PENDAHULUAN
1
1.2.3 Pancasila Pada Era Orde Lama
1.2.4 Pancasila Pada Era Orde Baru
1.2.5 Pancasila Pada Era Reformas
1.3 Tujuan
Penulisan ini bertujuan sebagai media untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia dan juga
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pancasila.
1.4 Manfaat
1.4.1 Menjelaskan Pancasila Era Pra kemerdekaan
1.4.2 Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan
1.4.3 Menjelaskan Pancasila Era Orde Lama
1.4.4 Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru
1.4.5 Menjelaskan Pancasila Era Reformasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup foodproducing. Hal
ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.
2.1.2 Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Diyakini prasasti
tersebut berasal dari kerajaan yang bernama Kutai. Berdasarkan prasasti
tersebut dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman keturunan dari raja
Aswawarman keturunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah
kepada Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai
tanda terima kasih kepada raja yang dermawan. Masyarakat Kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan
nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta
sedekah kepada para Brahmana.
2.1.3 Kerajaan Sriwijaya
Tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah
terdapan sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang
dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan
secara konkrit.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur
tersebut ialah prasasti-prasasti di Telaga Batu, Kedudukan Bukit, Karang
Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur.
Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila :
a. Nilai Sila Pertama :
Terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha
b. Nilai Sila Kedua
Terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
4
c. Nilai Sila Ketiga
Sebagai negara maritime, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
d. Nilai Sila Keempat
Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi
(Indonesia saat ini) Siam, Semenanjung Melayu.
e. Nilai Sila Kelima
Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2.1.4 Kerajaan Majapahit
a. Sila Pertama
Terbukti saat agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365)
yang di dalamnya telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma dimana dalam buku itu terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda beda, namun satu jua
dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda.
b. Sila Kedua
Hubungan raja Hayam Wuruk dengan baik dengan kerajaan
Tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja. Mengadakan
persahabatan dengan negara tetangga atas dasar “Mitreka Satata”.
c. Sila Ketiga
Terwujud dengan keutuhan kerajaan, dan Sumpah Palapa yang
berisi cita cita mempersatukan seluruh nusantara.
d. Sila Keempat
Kerajaan Majapahit menurut prasasti Brumbung (1329) dalam
tata pemerintahan, terdapat semacam penasehat yang memberikan
nasihat kepada raja.
e. Sila Kelima
Terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad
yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
5
2.1.5 Zaman Penjajahan
Pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam
dengan pesatnya di Indonesia, seperti kerajaan Demak. Dan disaat itu
mulailah berdatangan orang orang Eropa di Nusantara, antara lain orang
Portugis yang kemudian diikuti orang orang Spanyol yang ingin
mencari rempah rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang awalnya berdagang
adalah orang orang bengsa Portugis, namun lama kelamaan bangsa
Portugis mulai menunjukkan peranannya dalam bidang perdagangan
yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak
tahun 1511 dikuasai oleh Portugis.
Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia.
Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri (Belanda)
kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama
V.O.C.,(Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat
dikenal dengan istilah ‘Kompeni’. Belanda pada awalnya menguasai
daerah-daerah yang strategis yang kaya akan hasil rempah-rempah pada
abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya
dengan didukung oleh kekuatan militer.
Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaan di Indonesia.
Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara.
2.1.6 Zaman Kebangkitan Nasional
Di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa
yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini lah yang merupakan
awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuasaannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang
merupakan pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu muncul lah
organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi
6
pergerakan nasional itu antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI) (1909),
yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan
politik dengan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun
(1911) di bawah H.O.S. Cokroaminoto.
Berikutnya muncul lah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh
tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi
Suryaningrat (yang kemudian lebih di kenal dengan nama Ki Hajar
Dewantoro), partai ini tidak menunjukkan keradikalannya, sehingga
tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya di buang di luar
negeri (1913).
Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional
Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Cipto
mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Perjuangan Nasional
Indonesia di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti dengan tampilnya
golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin,
Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto, Serta tokoh-tokoh muda
lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu
bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat ini
pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak
kebangkitan kesadaran berbangsa.
2.1.7 Zaman Sebelum Proklamasi
Pada tanggal 29 Mei 1945 dibentuk Suatu badan yang bertugas
untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuriti Zyunbi Tioosakai.
Sidang BPUPKI Pertama dilakukan untuk menentukan dasar Negara
Indonesia. Sidang berlangsung selama empat hari, berturut-turut yang
tampil untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai
berikut:
Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)
7
Dalam pidatonya 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon
rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut :
I. Peri Kebangsaan
II. Peri Kemanusiaan,
III. Peri Ketuhanan
IV. Peri Kerakyatan (Permusyawaratan, Perwakilan, Kebijaksanaan )
V. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan teori-teori :
I. Teori negara perseorangan (individualis).
II. Paham negara kelas (Class Theory)
III. Paham negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, adam
muler Hegel (abad 18 dan 19).
Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya
adalah pidato dari Ir. Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks,
Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusannya adalah:
I. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
II. Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
III. Mufakat (Demokrasi)
IV. Kesejahteraan sosial
V. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
8
9
3.1 Kesimpulan
Sikap cinta tanah air perlu ditanamkan sejak usia dini, agar sebagai generasi
penerus bangsa dapat mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat dan menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial
yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. karena
peyimpangan dapat merugikan diri sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat
bahkan negara. Karena nilai-nilai kebudayaan begitu pula dengan semangat
persatuan dan kesatuan kita yang juga perlu ditanamkan sejak dini.
Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di
lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada.
Semangat persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat harus dijaga guna
mempererat tali persaudaraan, saling melindungi, perdamaian dan kenyamanan pun
akan terjaga. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi
nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai kebudayaan bangsa
mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara.
Cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian
dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin membuat sesuatu yang
mengharumkan tanah air dan bangsa.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air
dan bangsa merupakan butir pancasila dalam sila ke tiga, yaitu persatuan
Indonesia.Penyebab utama lunturnya rasa cinta tanah air bangsa Indonesia adalah
nilai-nilai pancasila hanaya di jadikan sebagai sejarah. Mayoritas warga Indonesia
hanya sekedar menghafal pancasila, tidak banyak yang mengamalkan nilai-nilai
pancasila dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa cinta kepada
tanah air dan bangsa, yaitu bangga berbangsa dan bernegara Indonesia, mencintai
dan menggunakan produk dalam negeri, memperkuat sendi-sendi persatuan dan
kesatuan bangsa, melestarikan budaya, mempelajari sejarah perjuangan para
pahlawan pejuang kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan,
menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bangsa
13
14
3.2 Saran
Di lingkungan sekolah atau kampus diharapkan tenaga
pendidik memberikan pelajaran yang bersangkutan dengan cinta tanah air supaya
anak didik megerti tentang betapa pentingnya cinta tanah air dan menerapkan
kurikulum yang berbasis budaya lokal dan nasional mulai dari tingkat pendidikan
yang paling rendah.
Di lingkungan keluarga perlunya bimbingan orang tua untuk menanamkan
rasa cinta tanah air yang diliputi oleh rasa kebanggaan tehadap produk dalam
negeri, memahami budaya yang dimiliki bangsa, dan sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, hindarilah segala sesuatu yang dapat
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada baik itu norma yang tertulis
maupun norma yang tidak tertulis (norma adat/kebiasaan), terus maju dan bersatu
meraih cita-cita bersama dengan penuh rasa cinta kita terhadap bangsa.
Pancasila harus kembali ditegakkan demi merekatkan nilai-nilai yang
tercerai berai agar bangsa Indonesia dapat terus bertahan dalam situasi yang
nyaman dan tidak kaku. Sebenarnya bangsa bukan masalah usia dan seberapa lama
ia mampu bertahan tetapi seberapa banyak ia mampu belajar melalui pengalaman-
pengalaman di masa lampau sehingga dapat berkembang menjadi bangsa yang
dewasa dan kokoh, tidak mudah tergerus oleh pengaruh asing. Sebelum Indonesia
semakin terpuruk, setiap warga harus bangkit dan menyadari untuk meningkatkan
rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, memupuk rasa nasionalisme dan jiwa
patriotisme.
DAFTAR PUSTAKA
https://tanahair02.blogspot.com/2014/11/penyebab-pudarnya-cinta-tanah-
air.html?m=1
http://nayanatoya-swan-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49649-PKN-
Negara%20Indonesia%20dan%20Pancasila.html
https://guruppkn.com/cara-meningkatkan-rasa-cinta-tanah-air
15