506732671)

Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Kata Pengantar

Rasa Syukut yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya artikel ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam artikel ini kami membahas tentang “Standar Pengukuran”, yang akan banyak
menambah pengetahuan dari pengetahuan utama seputar teknik pengukuran yang meliputi
pembagian karakterisasi instrumentasi yang lebih spesifik.

Artikel ini dibuat selain dalam rangka penyelesaian tugas kuliah, juga ditujukan untuk
menjadi referensi yang dapat digunakan oleh mahasiswa maupun khalayak umum karena
materi yang disampaikan diambil langsung dari sumber yang dapat dipercaya. Kami turut
meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam artikel ini dikarenan kesalahan penulisan,
tafsiran, dan sebagainya. Semoga artikel ini dapat berguna untuk pribadi penulis sendiri pada
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Penulis

Kelompok 4 Teknik Pengukuran

( Nesy, Maulana, Charnela, Ahsanu)


Standar Pengukuran
Standar
Standar merupakan sebuah parameterisasi yang digunakan untuk menyamakan kuantitas,
proses, dan prosedur. Penyamaan ini berfungsi agar penggunaan alat ukur dapat berfungsi secara
universal. Sebuah alat ukur yang baik adalah sebuah alat ukur yang bersifat universal, bisa melakukan
pengukuran dimanapun tanpa adanya perbedaan atau pengecualian di kondisi tertentu. Hal ini sangat
didukung apabila tidak adanya standar yang baku maka hasil dari pengukuran akan bersifat sangat
relative pada si pengukur yang melakukan pengukuran tersebut. Sehingga kebutuhan standarisasi ini
menjadi komponen yang sangat penting pada pengukuran.
Pada pengukuran ini dibutuhkan standarisasi baku pada instrument pengukur dengan aspek :
1. Standarisasi besaran fisik
Sebuah alat pengukur harus memiliki besar dimensi yang dipatenkan. Hal ini sangat penting
untuk menjaga stabilitas pengukuran yang dilakukan.
2. Standar pada publikasi seperti jurnal dan karya ilmiah
Standar merupakan hal yang penting. Dengan adanya standar maka aka nada batas-batas yang
sama di setiap wilayahnya
3. Standar de facto
4. Standar de jure

Pada standar internasional terdapat beberapa lembaga yang melakukan standarisasi yaitu :
ISE, IEC, ASTM, ITU, IEST, ISO
Struktur dari ISO :

 Pengembangan aturan
 Badan yang berdiri sendiri
 Badan pemberi saran dan masukan
 Teknikal manajemen
 Grup penasihat teknis
 Komite teknis
 Ad Hoc Advisory

Standar yang diberikan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut :


 Consensus
 Cakupan industi
 Voluntary (berdasarkan kebutuhan untuk menjadi volunter)

Kemudian terdapat 3 fase pengembangan standarisasi, yaitu :


 Permintaan standarisasi dari pihak industri dengan ajuan standar seperti apa
 Spesifikasi detil cakupan dari standarisasi yang diberikan
 Persetujuan

Di Indonesia sendiri terdapat standar yang berlaku, yang disebut Standar Indonesia. Adapun standar di
Indonesia akan dijelaskan dalam bahasan selanjutnya.
PROFIL BSN (Badan standarisasi Indonesia)
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Disahkan
Di Jakarta Pada Tanggal 17 September 2014, Diundangkan Melalui Lembaran Lembaran Negara Ri
Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Ri Nomor 5584
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, bertujuan
untuk:
[1] meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang
sehat dan transparan dalam perdagangan , kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha,
serta kemampuan inovasi teknologi;
[2] meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat
lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian
fungsi lingkungan hidup;
[3] meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan Barang dan/atau
Jasa di dalam negeri dan luar negeri.
Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional di bidang standardisasi dan dalam mengantisipasi
era globlalisasi perdagangan dunia, AFTA (2003) dan APEC (2010/2020), kegiatan standardisasi yang
meliputi standar dan penilaian kesesuaian (conformity assessment) secara terpadu perlu
dikembangkan secara berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan daya saing
produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan melindungi kepentingan umum. Untuk
membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan kegiatan di bidang standardisasi secara nasional
menjadi tanggung jawab Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1997 yang
disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana
telah beberapa kali diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001,
merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan
membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan
Standardisasi Nasional – DSN. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Standardisasi Nasional
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.

Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang akreditasi dilakukan oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan
memberikan pertimbangan serta saran kepada BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan
sertifikasi. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi BSN di bidang Standar Nasional untuk Satuan
Ukuran dilakukan oleh Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU). KSNSU
mempunyai tugas memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai standar nasional untuk
satuan ukuran.Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen, konsumen,
tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi
lingkungan, pengaturan standardisasi secara nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem
nasional yang mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta
mampu memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari sistem dan
kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di
pasar global.
VISI
Visi Tahun 2015 - 2019:
Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas
hidup bangsa.
MISI
Untuk mewujudkan Visi BSN tersebut di atas serta menyelaraskan dengan salah satu misi
pembangunan nasional, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan tugas dan fungsi BSN, maka misi
BSN sebagai berikut :
[1] Merumuskan, menetapkan, dan memelihara Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
berkualitas dan bermanfaat bagi pemangku kepentingan.
[2] Mengembangkan dan mengelola Sistem Penerapan Standar, Penilaian Kesesuaian, dan
Ketertelusuran Pengukuran yang handal untuk mendukung implementasi kebijakan nasionaldi
bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
[3] Mengembangkan budaya, kompetensi, dan sistem informasi di bidang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas implementasi Sistem
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.
[4] Merumuskan, mengoordinasikan, dan mengevaluasi pelaksanaan Kebijakan Nasional, Sistem
dan Pedoman di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang efektif untuk
mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang
Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam pelaksanaan standardisasi, adalah meningkatnya
ketersediaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan
pekerjaan instalasi guna mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI
mempunyai manfaat, sebagai berikut:
[1] dari sisi produsen
Terdapat kejelasan target kualitas produk yang harus dihasilkan sehingga terjadi persaingan
yang lebih adil;
[2] dari sisi konsumen
Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat melakukan evaluasi baik
terhadap kualitas maupun harga;
[3] dari sisi Pemerintah
Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah tapi tidak
terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan keunggulan kompetitif produk
dalam negeri di pasaran internasional.

KEWENANGAN BSN
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BSN mempunyai kewenangan :
a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
c. penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :
1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang standardisasi nasional;
2) perumusan dan penetapan kebijakan sistem akreditasi lembaga sertifikasi, lembaga
inspeksi dan laboratorium;
3) penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI);
4) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidangnya;
5) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidangnya.
BSN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi nasional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BSN menyelenggarakan fungsi :
a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional;
b. pengkoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN;
c. pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang standardisasi
nasional;
d. penyelenggaraan kegiatan kerja sama dalam negeri dan internasional di bidang standardisasi
e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,

PERUMUSAN SNI (standar nasional Indonesia)


Berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Merupakan subsistem
dari Sistem Standardisasi Nasional (SSN) Pada dasarnya merupakan akumulasi
pengetahuan, teknologi dan pengalaman dari para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat
proses pencapaian kesepakatan.
Pengembangan suatu standar melalui 2 (dua) pendekatan berbeda:
Mencakup kelembagaan dan proses yang berkaitan dengan perumusan, penetapan, publikasi dan
pemeliharaan SNI. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas diantara para stakeholder , maka
sesuai dengan WTO Code of good practice pengembangan SNI harus memenuhi sejumlah norma,
yakni:
(a) Openess : Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi
dalam pengembangan SNI.
(b) Transparency : Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti
perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap
penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI;
(c) Consensus and impartiality :Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat
menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
(d) Effectiveness and relevance :Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan
karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(e) Coherence : Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar
negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan
internasional; dan
(f) Development dimension :Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik
dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Agar semua norma pengembangan standar dapat diterapkan secara baik, maka BSN melakukan:

Penguatan fungsi Manajemen Teknis Pengembangan Standar (MTPS) adalah lembaga non struktural
yang merupakan unsur fungsi BSN sebagai National Standard Body dan mempunyai tugas
memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala BSN dalam rangka menetapkan kebijakan untuk
memperlancar pengelolaan kegiatan pengembangan SNI

Penguatan posisi Masyarakat Standardisasi Indonesia (MASTAN) merupakan organisasi non-


pemerintah yang diperlukan untuk memberikan wadah dan saluran yang seluas mungkin bagi
stakeholder untuk berpartisipasi dalam berbagai proses standardisasi .Dalam proses pengembangan
SNI, khususnya dalam pelaksanaan tahap jajak pendapat dan tahap persetujuan RSNI. agar partisipasi
dan pelaksanaan konsensus pihak berkentingan dapat semakin luas.

Restrukturisasi Panitia Teknis SNI agar masing-masing memiliki lingkup yang jelas, terstruktur, dan
tidak tumpang tindih satu sama lain.

Perubahan system pengembangan SNI (Revisi Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) yang berkaitan
dengan prosedur pembentukan Panitia Teknik SNI, proses pengembangan SNI dan ketentuan
penyusunan SNI.

Untuk menerapkan norma tersebut, pengembangan SNI dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 Pemrograman SNI
Tahap 2 Perumusan Rancangan SNI (RSNI)
Tahap 3 Jajak Pendapat RSNI3
Tahap 4 Persetujuan RSNI4
Tahap 5 Penetapan SNI
Tahap 6 Pemeliharaan SNI
RUANG LINGKUP SNI
dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional Pasal 2
mengenai ruang lingkup dari Standardisasi nasional adalah mencakup semua kegiatan yang berkaitan
dengan:
[1] Metroligi teknik
Yang dimaksud metrologi teknik adalah metrologi yang mengelola satuan- satuan ukuran,
metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan
pengembangan standar nasional untuk satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membeikan kepastian dan kebenaran
dalam pengukuran.
[2] Mutu
Yang dimaksud dengan mutu adalah keseluruhan karakteristik dari maujud yang mendukung
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
[3] Standar
Yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait
dengam memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini
dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
[4] Pengujian
Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau lebih sifat
atau karakteristik dari suatu produk bahan, peralatan, organisme, fenomena fisik, proses atau
jasa, sesuai dengan prosedur yangtelah ditetapkan.

CONTOH USULAN PROGRAM NASIONAL PERUMUSAN STANDAN


Menggunakan Standar
Standar digunakan untuk pedoman metodologi, akurasi serta persebaran data. Dari pedoman
instrumentasi yang merupakan standar, yang kemudian menentukan dan menyesuaikan desain,
konstruksi, pemeliharaan, instalasi, keamanan dan hubungan yang lain. Dengan adanya standar akan
menghasilkan keuntungan yaitu :

- Membuat suatu titik acuan


- Memastikan keamanan, dengan standar system keamanan dapat terus dikontrol secara berkala
sehingga tingkat keamanan dapat ditingkatkan
- Menyediakan pemahaman tentang trend masa depan, hal ini tentu sangat berkaitan karena
penggunaan standar akan meningkatkan komunikasi antar pembuat dengan pengguna,
interaksi ini yang akan membawa kepada pemahaman tentang trend masa depan
- Menyediakan aplikasi teknis yang lebih, untuk ahli pengetahuan
- Memastikan konsistensi, akurasi dan data interpretasi

Penggunaan standar terbagi menjadi dua jenis, yaitu :


1. Hardware
2. Software
Yang dimaksud dengan software standar yaitu suatu set instruksi digital system, alat
yang dapat diprogram, dan computer. Software dikembangkan dengan bahasa pemrograman
contohnya assembly. Bahasa ini memiliki sebuah standar dengan tujuan computer dapat
mengerti instruksi apa yang diperintahkan untuk menjalankan fungsi computer itu. Standar
software memmiliki dua tipe yaitu closed standards dan open standars. Pada closed
standards terdapat spesifikasi yang disembunyikan untuk mencegah dari pihak ketiga.
Sedangkan pada Open standards, spesifikasi untuk hardware atau software dikembangkan
oleh organisasi yang terlibat.

Standar Pengukuran
Menurut pandangan sejarah, pengukuran yang awalnya menggunakan tubuh manusia (lengan,
jari ataupun kaki) dapat digunakan untuk sekelompok kecil manusia. Namun dari semua ukuran tadi
besarnya sangat relatif dan ukuran tubuh mnusia satu dengan yang lain berbeda-beda sehingga dapat
merubah presentasi satuannya. Kemudian mulailah diperlukannya sebuah standar yang kmudian
memunculkan masalah baru. Standar itu sendiri harus punya parameter yng tidajk berubah seiap
orang, “memiliki standar protokol” , selanjunya muncul organisasi yang memliki parameter dan
protokol untuk membuat standar tadi. Organisasi ini telah dibahas dalam bahasan sebelumnya, ada
yang berbadan internasiona kemudian ada juga yang tiap negara memiliki badan yang mengatur
standar masing-masing negaranya. Contoh Indonesia memiliki Standar Indonesia dalam bahasan
sebelumnya.
Implementasi Standar Pengukuran

1. Standar Protokol, standar ini menentukan segala sesuatu mulai dari dimensi dan
karakteristik. Hal ini diatur agar menghindari keingungan dari standar fisik.
2. Metrologi Hukum,merupakan penerapan standar pengukuran untuk mengendalikan
perdagangan sehari-hari. Hal ini memerlukan penegakan hukum disetiap negara
maupun kota-kot besar.
3. Metrologi Forensik,standar pengukuran yang penggunaanya sebagai solusi dan
pencegahan tindak kejahatan. Seperti untuk dipraktikan dalam laboratorium juga
aktifitas penyidikan dan penegak hukum.
4. Bahan Referensi Standar, Standard Reference Materials (SRM) merupakan sebagian
kecil zat yang telah disertifikasi kemurrnian atau komposisinya serta karakteristiknya
yang berguna dalam acuan atau kalibrasi alat ukur dan proses pengukuran yang
biasanya digunakan dalam proses pengendalian at-zat tersebut.
Daftar pustaka
[1] Jhon, G Webster (1999) “The Measurement, Instrumentation and Sensors Handbook”,
US : CRC Press LLC.
[2] Northrop, Robert B. (2005) “Introduction to Instrumentation And measurements Second
Edition”, Taylor & Francis.
[3] <bsn.go.id> < www.bakosutarnal.go.id > < www.puskim.pu.go.id >, diakses pada 11
Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai