Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa
yang saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan
dengan kejadian masa sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan
datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau
berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan
yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
mampu memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan
Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai
dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah
seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara Republik
Indonesia bersumber pada Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan
1.2.2 Pancasila Pada Era Kemerdekaan

1
1.2.3 Pancasila Pada Era Orde Lama
1.2.4 Pancasila Pada Era Orde Baru
1.2.5 Pancasila Pada Era Reformas

1.3 Tujuan
Penulisan ini bertujuan sebagai media untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia dan juga
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pancasila.

1.4 Manfaat
1.4.1 Menjelaskan Pancasila Era Pra kemerdekaan
1.4.2 Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan
1.4.3 Menjelaskan Pancasila Era Orde Lama
1.4.4 Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru
1.4.5 Menjelaskan Pancasila Era Reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Era Pra Kemerdekaan


2.1.1 Zaman Pra Sejarah
Pada masa prasejarah tersebut, sebenarnya inti dari kehidupan
mereka adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Yaitu:
a. Nilai Religius
Adanya sistem penguburan mayat diketahui dari ditemukannya
kuburan serta kerangka di dalamnya. Adanya keyakinan terhadap
pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir (kubur batu) di
tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur,
tempat yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia
dan roh leluhur.
b. Nilai Perikemanusiaan
Misalnya penghargaan terhadap hakikat kemanusiaan yang
ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia
meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat
baik terhadap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan
wujud kesadaran akan nilai kemanusiaan.
c. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa
Austronesia, sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan
kebudayaan.
d. Nilai Musyawarah
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga
atau suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara
musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama diantara
yang sama).
e. Nilai Keadilan Sosial
Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-
royong berarti masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan

3
pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup foodproducing. Hal
ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.
2.1.2 Kerajaan Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Diyakini prasasti
tersebut berasal dari kerajaan yang bernama Kutai. Berdasarkan prasasti
tersebut dapat diketahui bahwa Raja Mulawarman keturunan dari raja
Aswawarman keturunan dari Kudungga.
Raja Mulawarman mengadakan kenduri dan memberikan sedekah
kepada Brahmana dan para Brahmana membangun Yupa itu sebagai
tanda terima kasih kepada raja yang dermawan. Masyarakat Kutai yang
membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan
nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta
sedekah kepada para Brahmana.
2.1.3 Kerajaan Sriwijaya
Tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah
terdapan sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang
dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan
secara konkrit.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur
tersebut ialah prasasti-prasasti di Telaga Batu, Kedudukan Bukit, Karang
Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur.
Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila :
a. Nilai Sila Pertama :
Terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup
berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha
b. Nilai Sila Kedua
Terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar di India. Telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.

4
c. Nilai Sila Ketiga
Sebagai negara maritime, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
d. Nilai Sila Keempat
Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi
(Indonesia saat ini) Siam, Semenanjung Melayu.
e. Nilai Sila Kelima
Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga
kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2.1.4 Kerajaan Majapahit
a. Sila Pertama
Terbukti saat agama Hindu dan Budha hidup berdampingan
secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365)
yang di dalamnya telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma dimana dalam buku itu terdapat seloka
persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda beda, namun satu jua
dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda.
b. Sila Kedua
Hubungan raja Hayam Wuruk dengan baik dengan kerajaan
Tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja. Mengadakan
persahabatan dengan negara tetangga atas dasar “Mitreka Satata”.
c. Sila Ketiga
Terwujud dengan keutuhan kerajaan, dan Sumpah Palapa yang
berisi cita cita mempersatukan seluruh nusantara.
d. Sila Keempat
Kerajaan Majapahit menurut prasasti Brumbung (1329) dalam
tata pemerintahan, terdapat semacam penasehat yang memberikan
nasihat kepada raja.
e. Sila Kelima
Terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad
yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

5
2.1.5 Zaman Penjajahan
Pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama islam
dengan pesatnya di Indonesia, seperti kerajaan Demak. Dan disaat itu
mulailah berdatangan orang orang Eropa di Nusantara, antara lain orang
Portugis yang kemudian diikuti orang orang Spanyol yang ingin
mencari rempah rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang awalnya berdagang
adalah orang orang bengsa Portugis, namun lama kelamaan bangsa
Portugis mulai menunjukkan peranannya dalam bidang perdagangan
yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka sejak
tahun 1511 dikuasai oleh Portugis.
Pada akhir abad ke XVI Bangsa Belanda datang juga ke Indonesia.
Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri (Belanda)
kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama
V.O.C.,(Verenigde Oost Indische Compagnie), yang dikalangan rakyat
dikenal dengan istilah ‘Kompeni’. Belanda pada awalnya menguasai
daerah-daerah yang strategis yang kaya akan hasil rempah-rempah pada
abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya
dengan didukung oleh kekuatan militer.
Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan
keras untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaan di Indonesia.
Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara.
2.1.6 Zaman Kebangkitan Nasional
Di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa
yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini lah yang merupakan
awal gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuasaannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang
merupakan pergerakan nasional, sehingga segera setelah itu muncul lah
organisasi-organisasi pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi

6
pergerakan nasional itu antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI) (1909),
yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan
politik dengan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun
(1911) di bawah H.O.S. Cokroaminoto.
Berikutnya muncul lah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh
tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi
Suryaningrat (yang kemudian lebih di kenal dengan nama Ki Hajar
Dewantoro), partai ini tidak menunjukkan keradikalannya, sehingga
tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya di buang di luar
negeri (1913).
Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional
Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Cipto
mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Perjuangan Nasional
Indonesia di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti dengan tampilnya
golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin,
Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto, Serta tokoh-tokoh muda
lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu
bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat ini
pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak
kebangkitan kesadaran berbangsa.
2.1.7 Zaman Sebelum Proklamasi
Pada tanggal 29 Mei 1945 dibentuk Suatu badan yang bertugas
untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuriti Zyunbi Tioosakai.
Sidang BPUPKI Pertama dilakukan untuk menentukan dasar Negara
Indonesia. Sidang berlangsung selama empat hari, berturut-turut yang
tampil untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai
berikut:
 Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)

7
Dalam pidatonya 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon
rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut :
I. Peri Kebangsaan
II. Peri Kemanusiaan,
III. Peri Ketuhanan
IV. Peri Kerakyatan (Permusyawaratan, Perwakilan, Kebijaksanaan )
V. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)
 Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan teori-teori :
I. Teori negara perseorangan (individualis).
II. Paham negara kelas (Class Theory)
III. Paham negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, adam
muler Hegel (abad 18 dan 19).
 Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya
adalah pidato dari Ir. Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks,
Beliau mengusulkan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusannya adalah:
I. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
II. Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
III. Mufakat (Demokrasi)
IV. Kesejahteraan sosial
V. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)

2.2 Pancasila Era Kemerdekaan


Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian
sebagai berikut:
1. Dari sudut ilmu hukum proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib
hukum kolonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional.
2. Secara politis ideologi proklamasi mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia terbatas nasib sendiri dalam suatu Negara proklamasi republik
Indonesia.

8
9

Pergolakan politik dalam negeri seperti berikut ini:


a. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sebagai hasil dari konferensi meja bundar (KMB) maka ditanda tangani
suatu persetujuan (mantel resolusi) Oleh Ratu Belanda Yuliana dan wakil
pemerintah RI di Kota Den Hag pada tanggal 27 Desember 1949 maka
berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB lainnya
dengan konstitusi RIS, antara lain :
1) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu
16 Negara pasal (1 dan 2)
2) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas
demokrasi liberal dimana mentri-mentri bertanggung jawab atas
seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap parlemen (pasal 118
ayat 2)
3) Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan
semangat maupun isi pembukaan UUD 1945, proklamasi
kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.
4) Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki
kedaulatan, oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut
bukannya penyerahan kedaulatan melainkan “pemulihan
kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan”
b. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950
Terjadilah gerakan unitaristis secara spontan dan rakyat untuk
membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara
Proklamasi RI yang berpusat di Yogyakarta, walaupun pada saat itu Negara
RI yang berpusat di Yogyakarta itu hanya berstatus sebagai negara bagian
RIS saja.
Pada suatu ketika negara bagian dalam RIS tinggalah 3 buah negara
bagian saja yaitu:
1. Negara Bagian RI Proklamasi
2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)
10

Akhirnya berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI tanggal 19 Mei


1950, maka seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan, dengan
Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustus 1950. Walaupun
UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi,
Pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada
Pemerintah yang berasas Demokrasi Liberal sehingga isi maupun jiwanya
merupakan penyimpangan terhadap Pancasila.
Pada akhir era ini, terjadi pergolakan politik yang tidak berujung. Hal
inilah yang mendorong Presiden Soekarno megeluarkan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959.

2.3 Pancasila Era Orde Lama


Pada masa ini berlaku demokrasi terpimpin. Setelah menetapkan
berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar
kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi khas
Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna
yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana
demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetnu.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah
sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD 1945
pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-
kebijakan. Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang
berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi
makin memburuk puncak dari situasi tersebut adalah munculnya
pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa
dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI
memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret
11

1969 (Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi


terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya
pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde
Baru.

2.4 Pancasila Era Orde Baru


Di era Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas
dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk
semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-
agungkan. Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang
mengganjal.
Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-
nilai Pancasila, yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila, terdapat juga materi lain seperti
UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan Nusantara,
dan materi lain yang berkaitan dengan kebangsaan, nasionalisme dan
patriotisme. Kebijakan tersebut disosialisaikan pada seluruh komponen bangsa
sampai level bawah termasuk penataran P4 untuk siswa baru Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang lalu dilanjutkan di
perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Pelaksanaannya dilakukan secara
menyeluruh melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (BP7) dengan metode indoktrinasi.
Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.
Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara
pribadi, Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai
keberadaan Pancasila, yang kesemuanya memberikan penilaian setinggi-
tingginya terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan pidato dalam
Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan
Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada
12

angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan


Pancasila sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan
“sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib negara”
dan “sumber tertib hukum”. Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda
tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto menyatakan, “Pancasila janganlah
hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami dan dihayati!” Dapat
dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di Indonesia,
pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.
Meskipun dianggap Panccasila hal yang paling luhur dan diagung-
agungkan, pada tahun-tahun akhir pemerintahan Presiden Soeharto malah
banyak timbul KKN dan meningkatnyta inflasi. Hutang Indonesia semakin
banyak dan ekonomi pun terpuruk. Puncaknya yaitu Mei 1998 yang akhirnya
menyebabkan Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan oleh
wakilnya B.J. Habibie.

2.5 Pancasila Era Reformasi


Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar
setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya
memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti
pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam
melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan
vitalnya. Sebab utamannya karena rejim Orde Lama dan Orde Baru
menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sikap cinta tanah air perlu ditanamkan sejak usia dini, agar sebagai generasi
penerus bangsa dapat mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat dan menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial
yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. karena
peyimpangan dapat merugikan diri sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat
bahkan negara. Karena nilai-nilai kebudayaan begitu pula dengan semangat
persatuan dan kesatuan kita yang juga perlu ditanamkan sejak dini.
Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di
lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada.
Semangat persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat harus dijaga guna
mempererat tali persaudaraan, saling melindungi, perdamaian dan kenyamanan pun
akan terjaga. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi
nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai kebudayaan bangsa
mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara.
Cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi salah satu bagian
dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin membuat sesuatu yang
mengharumkan tanah air dan bangsa.Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air
dan bangsa merupakan butir pancasila dalam sila ke tiga, yaitu persatuan
Indonesia.Penyebab utama lunturnya rasa cinta tanah air bangsa Indonesia adalah
nilai-nilai pancasila hanaya di jadikan sebagai sejarah. Mayoritas warga Indonesia
hanya sekedar menghafal pancasila, tidak banyak yang mengamalkan nilai-nilai
pancasila dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa cinta kepada
tanah air dan bangsa, yaitu bangga berbangsa dan bernegara Indonesia, mencintai
dan menggunakan produk dalam negeri, memperkuat sendi-sendi persatuan dan
kesatuan bangsa, melestarikan budaya, mempelajari sejarah perjuangan para
pahlawan pejuang kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan,
menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bangsa

13
14

Indonesia, menghormati simbol-simbol negara, membela dan rela berkorban demi


bangsa dan tanah air, mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan
negara Indonesia, membantu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia,
tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencoreng-coreng nama baik bangsa
indonesia, dan menghemat energi.

3.2 Saran
Di lingkungan sekolah atau kampus diharapkan tenaga
pendidik memberikan pelajaran yang bersangkutan dengan cinta tanah air supaya
anak didik megerti tentang betapa pentingnya cinta tanah air dan menerapkan
kurikulum yang berbasis budaya lokal dan nasional mulai dari tingkat pendidikan
yang paling rendah.
Di lingkungan keluarga perlunya bimbingan orang tua untuk menanamkan
rasa cinta tanah air yang diliputi oleh rasa kebanggaan tehadap produk dalam
negeri, memahami budaya yang dimiliki bangsa, dan sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, hindarilah segala sesuatu yang dapat
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada baik itu norma yang tertulis
maupun norma yang tidak tertulis (norma adat/kebiasaan), terus maju dan bersatu
meraih cita-cita bersama dengan penuh rasa cinta kita terhadap bangsa.
Pancasila harus kembali ditegakkan demi merekatkan nilai-nilai yang
tercerai berai agar bangsa Indonesia dapat terus bertahan dalam situasi yang
nyaman dan tidak kaku. Sebenarnya bangsa bukan masalah usia dan seberapa lama
ia mampu bertahan tetapi seberapa banyak ia mampu belajar melalui pengalaman-
pengalaman di masa lampau sehingga dapat berkembang menjadi bangsa yang
dewasa dan kokoh, tidak mudah tergerus oleh pengaruh asing. Sebelum Indonesia
semakin terpuruk, setiap warga harus bangkit dan menyadari untuk meningkatkan
rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, memupuk rasa nasionalisme dan jiwa
patriotisme.
DAFTAR PUSTAKA

Kahin, George McTurnan. 1995. “Timbulnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia”


dalam Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, pp.
49- 82.

Suprijadi, Bambang, Drs., Msi., Ed., Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa,


LP3JATIM – Universitas Wijaya Kusuma http://ebookbrowse.com/makalah-peran-
pkn-meningkatkan-semangat-nasionalisme-pdf-d389491674

https://tanahair02.blogspot.com/2014/11/penyebab-pudarnya-cinta-tanah-
air.html?m=1

http://nayanatoya-swan-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-49649-PKN-
Negara%20Indonesia%20dan%20Pancasila.html

Hadi, Syamsul.2014.Pengertian Rasa Cinta Tanah Air.


https://www.maribelajarbk.web.id/2014/12/pengertian-rasa-cinta-tanah-
air.html?m=1

https://guruppkn.com/cara-meningkatkan-rasa-cinta-tanah-air

15

Anda mungkin juga menyukai